Anda di halaman 1dari 7

UPAYA BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN PERSATUAN DAN KESATUAN

GEJOLAK SOSIAL DI BERBAGAI DAERAH PADA AWAL KEMERDEKAAN HINGGA TAHUN 1965

yaitu

Gerakan DI/TII Pemberontakan PKI Madiun 1948


Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil Pemberontakan Andi Azis Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) Gerakan PRRI PERMESTA

puncaknya adalah

Peristiwa G 30 S / PKI

dilihat dari

Latar Belakang

Kronologis

Beberapa Pendapat

Dampak Sosial Politik

A. GEJOLAK SOSIAL DI BERBAGAI DAERAH PADA AWAL KEMERDEKAAN HINGGA TAHUN 1965 Berbagai Gerakan Gangguan Keamanan di Dalam Negeri. Pada masa Pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), tidak sedikit persoalan yang dihadapi oleh pemerintah dan rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka, bangsa Indonesia harus menghadapi rongrongan, baik dari luar maupun dari dalam negeri baik yang bersifat ideologis, petualangan / kepentingan pribadi golongan, maupun berasal dari golongan-golongan yang takut kehilangan hak-haknya bila Belanda meninggalkan Indonesia. Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Salah satu gangguan keamanan yang dihadapi bangsa Indonesia berasal dari kelompok yang menamakan dirinya Darul Islam. Kelompok ini dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartisuwirjo. Tujuan gerakan ini ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) dengan kekuatan senjata. Oleh karena itu, dibentuk juga pasukan bersenjatayang dinamakan Tentara Islam Indonesia. Pemberontakan DI/TII berawal di Jawa Barat dan terus meluas sampai ke Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Para pemimpinnya, selain S.M Kartosuwirjo(Jawa Barat), terdapat juga Amir Fatah (Jawa Tengah), Dauh Beureueh (Aceh), Kahar Muzakkar (Sulawesi Selatan), dan Ibnu Hadjar (Kalimantan selatan). Jawa Barat Pemimpin : Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo Sebab munculnya : Pemberontakan DI/TII di Jawa barat berawal dengan ditandatanganinya Persetujuan Renville pada 17 Januari 1948. Akibat Persetujuam Renville, pemerintah RI harus mengakui kedaulatan Belanda atas wilayah-wilayah yang dikuasainya sampai terbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Sejak saat itu pasukan DI/TII muali mengacaukan Jawa Barat dan tidak sedikit rakyat yag menjadi korban. Pasukan DI/TII secara paksa menarik sumbangan dari rakyat dan bahkan mendatangi rumah-rumah penduduk dan mengambil harta benda secara paksa. Gerakan DI/TII menggunakan taktik gerilya dalam menghadapi serangan pasukan pemerintah. Cara penumpasan : Untuk menghadapi gerakan DI/TII ini, pemerintah bekerja sama dengan rakyat. Dijalankanlah taktik dan strategi baru yang disebut perang wilayah. Pada tanggal 1 April 1962, dilancarkan Operasi Brata Yudha, yaitu operasi penumpasan gerakn DI/TII Kartosuwirjo. Akibatnya pasukan DI/TII semakin terdesak dan menyerahkan diri. Pada tanggal 4 Juni 1962, S.M Kartosuwirjo beserta para pengikutnya tertangkap di daerah Majalaya. Setelah diadili pada Agustus 1962, akhirnya pimpinan DI/TII menjalani hukuman mati dihadapan regu tembak dari keempat angkatan bersenjata RI. Jawa Tengah Pemimpin : Sebab munculnya : Cara penumpasan : Gerakan DI/TII di Jawa Tengah memiliki hubungan erat dengan DI/TII Kartosuwiryo. Gerakan tersebut dipimpin oleh Amir Fatah yang pernah diberi pangkat Mayor Jenderal TII oleh Karosuwirjo. Gerakan DI/TII di Jawa Tengah menyebar ke daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan pada tahun 1955. Gerakan ini dapat diatasi oleh Gerakan Banteng Negara. Mohammad Mahfuah Abdurrachman atau Kyai Somalangu memimpin gerakan DI/TII di Kebumen. Gerakan juga terjadi di daerah Kudus dan Magelang pada tahun 1951 yang dilakukan oleh Batalion 426 dan banyak menimbulkan korban jiwa dikalangan rakyat. Batalion ini menggabungkan diri dengan DI/TII pimpinan Kartosuwirjo. Gerakan DI/TII di Jawa Tengah dapat diredam melalui

Operasi Merdeka Timur oleh Brigade Pragolo di bawah pimpinan Letkol Soeharto pada tahun 1952. Sisa-sisa Batalion 426 kemudian menggabungkan diri dengan DI/TII di Jawa Barat atau dengan kelompok Amir Fatah. Kelompok DI/TII Jawa Tengah juga dapat tambahan dari pasukan MMC (Merapi Merbabu Complex). Usaha membersihkan daerah Jawa Tengah dari sisa-sisa anggota gerakan DI/TII baik Amir Fatah, Angkatan Umat Islam , Batalion 426, maupun MMC, dilakukan oleh pasukan Banteng Raiders dengan berbagai tindakan yang dapat mematahkan gerakan DI/TII di Jawa Tengah. Sulawesi Selatan Gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan Dipimpin Oleh Kahar Muzakkar. Latar belakang gerakan DI/TII pimpinan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan adalah karena keinginan kuat Kahar Muzakkar untuk menempatkan laskar-laskar rakyat Sulawesi Selatan ke dalam lingkungan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) Ia juga berkeinginan untuk menjadi pimpinan APRIS di daerah Sulawesi Selatan. Hal tersebut dilakukan karena sebelumnya Kahar Muzakkar beserta pasukannya adalah pejuang-pejuang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Selama perang kemerdekaan Kahar Muzakkar aktif berjuang Di Pulau Jawa. Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakkar mengirim surat kepada pemerintah pusat yang menyatakan agar semua anggota KGSS dimasukkan ke dalam APRIS. Kahar Muzakkar juga mengusulkan pembenttukan Brigade Hasanuddin. Sebelumnya, pemerintah teah menetapkan bahwa yang diterima menjadi pasukan APRIS adalah mereka yang memenuhi bebrapa persyaratan yang telah ditentukan. Permintaan Kahar Muzakkar ditolak oleh pemerintah pusat. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka pemerintah pusat bersama pimpinan APRIS mengeluarkan kebijakan dengan memasukkan semua anggota KGSS ke dalam Corps Tjadangan Nasional. Kahar Muzakkar sebagai pimpinan bersama dengan pangakt letnan kolonel. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat tidak ditanggapi oleh Kahar Muzakkar. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1951, Kahar Muzakkar dengan pasukannya melarikan diri ke hutan. Pada tahun 1952, ia menyatakan wilayah Sulawesi Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia pimpinan Kartosuwirjo di Jawa Barat. Penyebab lamanya menumpas gerakan ini antara lain sebagai berikut: 1. Rasa kesukuan yang ditanamkan oleh gerombolan ini berakar di hati rakyat. 2. Kahar Muzakkar mengenal sifat-sifat rakyat setempat. 3. Kahar Muzakkar fan gerombolannya dapat memanfaatkan lingkungan alam yang sudah sangat dikenalinya. Meskipun pemeritah Indonesia mengalami kesuiltan dalam mengahadapi gerakan Kahar Muzakkar, namun akhirnya pada 3 Februari 1965 Kahar Muzakkar dapat ditangkap dengan para pengikutnya. Aceh Gerakan DI/TII yang terjadi di aceh dipimpin oleh Daud Beureueh. Daud Beureueh adalah gubernur militer pada masa perang kemerdekaan. Memang diakui bahwa Aceh telah memberikan banyak sumbangan kepada Republik Indonesia sehingga pada tahun 1949 Aceh diberi status Daerah Istimewa. Setelah perang kemerdekaan usai dan negara kita kembali ke dalm bentuk negara kesatuan pada tahun 1950, daerah Aceh yang sebelumnya menjadi daerah istimewa diturunkan statusnya menjadi daerah karesidenan di bawah Provinsi Sumatra Utara. Kebijakan pemerintah tersebut ditentang oleh Daud Beureueh.

Pada tanggal 21 September 1953 Daud Beureueh mengeluarkan maklumat tentang penyatuan Aceh ke dalam NII pimpinan Kartosuwirrjo. Daud Beureueh mempunyai banyak pengaruh di Aceh, sehingga banyak tokoh rakyat Aceh yang membantu gerakan itu.namun ada pula sebagian dari masyarakat Aceh yang tidak menyetujui gerakan yang dilakukan Daud Beureueh. Pemerintah berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan berbagai cara,baik dengan jalan damai maupun dengan kekuatan senjata. Jalan damai dilakukan pemerintah dengan cara memberikan penerangan hidup terhadap masyarakat. Pada tanggal 17-28 Desember 1962, diselenggarakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh. Musyawarah itu diselenggarakan atas inisiatif Kolonel Jasin, Pangdam 1 , dan tokoh-tokoh pemerintah daerah. Melalui musyawarah itu akhirnya dapat tercapai penyelesaian secara damai. Kalimantan Selatan Pada akhir tahun 1950, Kesatuan Rakyat Jang Tertindas (KRJT) melakukan penyerangan ke pos-pos TNI di Kalimantan Selatan. KRJT dipimpin oleh seorang mantan Letnan Dua TNI yang bernama Ibnu Hadjar alias Haderi alias Angli. Pemeintah RI masih memberi kesempatan anggota gerakan ini untuk menyerahkan diri secara baik-baik. Akan tetapi, setelah merasa kuat dan memperoleh peralatan perang, ia kembali membuat kekacauan dengan bantuan Kahar Muzakkar dan Kartosuwirjo.Pada tahun 1954, Ibnu Hadjar diangkat sebagai Panglima TII wilayah Kalimantan. Akhirnya TNI menggunakan operasi militer untuk menumpas gerakan tersebut. Pada tahun 1959, Ibnu Hadjar berhasil ditangkap dan pada 22 Maret 1965, ia dijatuhi hukuman mati. Pemberontakan PKI Madiun 1948 Setelah jatuhnya Kabinet Amir Sjarifudin, Presiden Soekarno menunjuk Drs.Mohammad Hatta sebagai formatur kabinet. Kabinet ini memerintah dari 29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949. Kabinet yang tanpa anggota golongan kiri ini (sosialis-komunis) mempunyai prigram sebagia berikut: 1. Melaksanakan Persetujuan Renville 2. Mempercepat terbentuknya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) 3. Melaksanakan rasionalisasi dan pembangunan dalam negeri. Untuk meneruskan perundingan dengan Belanda, pemerintahan Hatta menunjuk Mr.Mohammad Roem sebagai ketua delegasi RI. Sementara perundingan sedang berlangsung Kabinet Hatta dirongrong oleh kegiatan politik dari Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dibentuk pada 28 Juni 1948 oleh kelompok Amir Sjarifudin. Pada Agustus 1948, tokoh kawakan PKI yang bermukim di Moskow sejak 1926, Musso, kembali ke Indonesia. Musso membawa kebijakan Jalan Baru Musso bagi PKI dan menentang kebijaksanaan kabinet Hatta yang dianggapnya lebih menjual bangsa Indonesia kepada pihak inperialis/kapitalis Belanda. Pada tanggal 18 September 1948, FDR/PKI mengambil alih kekuasaan di Madiun, FDR/PKI lalu memproklamasikan berdirinya Republik Soviet Indonesia. Selain di Madiun, PKI juga berhasil membentuk pemerintahan baru di Pati. Pada waktu yang sama Musso menyerang pemerintahan dengan mengatakan bahwa Soekarno-Hatta telah menjalankan politik kapitulasi kepada Belanda dan Inggris, serta hendak menjual tanah air kepada kapitalis. Pemerintah segera mengambil tindakan untuk menumpas pemberontakan PKI itu dengan melancarkan Gerakan Operasi Militer I.Pimpinan opersai penumpasan diserahkan kepada Kolonel A.H. Nasution. Pada waktu itu, beliau menjabat sebagai Panglima Markas Besar Komando Djawa (MBKD). Pada 30 September 1948, Madiun berhasil direbut kembali oleh TNI. Dalam operasi itu, Musso berhasil ditembak mati. Sementara itu, Amir Sjarifudin dan tokoh-tokoh lainnya dapat ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Gerakan Angakatan Perang Ratu Adil (APRA)

Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling. Ia adalah bekas komandan pasukan KNIL bentukan Belanda di Indonesia. Tujuan APRA adalah mempertahankan kepentingan Belanda melalui negara boneka ciptaannya dalam sistem negara federal. Pada 23 Januari 1950, secara mendadak sekitar 800 orang anggota pasukan APRA yang dipimpin oleh Kapten Westerling menyerbu kota Bandung. Mereka membunuh setiap anggota TNI/APRIS yang ditemui. Gerakan APRA ini juga berhasil menduduki kantor staf Divisi Siliwangi yang pada pagi hari itu hanya dijaga oleh satu regu pasukan di bawah pimpinan Letkol Lembong. Pemerintahan RIS segera mengirim pasukan bantuan ke Bandung. Sementara itu, pemerintah RIS juga mengadakan perundingan dengan komisaris tinggi Belanda di Jakarta. Hasilnya, komandan pasukan Belanda mendesak Westerling untuk meninggalkan Bandung. Pada sore hari itu juga, pasukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) bersama rakyat hingga akhirnya dapat dilumpuhkan. Westerling sendiri berhasil menyelamatkan diri. Pada Februari 1950, dengan menumpang kapal Belanda, ia meninggalkan Indonesia menuju Malaya. Peristiwa APRA ini menjadi salah satu penyebab dibubarkannya Negara Pasundan. Pemberontakan Andi Aziz Bahaya lain yang mengancam negara adalah pemberontakan Abdi Aziz di Makassar (Ujung Pandang). Andi Aziz adalah kapten perwira KNIL yang bersama pasukannya bergabung dengan APRIS pada 30 Maret 1950. Komandan APRIS pada waktu uti adalah Letkol A.J Mokoginta. Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur. Pada tanggal 15 April 1950, Andi Aziz menyerah dan berangkat ke Jakarta. Dengan hilangnya sang pimpinan, pasukan dan NIT dibubarkan untuk melebur kembali ke dalam Negara Kesatuan RI. Sementara itu, beberapa tokoh NIT yang tidak setuju dengan ide pembubaran NIT bergabung dan mangadakan gerakan separatis dengan membentuk negara sendiri yang disebut Republik Maluku Selatan (RMS). Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) Gagasan pembentukan Republik Maluku Selatan (RMS) datang dari Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil, bekas Jaksa Agung NIT. Pemerintah RIS mulai mempersiapkan operasi militer untuk menumpas gerakan separatis RMS, dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang. Serangan mulai ditujukan ke Pulau Buru dan diteruskan ke Pulau Seram. RMS sendiri bermaksud memusatkan kekuatkannya di Seram dan Ambon. Serangan APRIS ke Ambon dibagi atas tiga kelompok, yaitu Grup I dipimpin oleh Mayor Achmad Wiranatakusumah Grup II dipimpin Letnan Kolonel Slamet Riyadi Grup III dipimpin Mayor Surjo Subandrio Pada 3 November 1950,pasukan APRIS mulai didaratkan di Ambon dengan maksud untuk merebut Benteng Nieuw Victoria. Dalam pertempuran jarak dekat di muka Benteng Nieuw Victoria, Letnan Kolonel Slamet Riyadi tertembak dan gugur. Setelah melalui pertempuran yang cukup sengit, kota Ambon akhirnya dapat dikuasai dan perlawanan RMS dapat dihancurkan. Sisa-sisa gerakan RMS sempat melarikan diri ke Pulau Seram, bahkan ke negeri Belanda. Gerakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta (PRRI/PERMESTA) Di Sumatera Barat, keprihatinan melanda para peserta reuni Dewan Banteng yang diadakan pada November 1956 di Padang. Dalam reuni tersebut, peserta sepakat bahwa dalam proses pembangunan,potensi dan kekayaan daeran akan digali semaksimal mungkin berdasarkan otonomi daerah yang seluas-luasnya. Mengenai pembentukan Dewan Gajah di Sumatera Utara, Kolonel Simbolon menyatakan bahwa itu dipandang sangat kritis. Selain di Sumatera Tengah dan Sumatera Utara, pergolakan juga terjadi di Sumatera Selatan. Sekelompok golongan

politik yang telah berhasil mempengaruhi pimpinan militer setempat mencetuskan piagam pembangunan sebagai wadah aspirasi daerah. Mereka kemudian membentuk Dewan Garuda. Selain di Sumatera, di wilayah Indonesia bagian timur, terjadi pula pergolakan. Pada 2 Maret 1957, di Makassar Panglima Teritorium VII, Letkol Ventje Sumual memproklamasikan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (PERMESTA). Walaupun sudah diadakan MUNAS dan munap, kondisi kehidupan politik tidak menjadi lebih baik. Bahkan, terjadi usaha pembunuhan terhadap Presiden Soekarno ketika menghadiri acara di perguruan Cikini, Jakarta, pada 30 November 1957. Pada 15 Februari 1958, Achmad Husein memproklamasikan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dengan Syarifudin Prawiranegara sebagai perdana menteri. B. PERISTIWA GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965/PKI LATAR BELAKANG PERISTIWANGERAKAN 30 SEPTEMBER 1965 Sejak D.N.Aidit, terpilih menjadi ketua PKI tahun1951, PKI mulai menyusun program-program untuk bangkit kembali. Dalam rangka membina kader-kader PKI dalam tubuh angkatan bersenjata,pada 1964, dibentuk Biro Khusus yang langsung di bawah pimpinan D.N.Aidit. NEKOLIM adalah kepanjangan dari Neo Kolonialisme dan Imperialisme. PKI menyadari siapa yang paling berbahaya, yaitu Angkatan Darat. Oleh sebab itu, PKI berusaha mengkambinghitamkan Angkatan Darat dengan beberapa aksi sepihak. Sasran utama aksi PKI selanjutnya adalah melenyapkan pucuk-pucuk pimpinan Angkatan Darat. KRONOLOGIS PERISTIWA GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965/PKI G30S PKI dipimpin oleh Komandan Batalyon I Resimen Cakrabirawa, Letkol Untung Samsuri, dan melibatkan empat kompi pengawal kepresidenan. Gerakan 30 September 1965 didahului dengan penculikan enam orang perwira tinggi dan seorang perwira pertama Angkatan Darat. Ketujuh perwira tersebut dibawa ke Lubang Buaya yang pada saat itu dijadikan pusat gerakan PKI. Selain itu, Ade Irma Nasution, putri Jenderal Nasution, ikut menjadi korban. Sebenarnya, ada tujuh perwira tingga angkatan darat yang diculik saat itu. Namun, Menteri Kompartemen Hankam/Kepala Staf ABRI Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil meloloskan diri. Dengan menggunakan unsur-unsur KOSTRAD yang ada di Jakarta dan kesatuan militer yang masih setia, yakni Batalyon 328 Kujang/Siliwangi, Batalyon 2 Kavalen, dan Batalyon 1 Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), penumpasan G30S/PKI dimulai. BEBERAPA PENDAPAT TENTANG TRAGEDI PEMBERONTAKAN G30S/PKI Banyaknya sumber yang menyatakan adanya perbedaan versi dalam menceritakan satu bagian sejarah dari bangsa Indonesia ini telah banyak tersebar dn menjadi wacana yang cukup kruisal. Polemik tentang Gerakan 30 September / PKI sampai saat ini semakin banyak, tetapi semua itu harus diuji kebenarannya. DAMPAK SOSIAL-POLITIK DARI PERISTIWA GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965/PKI Pemerintah membentuk badan Fact Finding Ammision KOTI yang bertugas mengumpulkan data, keterangan, dan fakta mngenai peristiwa G 30 S /PKIdi berbagai daerah di Indonesia. Isi Deklarasi Mendukung Pancasila antara lain sebagai berikut. 1. Mendukung penggalangan persatuan dwitunggal antara elemen masyarakat dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dalam melaksanakan dan mengamalkan Pancasila secara murni. 2. Menolak usaha-usaha pembelaan dari unsur apapun dan dalam bentuk apapun terhadap Gerakan 30 September 1965/PKI Isi Tritura adalah sebagi berikut 1. Bubarkan PKI

2. Pembersihan kabinet Dwikora dari unsur-unsur G30S/PKI 3. Turunkan harga dan perbaikan ekonomi Pada tanggal 24 Februari 1966, para mentri hasi resuffle kabinet Dwikora dilantik.saat itu, mahasiswa turun ke jalan untuk menolak pelantikan kabinet baru tersebut. Dalam peristiwa ini, seorang demonstran Universitas Indonesia, Arif Rahman Hakim gugur terkena peluru yan ditembakkan oleh Resimen Cakrabirawa.

Anda mungkin juga menyukai