Anda di halaman 1dari 11

Catatan Anekdot Catatan anekdot adalah riwayat tertulis, deskriptif, longitudinal tentang apa yang dikatakan atau dilakukan

perseorangan dalam kelas Anda dalam suatu jangka waktu. Deskripsi akurat ditekankan untuk meenghasilkan gambaran umum yang layak untuk keperluan penjelasan dan penafsiran. Deskripsi tersebut biasanya mencakup konteks dan peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah peristiwa yang gayut dengan persoalan yang diteliti. Metode ini dapat diterapkan pada kelompok dan individu. 2. Catatan Lapangan Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup kesan dan penafsiran subjektif. Deskripsi boleh mencakup referensi misalnya pelajaran yang lebih baik, perilaku kurang perhatian, pertengkaran picik, kecerobohan, yang tidak disadari oleh guru atau pimpinan terkait. Seperti halnya catatan anekdot, perhatian diarahkan pada persoalan yang dianggap menarik. 3. Deskripsi Perilaku Ekologis Teknik ini kurang terarah pada persoalan jika dibandingkan dengan teknik pertama di atas. Teknik ini berusaha untuk mencatat observasi dan pemahaman terhadap urutan perilaku yang lengkap. Tingkat-tingkat deskripsi yang berbeda dapat dipakai, misalnya dalam situasi belajar-mengajar: - Kelas dalam suasana serius, tetapi tawa meledak - Seorang siswa bernama Toni mendeskripsikan hobinya dalam acara tunjukkan dan katakan - Dengan kakinya diseret di lantai dan kedua tangannya saling menggenggam di punggung seorang siswa Deskripsi sebaiknya mengurangi penafsiran psikologis dan terminologis, seperti telah disinggung di atas. Misalnya, ketika seorang siswa diamati tertawa terbahak-bahak, peneliti tidak boleh memberi komentar tentang maksud tertawa siswa tersebut. Atau ketika beberapa siswa menolak mengerjakan tugas, peneliti tidak boleh menafsirkan bahwa penolakan tersebut karena malas atau alasan lain. Kecenderungan untuk memberikan penilaian seperti ini banyak dialami oleh peneliti pemula. Mereka belum terlatih untuk menunda penilaian sampai refleksi dilakukan. 4. Analisis Dokumen Gambaran tentang persoalan, sekolah atau bagian sekolah, kantor atau bagian kantor, dapat dikonstruksi dengan menggunakan berbagai dokumen: surat, memo untuk staf, edaran untuk orangtua atau karyawan, memo guru atau pejabat, papan pengumuman guru, papan pengumuman siswa, pekerjaan siswa yang dipamerkan, garis besar, tes formal dan informal, publikasi siswa atau karyawan, kebijaksanaan, dan/atau peraturan. Dokumen-dokumen ini dapat memberikan informasi yang berguna untuk berbagai persoalan.

5. Catatan Harian Catatan harian adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara teratur seputar topik yang diminati atau yang diperhatikan. Catatan harian mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Persoalan mungkin berkisar dari riwayat tentang pekerjaan siswa atau karyawan individual sampai pemantauan diri tentang perubahan dalam metode mengajar atau metode pengawasan. Siswa atau karyawan dapat didorong untuk membuat catatan harian tentang topik yang sama untuk memperoleh perspektif alternatif. Catatan harian dapat digunakan untuk salah satu atau beberapa tujuan berikut: - merekam secara teratur informasi faktual tentang peristiwa, tanggal dan orang, dengan klasifikasi judul, misalnya Kapan? Di mana? Siapa? Yang mana? Bagamana? Mengapa? Data yang direkam dapat membantu peneliti merekonstruksi urutan waktu atau peristiwa sebagaimana terjadi. - Aide mmoire untuk merekam catatan pendek tentang penelitian yang sedang dilakukan untuk refleksi kemudian. - Memotret secara rinci peristiwa dan situasi tertentu yang memberikan data deskriptif lengkap yang akan digunakan untuk laporan lengkap tertulis - Catatan introspektif dan evaluatif-diri di mana peneliti mencatat pengalaman, pemikiran, dan perasaan pribadi dalam rangka memahami penelitiannya. 6. Logs Teknik ini pada dasarnya sama dengan catatan harian tetapi biasanya disusun dengan mempertimbangkan alokasi waktu untuk kegiatan tertentu, pengelompokan kelas, dan sebagainya. Kegunaannya ditingkatkan jika mencakup komentar seperti yang terdapat dalam catatan harian tentang organisasi dan peristiwa lain. 7. Kartu Cuplikan Butir Teknik ini mirip dengan catatan harian tetapi sekitar enam kartu digunakan untuk mencatat kesan tentang sejumlah topik, satu untuk satu kartu. Misalnya: satu set kartu boleh mencakup topik-topik seperti pendahuluan pelajaran, disiplin, kualitas pekerjaan siswa, efisiensi penilaian, kontak individual dengan siswa, dan perilaku seorang siswa. Kartunya dikocok dan catatan harian dibuat untuk satu topik setiap harinya, dan dengan demikian membangun gambaran tentang semua persoalan sebagai dasar refleksi tanpa resiko memberikan tekanan terlalu berat atau menimbulkan kebosanan dengan aspek tertentu.

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWAKARTA 2012

PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN (Penilaian dan Pengawasan Proses Pembelajaran)

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran. PENGAWASAN PROSES PEMBELAJARAN A. Pemantauan 1. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses

2. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawacara, dan dokumentasi. 3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan. B. Supervisi 1. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. 2. Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi. 3. Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan. C. Evaluasi 1. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran,

pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. 2. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: a) Membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, b) Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru. 3. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran. D. Pelaporan

Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan, seperti kepada; 1. Pengawas Sekolah 2. Ketua Komite 3. Ketua Yayasan E. Tindak lanjut 1. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar. 2. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar. 3. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut. Sumber: 1. Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses 2. Pengembangan Kurikulum (Sisdiknas-KTSP) 3. Permendiknas No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

Bahan konseling (KTSP) dalam penilaian, oleh pengawas sekolah SD Endang ZA, M.Pd.
Ending.za83@yahoo.com

PELAKSANAAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Analisis Konteks 1. Mengidentifikasi SI dan SKL sebagai acuan dalam penyusunan KTSP. 2. Menganalisis kondisi yang ada di satuan pendidikan yang meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan program-program. 3. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar: komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam dan sosial budaya.

B. Mekanisme Penyusunan 1. Tim Penyusun Tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber (Pengawas Sekolah), serta pihak lain yang terkait seperti tokoh pendidikan setempat. Supervisi dilakukan oleh dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan tingkat kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk SMA dan SMK. Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs, MA dan MAK terdiri atas guru, konselor, dan kepala madrasah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama. Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus (SDLB,SMPLB, dan SMALB) terdiri atas guru, konselor, kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam

kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.

2. Kegiatan Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun pelajaran baru. Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi: penyiapan dan penyusunan draf, reviu dan revisi, serta finalisasi, pemantapan dan penilaian. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun.

3. Pemberlakuan Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan ketua yayasan, serta diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan tingkat propinsi untuk SMA dan SMK Dokumen KTSP pada MI, MTs, MA, dan MAK dinyatakan berlaku oleh kepala madrasah setelah mendapat pertimbangan dari komite madrasah dan diketahui oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama. Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB, SMPLB, dan SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.

ngembangan Silabus Berkelanjutan

Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran),dan evaluasi rencana pembelajaran.

Metode Partisipatif Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, kegiatan pemantauan, pengawasan dan evaluasi yang terbaik adalah yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. Dalam hal ini masyarakat adalah pemilik proses dari suatu kegiatan program sekaligus yang paling merasakan dampak langsung dari program. Mereka bertanggung jawab untuk memantau dan mengawasi proses kegiatan program tersebut.

Program mewajibkan konsultan untuk memfasilitasi adanya pemantauan yang dilakukan secara partisipatif bersama masyarakat. Untuk itu, konsultan lapangan wajib mengidentifikasi beberapa orang yang mempunyai kemampuan dan kemauan untuk dilatih dan diberdayakan menjadi Tim Pemantau. Tim Pemantau ini berjumlah antara 3-5 orang dan akan bertindak sebagai fasilitator yang memfasilitasi dan menggerakkan masyarakat termasuk pelaku dalam melakukan proses pemantauan, pengawasan dan evaluasi dengan teknik-teknik partisipatif.

Contoh metode partisipatif yang bisa digunakan:

Participatory Rural Appraisal (PRA) dan Penggunaannya dalam Pemantauan & Evaluasi ALAT PRA Pemetaan/sketsa desa PENGGUNAAN Untuk memperlihatkan kesesuaian lokasi dan tipe perubahan di lokasi yang dipantau Diagram Venn Untuk memperlihatkan perubahan yang terjadi didalam hubungan antar kelompok, lembaga maupun individu Catatan petani, matriks Menjelaskan perubahan dalam kehidupan keluarga dan sumber petani, keluarga, kelompok beserta perubahan daya kelompok sumber daya yang dimilkinya Dinamika kelompok Untuk mendapatkan respon secara langung terhadap proyek/kegiatan yang dipantau menyangkut; apa yang mereka inginkan untuk diraih (tujuan), apa yang telah mereka perbuat, apa yang masih dibutuhkan, perubahan apa yang telah dirasakan dan seterusnya. Pembuatan diagram Melihat sejauh mana proyek telah sesuai sebab-akibat (pohon dengan permasalahan yang ada atau belum masalah; pohon solusi) Kunjungan lapangan Melihat secara langsung bentuk/kegiatan proyek Foto-foto Untuk memperlihatkan perubahan berdasarkan rentetan kejadian yang dipotret Diagram jaringan Memperlihatkan perubahan didalam tipe dan kerja kadar kontak/hubungan antara kelompok masyarakat dengan pelayanan/program yang dipantau

Dari proses ini diharapkan masyarakat termasuk pelaku di desa mampu menemukenali sendiri masalah-masalah yang terjadi sekaligus menemukan solusi bagi perbaikan program di wilayahnya. Sesuai dengan prinsip-prinsip dari pemantauan, pengawasan dan evaluasi di program, tidak perlu ada yang dipersalahkan jika muncul suatu masalah di lapangan yang memerlukan tindakan perbaikan. Dengan demikian, kegiatan pemantauan, pengawasan dan evaluasi bukanlah sebuah kegiatan untuk mencari-cari kesalahan dan penghakiman bagi orangorang yang dianggap lalai dalam melaksanakan program, tapi merupakan bagian dari proses pembelajaran dan pemberdayaan di masyarakat.

Seluruh pelaku terutama konsultan, baik nasional, provinsi, kabupaten maupun fasilitator di kecamatan dalam melakukan pemantauan, pengawasan dan evaluasi rutinnya haruslah menggunakan metode partisipatif. Konsultan harus memfasilitasi proses pemantauan dan pengawasan yang dilakukan bersama masyarakat. Dalam proses ini, konsultan adalah fasilitator yang menggerakkan masyarakat termasuk pelaku untuk menemukenali masalah-masalah yang terjadi dan sekaligus solusi perbaikannya melalui proses refleksi maupun diskusi dalam forum Focus Group Discussion (FGD)/ Kelompok Diskusi Terarah (KDT). Seluruh proses kegiatan pemantauan, pengawasan dan evaluasi ini adalah media pembelajaran bagi masyarakat dan On the Job Training (OJT) bagi Tim Pemantau dan kelompok-kelompok pemantau yang telah terbentuk sebelumnya.

Selain itu, di tingkat kecamatan, dengan telah terbentuknya BKAD yang salah satu tugasnya adalah melakukan pengawasan dan mendorong partisipasi masyarakat melakukan pengawasan terhdap pengelolaan kegiatan maka diharapkan tugas pengawasan akan semakin optimal.

2. Metode Konvensional Kegiatan pemantauan, pengawasan maupun evaluasi secara konvensional utamanya digunakan untuk suatu kegiatan yang berkaitan dengan indikator kinerja pelaku program.

PERBEDAAN KONVENSIONAL DENGAN PARTIPASIPATIF Aspek Konvensional Partisipatif Siapa (who) Biasanya oleh para ahli eksternal Masyarakat, staf proyek, fasilitator Apa (what) Indikator keberhasilan Masyarakat dengan difasilitasi ditentukan terlebih dahulu, fasilitator proyek menentukan terutama biaya dan output dari indikator keberhasilannya, yang suatu proses dapat mencakup output dari suatu proses Bagaimana Berfokus pada objektivitas Metode sederhana disesuaikan (how) ilmiah; menjauhkan penilai dari dengan kondisi lokal, adanya partisipan; keterlambatan, keterlibatan masyarakat didalam keterbatasan akses terhadap hasil proses Kapan Biasanya berdasarkan waktu Bisa setiap waktu berdasarkan (when) yang ditentukan oleh proyek kebutuhan dan kesepakatan pihakpihak yang terlibat.

Mengapa (why)

untuk mengetahui keadaan dan Memberdayakan masyarakat dampak kegiatan sebagai dasar melalui keterlibatan aktif mereka perbaikan atau replikasi dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi; mengambil langkah perbaikan dalam program

Anda mungkin juga menyukai