Anda di halaman 1dari 7

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merril), diduga berasal dari daratan Cina dan mulai ditanam di pulau Jawa dan Bali pada tahun 1750. Pada mulanya, daerah sentra kedelai di Indonesia terpusat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung dan Bali saat ini penanaman kedelai sudah meluas hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Penanaman kedelai dapat dilakukan sepanjang tahun di pulau Jawa, namun banyak juga yang dibedakan berdasarkan musim tanam kedelai disesuaikan dengan luas areal dan macam-macam lahan yang ditanami, yaitu musim kedelai pertama, kedua, dan ketiga. Di daerah pegunungan yang musim hujannya panjang seperti di daerah Garut berlaku pola budidaya yang sama sekali berlawanan. Kedelai musim utama ditanam di lahan tegal pada permulaan musim penghujan, yang kedua juga di lahan tegal pada akhir musim hujan. Kedelai merupakan sumber bahan pangan yang penting karena memiliki kegunaan yang sangat luas. Di Indonesia merupakan sumber bahan utama industri pengolahan pangan seperti, tahu, tempe dan kecap. Selain itu dapat dimanfaatkan juga sebagai pakan ternak.Alasan utama penggunaan biji untuk makanan ternak, karena kandungan proteinnya yang tinggi sehingga dapat meningkatkan nilai gizi. (Winaryo, 1985) menyatakan bahwa sekitar 40% dari berat biji kedelai adalah protein 1

dan 20% lemak. Kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahun terus meningkat, peningkatan tersebut terutama karena meningkatnya konsumsi penduduk,

bertambahnya permintaan kedelai untuk bahan baku industri pangan dan pakan, seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, pendapatan, serta pengetahuan kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai pada periode 1978 sampai 2008meningkat rata-rata sebesar 2,08 % per tahun, serta peningkatan produksi kedelai disebabkan karena meningkatnya produktivitas kedelai rata-rata sebesar 1,49 % per tahun, serta meningkatnya luas areal panen kedelai rata-rata sebesar 0,56 % per tahun, walau produksi kedelai di Indonesia meningkat namun hal ini tidak dapat mengimbangi konsumsi kedelai. Konsumsi kedelai perkapita meningkat dari 8,13 kg pada Tahun 1998 menjadi 8,97 kg pada tahun 2004 (Suryana, 2005). Menurut BPS produksi kedelai Indonesia pada tahun 2012 mencapai 843153 ton dan pada tahun 2013 mencapai 807568 ton sedangkan kebutuhan kedelai nasional tahun 2012 sebanyak 2,4 juta ton. Angka tersebut tercukupi dengan 65 persen impor (1,55 juta). Rendahnya produksi dalam negeri salah satunya dipengaruhi oleh masih rendahnya produktivitas panenan kedelai dari tingkat petani yang rata rata hanya 1,485 ton/ha pada tahun 2012 dan 1,457 ton/ha pada tahun 2013 bila dibandingkan dengan Amerika yang mencapai 2,7 ton/ha. Upaya untuk meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi kedelai sehingga dapat memenuhi standar permintaaan pasar (konsumen), perlu adanya persyaratan teknologi budidaya yang memadai agar tanaman dapat tumbuh 2

dan berproduksi dengan baik, maka perlu diatur sistem pembuangan air, pengolahan tanah yang baik, penggunaan kultivar bermutu, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu serta penanggulangan gulma. Kultivar kedelai di Indonesia cukup banyak macamnya, seperti kultivar Mutiara, Anjasmoro, dan Grobogan tetapi untuk masing-masing kultivar belum diketahui pasti produktivitasnya pada jenis-jenis tingkat kesuburan tanah. Pupuk Bokashi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi tanaman, serta menghasilkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian yang berwawasan

lingkungan.Pupuk bokashi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah saja diantaranya yang sangat pentingpupuk anorganik diperlukan untuk meningkatkan unsur hara tanah yang terdapat dalam humus. Pupuk Bokashi, seperti pupuk kompos lainnya, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan material organik pada tanah marjinal seperti tanah Podzolik sehingga dapat meningkatkan aerasi tanah. Pemupukan organik merupakan salah satu usaha untuk menambah hara makro dan mikro bagi tanaman sekaligus memperbaiki stuktur tanah.

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut:

1. Apakah terjadi interaksi antara berbagai kultivar dengan dosis bokashi kotoran kelinci terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. 2. Kombinasi antara kultivar dan dosis bokashi yang mana yang memberikan respons terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari respons tiga kultivar kedelai terhadap berbagai dosis bokashi kotoran kelinci terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kultivar dan dosis bokashi kotoran kelinci mana yang memberipengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.

1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan memperoleh informasi berguna dalamusaha meningkatkan hasil kedelai, di antaranya : 1. Secara keilmuan dapat mengungkapkan lebih jelas terjadinya efek interaksi antara pertumbuhan dan hasil tiga kultivar kedelai yang diberi berbagai dosis bokashi kotoran kelinci terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. 2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat berguna dan memberikan informasi kepada para petani dan intansi terkait dalam hal peningkatan produksi tanaman kedelai. 4

1.5 Kerangka Pemikiran Usaha budidaya kedelai agar menghasilkan produksi yang maksimum, tingkat kesuburan tanah perlu diperhatikan, karenatanah merupakan lingkungan yang

berpengaruh terhadap tanaman yang berfungsi sebagai media tumbuh, tempat menyimpan unsur hara, dan air serta tempat hidupnya mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman. Upaya untuk mengoptimalkan hasil tanaman ditempuh melalui rekayasa semua komponen biologis maupun lingkungan tumbuh, sehingga berada dalam keserasian dan keseimbangan yang mampu mendukung hasil panen yang maksimum (Hasan Basri Jumin, 1994).Sifat genetik dari ke tiga kultivar kedelai dapat di lihat pada lampiran 4, 5, 6. Bokashi kotoran ternak sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kuantitas maupun kualitasnya, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik secara berkelanjutan akan mencegah degradasi lahan. Secara umum manfaat pupuk kandang sangat besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia serta biologi tanah. Bokashi kotoran ternak yang diberikan pada tanah akan mengalami proses perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menyuburkan tanah. Bahan organik dari bokashi kotoran ternak berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.Penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah dan suhu

tanah dapat dikendalikan dengan baik. Pemberian pupuk kotoran ternak yang baik, dapat berperan secara kimiawi, seperti : 1) Penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S), mikro (Z, Cu, Co, Bo, Mn, Fe). 2) Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) dalam tanah. 3) Membentuk senyawa komplek dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn sehingga dapat di netralisir dan dapat diserap oleh tanaman. Pemberian bokashi kotoran ternak yang kontinyu tidak akan menyebabkan kelebihan dosis, tetapi akan menyebabkan tanah menjadi lebih baik. Terdapatnya bahan organik dalam tanah, akan diproses oleh mikroorganisme, sehingga unsur hara akan selalu tersedia bagi tanaman, baik unsur makro (N, P, K, Ca, Mg, S) maupun mikro seperti Cu, Na, Mo, B, Fe, Mn, Zn, dan Cl (Saipuddin Sarief, 1989). Perbaikan sifat fisik tanah akibat pemberian pupuk kompos ternak yaitu dapat meningkatkan daya sangga air, aerasi serta memperbaiki agregat tanah, menyediakan unsur hara, memperbesar kapasitas tukar kation dan anion dan meningkatkan larutnya unsur P dalam tanah, sedangkan pengaruh pemberiaan pupuk organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Jika seluruh pengaruh tersebut digabungkan, maka produktivitas tanah dan tanaman dapat dihasilkan secara optimal walaupun tanpa penggunaan pupuk dan pestisida kimia (Higa dan Wididana, 1993). Pemberian jenis dan dosis bokashi kotoran ternak yang berbeda-beda, akan mendapatkan hasil yang berbeda pula. Ketersediaan bokashi kotoran ternak berpengaruh terhadap kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara.Suatu 6

tanaman akan tumbuh lebih baik apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk tanaman tersebut tersedia dalam jumlah yang sesuai untuk dapat diserap tanaman. Dalam penelitian ini mencoba menggunakan bokashi kotoran kelinci, salah satu dari berbagai kotoran ternak yang ada yang pernah di coba. Takaran dosis bokashi kotoran kelinci 12,5 ton/ha memberikan pengaruh baik terhadap hasil kedelai kultivar Manglayang sedangkan dosis bokashi kotoran kelinci 12,5 ton/ha menunjukan pengaruh baik terhadap indeks panen bawang putih dan hasil per plot (Rachman Susanto, 2006).

1.6

Hipotesis Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran, maka dapat

ditentukan hipotesis sebagai berikut : 1. Terjadi interaksi antara kultivar dan dosis bokashi kotoran kelinci tertentu terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. 2. Salah satu kombinasi kultivar dan dosis bokashi kotoran kelinci akan memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.

Anda mungkin juga menyukai