Anda di halaman 1dari 3

Indikator Pokok Program Kota Sehat

1. Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup Angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator penting untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat suatu bangsa. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Keberhasilan percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga kemudahan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian pertolongan kesehatan dari masyarakat. Perbaikan infrastruktur yang akan menunjang akses kepada pelayanan kesehatan seperti transportasi, ketersediaan listrik, ketersediaan air bersih dan sanitasi, serta pendidikan dan pemberdayaan masyarakat utamanya terkait kesehatan ibu dan anak yang menjadi tanggung jawab sektor lain memiliki peran sangat besar. 2. Angka Kematian Balita Per 1.000 Kelahiran Hidup Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Probolinggo, diketahui bahwa angka kematian balita di Kota Probolinggo pada tahun 2012 sedikit mengalami peningkatan sebesar 1,06 per 1.000 kelahiran hidup dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 0,82 per 1.000 kelahiran hidup. 3. Angka Kematian Ibu Melahirkan Per 1.000 Kelahiran Hidup Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Probolinggo pada tahun 2011, angka kematian ibu sebesar1,91 per1.000 kelahiran hidup atau ada 7 orang ibu maternal yang meninggal dari sejumlah 3.648 ibu bersalin. Dan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 1,07/ 1.000 kelahiran hidup atau ada sejumlah 4 orang ibu maternal yang meninggal dari 3.743 kelahiran hidup. 4. Angka Kesembuhan Penderita Tb Paru BTA+ Pengendalian penyakit TB Paru di Kota Probolinggo memakai strategi DOTS[I](Directly Observed Treatment Shortcourse[/I][I])[/I] yaitu pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh pengawas minum obat (PMO). Dengan program ini berusaha mencapai target penemuan penderita sebesar 70% dari perkiraan penderita TB BTA positif kasus baru dengan tingkat kesembuhan sebesar 85%. Keberhasilan pengendalian pengobatan penderita TB Paru tergantung pada kerjasama antara penderita, Pengawas Minum Obat (PMO) dan petugas kesehatan yang mempunyai komitmen tinggi dalam pelaksanaan kegiatan program.

5. Prevalensi Penderita HIV Yang Diobati HIV merupakan singkatan dari [I]human immunodeficiency virus[/I]. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama [I]CD4 positive T-sel dan macrophages[/I] komponen-komponen utama sistem kekebalan sel tubuh lainnya). Selain itu virus ini juga menghancurkan atau mengganggu fungsi dari sel kekebalan tubuh tersebut. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan secara terus-menerus yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti demam (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa) yang dapat terjadi pada saat [I]seroconversion[/I]. [I]Seroconversion[/I] adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi. 6. Angka kesakitan DBD per 100.000 Penduduk Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Probolinggo pada tahun2012 yaitu sebanyak 23 kasus dengan besar prevalensi sebesar 10,5/ 100.000 penduduk sehingga mengalami penurunan yang sangat signifikan dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sebanyak 142 kasus (laki-laki 73 kasus dan perempuan 69 kasus) dengan besar prevalensi sebesar 65,82/ 100.000 penduduk. 7. Angka Kesakitan Diare Menurut hasil SKRT dalam beberapa survei dan Surkesnas 2001, penyakit diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Berdasarkan data pada Dinas Kesehatan Kota Probolinggo, maka jumlah kasus diare di Kota Probolinggo pada tahun 2011 sebanyak 42,30/ 1.000 penduduk (9.125 penderita) sedangkan pada tahun 2012 sebesar 30,12/ 1.000 penduduk (7.839 penderita) sehingga terjadi penurunan kasus diare sebesar12,18/ 1.000 penduduk (1.286 penderita). 8. Kecamatan Bebas Rawan Gizi Secara umum peta kerawanan pangan dan gizi menunjukkan kondisi yang cukup baik, di mana semua kecamatan di Kota Probolinggo berada dalam kriteria agak tahan sampai dengan tahan. Dari hasil pemantauan Sistim Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kota Probolinggo pada tahun 2012 menyimpulkan bahwa ada 3 (tiga) dari 5 (lima) yang dinyatakan rawan pangan dan gizi yaitu Kecamatan Wonoasih, Kedopok dan Kademangan. Sedangkan kecamatan yang dinyatakan bebas rawan pangan dan gizi (tahan pangan dan gizi) yaitu Kecamatan Mayangan dan Kanigaran. 9. Cakupan Pelayanan Air Bersih Pemenuhan air bersih juga merupakan salah satu syarat dasar dalam meningkatkan kualitas dasar hidup manusia. Akses yang mudah untuk memenuhinya menjadi hal yang sangat penting, terutama pada wilayah-wilayah yang secara struktural sulit untuk memenuhinya secara kontinu. Berdasarkan data BPS tahun 2008, bahwa akses air bersih di Propinsi Jawa Timur sudah mencapai 91,45% dimana akses pedesaan mencapai 84,08% dan perkotaan mencapai 96,89%.

10. Cakupan Imunisasi Pencapaian [I]Universal Child Immunization[/I](UCI) pada dasarnya merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I. Target cakupan UCI menurut indikator Standart Pelayanan Minimal (SPM) di Kota Probolinggo sebesar 100%. 11. Cakupan Peserta KB Aktif Penggunaan kontrasepsi secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya faktor resiko kematian yang pada akhirnya dapat menjaga kesehatan dan keselamatan ibu dari kematian yang disebabkan oleh persalinan. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan ibu di suatu wilayah adalah dengan mengukur tingkat angka pemakaian kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15-49 tahun. Angka pemakaian kontrasepsi secara umum meningkat seiring dengan makin tingginya tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. 12. Cakupan Kelurahan Siaga Aktif Konsep Kelurahan Siaga Aktif dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu hidup sehat secara mandiri dan berkesinambungan yang menjadi bagian dari warga kelurahan tersebut. Artinya Kelurahan Siaga Aktif merupakan kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya serta kemampuan untuk mencegah dan mengatasi berbagai masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. 13. Adanya Perda Kawasan Bebas Rokok Sebagai perwujudan menciptakan udara yang bersih dan sehat maka telah ditetapkan kawasan tanpa rokok (KTR) dan kawasan terbatas merokok (KTM) sebanyak 206 titik kawasan serta diterbitkan pula Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 12 tahun 2012 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Terbatas Merokok.

Anda mungkin juga menyukai