Puskesmas Meruya Selatan I : 2341 kunjungan atau 31,6% pada tahun 2013
Penelitian dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan ISPA khususnya tonsilitis
Perumusan Masalah
Pernyataan masalah Tingginya prevalensi ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan 1
Tujuan
Tujuan umum Diturunkannya prevalensi ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan 1.
Pertanyaan Masalah
1. Berapa banyak responden yang memiliki kebiasaan tidak rajin menggosok gigi?
Tujuan khusus
2. Berapa jumlah responden yang memiliki kebiasaan tidak rajin menggosok gigi mengalami tonsilitis?
3. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan tonsilitis?
Manfaat Penelitian
Bagi Responden Mendapatkan terapi Ibu responden mendapat informasi tentang tonsilitis, faktor resiko, tanda dan gejala, serta cara pencegahan tonsilitis. Bagi Puskesmas Diketahuinya prevalensi kejadian tonsilitis di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan I. Bagi Peneliti Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisis permasalahan. Memperkaya wawasan di bidang kesehatan masyarakat pada umumnya, terutama berkaitan dengan bidang yang diteliti. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan atau acuan dalam penelitian selanjutnya.
Tonsilitis
Definisi : inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri Gejala
1. Nyeri tenggorokan dan disfagia 2. Otalgia 3. Sakit kepala dan lemas
Tanda
1. Tonsil hiperemis, dan mungkinmembesar dan terdapat pus pada kripta tonsil 2. Mukosa faring tampak inflamasi 3. Bisa disertai demam 4. Bau mulut 5. Kelenjar getah bening servikal membesar dan nyeri
KERANGKA TEORI
Berkumur setelah makan Menggosok gigi sebelum tidur
TONSILITIS
Minuman es
Makanan Manis
Makanan Ringan
Gorengan
KERANGKA KONSEP
Variabel bebas Variabel tergantung
TONSILITIS
Hipotesis Penelitian (Ha) Terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian ISPA khususnya tonsilitis.
Definisi Operasional
Variabel Tergantung (Tonsilitis)
Definisi Peradangan pada tonsil berdasarkan ditemukannya kemerahan pada tonsil pada saat pemeriksaan fisik, tanpa memandang besarnya tonsil. Cara ukur : Inspeksi pada tonsil Alat ukur : Spatel tongue, pen light Hasil ukur : Tonsilitis atau tidak tonsilitis Skala ukur : data kategorik skala nominal
Metodologi Penelitian
Desain penelitian dan variabel Desain studi cross sectional Kebiasaan menggosok gigivariabel bebas Kejadian tonsillitisvariabel tergantung.
Tempat dan waktu penelitian Tempat : Puskesmas Meruya Selatan 1 Waktu : 1 Maret 2014 25Maret 2014
POPULASI Populasi Target Semua pasien anak-anak yang menderita ISPA yang berusia 6-12 tahun Populasi terjangkau Populasi target yang berobat ke Puskesmas Meruya Selatan 1 dari tanggal 1 Maret -25 Maret 2014 Kriteria Ekslusi Responden post tonsilektomi
Sampel Semua populasi terjangkau yang tidak memiliki kriteria eksklusi. Besar sampel Perhitungan besar sampel pada penelitian ini dengan P1 (asumsi peneliti) didapatkan 384 orang Teknik pengambilan sampel Consecutive Non Random Sampling pada semua responden yang tidak memiliki kriteria eksklusi yang datang berobat di Puskesmas Meruya Selatan 1.
Pengumpulan Data
InstrumenPengumpulan Data Kuesioner Senter Spatel Tongue Cara Pengumpulan Data Penelitian dilakukan setelah mendapat izin dari kepala dan dokter umum Penelitian dilakukan oleh 4 orang peneliti. Tanggal 1 Maret25 Maret 2014 dilakukan pengisian kuisioner bagi yang bersedia untuk diwawancara. Peneliti pertama melakukan wawancara sesuai pertanyaan yang tercantum di kuesioner 1. Setelah data awal terisi, peneliti pertama juga melakukan pemeriksaan fisik tonsil terhadap pasien, kemudian mencatat hasilnya dalam tabel pemeriksaan fisik tonsil. di ruangan yang berbeda, peneliti kedua melakukan wawancara sesuai pertanyaan yang tercantum di kuesioner 2.
Semua pasien anak-anak berusia 6-12 tahun yang berobat ke Puskesmas Meruya Selatan 1 pada tanggal 1 maret 2014-13 Maret 2014 Tidak pernah Tonsilektomi Responden ditanyakan kesediaannya untuk ikut serta Post Tonsilektomi
menjawab kuisioner
Bersedia sampel
Tidak bersedia
Peneliti1 menanyakan kuisioner 1 dan melakukan pemeriksaan fisik tonsil terhadap responden, kemudian mencatat hasilnya dalam table pemeriksaan fisik
Peneliti 2 menanyakan kuisioner 2 mengenai factor-faktor resiko tonsillitis, kemudian mencatat kebiasaan menggosok gigi responden
Tonsilitis
Tidak Tonsilitis
Tidak rajin
menggosok gigi
2. Analisa asosiasi epidemiologik Diperoleh dengan menghitung asosiasi Prevalence Relative Ratio (PRR).
TONSILITIS Tidak rajin menggosok gigi Rajin menggosok gigi Total a c a+c NON TONSILITIS b d b+d
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 40 reponden anak-anak di Wilayah Kerja Puskesmas Meruya Selatan I (1 maret-25 maret 2014), dapat disimpulkan: Jumlah responden yang tidak rajin menggosok gigi sebesar 24 anak (60%) Jumlah responden yang tidak rajin menggosok gigi yang mengalami tonsillitis sebesar 17 anak (70,83%) Secara statistik, didapatkan hubungan bermakna antara kebiasaan menggosok gigi dengan tonsillitis (p-value = 0.00. Secara epidemiologi, responden yang tidak rajin menggosok gigi memiliki resiko 3.778 kali lebih besar untuk mengalami tonsilitis dibandingkan dengan responden yang rajin menggosok gigi (PRR = 3.778)
Saran
Bagi Responden/Masyarakat Diharapkan responden/masyarakat dapat menjaga kebersihan mulut dan giginya dengan lebih rajin menggosok gigi yaitu 2x sehari dan menggosok gigi dimalam hari sehingga terhindar dari tonsillitis. Bagi Puskesmas Kelurahan Meruya Utara Menyarankan bagi Puskesmas agar melakukan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kebersihan mulut dan gigi sehingga prevalensi ISPA termasuk tonsillitis dapat diturunkan. Bagi Peneliti Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya menggunakan jumlah responden yang lebih besar, periode penelitian yang lebih panjang dan memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian tonsillitis untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat.