Anda di halaman 1dari 4

MENGETAHUI DAN MEMAHAMI RENCANA PERAWATAN Dalam perawatan bidang ortodonsia, prinsip utamanya adalah pasien tidak harus

dalam keadaan sehat yang sempurna untuk mendapatkan perawatan ortodontik. Namun jika kondisi pasien disertai oleh kondisi patologis, perawatan tersebut harus berada dalam pengawasan atau bias di tunda dan di hentikan. Rencana perawatan dalam bidang ortodonsia dilakukan berdasarkan perhitungan dari deskripansi total. Perhitungan deskripansi ini meliputi : Perhitungan deskrepansi model Segmental Path of closure Kurva spee Kehilangan penjangkaran

Untuk menentukan suatu rencana perawatan diagnose harus disusun dalam daftar yang lengkap mengenai masalah masalah yang di alami ronga mulut pasien. Lahkah pertama dalam perawatan ortodontik adalah memisahkan problem patologi dan problem otrodontik (perkembangan). Maka ortodonti dapat diatur sebagai berikut : 1. Problem ortodonti dijadikan prioritas 2. Catat kemungkinan perawatan dengan lengkap Dilakukan dengan mendaftar kemungkinan kemungkinan yang dapat dilakukan dari tiap masalah yanga ada di rongga mulut dari prioritas tertinggi. Pada tahap ini tiap problem dipertimbangkan secara individual. 3. Evaluasi kemungkinan solusinya, pertimbangan faktor faktor yang proses rencana perawatan bidang

berpengaruh 4. Menjelaskan konsep rencana perawatan dengan pasien dan keluarganya

Hal ini bertujuan untuk peningkatan kerjasama pasien dan kekooperatifan pasien. Kerjasama ini akan memberikan andil dalam tingkat keberhasilan perawtan yang dijalankan. 5. Buat rencana perawatan secara detail dan tahapan tahapannya Hal ini berguna dalam evaluasi tingkat kekurangan piranti yang di pasangkan. Kebanyakan pasien pasien ortodonsia memiliki penurunan tingkat oral hygienenya , hal ini dikarenakan adaptasi piranti terhadap rongga mulut yang terkadang juga pemakai merasa kesulitan untuk pembersihannya. Oleh karena itu perawatan otodonti ini juga harus disertai perawatan Dental Healt Education untuk memaksimalkan keberhasilan perawatan dan untuk mengurangi komplikasi lain yang dapat di timbulkan oleh pemakaian alat di bidang ortodonsia. Selain itu harus pula di koreksi dan di evaluasi mengenai kebiasaan buruk yang dimiliki pasien. Perbaiki dan normalkan kebiasaannya karena hal ini dapat mempengaruhi maloklusinya. Setelah itu barulah di koreksi meloklusinya dari sejak pertama pemakaian sampai dengan kurun waktu tertentu, lihat apakah ada peningkatan atau malah justru kemunduran. Dan yang terakhir adalah evaluasi dimana evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu rencana perawatan. Evaluasi juga dapat di lakukan ketika gigi terakhir akan erupsi. Rencana perawatan dalam bidang orthodonti ada beberapa pilihan setelah dilakukan penghitungan diskrepansinya dan penyebab yang bisa dihilangkan sehingga perawatan orthodonti lebih efektif. Perawatan tersebut adalah : 1. Ekstraksi Ekstraksi permanen Pencabutan dilakukan pada gigi permanen yang apabila gigi permanen tersebut diambil dapat memberikan ruang sehingga perawatan yang diberikan lebih efektif. Indikasi dilakukan pencabutan apabila kekurangan tempat lebih dari 8mm. Biasa dilakukan pada saat fase geligi permanen.

Ekstraksi seri Dilakukan gigi sulung (biasanya kaninus sulung) untuk koreksi gigi anterior yang berdesakan atau protrusi. Ekstraksi serial biasanya dilakukan pada kasus DDM dimana gigi 2 sulung masih ada (persistensi).

2. Non ekstraksi Ada beberapa cara yang dapat dilakukan tanpa melakukan ekstraksi pada gigi untuk melakukan rencana perawatan. Yaitu enamel stripping, ekspansi, dan distalisasi molar. a. Enamel stripping Pengurangan pada enamel dapat dilakukan pada sisi distal/mesial gigi sulung maupun gigi permanen. Enamel stripping ini selain menyediakan ruangan juga bertujuan untuk membentuk gigi permanen ke bentuk yang lebih baik atau memperbaiki titik kontak. Enamel stripping ini dapat dilakukan dengan menggunakan metal abrasive strip atau dengan menggunakan bur yang dipasang pada high speed air-turbine handpiece.

b. Ekspansi Ekspansi merupakan suatu cara untuk melebarkan lengkung gigi, dan dapat dilakukan baik dalam arah sagital maupun arah transversal. Gejala klinis yang terlihat pada defisiensi lengkung gigi adalah kontraksi lengkung gigi, gigitan silang (anterior maupun posterior), gigi yang berjejal serta koridor bukal yang lebar. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan ekspansi pada lengkung gigi. Ekspansi dapat mengatasi kekuarangan ruang 3-8 mm dengan melebarkan jarak intermolar lengkung gigi atas sekitar 4-10 mm dan lebar intermolar lengkung gigi bawah sekitar 4-6 mm.

c. Distalisasi Gigi Molar atas Distalisasi gigi molar atas ini bertujuan untuk memperoleh ruangan demi memperbaiki susunan gigi geligi atau memperbaiki hubungan gigi molar. Indikasi distalisasi molar atas adalah pada kasus maloklusi klas II ringan hingga sedang, terutama pada kasus yang disebabkan oleh prematur loss atau tanggal prematur, pada kasus gigi berjejal ringan hingga sedang, baik untuk tipe wajah mesofacial atau brachifacial, serta profil wajah lurus atau flat dan masih mempunyai potensi pertumbuhan.

Sumber : Rahardjo, P. 2009 Ortodonti Dasar. Surabaya: AUP Sumber : Prof.Dr.drg. Haryo Mustiko Dipoyono,MS.,Sp.Prost (K).2008. Gangguan nyeri dan bunyi klicking pada sendi temporo mandibularjoint. Universitas Gadjah mada. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai