Anda di halaman 1dari 3

VIII.

PEMBAHASAN Sistem syaraf simpatis merupakan suatu pengaturan penting terhadap aktivitas organ seperti jantung dan pembuluh darah perifer, terutama dalam responnya terhadap keadaan stres. Efek dari perangsangan simpatis diperantarai oleh pelepasan noreprinefrin dari ujung syaraf yang akan memacu adrenoseptor pada bagian pascasinaptik. Dalam bereaksi terhadap stress, kelenjar adrenal akan melepas epinefrin dari ujung syaraf yang diedarkan dalam sirkulasi menuju jaringan sasaran.Obat-obat yang meniru kerja epineprin dan nonepineprin ini disebut obat simpatomimetik yang diperkirakan akan memberi efek yang luas pada tubuh. Namun begitu, obat-obat yang berfungsi seperti obat simpatis dapat juga disebut sebagai obat antagonis muskarinik atau kadang-kadang disebut parasimpatolitik karena dapat menghambat efek muatan listrik muatan otonom parasimpatis dan karena itu beerja seperti sistem simpatis. Contoh dari obat antagonis muskarinik salah satunya adalah Atropin Sulfat. 1. A. ATROPIN Atropin (hiosiamin) ditemukan dalam tumbuhan Atropa Belladonna, atau Tirai Malam Pembunuh, dan dalam Datura Stramonium, atau dikenal sebagai biji jimson ( biji Jamestown) atau apel berduri. Anggota tersier kelas atropine sering dimanfaatkan efeknya untuk mata dan system syaraf pusat. FARMAKOKINETIK a. Absorbsi : Alkaloid alam dan kebanyakan obat-obat antimuskarinik tersier diserap dengan baik dari usus dan dapat menembus membrane konjuktiva. Reabsobsinya diusus cepat dan lengkap, seperti alkaloida alamiah lainnya, begitu pula dari mukosa. Reabsorbsinya melalui kulit dan mata tidak mudah. b. Distribusi : Atropin dan senyawa tersier lainnya didistribusikan meluas kedalam tubuh setelah penyerapan kadar tertentu dalam susunan saraf pusat (SSP) dicapai dalam 30 menit sampai 1 jam, dan mungkin membatasi toleransi dosis bila obat digunakan untuk memperoleh efek perifernya. Didistribusikan keseluruh tubuh dengan baik. c. Metabolisme dan Ekskresi : Atropin cepat menghilang dari darah setelah diberikan dengan massa paruh sekitar 2 jam kira-kira 60% dari dosis diekskresikan kedalam urine dalam bentuk utuh. Sisanya dalam urine kebanyakan sebahagian metabolit hidrolisa dan konjugasi. Efeknya pada fungsi parasimpatis pada semua organ cepat menghilang kecuali pada mata. Efek pada iris dan otot siliaris dapat bertahan sampai 72 jam atau lebih. Ekskresinya melalui ginjal, yang separuhnya dalam keadaan utuh. Plasma t1/2 nya 2-4 jam. FARMAKODINAMIKA Mekanisme Kerja. Atropine memblok aksi kolinomimetik pada reseptor muskarinik secara reversible (tergantung jumlahnya) yaitu, hambatan oleh atropine dalam dosis kecil dapat diatasi oleh asetilkolin atau agonis muskarinik yang setara dalam dosis besar. Hal ini menunjukan adanya kompetisi untuk memperebutkan tempat ikatan. Hasil ikatan pada reseptor muskarinik adalah mencegah aksi seperti pelepasan IP3 dan hambatan adenilil siklase yang di akibatkan oleh asetilkolin atau antagonis muskarinik lainnya. Efektifitas obat muskarinik bervariasi dan bergantung pada jaringan yang di observasi. Jaringan yang memiliki kesensitifan tinggi terhadap atropine adalah kelenjar ludah , bronkial dan kelenjar keringat. Atropine sangat selektif terhadap reseptor muskarinik. Penggunaan Atropine terhadap mata dapat menimbulkan efek pelebaran pupil dan berkurangnya akomodasi

Efek Pada Sistem Organ 1. Susunan Saraf Pusat Pada dosis normal, atropine merupakan stimulant ringan terhadap Sistem saraf pusat terutama pada pusat parasimpatis medulla serta efek sedative yang bekerja lebih lama dan lebih lambat pada otak. Dalam dosis toksik ,Atropine juga menimbulkan kegelisahan, agitasi, halusinasi, bahkan koma. 1. Mata Otot konstriktor pupil tergantung pada aktivitas kolinoseptor muskarinik. Aktivitas ini secara efektif dihambat oleh atropine topical dan obat antimuskarinik tersier hasilnya aktivitas dilator simpatis yang tidak berlawanan dan midriasis (pupil yang melebar) . Efek penting kedua pada mata dari obat antimuskarinik adalah kelumpuhan otot siliaris, atau sikloplegia. Akibat sigloplegia ini terjadi penurunan kemampuan untung mengakomodasi ; mata yang teratropinisasi penuh tidak dapat memfokus untuk melihat dekat. Kedua efek midriasis dan sigloplegia berguna dalam pftalmologi. Namun efek ini juga cukup berbahaya karena pada pasien dengan sudut kamar depan yang sempit akan menimbulkan gejala glaucoma akut. Efek obat antimuskarinik pada mata lainnya adalah mengurangi sekresi air mata. Pemberian dosis besar menyebabkan matakering dan berpasir. Pada percobaan terlihat dampak pemberian atropine yang lebih nyata pada Kelinci no. 2 yang pada data menunjukkan pembesaran diameter pupil juga pada reflex cahaya, yang menunjukkan terjadinya midriasis. Sementara dampak tidak terlihat terlalu signifikan pada kelinci no.1 karena tidak terjadi perubahan diameter pupil yang bermakna. 1. Sistem Kardiovaskuler Atrium sangat kaya dipersyarafi oleh serabut syaraf parasimpatis (n.vagus), dan oleh karena itu nodus SA peka terhadap hambatan reseptor muskarinik. Efek denyut jantung yang terisolasi, dipersarafi, dan secara spontan memukul jantung berupa hambatan perlambatan vagus yang jelas dan takikardia relative. Bila diberikan dosis terapi sedang sampai tinggi, maka efek takikardi nampaknya dapat menetap pada pasien tertentu. Namun, dalam dosis kecil justru memacu pusat parasimpatis dan sering menimbulkan gejala brakikardia awal sebelum efek hambatan terhadap vagus perifer menjadi jelas. Pada hewan coba dapat terlihat terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah conjunctiva dimana terjadi perubahan warna pembuluh darah pada daerah conjunctiva makin pucat dari warna merah, pink hingga memutih. Vasokonstriksi dapat terjadi akibat dihambatnya efek parasimpatis yang dapat membuat pembuluh darah vasodilatasi.Di mana kebanyakan pembuluh darah dipersarafi oleh sistem saraf parasimpatis. Efek parasimpatis untuk menimbulkan vasodilatasi tersebutlah yang dapat dihambat kerjanya oleh atropine. 1. Sistem Pernafasan Obat anti muskurarinik sanat berguna pada pasien asma atau penyakit paru obstruktif menahun. Obat antimuskarinik sering digunakan sebelum anastesi inhalasi untuk mengurangi akumulasi sekresi di trakea dan kemungkinan spasme laring. 1. Saluran Cerna Efek obat anti muskarinik pada sekresi saliva menyebabkan mulut kering . Dalam Hal ini atropine hanya sedikit mempengaruhi sekresi pankreas dan intestinal. Dari percobaan terlihat tidak adanya defekasi dan salivasi pada hewan coba. Atropin menghambat aktivitas parasimpatis pada saluran cerna sehingga motilitas dan sekresi berkurangdi mana waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama dan waktu transit di usus diperpanjang. Kelenjar salivarius (eksokrin) juga biasanya dipersarafi oleh parasimpatis sehingga sekresi saliva terhambat dengan atropine.

1. Kelenjar Keringat Termoregulasi keringat di tekan pula oleh atropine. Reseptor muskarinik pada kelenjar keringat ekrin dipersarafi oleh serabut kolinergik simpatetik dan dapat dipengaruhi oleh obat antimuskarinik. Hanya pada dosis tinggi efek antimuskarinik pada orang dewasa akan menimbulkan peninggian suhu tubuh. Sedangkan pada bayi dan anak-anak maka dalam dosis biasapun sudah menimbulkan demam atropine (atropine fever).

Anda mungkin juga menyukai