Anda di halaman 1dari 21

Prevalensi ISPA (tonsilitis)

Dunia :156 juta episode pada tahun 2006

Asia (Cina) : 21 juta kasus pada tahun 2007

Indonesia : 25,5% pada tahun 2007

Puskesmas Meruya Selatan I : 2341 kunjungan atau 31,6% pada tahun 2013

Alasan pemilihan variabel bebas


Wawancara dari 40 responden didapatkan 24 (60%) memiliki kebiasaan tidak rajin menggosok gigi Dari 24 responden tersebut17 (70,83%) diantaranya mengalami tonsilitis

Penelitian dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan ISPA khususnya tonsilitis

Perumusan Masalah
Pernyataan masalah Tingginya prevalensi ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan 1

Tujuan
Tujuan umum Diturunkannya prevalensi ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan 1.

Pertanyaan Masalah
1. Berapa banyak responden yang memiliki kebiasaan tidak rajin menggosok gigi?

Tujuan khusus

1. Diketahuinya jumlah responden yang tidak rajin menggosok gigi.


2. Diketahuinya jumlah responden yang tidak rajin menggosok gigi yang mengalami tonsilitis 3. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan tonsilitis

2. Berapa jumlah responden yang memiliki kebiasaan tidak rajin menggosok gigi mengalami tonsilitis?
3. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan tonsilitis?

Manfaat Penelitian
Bagi Responden Mendapatkan terapi Ibu responden mendapat informasi tentang tonsilitis, faktor resiko, tanda dan gejala, serta cara pencegahan tonsilitis. Bagi Puskesmas Diketahuinya prevalensi kejadian tonsilitis di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan I. Bagi Peneliti Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisis permasalahan. Memperkaya wawasan di bidang kesehatan masyarakat pada umumnya, terutama berkaitan dengan bidang yang diteliti. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan atau acuan dalam penelitian selanjutnya.

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)


Penyakit yang terbanyak diderita oleh anakanak ISPA dibagi menjadi :
Infeksi saluran pernafasan atas
Terdiri dari : lubang hidung-laring, termasuk sinus paranasal dan telinga tengah Yang termasuk infeksi saluran pernafasan atas : rhinitis (pilek), sinusitis, infeksi telinga, faringitis akut atau tonsilofaringitis, epiglotitis, laringitis

Infeksi saluran pernafasan bawah

Tonsilitis
Definisi : inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri Gejala
1. Nyeri tenggorokan dan disfagia 2. Otalgia 3. Sakit kepala dan lemas

Tanda
1. Tonsil hiperemis, dan mungkinmembesar dan terdapat pus pada kripta tonsil 2. Mukosa faring tampak inflamasi 3. Bisa disertai demam 4. Bau mulut 5. Kelenjar getah bening servikal membesar dan nyeri

KERANGKA TEORI
Berkumur setelah makan Menggosok gigi sebelum tidur

Kebiasaan menggosok gigi

TONSILITIS
Minuman es

Makanan Manis

Makanan Ringan

Gorengan

KERANGKA KONSEP
Variabel bebas Variabel tergantung

Tidak rajin menggosok gigi

TONSILITIS

Hipotesis Penelitian (Ha) Terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian ISPA khususnya tonsilitis.

Definisi Operasional
Variabel Tergantung (Tonsilitis)
Definisi Peradangan pada tonsil berdasarkan ditemukannya kemerahan pada tonsil pada saat pemeriksaan fisik, tanpa memandang besarnya tonsil. Cara ukur : Inspeksi pada tonsil Alat ukur : Spatel tongue, pen light Hasil ukur : Tonsilitis atau tidak tonsilitis Skala ukur : data kategorik skala nominal

Variabel bebas (Kebiasaan menggosok gigi)


Definisi : menggosok gigi 2x dalam sehari dan menggosok gigi pada malam hari Cara : melakukan wawancara Alat : kuisioner Hasil : rajin menggosok gigi dan tidak rajin menggosok gigi Skala : data kategorik skala nominal

Metodologi Penelitian
Desain penelitian dan variabel Desain studi cross sectional Kebiasaan menggosok gigivariabel bebas Kejadian tonsillitisvariabel tergantung.
Tempat dan waktu penelitian Tempat : Puskesmas Meruya Selatan 1 Waktu : 1 Maret 2014 25Maret 2014

POPULASI Populasi Target Semua pasien anak-anak yang menderita ISPA yang berusia 6-12 tahun Populasi terjangkau Populasi target yang berobat ke Puskesmas Meruya Selatan 1 dari tanggal 1 Maret -25 Maret 2014 Kriteria Ekslusi Responden post tonsilektomi

Sampel Semua populasi terjangkau yang tidak memiliki kriteria eksklusi. Besar sampel Perhitungan besar sampel pada penelitian ini dengan P1 (asumsi peneliti) didapatkan 384 orang Teknik pengambilan sampel Consecutive Non Random Sampling pada semua responden yang tidak memiliki kriteria eksklusi yang datang berobat di Puskesmas Meruya Selatan 1.

Pengumpulan Data
InstrumenPengumpulan Data Kuesioner Senter Spatel Tongue Cara Pengumpulan Data Penelitian dilakukan setelah mendapat izin dari kepala dan dokter umum Penelitian dilakukan oleh 4 orang peneliti. Tanggal 1 Maret25 Maret 2014 dilakukan pengisian kuisioner bagi yang bersedia untuk diwawancara. Peneliti pertama melakukan wawancara sesuai pertanyaan yang tercantum di kuesioner 1. Setelah data awal terisi, peneliti pertama juga melakukan pemeriksaan fisik tonsil terhadap pasien, kemudian mencatat hasilnya dalam tabel pemeriksaan fisik tonsil. di ruangan yang berbeda, peneliti kedua melakukan wawancara sesuai pertanyaan yang tercantum di kuesioner 2.

Semua pasien anak-anak berusia 6-12 tahun yang berobat ke Puskesmas Meruya Selatan 1 pada tanggal 1 maret 2014-13 Maret 2014 Tidak pernah Tonsilektomi Responden ditanyakan kesediaannya untuk ikut serta Post Tonsilektomi

Tidak ikut serta dalam penelitian Tidak dijadikan

menjawab kuisioner
Bersedia sampel

Tidak bersedia

Peneliti1 menanyakan kuisioner 1 dan melakukan pemeriksaan fisik tonsil terhadap responden, kemudian mencatat hasilnya dalam table pemeriksaan fisik

Peneliti 2 menanyakan kuisioner 2 mengenai factor-faktor resiko tonsillitis, kemudian mencatat kebiasaan menggosok gigi responden

Tonsilitis

Tidak Tonsilitis

Tidak rajin
menggosok gigi

Rajin menggosok gigi

Teknik Dan Analisis Data


1. Analisa asosiasi statistik Uji statistik Chi-Square mengetahui kemaknaan antara variabel bebas (independent variable) beskala nominal (data kategorik) dan variabel tergantung (dependent variable) berskala nominal (data kategorik). Kemaknaan hubungan antara kedua variabel dinilai dari p-value pada dua variabel.
P < 0.05 : HO ditolak terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian ISPA khususnya tonsilitis. P >= 0.05 : HO gagal ditolak tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian ISPA khususnya tonsilitis.

2. Analisa asosiasi epidemiologik Diperoleh dengan menghitung asosiasi Prevalence Relative Ratio (PRR).
TONSILITIS Tidak rajin menggosok gigi Rajin menggosok gigi Total a c a+c NON TONSILITIS b d b+d

Rumus Prevalence Ratio =

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 40 reponden anak-anak di Wilayah Kerja Puskesmas Meruya Selatan I (1 maret-25 maret 2014), dapat disimpulkan: Jumlah responden yang tidak rajin menggosok gigi sebesar 24 anak (60%) Jumlah responden yang tidak rajin menggosok gigi yang mengalami tonsillitis sebesar 17 anak (70,83%) Secara statistik, didapatkan hubungan bermakna antara kebiasaan menggosok gigi dengan tonsillitis (p-value = 0.00. Secara epidemiologi, responden yang tidak rajin menggosok gigi memiliki resiko 3.778 kali lebih besar untuk mengalami tonsilitis dibandingkan dengan responden yang rajin menggosok gigi (PRR = 3.778)

Saran
Bagi Responden/Masyarakat Diharapkan responden/masyarakat dapat menjaga kebersihan mulut dan giginya dengan lebih rajin menggosok gigi yaitu 2x sehari dan menggosok gigi dimalam hari sehingga terhindar dari tonsillitis. Bagi Puskesmas Kelurahan Meruya Utara Menyarankan bagi Puskesmas agar melakukan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kebersihan mulut dan gigi sehingga prevalensi ISPA termasuk tonsillitis dapat diturunkan. Bagi Peneliti Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya menggunakan jumlah responden yang lebih besar, periode penelitian yang lebih panjang dan memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian tonsillitis untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai