Anda di halaman 1dari 43

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA AN. S DENGAN


DEMAM TIFOID PADA KELUARGA TN. S DI DESA TUBAN KIDUL
KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR



DI SUSUN OLEH:

ADIKTIYA LIHANINTO KURNIAWAN
NIM. P.10001




PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013


i

STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA AN. S DENGAN
DEMAM TIFOID PADA KELUARGA TN. S DI DESA TUBAN KIDUL
KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR

Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan



DI SUSUN OLEH:

ADIKTIYA LIHANINTO KURNIAWAN
NIM. P.10001

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013







ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Adiktiya Lihaninto Kurniawan
NIM : P. 10001
Program Studi : D III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA
An. S DENGAN DEMAM TIFOID PADA KELUARGA Tn. S DI DESA TUBAN
KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, Juni 2013
Yang Membuat Pernyataan


Adiktiya Lihaninto Kurniawan
NIM P.10001




iii

LEMBAR PERSETUJUAN


Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Adiktiya Lihaninto Kurniawan
NIM : P. 10001
Program Studi : D III Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA An.S
DENGAN DEMAM TIFOID PADA KELUARGA Tn.S
DI DESA TUBAN KIDUL KECAMATAN
GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR
Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmia Prodi
D III keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta




Ditetapkan di : Surakarta
Hari / tanggal : Jumat / 07 Juni 2013







Pembimbing : Nurma Rahmawati, S.Kep., Ns ( )
NIK. 201186076








iv




v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA AN. S
DENGAN DEMAM TIFOID PADA KELUARGA TN. S DI DESA TUBAN
KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat membina ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan, pembimbing, dan penguji yang telah memberikan kesempatan
untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
3. Nurma Rahmawati S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing yang berkenan
memberikan masukan-masukan, saran, inspirasi, perasaan nyaman dalam ujian
sidang serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.


vi

4. Amalia Agustin, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji II yang berkenan
memberikan masukan-masukan, saran, inspirasi, perasaan nyaman dalam ujian
sidang serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji III yang berkenan
memberikan masukan-masukan, saran, inspirasi, perasaan nyaman dalam ujian
sidang serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Progam Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orangtua saya yang selalu menjadi inspirasi, doa dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII KeperawatanSTIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, Juni 2013

Penulis






vii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME.. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN . iv
KATA PENGANTAR . v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL . ix
DAFTAR GAMBAR . x
DAFTAR LAMPIRAN .. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Lalar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan .............................. 5
C. Manfaat Penulisan ................................. 6
BAB II LAPOKAN KASUS
A. Data Umum Keluarga ... 7
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga .. 9
C. Diagnosa Keperawatan . 11
D. Perencanaan keperawatan 12
E. Implementasi Keperawatan .. 13
F. Evaluasi Keperawatan .. 15



viii

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan 17
B. Simpulan ... 27
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup



































ix

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 : Penghitungan skoring diagnosa keperawatan keluarga
Tn.S................................................................................. 12



























x

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 2.1 : Genogram Keluarga Tn. S .............................. 8








































xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 : Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 3 : Log Book
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 : Asuhan Keperawatan


































1


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan manusia dapat dilihat dalam rentang sehat sakit. Dimana
rentang sehat sakit ini digunakan sebagai alat ukur dalam penilaian status
kesehatan yang dinamis dan dapat menjadi batasan oleh seorang perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan yang jelas. Konsep sehat sakit
adalah bentuk pelayanan yang diberikan pada manusia dalam rentang
sehat sampai sakit. Berdasarkan rentang sehat - sakit tersebut, maka
paradigma keperawatan dalam konsep sehat - sakit memandang bahwa
bentuk pelayanan keperawatan yang akan diberikan selama sehat dan
sakit, apakah statusnya dalam tahap setengah sakit, sakit atau sakit kronis
sehingga akan diketahui tingkatan asuhan keperawatan yang akan
diberikan serta tujuan yang ingin diharapkan dalam meningkatkan status
kesehatan.
Rentang sakit digambarkan mulai dari setengah sakit, sakit, sakit
kronis dan berakhir dengan kematian, sedangkan rentang sehat dapat
digambarkan mulai sehat normal, sehat sekali dan sejahtera, sebagai status
sehat paling tinggi. Rentang ini merupakan suatu alat ukur dalam menilai
status kesehatan yang bersifat dinamis dan selalu berubah dalam setiap
waktu (Hidayat, 2007). Menurut Mubarak (2008), penyakit adalah saat
1
2



dimana kondisi seseorang sakit, dan tidak mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri.
Menurut Stoppard (2010), tifoid adalah penyakit yang ditimbulkan
bakteri Salmonella tifosa, bakteri ini berkembang biak di usus, gejala
penyakit muncul 7 hari sampai 14 hari setelah terinfeksi berupa sakit
kepala, demam tinggi, batuk kering dan nyeri perut. Demam tifoid adalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella tifosa. Penyakit ini
dapat menyerang tubuh melalui makanan atau minuman yang
menyebabkan infeksi usus halus. Menurut Ardiansyah (2012), tifoid
adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus, dan pada aliran darah,
yang di sebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi
A, B, dan C, yang terkadang juga dapat menyebabkan gastroenteritis
(keracunan makanan) dan septikemia (tidak menyerang usus). Kuman
kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan dan berkembang biak
di dalamnya. Setelah berkembang biak, bakteri kemudian menembus
dinding usus menuju saluran linfe dan masuk ke dalam pembuluh darah
dalam waktu 24 sampai 72 jam.
Besarnya kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan
karena penyakit tersebut dikenal mempunyai gejala dengan spektrum
klinis yang sangat luas. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun
2009, demam tifoid menempati urutan ketiga dari 10 penyakit terbanyak
pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2009 yaitu sebanyak 80.850 kasus,
yang meninggal 1.747 orang sebesar 1,25 persen. Sedangkan berdasarkan
3



Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 demam tifoid atau paratifoid juga
menempati urutan ketiga dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di
rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41.081 kasus, yang meninggal 274
orang dengan sebesar 0,67 persen. Menurut Riset Kesehatan Dasar
Nasional tahun 2007, prevalensi tifoid klinis nasional sebesar 1,6 persen.
Sedang prevalensi hasil analisa lanjut ini sebesar 1,5 persen yang artinya
ada kasus tifoid 1.500 per 100.000 penduduk Indonesia. Tifoid klinis
dideteksi di Provinsi Jawa Tengah dengan prevalensi 1,61 persen dan
tersebar di seluruh Kabupaten atau Kota dengan prevalensi yang berbeda-
beda di setiap tempat. Prevalensi tifoid di Kabupaten Semarang sebesar
0,8 persen (Pramitasari, 2013). Di Puskesmas Gondangrejo didapatkan
kasus dengan penderita tifoid sebanyak 51 orang dari jumlah penduduk
sebanyak 72.598 penduduk atau sebesar 0,14 persen (Puskesmas
Gondangrejo, 2013).
Salah satu aspek terpenting dalam keluarga adalah keluarga.
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari berhubungan
dengan kita. Keadaan ini perlu disadari sepenuhnya bahwa setiap individu
merupakan bagiannya dan di keluarga juga semua dapat diekspresikan
tanpa hambatan yang berarti. Menurut friedman (1998), keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan kriteria aturan
dan emosional, individu mempunyai peran masing - masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Suprajitno, 2012). Keluarga mempunyai
lima fungsi keluarga yang pertama yaitu keluarga mengenal masalah
4



kesehatan yaitu mengkaji keluarga tentang sejauh mana keluarga
mengetahui atau mengenal fakta fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah. Kedua
membuat keputusan tindakan yang tepat yaitu keluarga harus bisa
mengambil keputusan tentang tidakan yang harus diambil dalam
menentukan masalah. Ketiga memberi perawatan pada anggota keluarga
yang sakit. Keempat memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana
lingkungan rumah yang sehat yaitu keluarga mampu menciptakan
lingkungan yang mencakup tentang pentingnya sanitasi yang bersih,
manfaat lingkungan yang sehat, dan kekompakan antar anggota keluarga
dalam pemeliharaan lingkungan yang sehat. Dan yang kelima merujuk
pada fasilitas kesehatan masyarakat yaitu melakukan tindakan yang lebih
lanjut dalam memberikan perawatan pada keluarga.
Berdasarkan dari kelima fungsi keluarga tersebut salah satunya
adalah fungsi perawatan anggota keluarga yang sakit. Fungsi ini untuk
mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap memiliki
produktifitas yang tinggi. Untuk mempertahankannya dalam perspektif,
fungsi ini merupakan salah satu fungsi keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, tempat tinggal dan
perawatan kesehata (Efend, 2009)
Berdasarkan hasil studi pengkajian yang penulis lakukan di
Puskesmas Gondangrejo terhadap keluarga Tn. S yaitu khususnya An. S
5



menderita penyakit tifoid. Ny. S mengatakan An. S panas tinggi. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik pada An. S didapatkan suhu tubuh An. S 38,5
derajat celsius. Saat diberi informasi bahwa An. S harus di opname
keluarga menolak dan meminta agar An. S di rawat di rumah saja.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil kasus tersebut
dalam suatu karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan pada
An. S dengan Demam Tifoid pada Keluarga Tn. S di Desa Tuban Kidul,
Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan asuhan keperawatan keluarga pada An. S dengan demam
tifoid pada keluarga Tn. S di desa Tuban Kidul Kecamatan
Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. S dengan demam
tifoid pada keluarga Tn. S.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. S
dengan demam tifoid pada keluarga Tn. S.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada An. S
dengan demam tifoid pada keluarga Tn. S.
d. Penulis mampu melaksanakan implementasi pada An. S dengan
demam tifoid pada keluarga Tn. S.
6



e. Penulis mampu melaksanakan evaluasi pada An. S dengan demam
tifoid pada keluarga Tn. S.
C. Manfaat Penulisan
Laporan ini semoga bermanfaat bagi :
1. Manfaat bagi Institusi
a. Puskesmas
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, khususnya dalam
pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid.
b. Pendidikan
Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang
akan datang.
2. Manfaat bagi penulis
Penulis dapat mendapatkan pengetahuan, pengalaman, wawasan dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan demam
tifoid.







7



BAB II
LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang studi kasus yang dilakukan
pada An. S dengan demam tifoid pada keluarga Tn. S, pengkajian yang
dilakukan tanggal 22 April 2013 di desa Tuban Kidul, Kecamatan
Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Studi kasus ini dimulai dari tahap
pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi.

A. Data Umum Keluarga
Hasil dari pengkajian yang dilakukan pada tanggal 22 April 2013
pukul 13.00 WIB di desa Tuban Kidul kecamatan Gondangrejo dengan
alloanamnesa, melakukan pengamatan atau pemantauan langsung, dan
pemeriksaan fisik. Dari data pengkajian di dapatkan hasil nama kepala
keluarga Tn. S, umur 70 tahun, alamat Tuban Kidul Kecamatan
Gondangrejo. Tn. S bekerja sebagai petani dan sebagai pengrajin keset
dari serabut kelapa, pendidikan terakhir Tn. S adalah sekolah dasar.
Komposisi keluarga Tn. S yaitu Tn. S umur 70 tahun, berjenis kelamin
laki laki, sebagai kepala keluarga, dan pekerjaan sebagai petani, Ny. S
umur 50 tahun, berjenis kelamin perempuan, hubungan keluarga istri dari
Tn. S, pekerjaan petani, dan An. S umur 10 tahun, berjenis kelamin laki
laki, hubungan dengan keluarga sebagai anak dari Tn. S. Ayah dan ibu
7
8




Tn. S. Struktur keluarga dari Tn. S dapat dilihat pada gambar genogram
dibawah ini :

Ny. S 50 thn
Tn. S, 70 thn N

An. S umur 10 tahun



Gambar 2.1 genogram keluarga Tn. S
Keterangan :

: Laki laki sudah meniggal
: laki - laki
: Perempuan sudah meninggal
: Perempuan
: Klien
: Tinggal serumah

Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2013 berdasarkan
didapatkan tipe dari keluarga Tn. S adalah keluarga inti dengan komposisi
yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak yang masih di bangku
sekolah. Penghasilan keluarga Tn. S berasal dari bertani dan sebagai
pengkrajin keset dari sabut kelapa, rata rata penghasilan Tn. S yaitu Rp.
500.000.- / bulan, yang di pergunakan untuk keperluan sehari- hari seperti

9




makan sehari hari, kebutuhan rumah dan di pergunakan untuk
membiayai sekolah An. S. Tn. S tidak memiliki tabungan khusus buat
kesehatan. Barang berharga yang dililiki oleh Tn. S adalah cincin emas,
televisi, dan sepeda ontel. Keluarga Tn. S mengatakan jarang pergi
ketempat rekreasi secara bersama dan biasanya hanya berkumpul di rumah
sambil meliat televisi.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2013 berdasarkan
riwayat dan tahap perkembangan keluarga, didapatkan tahap
perkembangan pada keluarga Tn. S pada saat ini termasuk dengan
keluarga dengan anak usia sekolah (6 tahun sampai 13 tahun), tugas
perkembangan keluarga antara lain.
Tahap perkembangan yang pertama membantu sosialisasi anak
terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas,
dimana Tn. S mengatakan apabila An. S pergi bermain harus pulang
sebelum pukul 15.00 WIB, dan setelah pulang sekolah harus pulang
kerumah terlebih dahulu baru kemudian pergi bermain.
Tahap perkembangan yang kedua adalah mendorong anak untuk
mencapai perkembangan daya intelektual, Tn. S mengatakan An. S harus
menyelesaikan sekolah sampai setinggi tingginya. Tahap perkembangan
yang ketiga adalah memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
10




Tahap perkembangan yang keempat adalah menyesuaikan pada
aktifitas komuniti dengan mengikut sertakan anak, Tn. S mengajarkan
kepada An. S untuk mengikuti kegiatan di kampungnya seperti pengajian.
Tahap perkembangan keluarga yang belum tercapai pada keluarga
Tn. S adalah memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga, dimana Tn. S mengatakan
belum bisa memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan biaya kesehatan anggota keluarganya. Dikarenakan
penghasilan yang didapat tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari hari
dengan penghasilan Tn. S rata - rata Rp. 500.000,- per bulan.
Riwayat keluarga inti, Tn. S mengatakan sudah menikah 33 tahun
dan dikaruniai tiga orang anak, Tn. S mengatakan bahwa dirinya sering
mengalami pusing dan pegal - pegal pada tengkuk dan Tn. S mengatakan
bahwa dirinya ada keturunan hipertensi dari ibunya. Pada Ny. S
mengatakan tidak ada keluhan dan tidak ada penyakit keturunan.
Sedangkan pada An. S mengeluhkan badannya terasa panas, setelah dikaji
suhu An. S yaitu 38,5 derajat celsius, dan badan An. S teraba panas, dan
badan terasa lemas.
Fungsi keluarga pada Tn. S yaitu fungsi perawatan keluarga
karena keluarga Tn. S belum mampu mengenal masalah kesehatan pada
anggota keluarga yang sakit dengan keadaan An. S yang mengalami panas
dan hanya dibelikan obat obatan dari warung tetapi panas An. S tidak
kunjung turun. Keluarga Tn. S belum mengetahui tentang tifoid, tanda
11




gejala yang ditimbulkan oleh tifoid, kemudian rasa takut yang di alami
oleh salah satu dari anggota keluarga Tn. S serta sifat dan filsafah hudup
yang dialami keluarga Tn. S.
Terapi obat yang diberiakn kepada An. S dari Puskesmas
Gondangrejo yaitu parasetamol dengan dosis 500 miligram diminum tiga
kali per hari, antasida dengan dosis 200 miligram diminum tiga kali per
hari, vitamin B 6 dengan dosis 10 miligram diminum tiga kali per hari, dan
kloramfenikol dengan dosis 250 miligram diminum tiga kali perhari.
Hasil pemeriksaan fisik atau head to toe yang dilakukan pada An.
S yang dilakukan pada tanggal 23 April 2013 di dapatkan data sebagai
berikut suhu tubuh An. S 38,5 derajat celsius, nadi 84 kali per menit,
pernafasan 20 kali per menit, berat badan 15 kilogram, dan tinggi badan
110 centi meter. Keluhan yang dirasakn An. S yaitu badanya panas dan
lemas.

C. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil analisa data yang di lakukan pada keluarga Tn. S
didapatkan data subjektif Ny. S mengatakan An. S panas tinggi pada hari
sabtu tanggal 21 April 2013, dan hanya diberikan obat dari warung.
Karena panas pada An. S tidak kunjung turun, maka keluarga Tn. S
mendapatkan saran dari tetangga untuk membawa An. S ke Puskesmas.
Keluarga Tn. S tidak mengetahui tentang pengertian tifoid, tanda dan
gejala yang diterjadi pada penderita tifoid. Dari data obyektif didapatkan
12



An. S terlihat lemas dari hasil pemeriksaan didapatkan suhu tubuh 38,5
derajat celcius, nadi 84 kali per menit dan pernafasan 20 kali per menit.
Berdasarkan analisa data diatas dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan hipertermi pada An. S berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga Tn. S dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga yang
sakit. Untuk penghitungan skoring diagnosa keperawatan hipertermi pada
An. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam
mengenal masalah kesehatan pada keluarga yang sakit dapat dilihat pada
tabel dibawah ini
Tabel 2.1 Hasil Penghitungan Skoring Diagnosa Keperawatan
KeluargaTn. S

No Kriteria Skor Bobot Nilai
1 Sifat Masalah 1
Aktual
3

2 Kemungkinan masalah dapat di ubah 2
Mudah
2 x 2 = 2
3 Potensi masalah dapat di ubah 1
Tinggi
3

4 Menonjolnya masalah 1
Masalah dirasakan dan harus segera
ditangani
2

Jumlah 5

D. Intervensi
Tujuan umum dari intervensi keperawatan terkait dengan kasus
hipertermi pada An. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn.
S dalam mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga yang sakit
adalah setelah dilakukan tiga kali kunjungan rumah diharapkan suhu tubuh
13




dalam batas normal (36 derajat celsius sampai 37 derajat celsius), dan
tujuan khususnya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
tiga kali kunjungan rumah diharapkan keluarga dapat mengerti tentang
pengertian, tanda dan gejala serta diit yang diperbolehkan dan yang tidak
diperbolehkan untuk penderita demam tifoid, keluarga dapat merawat
anggota keluarga dengan demam tifoid, dan keluarga dapat memahami diit
untuk penderita demam tifoid.
Tindakan keperawatan yang penulis lakukan untuk tercapainya
tujuan di atas antara lain kaji tanda tanda vital seperti suhu, nadi dan
respirasi atau pernafasan dengan rasional untuk mengetahipeningkatan
suhu tubuh. Kaji keluarga tentang pengertian tifoid dengan rasional untuk
menambah pengetahuan keluarga tentang tifoid. Diskusikan dengan
keluarga tanda dan gejala tifoid dengan rasional supaya keluarga lebih
memahami tentang tanda dan gejala tifoid. Diskusikan dengan keluarga
tentang cara merawat anggota keluarga dengan demam tifoid dangan
mengajarkan cara kompres air hangat yang benar bila terdapat anggota
keluarga yang mengalami panas tinggi dengan rasional supaya keluarga
mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit. Diskusikan dengan
anggota keluarga tentang diit yang tepat untuk penderita demam tifoid
dengan rasional agar keluarga mengetahui makanan yang di perbolehkan
dan yang tidak di perbolehkan untuk penderita tifoid.


14





E. Implementasi
Tindakan keperawatan yang di lakukan penulis sesuai dengan
perencanaan. Pada prioritas diagnosa hipertermi pada An. S berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam mengenal masalah
kesehatan pada keluarga yang sakit tifoid. Pada tanggal 22 April 2013
pukul 13.00 WIB. Pertama, penulis melakukan pengkajian tanda tanda
vital pada An. S diperoleh data subyektif An. S bersedia untuk diperiksa
dan data obyektif suhu dari An. S 38,5 derajat celsius, nadi 84 kali per
menit, dan pernafasan 20 kali per menit. Serta penulis melakukan
pengkajian terhadap Tn. S tentang pengetahuan penyakit tifoid dengan
data subyektif, Tn. S mengatakan tidak mengerti tentang pengertian, tanda
dan gejala demam tifoid. Data obyektif, Tn. S terlihat banyak bertanya
tentang penyakit tifoid.
Tanggal 23 April 2013 pukul 14.00 WIB. Penulis melakukan
pengkajian tanda tanda vital pada An. S diperoleh data subyektif An. S
bersedia untuk diperiksa dan data obyektif suhu dari An. S 40 derajat
celsius, nadi 89 kali per menit, dan pernafasan 21 kali per menit pada
pukul 14.30 WIB. Penulis melakukan tindakan pada keluarga Tn. S
tentang memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, tanda dan
gejala, penyebab tifoid dan cara kompres air hangat pada penderita
hipertermi atau demam. Didapatkan data subyektif keluarga Tn. S
bersedia untuk diberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, tanda
dan gejala, penyebab tifoid dan bersedia diajarkan cara kompres air hangat
15




dan data obyektif Tn. S tampak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh
penulis dan mulai mempraktikkan pada keluarganya yang demam.
Tangal 24 April 2013 pukul 10.00 WIB, penulis melakukan
pengkaji tanda tanda vital pada An. S diperoleh data subyektif An. S
bersedia untuk diperiksa dan data obyektif suhu dari An. S 38 derajat
celsius, nadi 86 kali per menit, dan pernafasan 20 kali per menit pada
pukul 10.30. Penulis memberikan pengertian pada Tn. S makanan apa saja
yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan untuk penderita tifoid.
Didapatkan data subyektif keluarga Tn. S bersedia untuk diberikan
pengertian tentang makanan yang di anjurkan dan yang tidak di
perbolehkan untuk penderita tifoid dan data obyektif Tn. S terlihat senang
setelah mengetahui apa saja makanan yang boleh di konsumsi dalam pola
makan dan diet untuk penderita tifoid.

F. Evaluasi
Tanggal 24 April 2013 pukul 11.00 WIB penulis melakukan
evaluasi pada keluarga Tn. S tentang pengertian, tanda, gejala, dan
penyebab tifoid beserta pola makan dan diet untuk penderita tifoid serta
tanda tanda vital pada An. S. Didapatkan data subyektif, Ny. S
mengatakan sudah mengerti tentang pengertian, tanda, gejala, dan
penyebab tifoid beserta pola makan dan diet untuk penderita tifoid. Data
obyektif, Ny. S terlihat melakukan kompres air hangat pada An. S yang
masih demam, Ny. S memberikan makanan rendah serat dan makanan
16




yang tidak asam atau pedas kepada An. S serta suhu dari An. S yaitu 38
derajat celsius, nadi 86 kali permenit dan pernafasan 20 kali permenit.
Berdasarkan data subyektif dan obyektif diatas di dapatkan hasil
analisa, pada An. S dengan diagnosa keperawatan hipertermi pada An. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam mengenal
masalah kesehatan pada keluarga yang sakit belum teratasi sehingga
intervensi dilanjutkan meliputi anjurkan pada keluarga untuk melakukan
kompres air hangat apabila An. S masih demam, lanjutkan terapy yang
sudah diberikan dari Puskesmas dan bila masih demam anjurkan keluarga
untuk membawa An. S ke puskesmas kembali, karena keluarga Tn. S
sudah mengerti pengertian, tanda dan gejala tifoid, serta diit untuk demam
tifoid dan keluarga sudah mengetahui cara mengopres dengan benar pada
anggota keluarga yang mengalami demam serta telah menganjurkan
kepada keluarga Tn. S adar melanjutkan teraphy yang diberikan oleh
Puskesmas dan apabila obat habis dan suhu An. S belum kunjung turun
juga agar keluarga Tn. S membawa An. S ke Puskesmas kembali, oleh
karena itu kunjungan kerumah Tn. S dihentikan.






17




BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Dalam pembahasan ini penulis akan membahas tentang, Asuhan
Keperawatan Pada An. S dengan Demam Tifoid pada Keluarga Tn. S di Desa
Tuban Kidul, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, yang dilakukan
pada tanggal 22 April 2013
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya
(Rohmah, 2012). Sumber informasi dapat menggunakan metode meliputi
wawancara, observasi dan pemeriksaan.
Tifoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus, dan terkadang
pada aliran darah, yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi A, B, dan C, yang terkadang juga dapat menyebabkan
gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak menyerang
usus). Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan kuman
Salmonela enterika, khusus varian - varian terutama, yaitu Salmonella typhi
(Ardiansah, 2012). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi,
ditularkan melalui makanan, susu, atau air yang tercemar, demam tifoit
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh secara bertahap, denyut nadi yang
lambat, sakit kepala, mengantuk, dan batuk. Tanda gejala berdasarkan teori
17
18


tersebut sesuai dengan kasus pada An. S dimana hasil dalam pengkajian
riwayat An. S yaitu didapatkan hasil suhu tubuh pada An. S yaitu 38,5
derajat celsius, nadi 84 kali permenit dan pernafasan 20 kali permenit, serta
An.S mengatakan badan terasa lemas. Hipertermia adalah peningkatan
temperatur tubuh di atas rentang normal dengan batasan karakteristik
meliputi peningkatan temperatur suhu di atas rentang normal, frekuensi
nafas meningkat, diraba hangat (Nanda, 2006 - 2007), dapat dikatakan
hipertermi apabila suhu tubuh diatas rentang normal yaitu 36,5 derajad
celsius sampai 37 derajad celsius. Berdasarkan teori tersebut sesuai pada
kasus yang terjadi pada An. S didapatkan hasil dimana dari pemeriksaan
fisik didapatkan suhu pada An. S 38,5 derajat celsius dan badan teraba
hangat.
Pada saat pengkajian yang dilakukan penulis An. S sering membeli
makanan dan minuman yang tidak diketahui kebersihannya. Menurut
Brooker (2009), dengan membeli makanan yang tidak bersih dapat
menularkan bakteri Salmonella typhi yang melalui makanan, susu, atau air
yang tercemar.
Tipe keluarga Tn. S adalah tipe keluarga inti. Menurut Sudiharto
(2007), keluarga inti adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak -
anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
Tahap perkembangan keluarga menurut Efendi (2009), didapatkan
tahap perkembangan pada keluarga Tn. S pada saat ini termasuk dengan
19


keluarga dengan anak usia sekolah (6 tahun sampai 13 tahun), tugas
perkembangan keluarga antara lain. Tahap perkembangan yang pertama
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas. Tahap perkembangan yang kedua adalah mendorong
anak untuk mencapai perkembangan daya intelektual. Tahap perkembangan
yang ketiga adalah memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga. Tahap perkembangan yang
keempat adalah menyesuaikan pada aktifitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak.
Tugas kesehatan keluarga pada keluarga Tn. S adalah
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada anggota
keluarga yang sakit. Menurut Suprajitno (2004), kesehatan merupakan
kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan
segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis, orang tua perlu mengenal
keadaan kesehatan dan perubahan - perubahan yang dialami anggota
keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila
menyadari adanya perubahan keluarga perlu mencatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya. Menurut
Sudiharto (2007), ketidak mampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan karena hal - hal seperti kurang pengetahuan mengenai fakta
20


tentang penyakit tersebut, kemudian rasa takut akibat masalah yang sudah di
ketahuinya, serta sikap dan filsafah hidup tentang penyakit tersebut.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan
respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual /
potensial) dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal
mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan,
atau mencegah perubahan (Rohmah, 2012).
Diagnosa keperawatan keluarga yang dikembangkan adalah diagnosis
tunggal yang hampir serupa dengan diagnosis keperawatan di rumah sakit,
diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari tiga komponen yaitu masalah,
etiologi, serta tanda dan gejala. Etiologi dari keperawatan keluarga adalah
salah satu dari lima tugas keluarga yang paling dominan (Sudiharto, 2007).
Diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas utama pada An. S pada
keluarga Tn. S adalah hipertermi pada An. S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam mengenal masalah kesehatan pada
anggota keluarga yang sakit. Masalah keperawatan hipertermi pada An. S
dapat dilihat dari hasil analisa data yang di lakukan pada keluarga Tn. S
didapatkan data subjektif keluarga Tn. S tidak mengetahui tentang
pengertian tifid, tanda dan gejala yang diterjadi pada penderita tifoid Ny. S
mengatakan An. S panas tinggi pada hari sabtu tanggal 21 April 2013, dan
hanya diberikan obat dari warung. Dari data obyektif didapatkan An. S
21


terlihat lemas dari hasil pemeriksaan didapatkan suhu tubuh 38,5 derajat
celcius, nadi 84 kali per menit dan pernafasan 20 kali per menit.
Teori etiologi yang muncul menggunakan lima tugas keluarga dalam
keluarga Tn. S adalah ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit. Menurut Suprajitno (2004),
kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
habis, orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan
perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua
atau keluarga, apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu mencatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar
perubahannya.

3. Intervensi
Intervensi atau perencanaan adalah pengembangan strategi desain
untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah - masalah yang telah
di diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan, desain perencanaan
menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohmah, 2012).
Intervensi yang diberikan pada An. S meliputi Tujuan umum dari
intervensi keperawatan terkait dengan kasus hipertermi pada An. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam merawat
22


keluarga yang sakit adalah setelah dilakukan tiga kali kunjungan rumah
diharapkan suhu tubuh dalam batas normal (36,5 derajad celsius sampai 37
derajat celsius). Tujuan khususnya adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama tiga kali kunjungan rumah diharapkan keluarga dapat
memutuskan tindakan untuk mengatasi demam tifoid. Tanda tanda vital
normal, dan keluarga dapat memahami pengertian tifoid, tanda gejala tifoid,
serta diit untuk penderita demam tifoid.
Tindakan keperawatan yang penulis lakukan untuk tercapainya tujuan
di atas antara lain antara lain kaji tanda tanda vital seperti suhu, nadi dan
respirasi atau pernafasan dengan rasional untuk mengetahui peningkatan
suhu tubuh, nadi dan pernafasan. Kaji pengertian keluarga tentang tifoid
dengan rasional untuk menambah pengetahuan keluarga tentang tifoid.
Diskusikan dengan keluarga tanda dan gejala tifoid dengan rasional supaya
keluarga lebih memahami tentang tanda dan gejala tifoid. Diskusikan
dengan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga dengan demam
tifoid dangan mengajarkan cara kompres air hangat yang benar bila terdapat
anggota keluarga yang mengalami panas tinggi dengan rasional supaya
keluarga mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit. Diskusikan
dengan keluarga pemberian diit rendah serat seperti bubur atau nasi tim,
kemudian pemberian makanan yang tidak pedas atau asam, dan yang tidak
mengandung gas yang dengan rasional agar keluarga mengetahui makanan
yang di perbolehkan dan yang tidak di perbolehkan untuk penderita tifoid.
23


Dalam pemberian pendidikan kesehatan sangatlah penting bagi
keluarga yang belum mengetahui tentang pengertian tifoid, tanda dan gejala
demam tifoid, dan diit untuk demam tifoid yang bertujuan supaya keluarga
mengerti tentang pengertian tifoid, tanda dan gejala demam tifoid, dan diet
untuk demam tifoid. Menurut dari Fadilah (2006), diit yang diberikan untuk
penderita tifoid yaitu diet harus mengandung kalori yang cukup sebaiknya
rendah selulose (rendah serat) untuk mencegah pendarahan dan perforasi.
Diit untuk penderita tifoid, sudah diklassifikasikan atas diet cair, bubur
lunak, tim dan nasi biasa. Apabila keadaan penderita baik, diet dapat
dimulai dengan diet padat atau tim (diet padat dini). Tetapi apabila penderita
dengan klinis berat sebaiknya dimulai dengan bubur atau diet cair yang
selanjutnya dirubah secara bertahap sampai padat sesuai tingkat
kesembuhan penderita. Menurut dari Utami (2010), penderita penyakit
demam tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk
yang diberikan oleh tim kesehatan, makanan yang di anjurkan antara lain
yang pertama makanan cukup cairan, kalori, vitamin dan protein. Kedua
tidak mengandung banyak serat. Ketiga tidak merangsang dan menimbulkan
gas. Keempat makanan lunak diberikan saat istirahat.
Serta pentingnya kompres air hangat untuk anak yang mengalami
demam adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang telah dibasahi
air hangat dengan temperatur maksimal 43 derajat celsius. Lokasi kulit
tempat mengompres biasanya di wajah, leher, dan tangan. Kompres hangat
pada kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolik yang
24


ditimbulkannya. Selain itu, kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi
perifer, sehingga meningkatkan pengeluaran panas tubuh (Susanti, 2012).

4. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan merupakan realisasi rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi
respon klienselama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data
yang baru (Rohmah, 2012).
Dalam menentukan implementasi yang akan diberikan pada
keluarga Tn. S penulis mengambil data yaitu dengan menyesuaikan pada
intervensi yang telah di rencanakan. Dalam melakukan implementasi
penulis tidak ada hambatan kaji tanda tanda vital klien meliputi suhu, nadi
dan pernafasan. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian,
tanda dan gejala, penyebab tifoid dan cara kompres air hangat pada
penderita hipertermi atau demam. Didapatkan data subyektif keluarga Tn. S
bersedia untuk diberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, tanda
dan gejala, penyebab tifoid dan bersedia diajarkan cara kompres air hangat
dan data obyektif Tn. S tampak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh
penulis dan mulai mempraktikkan pada keluarganya yang demam dan
keluarga Tn. S tidak mengalami hambatan. Penulis memberikan pengertian
pada Tn. S makanan apa saja yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan
untuk penderita tifoid. Didapatkan data subyektif keluarga Tn. S bersedia
untuk diberikan pengertian tentang makanan yang di anjurkan dan yang
25


tidak di perbolehkan untuk penderita tifoid dan data obyektif dari hasil
pemeriksaan tanda tanda vital pada An. S di dapatkan hasil suhu 38 derajat
celsius, nadi 86 kali per menit dan pernafasan 20 kali permenit, pada tanggal
23 april 2013 pukul 14.00 An. S mengalami demam tinggi dengan suhu 40
derajat celsius menurut Fadilah (2006), hipertermi atau panas adalah gejala
utama dari tifoid. Pada awal sakit, demamnya kebanyakan samar samar
saja, selanjutnya suhu tubuh sering naik turun, pagi lebih rendah atau
normal sedangkan siang dan malam hari suhu lebih tinggi (demam
intermitten). Dari hari kehari demam makin tinggi yang disertai banyak
gejala lain antara lain sakit kepala, nyeri otot, mual dan muntah. Setelah
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga Tn. S tampak keluarga
Tn. S senang setelah mengetahui pengertian tentang tifoid, tanda dan gejala
yang terjadi pada demam tifoid serta keluarga Tn. S mengetahui apa saja
makanan yang boleh di konsumsi dalam pola makan dan diet untuk
penderita tifoid keluarga Tn. S tidak ada hambatan dalam pemberian
pendidikan kesehatan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan(Rohmah, 2012).
Adapun komponen SOAP untuk memudahkan perawat melakukan
evaluasi atau memantau perkembangan klien menurut Rohmah (2012),
sebagai berikut. S adalah data subjektif, yaitu perawat menuliskan keluhan
26


pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan. O
adalah data objektif, yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi
perawat secara langsung kepada pasien, dan yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
Berikutnya A adalah Analisis yaitu interpretasi data subjektif dan data
objektif. Analisis merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan
yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang
terjadi akibat perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi
datanya dalam data subjektif dan objekif. P adalah Planning, yaitu
perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi,
atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Tanggal 24 April 2013 pukul 11.00 WIB penulis melakukan evaluasi
pada keluarga Tn. S tentang pengertian, tanda, gejala, dan penyebab tifoid
beserta pola makan dan diet untuk penderita tifoid serta tanda tanda vital
pada An. S. Didapatkan data subyektif, Ny. S mengatakan sudah mengerti
tentang pengertian, tanda, gejala, dan penyebab tifoid beserta pola makan
dan diet untuk penderita tifoid. Data obyektif, Ny. S terlihat melakukan
kompres air hangat pada An. S yang masih demam, Ny. S memberikan
makanan rendah serat dan makanan yang tidak asam atau pedas kepada An.
S serta suhu dari An. S yaitu 38 derajat celsius, nadi 86 kali permenit dan
pernafasan 20 kali permenit.
27


Berdasarkan data subyektif dan obyektif diatas di dapatkan hasil
analisa, pada An. S dengan diagnosa keperawatan hipertermi pada An. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam mengenal
masalah kesehatan pada keluarga yang sakit belum teratasi sehingga
intervensi dilanjutkan meliputi anjurkan pada keluarga untuk melakukan
kompres air hangat apabila An. S masih demam, lanjutkan terapy yang
sudah doberikan dari Puskesmas dan bila masih demam anjurkan keluarga
untuk membawa An. S ke puskesmas kembali, karena keluarga Tn. S sudah
mengerti pengertian, tanda dan gejala tifoid, serta diit untuk demam tifoid
dan keluarga sudah mengetahui cara mengopres dengan benar pada anggota
keluarga yang mengalami demam serta telah menganjurkan kepada keluarga
Tn. S adar melanjutkan teraphy yang diberikan oleh Puskesmas dan apabila
obat habis dan suhu An. S belum kunjung turun juga supaya keluarga Tn. S
membawa An. S ke Puskesmas kembali, oleh karena itu kunjungan kerumah
Tn. S dihentikan.

B. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
a. Pengkajian pada keluarga Tn. S khususnya An. S dengan demam
tifoid pada tanggal 22 April 2013 di rumah keluarga Tn. S
didapatkan bahwa keluarga Tn. S mengatakan bahwa An. S badan
teraba panas semenjak dua hari yang lalu dan An. S terlihat lemas,
setelah diperiksakan ke Puskesmas Gondangrejo didapathan hasil
suhu An. S yaitu 38,5 drajat celsius, nadi 84 kali permenit dan
28


respirasi atau pernafasan 20 kali permenit. Ny. S mengatakan
belum mengetahui tentang demam tifoid, tanda dan gejala serat diit
yang benar untuk demam tifoid pada An. S.
b. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan oleh penulis adalah
hipertermi pada An. S berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga Tn. S dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga
yang sakit.
c. Intervensi yang diberikan pada An. S meliputi kaji tanda tanda
vital seperti suhu, nadi, dan pernafasan. Kaji pengertian keluarga
tentang tifoid. Diskusikan dengan keluarga tanda dan gejala tifoid
dengan. Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat anggota
keluarga dengan demam tifoid dangan mengajarkan cara kompres
air hangat yang benar bila terdapat anggota keluarga yang
mengalami panas tinggi. Diskusikan dengan keluarga diit yang
tepat untuk penderita demam tifoid.
d. Implementasi yang penulis lakukan sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang penulis buat, meliputi kaji tanda tanda
vital klien meliputi suhu, nadi dan pernafasan. Memberikan
pendidikan kesehatan tentang pengertian tifoid, tanda dan gejala,
penyebab tifoid dan cara kompres air hangat pada penderita
hipertermi atau demam. Didapatkan data subyektif keluarga Tn. S
bersedia untuk diberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian,
tanda dan gejala, penyebab tifoid dan bersedia diajarkan cara
29


kompres air hangat dan data obyektif Tn. S tampak
memperhatikan apa yang dijelaskan oleh penulis dan mulai
mempraktikkan pada keluarganya yang demam dan keluarga Tn. S
tidak mengalami hambatan serta memberikan pendidikan
kesehatan tentang diit apa saja yang dianjurkan dan yang tidak
dianjurkan untuk penderita tifoid.
e. Tanggal 24 April 2013 pukul 11.00 WIB penulis melakukan
evaluasi pada keluarga Tn. S tentang pengertian, tanda, gejala, dan
penyebab tifoid beserta pola makan dan diet untuk penderita tifoid
serta tanda tanda vital pada An. S. Didapatkan data subyektif, Ny.S
mengatakan sudah mengerti tentang pengertian, tanda, gejala, dan
penyebab tifoid beserta pola makan dan diet untuk penderita tifoid.
Data obyektif, Ny. S terlihat melakukan kompres air hangat pada
An. S yang masih demam, Ny. S memberikan makanan rendah
serat dan makanan yang tidak asam atau pedas kepada An. S serta
suhu dari An. S yaitu 38 derajat celsius, nadi 86 kali permenit dan
pernafasan 20 kali permenit. Berdasarkan data subyektif dan
obyektif tersebut di dapatkan hasil analisa, pada An. S dengan
diagnosa keperawatan hipertermi pada An. S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam mengenal masalah
kesehatan pada keluarga yang sakit belum teratasi sehingga
intervensi dilanjutkan meliputi anjurkan pada keluarga untuk
melakukan kompres air hangat apabila An. S masih demam,
30


lanjutkan terapy yang sudah diberikan dari Puskesmas dan apabila
masihdemam anjurkan keluarga untuk membawa An. S ke
Puskesmas. Oleh karena itu kunjungan kerumah Tn. S dihentikan.

2. Saran
a. Bagi institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat
profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan
kode etik keperawatan.
b. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
Hal ini diharapkan bagi pelayanan kesehatan dapat memberikan
pelayanan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara
tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya.








31


DAFTAR PUSTAKA
Ardiansah, Muhammad. 2012. Medical Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta :
DIVA Press.
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia keperawatan. Jakarta : ECG
Efendy, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, Azis A. 2007. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2008. Kebituhan Dasar Manusia, Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : ECG.
Pramitasari, Okky Purnia. 2013. Presentase penyakit Tifoid di RSUD Ungaran
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm. Diakses pada tanggal 01
Mei 2013 pukul 21.30 WIB
Stoppard, Miriam. 2010. Panduan kesehatan Keluarga, Referensi Lengkap Bagi
Pemeliharaan Kesehatan Keluarga. Jakarta : Erlangga.
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
keperawatan transkultural. Jakarta : EGC
Suparti, Siti Fadilah. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid Mentri
Kesehatan Republik Indonesia, http:// KMK No. 364 ttg Pedoman
Pengendalian Demam Tifoid.ac.id/index. Diakses pada tanggal 05 Mei
2013 pukul 21.00 WIB.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, Aplikasi dalam Praktik. Jakarta
: ECG.
Susanti, Nurlaili. 2012. Efektifitas Kompres Dingin dan Hangat Pada
Penatalaksanaan Demam. http://dr.santie@gmail.com /index.php. Diakses
pada tanggal 05 Mei 2013 pukul 21.00 WIB.

Utami, Tania Nugrahab. 2010. Demam Tifoid. http://Belibis17.tk/index. Diakses
pada tanggal 20 juni 2013 pukul 20.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai