Anda di halaman 1dari 113

1

KONSEP KURIKULUM 2013


I. TUJUAN Meningkatkan pemahaman peserta PLPG terkait dengan pengembangan kurikulum 2013, yang meliputi: rasional pengembangan kurikulum 2013, elemen perubahan kurikulum 2013, struktur kurikulum 2013, dan faktor pendukung keberhasilan implementasi kurikulum 2013. II. GARIS BESAR MATERI Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam ndang! A. Rasional Pengem angan K!"i#!l!m 2013 undang "omor 20 #ahun 2003 tentang $istem Pendidikan "asional diharapkan dapat me%u&udkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan men&adi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara 'ndonesia sepan&ang (aman. )ari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk me%u&udkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. *adi tidak dapat disangkal lagi bah%a kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik men&adi: +1, manusia berkualitas yang mampu dan proaktif men&a%ab tantangan (aman yang selalu berubah- dan +2, manusia terdidik yang beriman dan bertak%a kepada #uhan .ang Maha /sa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, 0akap, kreatif, mandiri- dan +3, %arga negara yang demokratis dan bertanggung &a%ab. 1urikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 2yat +13, ndang! undang "omor 20 #ahun 2003 adalah seperangkat ren0ana dan pengaturan mengenai tu&uan, isi, dan bahan pela&aran serta 0ara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembela&aran untuk men0apai tu&uan pendidikan tertentu. Pengembangan 1urikulum 2013 merupakan langkah lan&utan Pengembangan 1urikulum 4erbasis 1ompetensi yang telah dirintis pada tahun 2005 dan 1#$P 2006 yang men0akup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan se0ara terpadu. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. 1. Tan$angan In$e"nal #antangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang menga0u kepada 7 +delapan, $tandar "asional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana 1

2 prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. #antangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk 'ndonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. #erkait dengan tantangan internal pertama, berbagai kegiatan dilaksanakan untuk mengupayakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat men0apai ke delapan standar yang telah ditetapkan. +Gambar 1,.

Re.o"masi Pen&i&i#an Menga0! Pa&a 1 S$an&a"


K!"i#!l!m 2013

$edang )iker&akan # elah dan terus )iker&akan

-Pening#a$an K!ali.i#asi / S e"$i.i#asi -Pem a'a"an T!n-angan S e"$i.i#asi -U-i Kom(e$ensi &an Peng!#!"an Kine"-a

-Re%a Ge&!ng Se#ola% -Pen'e&iaan La &an Pe"(!s$a#aan -Pen'e&iaan B!#!

-BOS -Ban$!an Sis)a Mis#in -BOPTN* Bi&i# Misi +&i PT,

Mana-emen Be" asis S e#ola%

Gambar 1. 8eformasi Pendidikan Menga0u Pada 7 $tandar #erkait dengan perkembangan penduduk, $)M usia produktif yang melimpah apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan men&adi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. "amun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan men&adi beban pembangunan. 9leh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar $)M usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan men&adi $)M yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak men&adi beban +Gambar 2,.

Gambar 2. 4onus )emografi sebagai Modal 2. Tan$angan E#s$e"nal #antangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.

Te#anan Un$!# Pengem angan K!"i#!l!m


Tan$angan Masa 2e(an
Globalisasi: :#9, 2$/2" ;ommunity, 2P/;, ;2<# 2 Masalah lingkungan hidup 1ema&uan teknologi informasi 1on=ergensi ilmu dan teknologi /konomi berbasis pengetahuan 1ebangkitan industri kreatif dan budaya Pergeseran kekuatan ekonomi dunia Pengaruh dan imbas teknosains Mutu, in=estasi dan transformasi pada sektor pendidikan Materi #'M$ $dan P'$2

Kom(e$ensi Masa 2e(an


1emampuan berkomunikasi 1emampuan berpikir &ernih dan kritis 1emampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan 1emampuan men&adi %arga negara yang bertanggung&a%ab 1emampuan men0oba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda 1emampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal Memiliki minat luas dalam kehidupan Memiliki kesiapan untuk beker&a Memiliki ke0erdasan sesuai dengan bakat> minatnya Memiliki rasa tanggung&a%ab terhadap lingkungan

Pe"se(si Mas'a"a#a$
# erlalu menitikberatkan pada aspek kognitif 4eban sis%a terlalu berat 1urang bermuatan karakter

3enomena Nega$i. 'ang Mengem!#a


Perkelahian pela&ar "arkoba 1orupsi Plagiarisme 1e0urangan dalam &ian +;ontek, 1erpek.., Ge&olak masyarakat +so0ial unrest,

Pe"#em angan Penge$a%!an &an Pe&agogi


"eurologi Psikologi 9bser=ation based ?dis0o=ery@ learning dan ;ollaborati=e learning

Gambar 3. #ekanan ntuk Pengembangan 1urikulum

3. Pen'em(!"naan Pola Pi#i" Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat ter%u&ud apabila ter&adi pergeseran atau perubahan pola pikir. Pergeseran itu meliputi proses pembela&aran sebagai berikut: a. )ari berpusat pada guru menu&u berpusat pada sis%a. b. )ari satu arah menu&u interaktif. 0. )ari isolasi menu&u lingkungan &e&aring. d. )ari pasif menu&u aktif!menyelidiki. e. )ari maya>abstrak menu&u konteks dunia nyata. f. )ari pembela&aran pribadi menu&u pembela&aran berbasis tim. g. )ari luas menu&u perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan. h. )ari stimulasi rasa tunggal menu&u stimulasi ke segala pen&uru. i. )ari alat tunggal menu&u alat multimedia. &. )ari hubungan satu arah bergeser menu&u kooperatif. k. )ari produksi massa menu&u kebutuhan pelanggan. l. )ari usaha sadar tunggal menu&u &amak. m. )ari satu ilmu pengetahuan bergeser menu&u pengetahuan disiplin &amak. n. )ari kontrol terpusat menu&u otonomi dan keper0ayaan. o. )ari pemikiran faktual menu&u kritis. p. )ari penyampaian pengetahuan menu&u pertukaran pengetahuan. $e&alan dengan itu, perlu dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan pendekatan baru dalam perumusan $tandar 1ompetensi Lulusan. Perumusan $1L di dalam 141 2005 dan 1#$P 2006 yang diturunkan dari $' harus diubah men&adi perumusan yang diturunkan dari kebutuhan. Pendekatan dalam penyusunan $1L pada 141 2005 dan 1#$P 2006 dapat dilihat di Gambar 5 dan penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum dapat dilihat di #abel 1.

#abel 1 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum 4. Peng!a$an Ta$a Kelola K!"i#!l!m Pada 1urikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tu&uan pendidikan nasional, dan kebutuhan. $etelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. $atuan pendidikan dan guru tidak diberikan ke%enangan menyusun silabus, tapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembela&aran tanpa harus dibebani dengan tugas!tugas penyusunan silabus yang memakan %aktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru. Perbandingan kerangka ker&a penyusunan kurikulum dapat dilihat pada Gambar A.

6
K e "a n g# a K e "-a Pe n ' ! s! n a n K B K 2 0 0 4
T U JU A N P E N 2 I 2 I K A N N A S I O N A L

K e " a n g # a K e " -a P e n ' ! s ! n a n K T SP 2 0 0 8


T U JU A N P E N 2 I 2 I K A N N A S I O N A L

K E R A N G K A D A SA R K U R I K U L U M ( F i lo so f i s, Y u ri d i s, K o n se p t u a l ) S R U K U R K U R IK U L U M
S TA N 2 A R IS I + S K L M A P E L5 S K M A P E L5 K 2 M A P E L, ST A N 2 A R PR O SES ST A N 2 A R K O M P E T E N S I L U L U SA N ST A N 2 A R P E N ILA IA N ST A N 2 A R PR O SES

K E R A N G K A D A SA R K U R I K U L U M ( F ilo so f is, Y u r id is, K o n se p t u a l) S R U K U R K U R IK U L U M


S TA N 2 A R IS I + S K L M A P E L5 S K M A P E L5 K 2 M A P E L, ST A N 2 A R K O M P E T E N S I L U L U SA N ST A N 2 A R P E N ILA IA N

PE2 O M A N S IL A B U S
R E N 6 A N A P E L A K SA N A A N P E M B E L A JA R A N O le % S a $ ! a n P e n & i& i# a n P E M B E L A JA R A N / P E N ILA IA N B U KU T E KS S I S7 A R E N 6 A N A P E L A K SA N A A N P E M B E L A JA R A N O le % S a $ ! a n P e n & i& i# a n

PE2 O M A N S I LA B U S
B U KU T EKS S I S7 A P E M B E L A JA R A N / P E N ILA IA N

K e " a n g # a K e " - a P e n ' ! s ! n a n K ! " i# ! l! m 2 0 1 3


K E S IA P A N P E S E R TA 2 I2 IK T U JU A N P E N 2 I 2 I K A N N A S I O N A L KEBU TU 9 AN ST A N 2 A R K O M P E T E N S I L U L U SA N + S K L , SA T U A N P E N 2 I 2 I K A N

K E R A N G K A D A SA R K U R I K U L U M ( F i lo so f is, Y u r id is, K o n se p t u a l) S R U K U R K U R IK U L U M
ST A N 2 A R PR O SES K I K ELA S / K 2 M A PE L + ST A N 2 A R I S I , ST A N 2 A R P E N I LA IA N

S I LA B U S
PAN 2 U AN G U RU O le % S a $ ! a n P e n & i& i# a n P E M B E L A JA R A N / P E N ILA IA N + K T S P , B U KU T EKS S I S7 A

Gambar A. 1erangka 1er&a Penyususnan 1urikulum Basil monitoring dan e=aluasi pelaksanaan 1urikulum #ingkat $atuan Pendidikan yang dilakukan 4alitbang pada tahun 2010 &uga menun&ukkan bah%a se0ara umum total %aktu pembela&aran yang dialokasikan oleh banyak guru untuk beberapa mata pela&aran di $), $MP, dan $M2 lebih ke0il dari total %aktu pembela&aran yang dialokasikan menurut $tandar 'si. )isamping itu, dikaitkan dengan kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan 1#$P, ada kemungkinan %aktu yang dialokasikan dalam $tandar 'si tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya. Basil monitoring dan e=aluasi ini &uga menun&ukkan bah%a banyak kompetensi yang perumusannya sulit dipahami guru, dan kalau dia&arkan kepada sis%a sulit di0apai oleh sis%a. 8umusan kompetensi &uga sulit di&abarkan ke dalam indikator dengan akibat sulit di&abarkan ke pembela&aran, sulit di&abarkan ke penilaian, sulit dia&arkan karena terlalu kompleks, dan sulit dia&arkan karena keterbatasan sarana, media, dan sumber bela&ar. ntuk men&amin keter0apaian kompetensi sesuai dengan yang telah ditetapkan dan untuk memudahkan pemantauan dan super=isi pelaksanaan penga&aran, perlu diambil langkah penguatan tata kelola antara lain dengan menyiapkan pada tingkat pusat buku pegangan pembela&aran yang terdiri dari buku pegangan sis%a dan buku pegangan guru. 1arena guru merupakan faktor yang sangat penting di dalam pelaksanaan kurikulum, maka sangat penting untuk menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan sumber bela&ar yang telah disiapkan dan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan. ntuk men&amin keterlaksanaan implementasi kurikulum dan

C pelaksanaan pembela&aran, &uga perlu diperkuat peran pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah. :. Pen&alaman &an Pe"l!asan Ma$e"i 4erdasarkan analisis hasil P'$2 2003, ditemukan bah%a dari 6 +enam, le=el kemampuan yang dirumuskan di dalam studi P'$2, hampir semua peserta didik 'ndonesia hanya mampu menguasai pela&aran sampai le=el 3 +tiga, sa&a, sementara negara lain yang terlibat di dalam studi ini banyak yang men0apai le=el 5 +empat,, A +lima,, dan 6 +enam,. )engan keyakinan bah%a semua manusia di0iptakan sama, interpretasi yang dapat disimpulkan dari hasil studi ini, hanya satu, yaitu yang kita a&arkan berbeda dengan tuntutan (aman +Gambar 6,.

Gambar 6. 8efleksi dari Basil P'$2 2003 2nalisis hasil #'M$$ tahun 200C dan 2011 di bidang matematika dan 'P2 untuk peserta didik kelas 2 $MP &uga menun&ukkan hasil yang tidak &auh berbeda. ntuk bidang matematika, lebih dari 3AD peserta didik 'ndonesia hanya mampu men0apai le=el menengah, sementara misalnya di #ai%an hampir A0D peserta didiknya mampu men0apai le=el tinggi dan ad=an0e. )ari hasil ini dapat disimpulkan bah%a yang dia&arkan di 'ndonesia berbeda dengan apa yang diu&ikan atau yang distandarkan di tingkat internasional +Gambar C,.

Gambar C. 8efleksi dari Basil #'M$$ +Matematika, ntuk bidang 'P2, pen0apaian peserta didik kelas 2 $MP &uga tidak &auh berbeda dengan pen0apaian yang mereka peroleh untuk bidang matematika. Basil studi pada tahun 200C dan 2011 menun&ukkan bah%a lebih dari 3AD peserta didik 'ndonesia hanya mampu men0apai le=el menengah, sementara hampir 50D peserta didik #ai%an mampu men0apai le=el tinggi dan lan&ut +advanced,. )engan keyakinan bah%a semua anak dilahirkan sama, kesimpulan yang dapat diambil dari studi ini adalah bah%a apa yang dia&arkan kepada peserta didik di 'ndonesia berbeda dengan apa yang diu&ikan atau distandarkan di tingkat internasional. +Gambar 7,.

Gambar 7 8efleksi dari Basil #'M$$ +'P2,

3 Basil studi internasional untuk reading dan litera0y +P'8L$, yang ditu&ukan untuk kelas 'E $) &uga menun&ukkan hasil yang tidak &auh berbeda dengan hasil studi untuk tingkat $MP seperti yang dipaparkan terdahulu. )alam hal memba0a, lebih dari 3AD peserta didik 'ndonesia di $) kelas 'E &uga hanya mampu men0apai le=el menengah, sementara lebih dari A0D sis%a #ai%an mampu men0apai le=el tinggi dan advance. Bal ini &uga menun&ukkan bah%a apa yang dia&arkan di 'ndonesia berbeda dengan apa yang diu&ikan dan distandarkan pada tingkat internasional +Gambar 3,.

Gambar 3 8efleksi dari Basil P'8L +memba0a, Basil analisis lebih &auh untuk studi #'M$$ dan P'8L$ menun&ukkan bah%a soal! soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi men&adi empat kategori, yaitu: - low mengukur kemampuan sampai le=el knowing - intermediate mengukur kemampuan sampai le=el applying - high mengukur kemampuan sampai le=el reasoning - advance mengukur kemampuan sampai le=el reasoning with incomplete information.

10

#abel 2. Perbandingan 1urikulum 'P2 $MP 1elas E''' dan Materi #'M$$

2nalisis lebih &auh untuk membandingkan kurikulum 'P2 $MP kelas E''' yang ada di 'ndonesia dengan materi yang terdapat di #'M$$ menun&ukkan bah%a terdapat beberapa topik yang sebenarnya belum dia&arkan di kelas E''' $MP +#abel 2,. Bal yang sama &uga terdapat di kurikulum matematika kelas E''' $MP di mana &uga terdapat beberapa topik yang belum dia&arkan di kelas F'''. Lebih parahnya lagi, malah terdapat beberapa topik yang sama sekali tidak terdapat di dalam kurikulum saat ini, sehingga menyulitkan bagi peserta didik kelas E''' $MP men&a%ab pertanyaan yang terdapat di dalam #'M$$ +#abel 3,.

11

#abel 3. Perbandingan 1urikulum Matematika $MP 1elas E''' dan Materi #'M$$

Bal yang sama &uga ter&adi di kurikulum matematika kelas 'E $) pada studi internasional di mana &uga terdapat topik yang belum dia&arkan pada kelas 'E dan topik yang sama sekali tidak terdapat di dalam kurikulum saat ini, seperti bisa dilihat pada #abel 5.

#abel 5 Perbandingan 1urikulum Matematika $) 1elas E''' dan Materi #'M$$

12 )alam kaitan itu, perlu dilakukan langkah penguatan materi dengan

menge=aluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan 0ara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak rele=an bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional. )isamping itu &uga perlu die=aluasi ulang tingkat kedalaman materi sesuai dengan tuntutan perbandingan internasional dan menyusun kompetensi dasar yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan.

13

15

1A

16

1C

17

13

20

B. Elemen Pe"! a%an K!"i#!l!m 2013

21

22

23

25

2A

26

6. S$"!#$!" K!"i#!l!m 2013


$truktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pela&aran, posisi konten>mata pela&aran dalam kurikulum, distribusi konten>mata pela&aran dalam semester atau tahun, beban bela&ar untuk mata pela&aran dan beban bela&ar per minggu untuk setiap sis%a. $truktur kurikulum adalah &uga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem bela&ar dan pengorganisasian beban bela&ar dalam sistem pembela&aran. sistem semester sedangkan pengorganisasian beban Pengorganisasian dalam sistem konten dalam sistem bela&ar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah bela&ar pembela&aran berdasarkan &am pela&aran per semester. 4eban bela&ar dinyatakan dalam &am bela&ar setiap minggu untuk masa bela&ar selama satu semester. 4eban bela&ar di $)>M' kelas ', '', dan ''' masing!masing 30, 32, 35 sedangkan untuk kelas 'E, E, dan E' masing!masing 36 &am setiap minggu. *am bela&ar $)>M' adalah 3A menit. $truktur 1urikulum $)>M' adalah sebagai berikut: ALOKASI 7AKTU BELAJAR PER MINGGU I Kelom(o# A 1 Pendidikan 2gama dan 4udi Pekerti . 2 Pendidikan Pan0asila dan 1e%arganegaraan . 3 4ahasa 'ndonesia . 5 Matematika . A 'lmu Pengetahuan 2lam . 6 'lmu Pengetahuan $osial . Kelom(o# B 1 $eni 4udaya dan Prakarya . 2 Pendidikan *asmani, 9lah 8aga dan . 1esehatan *umlah 2lokasi :aktu Per Minggu 5 A 7 A ! ! II 5 6 7 6 ! ! III 5 6 10 6 ! ! I; 5 5 C 6 3 3 ; 5 5 C 6 3 3 ;I 5 5 C 6 3 3

MATA PELAJARAN

5 5 30

5 5 32

5 5 34

A 5 38

A 5 38

A 5 38

2C

= Pembelajaran Tematik Integratif

Ke$e"angan: Mata pela&aran $eni 4udaya dan Prakarya dapat 4ahasa )aerah. 'ntegrasi 1ompetensi )asar 'P2 dan 'P$ didasarkan pada keterdekatan makna dari konten 1ompetensi )asar 'P2 dan 'P$ dengan konten Pendidikan 2gama dan 4udi Pekerti, Pendidikan Pan0asila dan 1e%arganegaraan, 4ahasa 'ndonesia, Matematika, serta Pendidikan *asmani, 9lahraga dan 1esehatan yang berlaku untuk kelas ', '', dan '''. $edangkan untuk kelas 'E, E dan E', 1ompetensi )asar 'P2 dan 'P$ berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema!tema yang ada untuk kelas 'E, E dan E'. 2. S$an&a" Kom(e$ensi L!l!san5 Kom(e$ensi In$i &an Kom(e$ensi 2asa"

27

23

30

31

32

33

STAN2AR KOMPETENSI LULUSAN UNTUK SATUAN PEN2I2IKAN 2ASAR


ndang! ndang )asar "egara 8epublik 'ndonesia #ahun 135A Pasal 31 ayat 3 mengamanatkan bah%a Gpemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketak%aan serta akhlak mulia dalam rangka men0erdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang! undang.H 2tas dasar amanah tersebut telah diberlakukan ndang!undang 8epublik 'ndonesia "omor 20 #ahun 2003 tentang $istem Pendidikan "asional. )asar, fungsi, dan tu&uan pendidikan nasional menurut pendidikan nasional berdasarkan Pan0asila dan ndang!undang 8epublik

'ndonesia "omor 20 #ahun 2003 tentang $istem Pendidikan "asional bah%a ndang! ndang )asar "egara 8epublik 'ndonesia #ahun 135A Pasal 2, berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk %atak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka men0erdaskan kehidupan bangsa, bertu&uan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar men&adi manusia yang beriman dan bertak%a kepada #uhan .ang Maha /sa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, 0akap, kreatif, mandiri, dan men&adi %arga negara yang demokratis serta bertanggung &a%ab +Pasal 3,.

35

ntuk me%u&udkan tu&uan pendidikan nasional tersebut dan sesuai pen&elasan Pasal 3A

dengan

ndang! ndang "omor 20 tahun 2003, standar kompetensi

lulusan dirumuskan sebagai kualifikasi kemampuan lulusan yang men0akup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau di0apainya dari suatu satuan pendidikan tertentu. 1ompetensi Lulusan pada setiap &en&ang dikembangkan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan kompetensi abad 21, persaingan yang semakin mengglobal, dan kebutuhan lokal serta nasional 'ndonesia. 1ompetensi Lulusan ini &uga dikembangkan bersesuaian dengan 1erangka 1ualifikasi "asional 'ndonesia +11"', sebagaimana dimanatkan Perpres "o 7 #ahun 2012, tentang 1erangka 1ualifikasi "asional 'ndonesia. $elain itu, 1ompetensi Lulusan diturunkan berdasarkan amanat PP 32 #ahun 2013 tentang perubahan atas PP 13 #ahun 200A tentang $tandar "asional Pendidikan. ntuk memudahkan memahami komponen 1ompetensi Lulusan dimaksud, berikut diuraikan deskripsi tentang : A. Penge"$ian $tandar 1ompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang men0akup sikap, keterampilan dan pengetahuan

B. T!-!an $tandar 1ompetensi Lulusan digunakan sebagai a0uan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. 6. R!ang ling#!(

3A

$tandar 1ompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat di0apai setelah menyelesaikan masa bela&arnya di satuan pendidikan. 2. Moni$o"ing &an E<al!asi Monitoring dan e=aluasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian dan

keter0apaian $tandar 1ompetensi Lulusan. 1esesuaian $tandar 1ompetensi Lulusan dimonitor dan die=aluasi se0ara berkala dan berkelan&utan terhadap kebutuhan lulusan pendidikan dan kebutuhan peserta didik, baik lokal, nasional, maupun global. 1eter0apaian $tandar 1ompetensi Lulusan dimonitor dan die=aluasi se0ara berkiala terhadap lulusan dari masing!masing satuan pendidikan. /=aluasi dilkukan terhadap kesesuaian sumber daya dan proses pembela&aran yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu. Basil yang diperoleh dari monitoring dan e=aluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan $tandar 1ompetensi Lulusan di masa yang akan datang.

36

E. Kom(e$ensi L!l!san S2*MI*S2LB=*Pa#e$ A Lulusan $)>M'>$)L4I>Paket 2 memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut. S2*MI*S2LB=*Pa#e$ A 2imensi Si#a( K!ali.i#asi Kemam(!an Memiliki perilaku yang men0erminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, per0aya diri, dan bertanggung &a%ab dalam berinteraksi se0ara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam %a%asan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan ke&adian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah konkret dan abstrak sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

Penge$a%!an

Ke$e"am(ilan

3. Kom(e$ensi In$i &an Kom(e$ensi 2asa" Se#ola% 2asa" +S2,*Ma&"asa% I $i&ai'a% $e0ara lengkap untuk semua kelas dapat dilihat pada Permendikbud "omor 6C tahun 2013. $ebagai 0ontoh berikut ini kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk 1elas ' $). PEN2I2IKAN AGAMA ISLAM 2AN BU2I PEKERTI
KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan men&alankan a&aran agama yang dianutnya. KOMPETENSI 2ASAR 1.1 #erbiasa berdoa sebelum dan sesudah bela&ar sebagai bentuk pemahaman terhadap J.$. 2l!<atihah 1.2 Meyakini adanya 2llah $:# yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. 1.3 Mensyukuri karunia dan pemberian sebagai implementasi dari pemahaman J.$. 2l!<atihah dan J.$. 2l!'khlas 1.5 #erbiasa bersu0i sebelum beribadah 1.A #erbiasa memba0a 4asmalah setiap memulai akti=itas

3C

KOMPETENSI INTI 2. Memiliki perilaku &u&ur, disiplin, tanggung &a%ab, santun, peduli, dan per0aya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.

KOMPETENSI 2ASAR 2.1 Memiliki sikap &u&ur sebagai implementasi dari pemahaman sifat GshiddiKH 8asulullah $2: 2.2 Memiliki perilaku hormat dan patuh kepada orangtua dan guru sebagai implementasi dari pemahaman J.$. LuKman +31,: 15 2.3 Memiliki perilaku hormat kepada sesama anggota keluarga sebagai implementasi dari pemahaman J.$. 2n!"isa +5,: 36 2.5 Memiliki sikap pemaaf sebagai implementasi dari pemahaman kisah keteladanan "abi Muhammad $2: 2.A Memiliki sikap per0aya diri sebagai implementasi dari pemahaman J.$. 2l!'khlas 2.6 Memiliki sikap yang baik ketika berbi0ara sebagai implementasi dari pemahaman J.$. 2l!4aKarah +2,: 73 2.C Memiliki perilaku ra&in bela&ar sebagai implementasi dari pemahaman J.$. 2l!2laK +36,: 1!A 2.7 Memiliki perilaku bersih badan, pakaian, barang!barang, dan tempat sebagai implementasi pemahaman makna bersu0i 3.1 Mengetahui huruf!huruf hi&aiyyah dan harakatnya se0ara lengkap 3.2 Mengenal pesan!pesan yang terkandung di dalam J.$ 2l <atihah, 2l 'khlas dan 2l 2laK +36,: 1!A 3.3 Mengenal makna 2smaul Busna: 2r!8ahman, 2r!8ahim, 2l!Malik 3.5 Mengenal makna dua kalimat syahadat sebagai bagian dari rukun 'slam yang pertama 3.A Mengenal makna doa sebelum dan sesudah bela&ar 3.6 Mengenal tata 0ara bersu0i 3.C Memahami shalat dan kegiatan agama yang dianutnya di sekitar rumahnya melalui pengamatan 3.7 Mengenal kisah keteladanan "abi 2dam a.s. 3.3 Mengenal kisah keteladanan "abi 'dris a.s. 3.10 Mengenal kisah keteladanan "abi "uh a.s. 3.11 Mengenal kisah keteladanan "abi Bud a.s 3.12 Mengetahui kisah keteladanan "abi Muhammad $2: 3.13 Memahami perilaku hormat dan patuh kepada orangtua dan guru 3.14 Memahami perilaku saling menghormati antarsesama anggota keluarga

3. Memahami pengetahuan faktual dengan 0ara mengamati ?mendengar, melihat, memba0a@ dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk 0iptaan #uhan dan kegiatannya, dan benda! benda yang di&umpainya di rumah dan di sekolah

37

KOMPETENSI INTI 5. Menya&ikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang &elas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang men0erminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang men0erminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 5.1 1.2.1 1.2.2 1.3 1.5 1.A 1.6 1.C.1 1.C.2 1.C.3 1.C.5 1.C.A 1.C.6 1.C.C 1.C.7 1.C.3

KOMPETENSI 2ASAR Melafalkan huruf!huruf hi&aiyyah dan harakatnya se0ara lengkap Melafalkan J.$. 2l!<atihah dan J.$. 2l!'khlas dan 2l 2laK +36,: 1!A dengan benar dan &elas Menun&ukkan hafalan J.$. 2l!<atihah dan J.$. 2l! 'khlas dengan benar dan &elas Melafalkan 2smaul Busna: 2r!8ahman, 2r!8ahim, 2l! Malik Melafalkan dua kalimat syahadat dengan benar dan &elas Melafalkan doa sebelum dan sesudah bela&ar dengan benar dan &elas. Mempraktikkan tata 0ara bersu0i Melaksanakan shalat dan kegiatan agama yang dianutnya di sekitar rumahnya melalui pengamatan Men0ontohkan kegiatan agama yang dianutnya di sekitar rumahnya Men0eritakan kisah keteladanan "abi 2dam a.s. Men0eritakan kisah keteladanan "abi 'dris a.s. Men0eritakan kisah keteladanan "abi "uh a.s. Men0eritakan kisah keteladanan "abi Bud a.s Men0eritakan kisah keteladanan "abi Muhammad $2: Men0ontohkan perilaku hormat dan patuh kepada orangtua dan guru Men0ontohkan perilaku saling menghormati antarsesama anggota keluarga

PEN2I2IKAN PAN6ASILA 2AN KE7ARGANEGARAAN +PPKn,


KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan men&alankan a&aran agama yang dianutnya KOMPETENSI 2ASAR 1.1 Menerima keberagaman karakteristik indi=idu dalam kehidupan beragama sebagai anugerah #uhan .ang Maha /sa di lingkungan rumah dan sekolah 1.2 Menerima kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah #uhan .ang Maha /sa di lingkungan rumah dan sekolah 2.1 Menun&ukkan perilaku &u&ur, disiplin, tanggung &a%ab, santun, peduli, dan per0aya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru sebagai per%u&udan nilai dan moral Pan0asila 2.2 Menun&ukkan perilaku patuh pada tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari!hari di rumah dan sekolah 2.3 Menun&ukkan perilaku kebersamaan dalam keberagaman di rumah dan sekolah 3.1 Mengenal simbol!simbol sila Pan0asila dalam lambang

2. Memiliki perilaku &u&ur, disiplin, tanggung &a%ab, santun, peduli, dan per0aya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru

3. Memahami pengetahuan

33

KOMPETENSI INTI faktual dengan 0ara mengamati ?mendengar, melihat, memba0a@ dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk 0iptaan #uhan dan kegiatannya, dan benda! benda yang di&umpainya di rumah, dan di sekolah. 5. Menya&ikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang &elas dan logis dalam karya yang estetis dalam gerakan yang men0erminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang men0erminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

KOMPETENSI 2ASAR negara GGaruda Pan0asilaH 3.2 Mengenal tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari!hari di rumah dan sekolah 3.3 Mengenal keberagaman karateristik indi=idu di rumah dan di sekolah 3.5 Mengenal arti bersatu dalam keberagaman di rumah dan sekolah

5.1 Mengamati dan men0eritakan perilaku di sekitar rumah dan sekolah dan mengaitkannya dengan pengenalannya terhadap salah satu simbol sila Pan0asila 5.2 Melaksanakan tata tertib di rumah dan sekolah 5.3 Mengamati dan men0eriterakan kebersamaan dalam keberagaman di rumah dan sekolah 5.5 Mengamati dan men0eriterakan keberagaman karateristik indi=idu di rumah dan sekolah

BA9ASA IN2ONESIA
KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan men&alankan a&aran agama yang dianutnya 1.1 KOMPETENSI 2ASAR Menerima anugerah #uhan .ang Maha /sa berupa bahasa 'ndonesia yang dikenal sebagai bahasa persatuan dan sarana bela&ar di tengah keberagaman bahasa daerah Menerima keberadaan #uhan .ang Maha /sa atas pen0iptaan manusia dan bahasa yang beragam serta benda!benda di alam sekitar Memiliki kepedulian dan rasa ingin tahu terhadap keberadaan %u&ud dan sifat benda melalui pemanfaatan bahasa 'ndonesia dan>atau bahasa daerah Memiliki rasa per0aya diri terhadap keberadaan tubuh melalui pemanfaatan bahasa 'ndonesia dan>atau bahasa daerah Memiliki perilaku santun dan sikap kasih sayang melalui pemanfaatan bahasa 'ndonesia dan>atau bahasa daerah Memiliki kedisiplinan dan tanggung &a%ab mera%at tubuh agar sehat dan bugar melalui pemanfaatan bahasa 'ndonesia dan>atau bahasa daerah Memiliki perilaku santun dan &u&ur dalam hal kegiatan dan bermain di lingkungan melalui pemanfaatan bahasa 'ndonesia dan>atau bahasa daerah

1.2

2. Memiliki perilaku &u&ur, disiplin, tanggung &a%ab, santun, peduli, dan per0aya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru

2.1

2.2

2.3

2.5

2.A

50

KOMPETENSI INTI 3. Memahami pengetahuan faktual dengan 0ara mengamati ?mendengar, melihat, memba0a@ dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk 0iptaan #uhan dan kegiatannya, dan benda! benda yang di&umpainya di rumah, sekolah 3.1

KOMPETENSI 2ASAR Mengenal teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pan0aindra, %u&ud dan sifat benda, serta peristi%a siang dan malam dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa 'ndonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman Menegenal teks petun&uk>arahan tentang pera%atan tubuh serta pemeliharaan kesehatan dan kebugaran tubuh dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa 'ndonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman Mengenal teks terima kasih tentang sikap kasih sayang dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa 'ndonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman Mengenal teks 0erita diri>personal tentang keberadaan keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa 'ndonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman Mengenal teks diagram>label tentang anggota keluarga dan kerabat dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa 'ndonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman Mengamati dan menirukan teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pan0aindra, %u&ud dan sifat benda, serta peristi%a siang dan malam se0ara mandiri dalam bahasa 'ndonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penya&ian Mempraktikkan teks arahan>petun&uk tentang mera%at tubuh serta kesehatan dan kebugaran tubuh se0ara mandiri dalam bahasa 'ndonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penya&ian Menyampaikan teks terima kasih mengenai sikap kasih sayang se0ara mandiri dalam bahasa 'ndonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penya&ian Menyampaikan teks 0erita diri>personal tentang keluarga se0ara mandiri dalam bahasa 'ndonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penya&ian Membuat teks diagram>label tentang anggota keluarga

3.2

3.3

3.5

3.A

5. Menya&ikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang &elas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang men0erminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang men0erminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

5.1

5.2

5.3

5.5

5.A

51

KOMPETENSI INTI

KOMPETENSI 2ASAR dan kerabat se0ara mandiri dalam bahasa 'ndonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penya&ian

MATEMATIKA
KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan men&alankan a&aran agama yang dianutnya 2. Memiliki perilaku &u&ur, disiplin, tanggung &a%ab, santun, peduli, dan per0aya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru 3. Memahami pengetahuan faktual dengan 0ara mengamati ?mendengar, melihat, memba0a@ dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk 0iptaan #uhan dan kegiatannya, dan benda! benda yang di&umpainya di rumah dan di sekolah KOMPETENSI 2ASAR 1.1 Menerima dan men&alankan a&aran agama yang dianutnya. 2.1 Menun&ukkan sikap 0ermat dan teliti, tertib dan mengikuti aturan, peduli, disiplin %aktu serta tidak mudah menyerah dalam menger&akan tugas 2.2 Memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan pada matematika yang terbentuk melalui pengalaman bela&ar. 2.3 Memiliki sikap ob&ektif dan menghargai pendapat dan karya teman sebaya dalam diskusi kelompok maupun akti=itas sehari!hari 1.1 Mengenal lambang bilangan dan mendeskripsikan kemun0ulan bilangan dengan bahasa yang sederhana 1.2 Mengenal bilangan asli sampai 33 dengan menggunakan benda!benda yang ada di sekitar rumah, sekolah, atau tempat bermain Mengenal dan memprediksi pola!pola bilangan sederhana menggunakan gambar! gambar>benda konkrit 1.3 Menun&ukkan pemahaman tentang besaran dengan menghitung ma&u sampai 100 dan mundur dari 20 1.5 Mengenal bangun datar dan bangun ruang menggunakan benda!benda yang ada di sekitar rumah, sekolah, atau tempat bermain. 1.A Menemukan bangun yang membentuk pola pengubinan sederhana 5.1 Mengurai sebuah bilangan asli sampai dengan 33 sebagai hasil pen&umlahan atau pengurangan dua buah bilangan asli lainnya dengan berbagai kemungkinan &a%aban 5.2 Menggunakan benda konkrit untuk menelusuri pe0ahan dan &umlah uang 5.3 Mengemukakan kembali dengan kalimat sendiri dan meme0ahkan masalah yang berkaitan dengan pen&umlahan dan pengurangan terkait dengan akti=itas sehari!hari serta memeriksa kebenarannya 5.5 Mendeskripsikan, mengembangkan, dan membuat pola yang berulang 5.A Membentuk berbagai bangun datar dengan menggunakan papan berpaku atau media lainnya 5.6 Melakukan pengubinan dari bangun datar sederhana tertentu 5.C Membentuk dan menggambar bangun baru dari bangun!

5. Menya&ikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang &elas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang men0erminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang men0erminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

52

KOMPETENSI INTI

KOMPETENSI 2ASAR bangun datar atau pola bangun datar yang sudah ada 5.7 Mengelompokkan teman sekelas berdasarkan tinggi badannya 4.9 Mengumpulkan dan mengelola data pokok kategorikal dan menya&ikannya dalam grafik konkrit dan piktograf tanpa menggunakan urutan label pada sumbu hori(ontal 5.10 Memba0a dan mendeskripsikan data pokok yang ditampilkan pada grafik konkrit dan piktograf

SENI BU2A>A &an PRAKAR>A


KOMPETENSI INTI 1. Menerima, dan men&alankan a&aran agama yang dianutnya 2. Memiliki perilaku &u&ur, disiplin, tanggung &a%ab, santun, peduli, dan per0aya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru 3. Memahami pengetahuan faktual dengan 0ara mengamati ?mendengar, melihat, memba0a@ dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk 0iptaan #uhan dan kegiatannya, dan benda! benda yang di&umpainya di rumah dan sekolah 5. Menya&ikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang &elas dan logis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang men0erminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang men0erminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 1.1 KOMPETENSI 2ASAR Merasakan keindahan alam sebagai salah satu tanda! tanda kekuasaan #uhan Menun&ukkan rasa per0aya diri untuk berlatih mengekspresikan diri dalam mengolah karya seni Menun&ukkan rasa ingin tahu untuk mengenal alam di lingkungan sekitar sebagai sumber ide dalam berkarya seni Menun&ukkan perilaku disiplin, tanggung &a%ab dan kepedulian terhadap alam sekitar melalui berkarya seni Mengenal 0ara dan hasil gambar ekspresi Mengenal pola irama lagu ber=ariasi menggunakan alat musik ritmis Mengenal unsur!unsur gerak, bagian!bagian gerak anggota tubuh dan le=el gerak dalam menari Mengamati berbagai bahan, alat serta fungsinya dalam membuat prakarya Mengenal karya seni budaya benda dan bahasa daerah setempat Menggambar ekspresi dengan mengolah garis, %arna dan bentuk berdasarkan hasil pengamatan di lingkungan sekitar Membuat karya seni rupa dengan memanfaatkan berbagai teknik 0etak sederhana menggunakan bahan alam Menggambar dengan memanfaatkan beragam media kering Membentuk karya seni rupa dari bahan lunak Menyanyikan lagu anak!anak dan memperagakan tepuk birama dengan gerak Memainkan pola irama lagu bertanda birama dua dengan tepuk dan gerak

2.1 2.2

2.3 3.1 3.2 3.3 3.5 3.A

5.1

5.2

5.3 5.5 5.A 5.6

53

KOMPETENSI INTI 5.C 5.7 5.3 5.10

KOMPETENSI 2ASAR Menyanyikan lagu anak!anak dan berlatih memahami isi lagu Memainkan pola irama lagu bertanda birama dua dan tiga dengan alat musik ritmis Melakukan gerak kepala, tangan, kaki, dan badan berdasarkan pengamatan alam di lingkungan sekitar Menirukan gerak alam di lingkungan sekitar melalui gerak kepala, tangan, kaki, dan badan berdasarkan rangsangan bunyi Menirukan gerak alam di lingkungan sekitar dengan menggunakan le=el tinggi, sedang, dan rendah Melakukan gerak alam di lingkungan sekitar dengan menggunakan le=el tinggi, sedang, dan rendah dengan iringan Membuat karya kreatif dengan menggunakan bahan alam di lingkungan sekitar melalui kegiatan melipat, menggunting dan menempel Membuat karya kreatif dengan mengolah bahan alam melalui kegiatan melipat, menggunting, dan menempel bentuk pola dan alur sederhana Membuat karya kreatif fungsional dari bahan lunak buatan Menya&ikan &enis bahan makanan umbi!umbian dengan olahan sederhana Men0eritakan karya seni budaya benda dan bahasa daerah setempat

5.11 5.12

5.13

5.15

5.1A 5.16 5.1C

PEN2I2IKAN JASMANI5 OLA9RAGA 2AN KESE9ATAN +PENJASORKES,


KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan men&alankan a&aran agama yang dianutnya 2. Memiliki perilaku &u&ur, disiplin, tanggung &a%ab, santun, peduli, dan per0aya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman , dan guru 1.1 KOMPETENSI 2ASAR Menghargai tubuh dengan seluruh perangkat gerak dan kemampuannya sebagai anugrah #uhan yang tidak ternilai 4erperilaku sportif dalam bermain. 4ertanggung &a%ab terhadap keselamatan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar, serta dalam penggunaan sarana dan prasarana pembela&aran. Menghargai perbedaan karakteristik indi=idual dalam melakukan berbagai akti=itas fisik. Menun&ukkan kemauan beker&asama dalam melakukan berbagai akti=itas fisik. #oleransi dan mau berbagi dengan teman lain dalam penggunaan peralatan dan kesempatan. )isiplin selama melakukan berbagai akti=itas fisik. Menerima kekalahan dan kemenangan dalam permainan.

2.1 2.2 2.3 2.5 2.A 2.6 2.C

55

KOMPETENSI INTI 3. Memahami pengetahuan faktual dengan 0ara mengamati ?mendengar, melihat, memba0a@ dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk 0iptaan #uhan dan kegiatannya, dan benda! benda yang di&umpainya di rumah dan sekolah 5.1

KOMPETENSI 2ASAR Mengetahui konsep gerak dasar lokomotor sesuai dengan dimensi anggota tubuh yang digunakan, arah, ruang gerak, hubungan, dan usaha, dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau tradisional. Mengetahui konsep gerak dasar non!lokomotor sesuai dengan dimensi anggota tubuh yang digunakan, arah, ruang gerak, hubungan, dan usaha, dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau permainan tradisional. Mengetahui konsep gerak dasar manipulatif sesuai dengan dimensi anggota tubuh yang digunakan, arah, ruang gerak, hubungan, dan usaha, dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau permainan tradisional. Mengetahui konsep bergerak se0ara seimbang dan 0epat dalam rangka pengembangan kebugaran &asmani melalui permainan sederhana dan atau tradisional. Mengetahui konsep berbagai pola gerak dasar dominan statis +bertumpu dengan tangan dan lengan depan>belakang >samping, bergantung, sikap kapal terbang, dan berdiri dengan salah satu kaki,, serta pola gerak dominan dinamis +menolak, mengayun, melayang di udara, berputar, dan mendarat, dalam akti=itas senam. Mengetahui konsep penggunaan pola gerak dasar lokomotor dan non!lokomotor sesuai dengan irama +ketukan, tanpa> dengan musik dalam akti=itas gerak rimtik. Mengetahui perbedaan bergerak di air dan di darat dalam akti=itas air. Mengetahui bagian!bagian tubuh sendiri, kegunaan, dan 0ara men&aga kebersihannya terutama badan, kuku, kulit, gigi, rambut, hidung, telinga, tangan dan kaki, serta men&aga kebersihan pakaian yang digunakan. Mengetahui dampak &angka pendek selama dan setelah melakukan akti=itas fisik. Mempraktikkan pola gerak dasar lokomotor sesuai dengan dimensi anggota tubuh yang digunakan, arah, ruang gerak, hubungan dan usaha, dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau tradisional. Mempraktikkan pola gerak dasar non!lokomotor sesuai dengan dimensi anggota tubuh yang digunakan, arah, ruang gerak, hubungan, dan usaha,dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau tradisional. Mempraktikkan pola gerak dasar manipulatif sesuai dengan dimensi anggota tubuh yang digunakan, arah, ruang gerak, hubungan, dan usaha, dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau permainan tradisional.

5.2

5.3

5.5

5.A

5.6

5.C 5.7

5.3 5. Menya&ikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang &elas dan logis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang men0erminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang men0erminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 5.1

5.2

5.3

5A

KOMPETENSI INTI 5.5

KOMPETENSI 2ASAR Mempraktikkan akti=itas pengembangan kebugaran &asmani untuk melatih keseimbangan dan ke0epatan tubuh melalui permainan sederhanadan dan atau tradisional. Mempraktikkan berbagai pola gerak dasar dominan statis +bertumpu dengan tangan dan lengan depan>belakang> samping, bergantung, sikap kapal terbang, dan berdiri dengan salah satu kaki, dan pola gerak dominan dinamis +menolak, mengayu, melayang di udara, berputar, dan mendarat, dalam akti=itas senam. Mempraktikkan penggunaan pola gerak dasar lokomotor dan non!lokomotor sesuai dengan irama +ketukan, tanpa>dengan musik dalam akti=itas gerak rimtik. Mempraktikkan berbagai bentuk permainan pengenalan air dalam akti=itas air.I Mempraktikkan 0ara memelihara dan men&aga kebersihan bagian!bagian tubuh sendiri terutama badan, kuku, kulit, gigi, rambut, hidung, telinga, tangan dan kaki, serta men&aga kebersihan pakaian yang digunakan. Men0eritakan dampak &angka pendek selama dan setelah melakukan akti=itas fisik.

5.A

5.6

5.C 5.7

5.3

E. 3a#$o" Pen&!#!ng Ke e"%asilan Im(lemen$asi K!"i#!l!m 2013


1. Pengem angan K!"i#!l!m 2013 pada $atuan Pendidikan dilakukan atas prinsip bah%a: a. $ekolah adalah satu kesatuan lembaga pendidikan dan kurikulum adalah kurikulum satuan pendidikan, !#an &a.$a" ma$a (ela-a"an. b. Guru di satu satuan pendidikan adalah sa$! sa$!an (en&i&i# +community of educators,, mengembangkan kurikulum se0ara bersama!sama. 0. Pengembangan kurikulum di &en&ang satuan pendidikan dipimpin langsung oleh kepala sekolah d. Pelaksanaan implementasi kurikulum di satuan pendidikan die=aluasi oleh kepala sekolah.

2.

Mana-emen Im(lemen$asi

56

a. 'mplementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan pemerintah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten>kota. b. Pemerintah bertangung&a%ab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum. 0. Pemerintah bertanggung&a%ab kurikulum se0ara nasional. dalam melakukan e=aluasi pelaksanaan

d. Pemerintah propinsi bertanggung&a%ab dalam melakukan super=isi dan e=aluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait. e. Pemerintah kabupaten>kota bertanggung&a%ab dalam memberikan bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten>kota terkait.

3.

S$a$egi Im(lemen$asi K!"i#!l!m terdiri atas:

1. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan &en&ang pendidikan yaitu: - J!li 2013: 1elas ', 'E terbatas pada se&umlah $)>M' +30D,, dan seluruh E'' +$MP>M#s,, dan F +$M2>M2, $M1>M21,. 'ni adalah tahun pertama implementasi dan dilakukan di seluruh %ilayah "18'. kabupaten>kota di setiap propinsi. J!li 2014: 1elas ', '', 'E, E, E'', E''', F, dan F': tahun 2015 adalah tahun kedua implementasi. $eperti tahun pertama maka $) akan dipilih sebanyak 30D sehingga se0ara keseluruhan implementasi kurikulum pada tahun kedua sudah men0akup 60D $) di seluruh %ilayah "18'. Pada tahun kedua ini, hanya kelas terakhir $MP>M#s, $M2>M2, $M1>M21 yang belum melaksanakan kurikulum. - J!li 201:: seluruh kelas dan seluruh sekolah $)>M', $MP>M#s, $M2>M2, $M1>M21 telah melaksanakan sepenuhnya 1urikulum 2013. 2. Pelatihan Guru, 1epala $ekolah dan Penga%as, dari tahun 2013 L 2016. Pelatihan guru, kepala sekolah dan penga%as adalah untuk guru, kepala sekolah yang akan melaksanakan 1urikulum 2013 dan dilakukan sebelum 1urikulum 2013 diimplementasikan. Prinsip ini men&adi prinsip utama implementasi dimana guru, ntuk $) akan dipilih 30D $) dari setiap

5C

kepala

sekolah

dan

penga%as

di

%ilayah

sekolah

terkait

yang

akan

mengimplemntasikan kurikulum adalah mereka yang sudah terlatih. )engan demikian, ketika 1urikulum 2013 akan diimplementasikan pada tahun pembela&aran 201A!2016, seluruh guru, kepala sekolah dan penga%as di seluruh 'ndonesia sudah mendapatkan pelatihan untuk melaksanakan kurikulum. 3. Pengembangan buku babon, dari tahun 2013 L 2016. $e&alan dengan strategi implementasi, penulisan dan per0etakan serta distribusi buku babon akan seluruhnya selesai pada a%al tahun terakhir implementasi kurikulum atau sebelumnya. Pada prinsipnya ketika implementasi 1urikulum 2013 memasuki tahun 201A!2016 seluruh buku babon sudah teredia di setiap sekolah. 4uku babon terdiri atas buku untuk peserta didik dan buku untuk guru. 'si buku babon guru adalah sama dengan buku babon peserta didik dengan tambahan strategi pembela&aran dan penilaian hasil bela&ar. $edangkan pedoman pembela&aran dan penilaian hasil bela&ara se0ara rin0i ter0antum dalam buku pedoman pembela&aran dan penilaian. 5. Pengembangan mana&emen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan

pengembangan budaya sekolah +budaya ker&a guru, terutama untuk $M2>M2 dan $M1>M21, dimulai dari bulan *anuari L )esember 2013. 'mplementasi 1urikulum 2013 mensyaratkan penataan administrasi, mana&emen, kepemimpinan dan budaya ker&a guru yang baru. 9leh karena itu dalam persiapan implementasi 1urikulum 2013, pelatihan &uga berkenaan dengan tata ker&a baru para guru dan kepemimpinan kepala sekolah.)engan penerapan pelatihan ini maka implementasi 1urikulum tidak hanya berkenaan dengan upaya realisasi ide dan ran0angan kurikulum tetapi &uga pembenahan pada pelaksanaan pendidikan di satuan pendidikan. A. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan /=aluasi untuk menemukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan: *uli 2013 L 2016. $trategi implementasi 1urikulum 2013 menghindari pelatihan yang dinamakan one!shot training sebagai strategi implementasi mengingat kelemahan strategi tersebut. Pleatihan yang dilakukan untuk para guru, kepala sekolah, dan penga%as akan

57

diikuti dengan monitoring dan e=aluasi sepan&ang pelaksanaan paling tidak dari tahun pertama sampai tahun ketiga implementasi. Pada akhir tahun ketiga implementasi diharapkan permasalahan yang dihadapi para pelaksana sudah tidak lagi merupakan masalah mendasar dan kurikulum sudah dapat dilaksanakan sebagaimana seharusnya. Permasalahan lapangan yang mun0ul adalah yang dapat diselesaikan oleh kolaborasi guru, kepala sekolah dan penga%as di ba%ah super=isi dinas pendidikan kabupaten> kota.

3. Pen&e#a$an Tema$i# In$eg"a$i.

53

A0

A1

A2

A3

A5

AA

A6

KONSEP PEMBELAJARAN TEMATIK TERPA2U 2I SEKOLA9 2ASAR


1. Pengan$a" Proses pembela&aran untuk &en&ang $ekolah )asar atau yang sedera&at menggunakan pendekatan pendekatan tematik. Model pembela&aran tematik terpadu +P#P, atau integrated thematic instruction (ITI) dikembangkan pertama kali pada a%al tahun 13C0!an. 4elakangan P#P diyakini sebagai salah satu model pembela&aran yang efektif +highly effective teaching model,, karena mampu me%adahi dan menyentuh se0ara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. Model P#P ini pun sudah terbukti se0ara empirik berhasil mema0u per0epatan dan meningkatkan kapasitas memori peserta didik +enhance learning and increase long-term memory capabilities of learners , untuk %aktu yang pan&ang.

Pem ela-a"an $ema$i# $e"(a&! 'ang se"ing -!ga &ise !$ se agai (em ela-a"an $ema$i# $e"in$eg"asi + integrated thematic instruction, ITI ,
aslinya dikonseptualisasikan tahun 13C0!an. Pendekatan pembela&aran ini a%alnya dikembangkan untuk anak!anak berbakat dan bertalenta +gifted and talented,, anak!

AC

anak yang 0erdas, program perluasan bela&ar, dan peserta didik yang bela&ar 0epat. Premis utama P#P bah%a peserta didik memerlukan peluang!peluang tambahan +additional opportunities, untuk menggunakan talentanya, menyediakan %aktu bersama yang lain untuk se0ara 0epat mengkonseptualisasi dan mensintesis. Pada sisi lain, model P#P rele=an untuk mengakomodasi perbedaan!perbedaan kualitatif lingkungan bela&ar. Model P#P diharapkan mampu menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman bela&ar. Model P#P memiliki perbedaan kualitatif + ualitatively different, dengan model pembela&aran lain, karena sifatnya memandu peserta didik men0apai kemampuan berpikir tingkat tinggi +higher levels of thinking, atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi ke0erdasan ganda +multiple thinking skills,, sebuah proses ino=atif bagi pengembangnan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 2. Elemen?elemen Te"#ai$ &alam PTP 'mplemementasi P#P menuntut kemampuan guru dalam mentransformasikan materi pembela&aran di kelas. 1arena itu guru harus memahami materi apa yang dia&arkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan bela&ar di kelas. 9leh karena Model P#P ini bersifat ramah otak, guru harus mampu mengidentifikasi elemen!elemen lingkungan yang mungkin rele=an dan dapat dioptimasi ketika berinteraksi dengan peserta didik selama proses pembela&aran. 2da sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu ditingkatkan oleh guru, yakni: a. Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif. b. Memberkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 0. Menya&ikan isi atau substansi pembela&aran yang bermakna. d. Lingkungan yang memperkaya pembela&aran. e. 4ergerak mema0u pembela&aran +!ovement to "nhance #earning,. f. Membuka pilihan!pilihan g. 9ptimasi %aktu se0ara tepat h. 1olaborasi i. &. mpan balik segera 1etuntasan atau aplikasi

A7

3.

Man.aa$ Pen&e#a$an Tema$i# Te"(a&!

a. $uasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. $uasana kelas memungkinkan

semua orang yang ada di dalamnya memiliki rasa mau menanggung resiko bersama. Misalnya, menanggapi pertanyaan!pertanyaan yang tidak semestinya atau tidak benar tanpa harus menyinggung perasaan peserta didik. Prosedur! prosedur ker&a keseharian, memastikan bah%a semua &ad%al terprediksi, dan men&amin peserta didik merasa aman selama berada di kelas maupun di luar kelas. 1eterampilan hidup dikenali, didiskusikan dan dipraktikkan oleh peserta didik dengan interaksi yang tepat dan dengan perasaan yang menyenangkan dalam komunitas ruang kelas.
b. Menggunakan kelompok untuk beker&asama, berkolaborasi, bela&ar berkelompok,

dan meme0ahan konflik sehingga mendodong peserta didik untuk meme0ahkan masalah sosial dengan saling menghargai.
0. Mengoptimasi lingkungan bela&ar sebagai kun0i dalam men0iptakan kelas yang

ramah otak +brain-friendly classroom,. 2kti=itas bela&ar melibatkan sub&ek bela&ar se0ara langsung, mengoptimasi semua sumber bela&ar, dan memberi peluang peserta didik untuk mengesplorasi materi se0ara lebih luas.
d. Peserta didik se0ara 0epat dan tepat %aktu mampu memproses informasi. Proses

itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas, namun &uga kualitas dalam mengeksplorasi konsep!konsep baru dan membantu peserta didik siap mengembangkan pengetahuan.
e. Proses pembela&aran di kelas memungkinkan peserta didik berada dalam format

ramah otak.
f. Materi pembela&aran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh

peserta didik dalam konteks kehidupannya sehari!hari.


g. Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program

bela&ar memungkinkan menge&ar ketertinggalanya dengan dibantu oleh guru melalui pemberian bimbingan khusus dan penerapan prinsip bela&ar tuntas.

A3

h. Program pembela&aran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk

me%u&udkan ketuntasan bela&ar dengan menerapkan =ariasi 0ara penilaian.

4. Ta%a(?$a%a( Pem ela-a"an Tema$i# Te"(a&!


a. Menentukan tema. #ema dapat ditetapkan oleh pengambil kebi&akan, guru, atau ditetapkan bersama dengan peserta didik. b. Mengintegrasikan tema dengan kurikulum. Pada tahap ini guru harus mampu mendesain tema pembela&aran dengan 0ara terintegrasi se&alan dengan tuntutan kurikulum, dengan mengedepankan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 0. Mendesain ren0ana pembela&aran. #ahapan ini men0akup pengorganisasian sumber bela&ar, bahan a&ar, media bela&ar, termasuk kegiatan ekstrakurikuler yang bertu&uan untuk menun&ukkan suatu tema pembela&aran ter&adi dalam kehidupan nyata. Misalnya, pembela&aran di kelas yang didasarkan atau diperkaya hasil karya %isata, kun&ungan ke museum, dan lain!lain. d. Melaksanakan 2kti=itas Pembela&aran. #ahapan ini memberi peluang peserta didik untuk mampu berpartisipasi dan memahami berbagi persepektif dari suatu tema. Bal ini memberi peluang bagi guru dan peserta didik melakukan eksplorasi suatu pokok bahasan.

:. P"insi(?("insi( Pem ela-a"an Tema$i# Te"(a&! a. #ema hendaknya tidak terlalu luas dan dapat dengan mudah digunakan untuk memadukan banyak bidang studi, mata pela&aran, atau disiplin ilmu. b. #ema yang dipilih dapat memberikan bekal bagi peserta didik untuk bela&ar lebih lan&ut. 0. #ema disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. d. #ema harus mampu me%adahi sebagian besar minat anak, e. #ema harus mempertimbangkan peristi%a!peristi%a otentik yang ter&adi dalam rentang %aktu bela&ar f. #ema yang dipilih sesuai dengan kurikulum yang berlaku g. #ema yang dipilih sesuai dengan ketersediaan sumber bela&ar.

8. Mo&el?mo&el Pem ela-a"an Tema$i# Te"(a&!

60

Pembela&aran #ematik #erpadu dapat diimplementasikan dengan beragam model. Menurut 8obin <ogarty +1331, ada sepuluh model P#P, seperti disa&ikan berikut ini. a. Model penggalan +fragmented model,. Model ini diimplementasikan dengan pemaduan yang terbatas pada satu mata pela&aran. Misalnya, mata pela&aran bahasa 'ndonesia materi pembela&aran tentang menyimak, berbi0ara, memba0a dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembela&aran ketrampilan berbahasa. b. Model keterhubungan +connected model,. Model ini diimplementasikan berbasis pada anggapan bah%a beberapa substansi pembela&aran berinduk pada mata pela&aran tertentu. 4utir!butir pembela&aran seperti: kosakata, struktur, memba0a, dan mengarang misalnya dapat dipayungkan pada mata pela&aran bahasa dan sastra. 0. Model sarang +nested model,. Model ini diimplementasikan dengan memadukan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembela&aran. Misalnya, pada &am!&am tertentu guru memfokuskan kegiatan pembela&aran pada pemahaman bentuk kata, makna kata,dan ungkapan dengan saran pembuahan ketrampilan dalam mengembangkan daya ima&inasi, daya berfikir logis, menentukan 0iri bentuk dan makna kata!kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. d. Model rutan>8angkaian +se uenced model,. Model ini memadukan topik!topik

antarmata pela&aran yang berbeda se0ara pararel. 'si 0erita dalam roman se&arah, misalnya: topik pembahasannya se0ara pararel atau dalam &am yang sama dapat dipadukan dengan ikh%al se&arah per&uangan bangsa karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. e. Model berbagi +shared$participative model,. Model ini merupakan pemaduan pembela&aran akibat mun0ulnya tumbang!tindih +overlapping concept, atau ide pada dua mata pela&aran atau lebih. 4uir!butir pembela&aran tetang ke%arganegaraan dalam P1n misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembela&aran #ata "egara, $e&arah Per&uangan 4angsa, dan sebagainya.

61

f. Model &aring laba!laba +webbed model,. Model ini berangkat dari pendekatan tematis sebagai a0uan dasar bahan dan kegiatan pembela&aran. #ema yang dibuat dapat mengikat kegiatan pembela&aran, baik dalam mata pela&aran tertentu maupun antar mata pela&aran. g. Model galur +threaded model,. Model ini memadukan bentuk!bentuk ketrampilan. Misalnya: melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap ke&adian!ke&adian, antisipasi terhadap 0erita, dsb. 4entuk model ini terfokus pada meta kurikulum. h. Model 0elupan +immersed model,. Model ini diran0ang untuk membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. 1egiatan pembela&aran diarahkan untuk me%adahi tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman masing!masing. i. Model &e&aring +networked model,. Model ini merupakan model pemaduan pembela&aran yang mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi, bentuk peme0ahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah peserta didik mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda. &. Model terpadu +integrated model,. Model ini merupakan pemaduan se&umlah topik dari mata pela&aran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. #opik e=idensi yang semula terdapat dalam pela&aran matematika, bahasa 'ndonesia, 'P2, dan 'P$ agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan, 0ukup diletakkan dalam mata pela&aran tertentu, misalnya 'P2.

62

G. Pen&e#a$an Sain$i.i#

63

65

6A

1. Esensi Pen&e#a$an Ilmia%


Proses pembela&aran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. 1arena itu 1urikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembela&aran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. )alam pendekatan atau proses ker&a yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan induktif lebih mengedepankan reasoning) pelararan ketimbang +inductive

penalaran deduktif +deductive reasoning,. Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. $ebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan se0ara keseluruhan. $e&atinya, penalaran induktif menempatkan bukti!bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan ka&ian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.

66

Metode ilmiah meru&uk pada teknik!teknik in=estigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau ge&ala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. empiris, dan terukur ntuk dapat disebut ilmiah, metode pen0arian 1arena itu, +method of in uiry, harus berbasis pada bukti!bukti dari ob&ek yang dapat diobser=asi, dengan prinsip!prinsip penalaran yang spesifik. metode ilmiah umumnya memuat serangkaian akti=itas pengumpulan data melalui obser=asi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan mengu&i hipotesis.

2. Pen&e#a$an Ilmia% &an Non?ilmia% &alam Pem ela-a"an


Pembela&aran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya

dibandingkan dengan pembela&aran tradidional. Basil penelitian membuktikan bah%a pada pembela&aran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 1A menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 2A persen. Pada pembela&aran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 30 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar A0!C0 persen. Proses pembela&aran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaida!kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini ber0irikan penon&olan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan pen&elasan tentang suatu kebenaran. )engan demikian, proses pembela&aran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai!nilai, prinsip!prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembela&aran disebut ilmiah &ika memenuhi kriteria seperti berikut ini. $ubstansi atau materi pembela&aran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat di&elaskan dengan logika atau penalaran tertentu- bukan sebatas kira!kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Pen&elasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru!peserta didik terbebas dari prasangka yang serta!merta, pemikiran sub&ektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir se0ara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, meme0ahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembela&aran.

6C

Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembela&aran. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan ob&ektif dalam merespon substansi atau materi pembela&aran. 4erbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung !&a%abkan. #u&uan pembela&aran dirumuskan se0ara sederhana, &elas, dan menarik sistem penya&iannya.

Proses pembela&aran harus terhindar dari sifat!sifat atau nilai!nilai non!ilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui 0oba!0oba, dan asal berpikir kritis. In$!isi 'ntuisi sering dimaknai sebagai ke0akapan praktis yang kemun0ulannya bersifat irasional dan indi=idual. 'ntuisi &uga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang atas dasar pengalaman dan ke0akapannya. 'stilah ini sering &uga dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan se0ara 0epat dan ber&alan dengan sendirinya. 1emampuan intuitif itu biasanya didapat se0ara 0epat tanpa melalui proses pan&ang dan tanpa disadari. "amun demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik. A#al se%a$ Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembela&aran, peserta didik karena hanya memang hal itu dapat menun&ukan akal sehat ranah dapat sikap, pula keterampilan, dan pengetahuan yang benar. "amun demikian, &ika guru dan semata!mata menggunakan menyesatkan mereka dalam proses dan pen0apaian tu&uan pembela&aran. P"asang#a $ikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata!mata atas dasar akal sehat +comon sense, umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang +guru, peserta didik, dan se&enisnya, yang men&adi pelakunya. 1etika akal sehat

67

terlalu kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka men&eneralisasi hal!hal khusus men&adi terlalu luas. Bal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah men&adi prasangka atau pemikiran skeptis. 4erpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, &ika diolah se0ara baik. $ebaliknya akan berubah men&adi prasangka buruk atau sikap tidak per0aya, &ika di%arnai oleh kepentingan sub&ektif guru dan peserta didik. Penem!an 0o a?0o a #indakan atau aksi 0oba!0oba seringkali melahirkan %u&ud atau temuan yang bermakna. "amun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan 0ara 0oba!0oba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak bersistematika baku. #entu sa&a, tindakan 0oba!0oba itu ada manfaatnya bahkan mampu mendorong kreatifitas. 1arena itu, kalau memang tindakan 0oba! 0oba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pen0atatan atas setiap tindakan, sampai dengan menemukan kepastian &a%aban. Misalnya, seorang peserta didik men0oba meraba!raba tombol!tombol sebuah komputer laptop, tiba!tiba dia kaget komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian &a%aban atas tombol dengan lambang seperti apa yang bisa memastikan bah%a komputer laptop itu bisa menyala. Be"(i#i" #"i$is 1emampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang normal hingga &enius. $e0ara akademik diyakini bah%a pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. 9rang seperti ini biasanya pemikirannya diper0aya benar oleh banyak orang. #entu sa&a hasil pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang =alid dan reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.

3.

Lang#a%?lang#a% Pem ela-a"an &engan Pen&e#a$an Ilmia%


Proses pembela&aran pada 1urikulum 2013 untuk semua &en&ang dilaksanakan

dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembela&aran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. )alam proses pembela&aran

63

berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi a&ar agar peserta didik tahu tentang MmengapaN. 8anah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi a&ar agar peserta didik tahu tentang MbagaimanaN. 8anah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi a&ar agar peserta didik tahu tentang MapaN. Basil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk men&adi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki ke0akapan dan pengetahuan untuk hidup se0ara layak +hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

1urikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembela&aran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan +scientific dalam meliputi ilmiah

appoach, pembela&aran menggali

semua mata pela&aran

C0

informasi melaui pengamatan, bertanya, per0obaan, kemudian mengolah data atau informasi, menya&ikan data atau informasi, dilan&utkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan men0ipta. prosedural. ntuk mata pela&aran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan se0ara Pada kondisi seperti ini, tentu sa&a proses pembela&aran harus tetap menerapkan nilai!nilai atau sifat!sifat ilmiah dan menghindari nilai!nilai atau sifat!sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembela&aran disa&ikan berikut ini.

a. Mengama$i
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembela&aran +meaningfull learning,. Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menya&ikan media obyek se0ara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. #entu sa&a kegiatan mengamati dalam rangka pembela&aran ini biasanya memerlukan %aktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan &ika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tu&uan pembela&aran. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. $ehingga proses pembela&aran memiliki kebermaknaan yang tinggi. )engan metode obser=asi peserta didik menemukan fakta bah%a ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembela&aran yang digunakan oleh guru. 1egiatan mengamati dalam pembela&aran dilakukan dengan menempuh langkah! langkah seperti berikut ini: Menentukan ob&ek apa yang akan diobser=asi Membuat pedoman obser=asi sesuai dengan lingkup ob&ek yang akan diobser=asi Menentukan se0ara &elas maupun sekunder data!data apa yang perlu diobser=asi, baik primer

Menentukan di mana tempat ob&ek yang akan diobser=asi Menentukan se0ara &elas bagaimana obser=asi mengumpulkan data agar ber&alan mudah dan lan0ar akan dilakukan untuk

Menentukan 0ara dan melakukan pen0atatan atas hasil obser=asi , seperti menggunakan buku 0atatan, kamera, tape re0order, =ideo perekam, dan alat!alat tulis lainnya.

C1

1egiatan obser=asi dalam proses pembela&aran menis0ayakan keterlibatan peserta didik se0ara langsung. )alam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam obser=asi tersebut. 9bser=asi biasa +common observation,. Pada obser=asi biasa untuk

kepentingan pembela&aran, peserta didik merupakan sub&ek yang sepenuhnya melakukan obser=asi +complete observer,. )i sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, ob&ek, atau situasi yang diamati. 9bser=asi terkendali +controlled observation,. $eperti halnya obser=asi biasa, pada obser=asi terkendali untuk kepentingan pembela&aran, peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, ob&ek, atau situasi yang diamati. Merepa &uga tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, ob&ek, atau situasi yang diamati. "amun demikian, berbeda dengan obser=asi biasa, pada obser=asi terkendali pelaku atau ob&ek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. 1arena itu, pada pembela&aran dengan obser=asi terkendali termuat nilai!nilai per0obaan atau eksperimen atas diri pelaku atau ob&ek yang diobser=asi. 9bser=asi partisipatif +participant observation,. Pada obser=asi partisipatif, peserta didik melibatkan diri se0ara langsung dengan pelaku atau ob&ek yang diamati. $e&atinya, obser=asi sema0am ini paling la(im dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. 9bser=asi sema0am ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau ob&ek yang diamati. )i bidang penga&aran bahasa, misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan GbermukimH langsung di tempat sub&ek atau komunitas tertentu dan pada %aktu tertentu pula untuk mereka. mempela&ari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibakan diri se0ara langsung dalam situasi kehidupan

$elama proses pembela&aran, peserta didik dapat melakukan obser=asi dengan dua 0ara pelibatan diri. 1edua 0ara pelibatan dimaksud yaitu obser=asi berstruktur dan obser=asi tidak berstruktur, seperti di&elaskan berikut ini.

C2

9bser=asi

berstruktur.

Pada obser=asi berstruktur dalam rangka proses

pembela&aran, fenomena sub&ek, ob&ek, atau situasi apa yang ingin diobser=asi oleh peserta didik telah diren0anakan oleh se0ara sistematis di ba%ah bimbingan guru. 9bser=asi tidak berstruktur. Pada obser=asi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembela&aran, tidak ditentukan se0ara baku atau ri&id mengenai apa yang harus diobser=asi oleh peserta didik. )alam kerangka ini, peserta didik membuat 0atatan, rekaman, atau mengingat dalam memori se0ara spontan atas sub&ek, ob&ektif, atau situasi yang diobser=asi.

Praktik obser=asi dalam pembela&aran hanya akan efektif &ika peserta didik dan guru melengkapi diri dengan dengan alat!alat pen0atatan dan alat!alat lain, seperti: +1, tape re0order, untuk merekam pembi0araan- +1, kamera, untuk merekam ob&ek atau kegiatan se0ara =isual- +2, film atau =ideo, untuk merekam kegiatan ob&ek atau se0ara audio!=isual- dan +3, alat!alat lain sesuai dengan keperluan. $e0ara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan obser=asi, dapat berupa daftar 0ek +checklist,, skala rentang +rating scale,, 0atatan anekdotal +anecdotal record,, 0atatan berkala, dan alat mekanikal +mechanical device,. )aftar 0ek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama!nama sub&ek, ob&ek, atau faktor! faktor yang akan diobser=asi. $kala rentang , berupa alat untuk men0atat ge&ala atau fenomena menurut tingkatannya. ;atatan anekdotal berupa 0atatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan!kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh sub&ek atau ob&ek yang diobser=asi. 2lat mekanikal berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk memotret atau merekam peristi%a!peristi%a tertentu yang ditampilkan oleh sub&ek atau ob&ek yang diobser=asi. Prinsip!rinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama obser=asi pembela&aran disa&ikan berikut ini. ;ermat, ob&ektif, dan &u&ur serta terfokus pada ob&ek yang diobser=asi untuk kepentingan pembela&aran.

C3

4anyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas sub&ek, ob&ek, atau situasi yang diobser=asi. Makin banyak dan hiterogen sub&ek, ob&ek, atau situasi yang diobser=asi, makin sulit kegiatan ober=asi itu dilakukan. $ebelum obse=asi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati 0ara dan prosedur pengamatan.

Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak di0atat, direkam, dan se&enisnya, serta bagaimana membuat 0atatan atas perolehan obser=asi.

. Menan'a
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya bela&ar dengan baik. 1etika guru men&a%ab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk men&adi penyimak dan pembela&ar yang baik. 4erbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyara, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan =erbal. 'stilah GpertanyaanH tidak selalu dalam bentuk Gkalimat tanyaH, melainkan &uga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan =erbal. 4entuk pertanyaan, misalnya: 2pakah 0iri! 0iri kalimat yang efektifO 4entuk pernyataan, misalnya: $ebutkan 0iri!0iri kalimat efektifP

1, 3!ngsi e"$an'a
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembela&aran. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif bela&ar, serta

mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. Mendiagnosis kesulitan bela&ar peserta didik sekaligus menyampaikan an0angan untuk men0ari solusinya.

C5

Menstrukturkan tugas!tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menun&ukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembela&aran yang diberikan. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbi0ara, menga&ukan

pertanyaan, dan memberi &a%aban se0ara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,

mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan 0epat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba!tiba mun0ul. Melatih kesantunan dalam berbi0ara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

2) Kriteria pertanyaan yang baik


Sing#a$ &an -elas. ;ontoh: (%) &eberapa 'auh pemahaman (nda mengenai faktor-faktor yang

menyebabkan generasi muda ter'erat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang) (*) +aktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda ter'erat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang) Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih &elas dibandingkan dengan pertanyaan pertama. Mengins(i"asi -a)a an. ;ontoh: !embangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. ,ika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan beragama- akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. .oba 'elaskan dampak sosial apa sa'a yang muncul- 'ika suatu bangsa gagal membangun

CA

kerukunan umat beragama) )ua kalimat yang menga%ali pertanyaan di muka merupakan 0ontoh yang diberikan guru untuk menginspirasi &a%aban peserta men&a%ab pertanyaan.

Memili#i .o#!s. ;ontoh: +aktor-faktor apakah yang menyebabkan ter'adinya kemiskinan) ntuk

pertanyaan seperti ini sebaiknya masing!masing peserta didik diminta memun0ulkan satu &a%aban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya men&a%ab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. *ika masih tersedia alternatif &a%aban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai &a%aban. Pertanyaan yang luas seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: !engapa kemalasan men'adi penyebab kemiskinan) Pertanyaan seperti ini dimintakan &a%abannya kepada peserta didik se0ara perorangan.

Be"si.a$ ("o ing a$a! &i<e"gen. ;ontoh: +1, /ntuk meningkatkan kualitas hasil bela'ar- apakah peserta didik harus ra'in bela'ar) (*) !engapa peserta didik yang sangat malas bela'ar cenderung men'adi putus sekolah) Pertanyaan pertama 0ukup di&a%ab oleh peserta didik dengan .a atau #idak. $ebaliknya, pertanyaan kedua menuntut &a%aban yang ber=ariasi urutan &a%aban dan pen&elasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.

Be"si.a$ <ali&a$i. a$a! (eng!a$an. Pertanyaan dapat dia&ukan dengan 0ara meminta kepada peserta didik yang berbeda untuk men&a%ab pertanyaan yang sama. *a%aban atas pertanyaan itu dimaksudkan untuk mem=alidasi atau melakukan penguatan atas &a%aban peserta didik sebelumnya. 1etika beberapa orang peserta didik telah memberikan &a%aban

C6

yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memun0ulkan &a%aban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan. ;ontoh: o Guru: Gmengapa kemalasan men&adi penyebab kemiskinanHO o Peserta didik ': Gkarena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang beker&a.H o Guru: Gsiapa yang dapat melengkapi &a%aban tersebutOH o Peserta didik '': Gkarena lebih banyak diam ketimbang beker&a, orang yang malas tidak produktifH o Guru : Gsiapa yang dapat melengkapi &a%aban tersebutOH o Peserta didik ''': Gorang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan %aktu terlalu banyak untuk beker&a, karena itu dia tidak produktif.H Mem e"i #esem(a$an (ese"$a &i&i# !n$!# e"(i#i" !lang. ntuk men&a%ab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan %aktu yang 0ukup untuk memikirkan &a%abannya dan mem=erbalkannya dengan kata!kata. 1arena itu, setelah menga&ukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menun&uk peserta didik untuk men&a%ab pertanyaan itu. *ika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang bisa men&a%ah dengan baik, sangat dian&urkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: +1, 2pa faktor pi0u utama 4elanda men&a&ah 'ndonesiaO- +2, 2pa motif utama 4elanda men&a&ah 'ndonesiaO *ika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh &a%aban yang memuaskan, ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua. Me"angsang (ening#a$an $!n$!$an #emam(!an #ogni$i.. Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk

mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut &a%aban dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti

CC

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan e=aluasi. 1ata!kata kun0i pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya. Me"angsang ("oses in$e"a#si. Pertanyaan guru yang baik mendorong mun0ulnya interaksi dan suasana menyenangkan pada diri peserta didik. )alam kaitan ini, setelah menyampaikan pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan &a%abannya. $etelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa orang peserta didik diminta menyampaikan &a%aban atas pertanyaan tersebut. Pola bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai %ahana pemantul.

a, Ting#a$an Pe"$an'aan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan &a%aban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. 4obot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi disa&ikan berikut ini.

C7

Ting#a$ an

S! $ing#a$an

Ka$a?#a$a #!n0i (e"$an'aan 2pa... $iapa... 1apan... )i mana... $ebutkan... *odohkan atau pasangkan... Persamaan kata... Golongkan... 4erilah nama... )ll. #erangkahlah... 4edakanlah... #er&emahkanlah... $impulkan... 4andingkan... bahlah... 4erikanlah interpretasi... Gunakanlah... #un&ukkanlah... 4uatlah... )emonstrasikanlah... ;arilah hubungan... #ulislah 0ontoh... $iapkanlah... 1lasifikasikanlah... 2nalisislah... 1emukakan bukti!buktiQ MengapaQ 'dentifikasikanQ #un&ukkanlah sebabnyaQ 4erilah alasan!alasanQ 8amalkanlahQ 4entukQ ;iptakanlahQ $usunlahQ

1ognitif Pengetahuan (knowledge) yang lebih rendah

Pemahaman (comprehension )

Penerapan (application

1ognitif 2nalisis (analysis) yang lebih tinggi

$intesis (synthesis)

8an0anglah... #ulislahQ 4agaimana kita dapat meme0ahkanQ 2pa yang ter&adi seaindainyaQ 4agaimana kita dapat memperbaikiQ

C3

Ting#a$ an

S! $ing#a$an

Ka$a?#a$a #!n0i (e"$an'aan 1embangkanQ 4erilah pendapatQ 2lternatif mana yang lebih baikQ $etu&ukah andaQ 1ritiklahQ 4erilah alasanQ "ilailahQ 4andingkanQ 4edakanlahQ

/=aluasi (evaluation)

c. Menalar 1) Esensi Menalar 'stilah GmenalarH dalam kerangka proses pembela&aran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam 1urikulum 2013 untuk menggambarkan bah%a guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. #itik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta!kata empiris yang dapat diobser=asi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. 'stilah menalar di sini merupakan padanan dari associating- bukan merupakan ter&emanan dari reasonsing, meski istilah ini &uga bermakna menalar atau penalaran. 1arena itu, istilah akti=itas menalar dalam konteks pembela&aran pada 1urikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak meru&uk pada teori bela&ar asosiasi atau pembela&aran asosiatif. 'stilah asosiasi dalam pembela&aran meru&uk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristi%a untuk kemudian memasukannya men&adi penggalan memori. $elama mentransfer peristi%a! peristi%a khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristi%a lain. Pengalaman!pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. )ari persepektif psikologi, asosiasi meru&uk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan %aktu.

70

Menurut teori asosiasi, proses pembela&aran pembela&aran akan berhasil se0ara efektif &ika ter&adi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola ineraksi itu dilakukan melalui stimulus dan respons +$!8,. #eori ini dikembangan kerdasarkan hasil eksperimen #horndike, yang kemudian dikenal dengan teori asosiasi. *adi, prinsip dasar proses pembela&aran yang dianut oleh #horndike adalah asosiasi, yang &uga dikenal dengan teori $timulus!8espon +$!8,. Menurut #horndike, proses pembela&aran, lebih khusus lagi proses bela&ar peserta didik ter&adi se0ara perlahan atau inkremental>bertahap, bukan se0ara tiba!tiba. #horndike mengemukakan berapa hukum dalam proses pembela&aran. Bukum efek +#he La% of /ffe0t,, di mana intensitas hubungan antara stimulus +$, dan respon +8, selama proses pembela&aran sangat dipengaruhi oleh konsekuensi dari hubungan yang ter&adi. *ika akibat dari hubungan $!8 itu dirasa menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan mengalami penguatan. $ebaliknya, &ika akibat hubungan $!8 dirasa tidak menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan melemah. Menurut #horndike, efek dari re%ard +akibat yang menyenangkan, &auh lebih besar dalam memperkuat perilaku peserta didik dibandingkan efek punishment +akibat yang tidak menyenangkan, dalam memperlemah perilakunya. 'ni bermakna bah%a re%ard akan meningkatkan perilaku peserta didik, tetapi punishment belum tentu akan mengurangi atau menghilangkan perilakunya. Bukum latihan +The #aw of "0ercise,. 2%alnya, hukum ini terdiri dari dua &enis, yang setelah tahun 1330 dinyatakan di0abut oleh #horndike. 1arena dia menyadari bah%a latihan sa&a tidak dapat memperkuat atau membentuk perilaku. Pertama, #aw of /se yaitu hubungan antara $!8 akan semakin kuat &ika sering digunakan atau berulang!ulang. Kedua, #aw of 1isuse, yaitu hubungan antara $!8 akan semakin melemah &ika tidak dilatih atau dilakukan berulang!ulang. Menurut #horndike, perilaku dapat dibentuk dengan menggunakan penguatan +reinforcement,. Memang, latihan berulang tetap dapat diberikan, tetapi yang terpenting adalah indi=idu menyadari konsekuensi perilakunya. Bukum kesiapan +The #aw of 2eadiness,. Menurut #horndike, pada prinsipnya apakah sesuatu itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipela&ari

71

tergantung pada kesiapan bela&ar indi=idunya. )alam proses pembela&aran, hal ini bermakna bah%a &ika peserta dalam keadaan siap dan bela&ar dilakukan, maka mereka akan merasa puas. $ebaliknya, &ika pesert didik dalam keadaan tidak siap dan bela&ar terpaksa dilakukan, maka mereka akan merasa tidak puas bahkan mengalami frustrasi. Prinsip!prinsip dasar dari #horndike kemudian diperluas oleh 4.<. $kinner dalam 3perant .onditioning atau pela(iman>pengkondisian operan. Pela(iman operan adalah bentuk pembela&aran dimana konsekuensi!konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Meru&uk pada teori $!8, proses pembela&aran akan makin efektif &ika peserta didik makin giat bela&ar. )engan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya dalam menghubungkan $ dengan 8. 1aidah dasar yang digunakan dalam teori $!8 adalah: 1esiapan +readiness,. 1esiapan diidentifikasi berkaitan langsung dengan

moti=asi peserta didik. 1esiapan itu harus ada pada diri guru dan peserta didik. Guru harus benar!benar siap menga&ar dan peserta didik benar!benar siap menerima pela&aran dari gurunya. $e&alan dengan itu, segala sumber daya pembela&aran pun perlu disiapkan se0ara baik dan saksama. Latihan +e0ercise,. Latihan merupakan kegiatan pembela&aran yang dilakukan se0ara berulang oleh peserta didik. Pengulangan ini memungkinkan hubungan antara $ dengan 8 makin intensif dan ekstensif. Pengaruh +effect,. Bubungan yang intensif dan berulang!ulang antara $ dengan 8 akan meningkatkan kualitas ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik sebagai hasil bela&arnya. Manfaat hasil bela&ar yang diperoleh oleh peserta didik dirasakan langsung oleh mereka dalam dalam dunia kehidupannya.

1aidah

atau prinsip GpengaruhH dalam

pembela&aran

berkaitan dengan

kemamouan guru men0iptakan suasana, memberi penghargaan, 0elaan, hukuman, dan gan&aran. #eori $ L $ ini memang terkesan robotik. 1arenanya, teori ini terkesan mengenyampingkan peranan minat, kreati=itas, dan apirasi peserta didik.

72

9leh karena tidak semua perilaku bela&ar atau pembela&aran dapat di&elaskan dengan pela(iman sebagaimana dikembangkan oleh '=an Pa=lo=, teori asosiasi biasanya menambahkan teori bela&ar sosial +social learning, yang dikembangkan oleh 4andura. Menurut 4andura, bela&ar ter&adi karena proses peniruan + imitation,. 1emampuan peserta didik dalam meniru respons men&adi pengungkit utama akti=itas bela&arnya. 2da empat konsep dasar teori bela&ar sosial + social learning theory, dari 4andura. Pertama, pemodelan +modelling,, dimana peserta didik bela&ar dengan 0ara meniru perilaku orang lain +guru, teman, anggota masyarakat, dan lain!lain, dan pengalaman =i0arious yaitu bela&ar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain itu. Kedua, fase bela&ar, meliputi fase memberi perhatian terhadap model +attentional,, mengendapkan hasil memperhatikan model dalam pikiran pebela&ar +retention,, menampilkan ulang perilaku model oleh pebela&ar +reprodu0tion,, dan moti=asi +moti=ation, ketika peserta didik berkeinginan mengulang!ulang perilaku model yang mendatangkan konsekuensi!konsekuensi positif dari lingkungan. Ketiga, bela&ar =i0arious, dimana peserta didik bela&ar dengan melihat apakah orang lain diberi gan&aran atau hukuman selama terlibat dalam perilaku!perilaku tertentu. Keempat, pengaturan!diri +self!regulation,, dimana peserta didik mengamati, mempertimbangkan, memberi gan&aran atau hukuman terhadap perilakunya sendiri. #eori asosiasi ini sangat efektif men&adi landasan menanamkan sikap ilmiah dan moti=asi pada peserta didik berkenaan dengan nilai!nilai instrinsik dari pembela&aran partisipatif. )engan 0ara ini peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata diobser=asinya dari kiner&a guru dan temannya di kelas. 4agaimana aplikasinya dalam proses pembela&aranO 2plikasi pengembangan akti=itas pembela&aran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan 0ara berikut ini. Guru menyusun bahan pembela&aran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.

73

Guru tidak banyak menerapkan metode 0eramah atau metode kuliah. #ugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi &elas dengan disertai 0ontoh! 0ontoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan 0ara simulasi.

4ahan pembela&aran disusun se0ara ber&en&ang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana +persyaratan rendah, sampai pada yang kompleks +persyaratan tinggi,.

1egiatan pembela&aran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati $eriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat men&adi kebiasaan atau pela(iman.

/=aluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik. Guru men0atat semua kema&uan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembela&aran perbaikan.

2, 6a"a Menala"
$eperti telah di&elaskan di muka, terdapat dua 0ara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan 0ara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut!atribut khusus untuk hal!hal yang bersifat umum. *adi, menalar se0ara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus! kasus yang bersifat nyata se0ara indi=idual atau spesifik men&adi simpulan yang bersifat umum. 1egiatan menalar se0ara induktif lebih banyak berpi&ak pada obser=asi indera%i atau pengalaman empirik. ;ontoh: $inga binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan 0ara melahirkan Barimau binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan 0ara melahirkan 'kan Paus binatang berdaun telinga berkembangbiak dengan melahirkan $impulan: $emua binatang yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan

75

Penalaran deduktif merupakan 0ara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan!pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menu&u pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. ;ara ker&a menalar se0ara deduktif adalah menerapkan hal!hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian!bagiannya yang khusus. 2da tiga &enis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan melalui dua 0ara, yaitu langsung dan tidak langsung. $impulan se0ara langsung ditarik dari satu premis, sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis. ;ontoh : 1amera adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi #elepon genggam adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperas. $impulan: semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

3) Analogi dalam Pembelajaran $elama proses pembela&aran, guru dan pesert didik sering kali menemukan fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan. )engan demikian, guru dan peserta didik adakalamua menalar se0ara analogis. 2nalogi adalah suatu proses penalaran dalam pembela&aran dengan 0ara membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan. 4erpikir analogis sangat penting dalam pembela&aran, karena hal itu akan memperta&am daya nalar peserta didik. $eperti halnya penalaran, analogi terdiri dari dua &enis, yaitu analogi induktif dan analogi deduktif. 1edua analogi itu di&elaskan berikut ini. 2nalogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau ge&ala. 2tas dasar persamaan dua ge&ala atau fenomena itu ditarik simpulan bah%a apa yang ada pada fenomena atau ge&ala pertama ter&adi &uga pada fenomena atau ge&ala kedua. 2nalogi induktif merupakan suatu Mmetode menalarN yang sangat

7A

bermanfaat untuk membuat suatu simpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua fenomena atau ge&ala khusus yang diperbandingkan. ;ontoh: Peserta didik Pulan merupakan pebela'ar yang tekun. 1ia lulus seleksi 3limpiade &ains Tingkat 4asional tahun ini. 1engan demikian- tahun ini 'uga- Peserta didik Pulan akan mengikuti kompetisi pada 3limpiade &ains Tingkat Internasional. /ntuk itu dia harus bela'ar lebih tekun lagi. 2nalogi deklaratif merupakan suatu Mmetode menalarN untuk men&elaskan atau menegaskan sesuatu fenomena atau ge&ala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. 2nalogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena ide!ide baru, fenomena, atau ge&ala men&adi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal!hal yang sudah dketahui se0ara nyata dan diper0ayai.

;ontoh: Kegiatan kepeserta didikan akan ber'alan baik 'ika ter'adi sinergitas ker'a antara kepala sekolah- guru- staf tatalaksana- pengurus organisasi peserta didik intra sekolahdan peserta didik. &eperti halnya kegiatan bela'ar- untuk mewu'udkan hasil yang baik diperlukan sinergitas antara ranah sikap- keterampilan- dan pengetahuan.

4, 9! !ngan An$a".enonena
$eperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan antarfenomena atau ge&ala sangat penting dalam proses pembela&aran, karena hal itu akan memperta&am daya nalar peserta didik. )i sinilah esensi bah%a guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenonena atau ge&ala, khususnya hubungan sebab!akibat. Bubungan sebab!akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta yang lain. $uatu simpulan yang men&adi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat &uga men&adi akibat dari satu atau beberapa fakta tersebut.

76

Penalaran sebab!akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang disebut dengan penalaran induktif sebab!akibat. Penalaran induksi sebab akibat terdiri dri tiga &enis. Bubungan sebabLakibat. Pada penalaran hubungan sebab!akibat, hal!hal yang men&adi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang berupa akibat. ;ontoh: 5eker'a keras- bela'ar tekun- berdoa- dan tidak putus asa adalah faktor pengungkit yang bisa membuat kita mencapai puncak kesuksesan. Bubungan akibatLsebab. Pada penalaran hubungan akibat!sebab, hal!hal yang men&adi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selan&utnya ditarik simpulan yang merupakan penyebabnya. ;ontoh : (khir-ahir ini sangat marak kenakalan rema'aangka putus sekolah-

penyalahgunaan 4akoba di kalangan generasi muda- perkelahian antarpeserta didik- yang disebabkan oleh pengabaian orang tua dan ketidaan keteladanan tokoh masyarakat- sehingga mengalami dekandensi moral secara massal. Bubungan sebabLakibat 1 L akibat 2. Pada penalaran hubungan sbab!akibat 1 L akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. 2kibat yang pertama men&adi penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. 2kibat kedua men&adi penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya. ;ontoh: !asyarakat yang tinggal di daerah terpencil- hidupnya terisolasi. Keterisolasian itu menyebabkan mereka kehilangan akses untuk melakukan aktivitas ekonomisehingga muncullah kemiskinan keluarga yang akut. Kemiskinan keluarga yang akut menyebabkan anak-anak mereka tidak berkesempatan menempuh pendidikan yang baik. 1ampak lan'utannya- bukan tidak mungkin ter'adi kemiskinan yang terus berlangsung secara siklikal.

7C

&. Men0o a
ntuk memperoleh hasil bela&ar yang nyata atau otentik, peserta didik harus men0oba atau melakukan per0obaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pela&aran 'P2, misalnya, peserta didik harus memahami konsep! konsep 'P2 dan kaitannya dengan kehidupan sehari!hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk meme0ahkan masalah!masalah yang dihadapinya sehari!hari. 2plikasi metode eksperimen atau men0oba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tu&uan bela&ar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 2kti=itas pembela&aran yang nyata untuk ini adalah: +1, menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum- +2, mempela&ari 0ara!0ara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan- +3, mempela&ari dasar teoritis yang rele=an dan hasil!hasil eksperimen sebelumnya- +5, melakukan dan mengamati per0obaan- +A, men0atat fenomena yang ter&adi, menganalisis, dan menya&ikan data- +6, menarik simpulan atas hasil per0obaan- dan +C, membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil per0obaan. 2gar pelaksanaan per0obaan dapat ber&alan lan0ar maka: +1, Guru hendaknya merumuskan tu&uan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid +2, Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan +3, Perlu memperhitungkan tempat dan %aktu +5, Guru menyediakan kertas ker&a untuk pengarahan kegiatan murid +A, Guru membi0arakan masalah yanga akan yang akan di&adikan eksperimen +6, Membagi kertas ker&a kepada murid +C, Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan +7, Guru mengumpulkan hasil ker&a murid dan menge=aluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan se0ara klasikal. 1egiatan pembela&aran dengan pendekatan eksperimen atau men0oba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lan&ut. 1etiga tahapan eksperimen atau men0oba dimaksud di&elaskan berikut ini.

i. Persiapan
Menentapkan tu&uan eksperimen

77

Mempersiapkan alat atau bahan Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan &umlah peserta didik serta alat atau bahan yang tersedia. )i sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan eksperimen atau men0oba se0ara serentak atau dibagi men&adi beberapa kelompok se0ara paralel atau bergiliran

Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperke0il atau menghindari risiko yang mungkin timbul

Memberikan pen&elasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa! tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal!hal yang dilarang atau membahayakan.

ii. Pelaksanaan
$elama proses eksperimen atau men0oba, guru ikut membimbing dan mengamati proses per0obaan. )i sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan!kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan baik. $elama proses eksperimen atau men0oba, guru hendaknya memperhatikan situasi se0ara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan meme0ahkan masalah!masalah yang akan menghambat kegiatan pembela&aran.

iii. Tindak lanjut


Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen. Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah!masalah yang ditemukan selama eksperimen.

73

Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat yang digunakan

Je-a"ing Pem ela-a"an a$a! Pem ela-a"an Kola o"a$i.


2pa yang dimaksud dengan pembela&aran kolaboratifO Pembela&aran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembela&aran di kelas!kelas sekolah. 1olaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai ker&asama sebagai struktur interaksi yang diran0ang se0ara baik dan disenga&a rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka men0apai tu&uan bersama. Pada pembela&aran kolaboratif

ke%enangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau mana&er bela&ar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. *ika pembela&aran sebagai satu kolaboratif diposisikan

falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama &ika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. )alam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing!masing. )engan 0ara sema0am ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan bela&ar se0ara bersama!sama. Basil penelitian Eygotsky membuktikan bah%a ketika peserta didik diberi tugas untuk dirinya sediri, mereka akan beker&a sebaik!baiknya ketika beker&asama atau berkolaborasi dengan temannya. Eigotsky merupakan salah satu pengagas teori konstrukti=isme sosial. Pakar ini sangat terkenal dengan teori G 6one of Pro0imal 1evelopmentH atau RP). 'stilah HPro0imalH yang digunakan di sini bisa bermakna Gne0tG. Menurut Eygotsky, setiap manusia +dalam konteks ini disebut peserta didik, mempunyai potensi tertentu. Potensi tersebut dapat teraktualisasi dengan 0ara

30

menerapkan ketuntasan bela&ar +mastery learning,. 2kan tetapi di antara potensi dan aktualisasi peserta didik itu terdapat terdapat %ilayah abu!abu. teraktualisasi dengan 0ara bela&ar kelompok. $eperti termuat dalam gambar, Eygostsky mengemukakan tiga %ilayah yang tergamit dalam RP) yang disebut dengan cannot yet do , Gcan do !ith helpG, dan Gcan do aloneG. RP) merupakan %ilayah can do !ith help yang sifatnya tidak permanen, &ika proses pembela&aran mampu menarik pebela&ar dari (ona tersebut dengan 0ara kolaborasi atau pembela&aran kolaboratif. 2da empat sifat kelas atau pembela&aran kolaboratif. )ua sifat berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. $ifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses pembela&aran. $ifat keempat menyatakan isi kelas atau pembela&aran kolaboratif. Guru memiliki berke%a&iban men&adikan %ilayah Gabu!abuH yang ada pada peserta didik itu dapat

1. G!"! &an (ese"$a &i&i# saling e" agi in.o"masi.


)engan pembela&aran kolaboratif, peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembela&aran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembela&aran. )i sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan mana&er bela&ar ketimbang memberi instruksi dan menga%asi se0ara ri&id. ;ontoh: ,ika guru menga'arkan topik 7hidup bersama secara damai.8 Peserta didik yang mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan topik tersebut berpeluang menyatakan sesuatu pada sesi pembela'aran- berbagi idea- dan memberi garis-garis besar arus komunikasi antar peserta didik. ,ika peserta didikmemahami dan melihat fenomena nyata kehidupan bersama yang damai itupengalaman dan pengetahuannya dihargai dan dapat dibagikan dalam 'aringan pembela'aran mereka. !ereka pun akan termotivasi untuk melihat dan mendengar. 1i sini peserta didik 'uga dapat merumuskan kaitan antara proses pembela'aran yang sedang dilakukan dengan dunia sebenarnya

31

2. Be" agi $!gas &an #e)enangan.


Pada pembela&aran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan ke%enangan dengan peserta didik, khususnya untuk hal!hal tertentu. ;ara ini memungkinan peserta didik menimba pengalaman mereka sendiri, berbagi strategi dan informasi, menghormati antarsesa, mendoorong tumbuhnya ide!ide 0erdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran se0ara terbuka dan bermakna. G!"! se agai me&ia$o". Pada pembela&aran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai mediator atau perantara. Guru berperan membantu menghubungkan informasi baru dengan pengalaman yang ada serta membantu peserta didik &ika mereka mengalami kebutuan dan bersedia menun&ukkan 0ara bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk bela&ar. Kelom(o# (ese"$a &i&i# 'ang %e$e"ogen. $ikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didk yang tumbuh dan berkembang sangat penting untuk memperkaya pembela&aran di kelas. Pada kelas kolaboratif peserta didik dapat menun&ukkan kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya. )engan 0ara seperti ini akan mun0ul GkeseragamanH di dalam heterogenitas peserta didik. 6on$o% Pem ela-a"an Kola o"a$i. Guru ingin menga&arkan tentang konsep, penggolongan sifat, fakta, atau mengulangi informasi tentang ob&ek. berikut ini. 1epada peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau 0ontoh yang 0o0ok dengan satu atau lebih katagori. Peserta didik diminta untuk men0ari temannya dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan katagori yang sama. ntuk keperluan pembela&aran ini dia menggunakan media sortir kartu +card sort,. Prosedurnya dapat dilakukan seperti

32

4erikan kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menya&ikan sendiri kepada rekanhya.

$elama masing!masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah 0atatan dengan kata kun0i +point, dari pembela&aran tersebut yang dirasakan penting.

3. Ma0am?ma0am Pem ela-a"an Kola o"a$i.


4anyak merode yang dipakai dalam pembela&aran atau kelas kolaboratif. 4eberapa di antaranya di&elaskan berikut ini. "P # "igsa! Proscedure. Pembela&aran dilakukan dengan 0ara peserta didik sebagai anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda!beda mengenai suatu pokok bahasan. 2gar masing!masing peserta didik anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasari pada rata!rata skor tes kelompok. $T%& # $tudent Team %chie'ement &i'isions. Peserta didik dalam suatu kelas dibagi men&adi beberapa kelompok ke0il. 2nggota!anggota dalam setiap kelompok bertindak saling membela&arkan. <okusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan indi=idu peserta didik lainnya. Penilaian didasari pada pen0apaian hasil bela&ar indi=idual maupun kelompok peserta didik. (I # (omple) Instruction. #itik tekan metode ini adalam pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan ilmu pengetahuan sosial. <okusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua peserta didik sebagai anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembela&aran yang bersifat bilingual

33

+menggunakan dua bahasa, dan di antara para peserta didik yang sangat heterogen. Penilaian didasari pada proses dan hasil ker&a kelompok. T%I # Team %ccelerated Instruction. Metode ini merupakan kombinasi antara pembela&aran kooperatif>kolaboratif dengan pembela&aran indi=idual. $e0ara bertahap, setiap peserta didik sebagai anggota kelompok diberi soal!soal yang harus mereka ker&akan sendiri terlebih dulu. $etelah itu dilaksanakan penilaian bersama!sama dalam kelompok. *ika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap peserta didik menger&akan soal!soal berikutnya. "amun &ika seorang peserta didik belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. $etiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasari pada hasil bela&ar indi=idual maupun kelompok. (*$ # (ooperati'e *earning $tuctures. Pada penerapan metode pembela&aran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua peserta didik +berpasangan,. $eorang peserta didik bertindak sebagai tutor dan yang lain men&adi tutee. Tutor menga&ukan pertanyaan yang harus di&a%ab oleh tutee. 4ila &a%aban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. )alam selang %aktu yang &uga telah ditetapkan sebelumnya, kedua peserta didik yang saling berpasangan itu berganti peran. *T # *earning Together Pada metode ini kelompok!kelompok sekelas beranggotakan peserta didik yang beragam kemampuannya. #iap kelompok beker&asama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. $atu kelompok hanya menerima dan menger&akan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil ker&a kelompok. T+T # Teams,+ames,Tournament.

35

Pada metode ini, setelah bela&ar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing!masing. Penilaian didasari pada &umlah nilai yang diperoleh kelompok peserta didik. +I # +roup In'estigation. Pada metode ini semua anggota kelompok dituntut untuk meren0anakan suatu penelitian beserta peren0anaan peme0ahan masalah yang dihadapi. 1elompok menentukan apa sa&a yang akan diker&akan dan siapa sa&a yang akan melaksanakannya berikut bagaimana peren0anaan penya&iannya di depan forum kelas. Penilaian didasari pada proses dan hasil ker&a kelompok. %( # %cademic,(onstructi'e (ontro'ersy. Pada metode ini setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil bela&ar masing!masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. 1egiatan pembela&aran ini mengutamakan pen0apaian dan pengembangan kualitas peme0ahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya. (I-( # (ooperati'e Integrated -eading and (omposition. Pada metode pembela&aran ini mirip dengan #2'. Metode pembela&aran ini menekankan pembela&aran memba0a, menulis dan tata bahasa. )alam pembela&aran ini, para peserta didik saling menilai kemampuan memba0a, menulis dan tata bahasa, baik se0ara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.

3A

36

3C

37

33

100

101

102

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK


1.

2e.insi &an Ma#na Asesmen A!$en$i#


2sesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna se0ara signifikan atas

hasil bela&ar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 'stilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengu&ian, atau e=aluasi. 'stilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, =alid, atau reliabel. )alam kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian autentik sering

103

dipertukarkan. 2kan tetapi, frasa pengukuran atau pengu&ian autentik, tidak la(im digunakan. $e0ara konseptual asesmen autentik lebih bermakna se0ara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. 1etika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi bela&ar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, akti=itas mengamati dan men0oba, dan nilai prestasi luar sekolah. ntuk mendapatkan pemahaman 0ukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik, berikut ini dikemukakan beberapa definisi. )alam (merican #ibrabry (ssociation, asesmen autentik didefinisikan sebagai proses e=aluasi untuk mengukur kiner&a, prestasi, moti=asi, dan sikap!sikap peserta didik pada aktifitas yang rele=an dalam pembela&aran. )alam 4ewton Public &chool, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kiner&a yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. :iggins mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang men0erminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas!aktifitas pembela&aran, seperti meneliti, menulis, mere=isi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristi%a, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya. 2. Asesmen A!$en$i# &an T!n$!$an K!"i#!l!m 2013 2sesmen autentik memiliki rele=ansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembela&aran sesuai dengan tuntutan 1urikulum 2013. 1arena, asesmen sema0am ini mampu menggambarkan peningkatan hasil bela&ar peserta didik, baik dalam rangka mengobser=asi, menalar, men0oba, membangun &e&aring, dan lain!lain. 2sesmen autentik 0enderung fokus pada tugas!tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menun&ukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. 1arenanya, asesmen autentik sangat rele=an dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembe&a&aran, khususnya &en&ang sekolah dasar atau untuk mata pela&aran yang sesuai. 1ata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kiner&a, portofolio, dan penilaian proyek. 2sesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai proses dan hasil bela&ar peserta didik yang

105

miliki 0iri!0iri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang &enius. 2sesmen autentik dapat &uga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembela&aran. 2sesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benarLsalah, men&odohkan, atau membuat &a%aban singkat. #entu sa&a, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembela&aran, karena memang l(im digunakan dan memperoleh legitimasi se0ara akademik. 2sesmen autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru se0ara tim, atau guru beker&a sama dengan peserta didik. )alam asesmen autentik, seringkali pelibatan sis%a sangat penting. 2sumsinya, peserta didik dapat melakukan akti=itas bela&ar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan menge=aluasi kiner&a mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tu&uan pembela&aran serta mendorong kemampuan bela&ar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, ka&ian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah. 2sesmen autentik men0oba menggabungkan kegiatan guru menga&ar, kegiatan sis%a bela&ar, moti=asi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan bela&ar. 1arena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembela&aran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kiner&a. )alam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas!tugas yang harus mereka lakukan. 2sesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk bela&ar bagaimana bela&ar tentang sub&ek. 2sesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan bela&ar, dan sebagainya. 2tas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilan&utkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.

10A

3. Asesmen A!$en$i# &an Bela-a" A!$en$i# 2sesmen 2utentik meni0ayakan proses bela&ar yang 2utentik pula. Menurut 9rmiston bela&ar autentik men0erminkan tugas dan peme0ahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya. 2sesmen sema0am ini 0enderung berfokus pada tugas!tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan mereka se0ara nyata menun&ukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. ;ontoh asesmen autentik antara lain keterampilan ker&a, kemampuan mengaplikasikan atau menun&ukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu. 2sesmen autentik mengharuskan pembela&aran yang autentik pula. Menurut 9rmiston bela&ar autentik men0erminkan tugas dan peme0ahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah. 2sesmen 2utentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil &angka pan&ang pendidikan seperti kesuksesan di tempat ker&a. Kedua, penilaian atas tugas!tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kiner&a yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang ada. )engan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan 0ara!0ara terbaik agar semua sis%a dapat men0apai hasil akhir, meski dengan satuan %aktu yang berbeda. 1onstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan di0apai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. 1eterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka. )alam pembela&aran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan scientific, memahahi aneka fenomena atau ge&ala dan hubungannya satu sama lain se0ara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipela&ari dengan dunia nyata yang luar sekolah. )i sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung &a%ab atas apa yang ter&adi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pela&ari, memiliki parameter %aktu yang fleksibel, dan bertanggung&a%ab untuk tetap pada tugas. 2sesmen autentik

106

pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, men&elaskan, dan menge=aluasi informasi untuk kemudian mengubahnya men&adi pengetahuan baru. $e&alan dengan deskripsi di atas, pada pembela&aran autentik, guru harus men&adi Gguru autentik.H Peran guru bukan hanya pada proses pembela&aran, melainkan &uga pada penilaian. ntuk bisa melaksanakan pembela&aran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disa&ikan berikut ini. 1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembela&aran. 2. Mengetahui bagaimana 0ara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan 0ara menga&ukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan. 3. Men&adi pengasuh proses pembela&aran, melihat informasi baru, dan

mengasimilasikan pemahaman peserta didik. 5. Men&adi kreatif tentang bagaimana proses bela&ar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah. 2sesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan se&ak tahun 1330an. :iggins +1333, menegaskan bah%a metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar>salah, men&odohkan, dan lain!lain telah gagal mengetahui kiner&a peserta didik yang sesungguhnya. #es sema0am ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat. 2sesmen hasil bela&ar yang tradisional bahkan 0enderung mereduksi makna kurikulum, karena tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil bela&ar peserta didik. 1etika asesmen tradisional 0enderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensi dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap dera&at sikap, keterampilan, dan kemampuan berpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata pela&aran atau disiplin ilmu- ketika itu pula asesmen autentik memperoleh traksi yang

10C

0ukup kuat. Memang, pendekatan apa pun yang dipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. "amun demikian, sudah saatnya guru profesional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensi peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil bela&ar yang autentik. )ata asesmen autentik digunakan untuk berbagai tu&uan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembela&aran di kelas tertentu. )ata asesmen autentik dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. 2nalisis kualitatif dari asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas 0apaian hasil bela&ar peserta didik, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan, moti=asi, keberanian berpendapat, dan sebagainya. 2nalisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau daftar 0ek +checklist, untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran +misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir,. 8ubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik. 2nalisis holistik memberikan skor keseluruhan kiner&a peserta didik, seperti menilai kompetisi 9limpiade $ains "asional.

5.

Jenis?-enis Asesmen A!$en$i# )alam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus

memahami se0ara &elas tu&uan yang ingin di0apai.

ntuk itu, guru harus bertanya pada

diri sendiri, khususnya berkaitan dengan: +1, sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai- +2, fokus penilai akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan- dan +3, tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses. 4eberapa &enis asesmen autentik disa&ikan berikut ini. a. Penilaian Kine"-a 2sesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek!aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur!unsur proyek>tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. )engan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap

107

kiner&a peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif mauun laporan kelas. 2da beberapa 0ara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kiner&a: 1, )aftar 0ek +checklist,. )igunakan untuk mengetahui mun0ul atau tidaknya unsur! unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang harus mun0ul dalam sebuah peristi%a atau tindakan. 2, ;atatan anekdot>narasi +anecdotal$narative records,. )igunakan dengan 0ara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing!masing peserta didik selama melakukan tindakan. )ari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan. 3, $kala penilaian +rating scale,. 4iasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: A S baik sekali, 5 S baik, 3 S 0ukup, 2 S kurang, 1 S kurang sekali. 5, Memori atau ingatan +memory approach,. )igunakan oleh guru dengan 0ara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat 0atatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. ;ara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak 0ukup dian&urkan. Penilaian kiner&a memerlukan pertimbangan!pertimbangan khusus. Pertama, langkah!langkah kiner&a harus dilakukan peserta didik untuk menun&ukkan kiner&a yang nyata untuk suatu atau beberapa &enis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kiner&a yang dinilai. Ketiga, kemampuan!kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas!tugas pembela&aran. Keempat, fokus utama dari kiner&a yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keerampilan peserta didik yang akan diamati. Pengamatan atas kiner&a peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan keterampilan tingkat pen0apaian peserta didik, kemampuan dari aspek tertentu. ntuk menilai berbahasa keterampilan berbi0ara,

misalnya, guru dapat mengobser=asinya pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, ber0erita, dan %a%an0ara. )ari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbi0ara dimaksud. pertanyaan langsung, atau ntuk mengamati kiner&a peserta didik dapat pribadi.Penilaian!diri +self assessment, menggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, obser=asi perilaku, pertanyaan

103

termasuk dalam rumpun penilaian kiner&a. Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pen0apaian kompetensi yang dipela&arinya dalam mata pela&aran tertentu. #eknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan 0urahan perasaannya terhadap suatu ob&ek tertentu berdasarkan kriteria atau a0uan yang telah disiapkan. Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai ke0akapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau a0uan yang telah disiapkan. Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil bela&ar dari suatu mata pela&aran tertentu berdasarkan atas kriteria atau a0uan yang telah disiapkan.

#eknik penilaian!diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama, menumbuhkan rasa per0aya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku &u&ur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk ma&u se0ara personal.

. Penilaian P"o'e# Penilaian proyek +pro'ect assessment, merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode>%aktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa in=estigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari peren0anaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penya&ian data. )engan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain!lain. $elama menger&akan sebuah proyek pembela&aran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. 1arena

110

itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru. a. 1eterampilan peserta didik dalam memilih topik, men0ari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan. b. 1esesuaian atau rele=ansi materi pembela&aran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik. 0. 9ri&inalitas atas keaslian sebuah proyek pembela&aran yang diker&akan atau dihasilkan oleh peserta didik.

Penilaian proyek berfokus pada peren0anaan, penger&aan, dan produk proyek. )alam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan ran0angan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar 0ek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis. Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir se0ara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni +gambar, lukisan, patung, dan lain!lain,, barang!barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam. Penilaian se0ara analitik meru&uk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian se0ara holistik meru&uk pada apresiasi atau kesan se0ara keseluruhan atas produk yang dihasilkan. 0. Penilaian Po"$o.olio Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menun&ukkan kema&uan dan dihargai sebagai hasil ker&a dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil ker&a peserta didik se0ara perorangan atau diproduksi se0ara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan die=aluasi berdasarkan beberapa dimensi.

111

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelan&utan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menun&ukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. 'nformasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembela&aran yang dianggap terbaik, hasil tes +bukan nilai,, atau informasi lain yang releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pela&aran tertentu.<okus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik se0ara indi=idu atau kelompok pada satu periode pembela&aran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat &uga oleh peserta didik sendiri. Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kema&uan bela&ar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku> literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain!lain. 2tas dasar penilaian itu, guru dan>atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembela&aran. Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah!langkah seperti berikut ini. a. b. Guru men&elaskan se0ara ringkas esensi penilaian portofolio. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan &enis portofolio yang akan dibuat. 0. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di ba%ah bimbingan guru menyusun portofolio pembela&aran. d. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai 0atatan tanggal pengumpulannya. e. f. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu. *ika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan. g. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

&. Penilaian Te"$!lis

112

Meski konsepsi asesmen autentik mun0ul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang la(im dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembela&aran tetap la(im dilakukan. #es tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai &a%aban dan uraian. Memilih &a%aban dan mensuplai &a%aban. Memilih &a%aban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar!salah, ya!tidak, men&odohkan, dan sebab!akibat. Mensuplai &a%aban terdiri dari isian atau melengkapi, &a%aban singkat atau pendek, dan uraian. #es tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, menge=aluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipela&ari. #es tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan &a%abannya sendiri yang berbeda dengan teman!temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas beker&a, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing!masing sisi pandang ini akan melahirkan &a%aban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. #es tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua &enis pola &a%aban, yaitu &a%aban terbuka +e0tended-response, atau &a%aban terbatas +restricted-response,. Bal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. #es sema0am ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil bela&ar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.

113

Anda mungkin juga menyukai