Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai utang. Sementara itu jika diperhatikan model harga saham untuk satu perusahaan yang mengalami pertumbuhan konstan menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan nilai saham.Kemudian meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai perusahaan.Namun pembayaran dividen yang semakin besar juga akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk investasi sehingga justru akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan selanjutnya akan menurunkan nilai saham.Dengan demikian penundaan pembayaran dividen kepada pemegang saham untuk keperluan investasi yang menguntungkan (apabila return lebih besar dari biaya modal) akan menaikkan harga saham (pada pasar modal yang sempurna).Pada pasar modal yang tidak sempurna, pembayaran dividen untuk menaikkan nilai saham akan sangat merugikan karena harus membayar biaya fluktuasi. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang.Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau keuangan internal. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.Dengan demikian kebijakan dividen ini harus dianalisa dalam kaitannya dengan keputusan pembelanjaan atau penentuan struktur modal secara keseluruhan. Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang mempersoalkan sebaiknya kapan (artinya, dalam keadaaan seperti apa) dan berapa bagian dari laba perusahaan yang dicapai dalam suatu periode, yang didistribusikan kepada para pemegang saham dan yang ditahan didalam perusahaan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan.Kebijakan dividen ini sangat penting artinya bagi manajer keuangan, karena seorang manajer harus memperhatikan kepentingan perusahaan, pemegang saham, masyarakat dan pemerintah. Permasalahan kadang menjadi nampak rumit karena adanya alternatif pendanaan dari luar. Sehingga dimungkinkan membagi laba sebagai dividen, dan pada
1

saat yang sama menerbitkan saham baru. Ataukah lebih baik tidak membagi dividen dan juga tidak menerbitkan saham baru? Apakah cara semacam ini memang membawa dampak yang berbeda bagi pemegang saham? Masalah lain adalah bahwa perusahaan bisa membagikan dividen bukan dalam bentuk uang tunai tetapi dalam bentuk saham (dikenal sebagai stock dividend). Demikian juga perusahaan bisa membagikan dana ke pemegang saham dengan cara membeli kembali (sebagian) saham (dikenal sebagai repurchase of stocks).

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas. Maka rumusan masalah yang penulis ambil adalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan dividen ? 2. Faktor factor apa yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan ? 3. Bagaimana langkah langkah pembayaran dividen ? 4. Bagaimana macam-macam kebijakan dividen ? 5. Bagaimana bentuk-bentuk kebijakan dividen yang dilakukan suatu perusahaan ?

C. TUJUAN Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka makalah yang membahas tentang Kebijakan Dividen. ini, mempunyai tujuan penyusunan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tentang kebijakan dividen 2. Untuk megetahui faktor factor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan. 3. Untuk mengetahui langkah langkah pembayaran dividen 4. Untuk megetahui macam-macam kebijakan dividen 5. Untuk megetahui bentuk-bentuk kebijakan dividen yang dilakukan suatu perusahaan

D. MANFAAT Adapun manfaat yang penulis dapatkan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut; 1. Sebagai pemenuhan tugas akhir mata kuliah Manajemen Keuangan II yang di bimbing oleh Bpk.Abd.Rochim,SE.M.Si. 2. Dan dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBIJAKAN DIVIDEN Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk di bayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus di tahan di dalam perusahaan. Laba ditahan (Retained Earning) dengan demikian merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untukk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada pemegang saham atau equity investors.Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti makin sedikit laba yang dapat ditahan, dan sebagai akibatnya menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayarann dividen adalah semakin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai Cash Dividend disebut Dividend Payuot Ratio Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin tingginya Dividend Payuot Ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan. Salah satu fungsi yang terpenting dari financial manager adalah menetapkan alokasi dari keuntungan neto sesudah pajak atau pendapatan untuk pembayaran dividen di satu pihak dan untuk laba ditahan di pihak lain, dimana keputusan tersebut mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap nilai dari perusahaan (the value of the firm).

B. TEORI KEBIJAKAN DIVIDEN Kebijakan dividen (dividend policy) adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen. Kebijakan dividen didefinisikan sebagai kebijakan yang terkait dengan pembayaran dividen oleh perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dan besarnya laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan.

Ada berbagai pendapat ahli atau teori tentang kebijakan dividen sebagai berikut : 1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller. Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya presentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai atau DPR (Dividen Payout Ratio) , tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax) dan kelas risiko perusahaan.Jadi menurut MM,dividen adalah tidak relevan. Pernyataan ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah seperti a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru,dan c. Tidak ada pajak kebijakan investasi perusahaan tidak berubah. Sedangkan kenyataannya : a. Pasar modal yang sempurna sulit ditemui b. Biaya emisi saham baru pasti ada c. Pajak pasti ada, dan d. Kebijakan investasi perusahaan tidak mungkin tidak berubah.

2. Teori Dividen yang Relevan (The Bird in the Hand) dari Gordon dan Lintner. Teori ini menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika presentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai atau DPR (Dividen Payout Ratio) rendah, karena investor lebih suka menerima dividen dari pada Perolehan modal (Capital Gains). Investor memandang

keuntungan dividen (dividend yield) lebih pasti dari pada keuntungan capital gains (capital gains yield). Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham.Laba ditahan adalah keuntungan dari dividen ( dividend yield) ditambah keuntungan dari capital gains (capital gains yield ).
4

Modigliani dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan Lintner ini merupakan suatu kesalahan ( MM menggunakan istilah The Bierd in the hand Fallacy ).Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.

3. Teori Perbedaan Pajak (Tax Differential Theory) dari Litzenberger dan Ramaswamy. Teori ini menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena

dapat menunda pembayaran pajak.Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. Jika manajemen percaya bahwa teori dividen tidak relevan dari MM

adalah benar, maka perusahaan tidak perlu memperdulikan berapa besar dividen yang harus dibagi, tapi jika mereka menganut teori dividen yang relevan, maka mereka harus membagi seluruh laba setelah pajak atau EAT (Earnig After Tax) dalam bentuk dividen. Dan bila manajemen cenderung mempercayai teori

perbedaan pajak (Tax Differential Theory), mereka harus menahan seluruh EAT atau DPR = 0 %. Jadi ke 3 teori yang telah dibahas mewakili kutub - kutub ekstrim dari teori tentang kebijakan dividen. Sayangnya test secara empiris belum memberikan jawaban yang pasti tentang teori mana yang paling benar.

4. Teori Signaling Hypothesis. Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham.Sebaliknya penurunan diveden pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu tanda kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dividen masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang

dibawah kenaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai suatu tanda bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dividen waktu mendatang. Seperti teori dividen yang lain, teori ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek tanda atau disebabkan karena efek tanda dan preferensi terhadap dividen.

5. Teori Clientele Effect. Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu presentase laba yang dibayarkan atau DPR (Dividend Payout Ratio) yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanjut usia dikenai pajak lebih ringan) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih

menyukai perolehan modal (capital gains) karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar. Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen kecil, demikian sebaliknya. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Dengan demikian kebijakan dividen ini harus dianalisa dalam kaitannya dengan keputusan pembelanjaan atau penentuan struktur modal secara keseluruhan.
6

C. FAKTOR - FACTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN SUATU PERUSAHAAN Adapun faktor - factor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan dapatlah disebutkan antara lain sebagai berikut : 1. Aturan-aturan Hukum. Berbagai aturan hukum penting untuk membuat batasan hukum yang memungkinkan kebijakan dividen akhir perusahaan dapat berjalan. a) Aturan Penurunan Nilai Modal. Banyak negara bagian di AS yang melarang pembayaran dividen jika dividen ini akan menurunkan nilai modal.Beberapa negara bagian

mendefinisikan modal sebagai total nilai nominal saham biasa. Perusahaan tidak dapat membayar dividen tunai dengan total lebih dari total nominal saham biasa tanpa menurunkan nilai modalnya. Sedangkan beberapa negara lainnya mendefinisikan modal tidak hanya meliputi nilai nominal saham biasa, tetapi juga tambahan modal disetor. Dengan aturan negara semacam ini, dividen dapat dibayar maksimum sebesar jumlah laba tahan, yaitu dari kas dengan membebankan pengurangan ini ke akun laba ditahan. b) Aturan Insolvensi. Beberapa negara bagian melarang pembayaran dividen tunai jika perusahaan mengalami insolvensi (insolvency). Insolvensi didefinisikan secara hukum sebagai kewajiban total perusahaan yang melebihi aktivanya. Juga berarti ketidakmampuan perusahaan untuk membayar para kreditornya ketika kewajibannya jatuh tempo. Oleh karena kemampuan perusahaan membayar kewajibannya tergantung pada likuiditas bukan pada modalnya, batasan insolvensi yang dapat disamakan (secara teknis) memberikan para kreditor c) Aturan Penahanan Laba yang berlebihan. Meskipun penahanan (laba) yang berlebihan tidak memiliki definisi yang jelas, biasanya dianggap berarti penahanan dalam jumlah yang jauh melebihi kebutuhan investasi perusahaan untuk saat ini dan masa depan. IRC (internal Revenue Code) melarang ini dengan tujuan untuk mencegah perusahaan menahan laba demi menghindari pajak. Jika IRC dapat membuktikan adanya penahanan laba tanpa alasan yang jelas, maka perusahaan dapat dikenakan tarif pajak penalti atas akumulasi laba tersebut.
7

2. Posisi Likuiditas Perusahaan Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan factor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, dividen merupakan Cash Outflow, maka makin kuat posisi likuiditas perusahaan,berarti makin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Suatu perusahaan yang sedang tumbuh serta rendabel. Mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja dengan demikian kemampuannya untuk membayar cash dividen pun sangat terbatas. Dengan sendirinya likuiditas suatu perusahaan di tentukan oleh keputusan-keputusan di bidang investasi dan cara pemenuhan kebutuhan dananya. Dari uraian di atas dapatlah di katakan bahwa makin kuat posisi likuiditas suatu perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu mendatang, makin tinggi Dividend Payout Ratio.

3. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang Apabila suatu perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi baru untuk membiayai perluasan perusahaan, sebelumya harus sudah direncanakan bagaimana caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Utang dapat di lunasi pada hari jatuhnya dengan mengganti utang tersebut dengan utang baru (refunding of debt), atau alternative lain yaitu perusahaan harus menyeediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi utang tersebut. Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan di ambilkan dari laba di tahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja yang dapat di bayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan DPR yang rendah. Kita sering melihat adanya klausul atau syarat yang bersifat Protective dalam pinjaman obligasi atau bentuk pinjaman yang lainya yang mengandung pembatasan tentang pembayaran dividen. Restiksi tersebut dimaksudkan untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut untuk tetap dapat membayar angsuran maupun bunganya. Apabila ada klausul semacam itu dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap besarnya Dividen Payout Ratio nya.

4. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar akan kebutuhan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannaya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan earning-nya dari pada dibayarkan sebagai dividen dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang di butuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian pendapatan yang di tahan dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah Dividen Cash Ratio-nya.

5. Pengawasan Terhadap Perusahaan Jika suatu perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang cukup besar, maka perusahaan perlu mengumpulkan modal di kemudian hari melalui penjualan saham agar dapat membiayai berbagai peluang investasi yang menguntungkan. Berdasarkan situasi semacam ini, pihak yang memiliki kendali atas perusahaan dapat terilustrasi jika pemegang saham mayoritas tidak dapat memesan saham tambahan.Para pemegang saham ini mungkin lebih menginginkan pembayaran dividen dalam jumlah rendah melakukan pendanaan investasi melalui laba ditahan. Kebijakan semacam ini mungkin tidak akan memaksimalkan kesejahteraan seluruh pemegang saham, tetapi tetap paling menguntungkan bagi kepentingan para pemegang saham mayoritas.

D. LANGKAH-LANGKAH PEMBAYARAN DIVIDEN Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga dengan tanggal pengumuman dividen. Adapun rincian tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut: a. Tanggal pengumuman (declaration date) Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang mana secara resmi diumumkan oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian dividen regular. Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap penting yakni : tanggal pencatatan, tanggal pembayaran, besarnya dividen kas per lembar.
9

b. Tanggal pencatatan (date of record) Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-nama pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada daftar pemegang saham tersebut diberikan hak, sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk memperoleh dividen. c. Tanggal cum-dividend Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham. d. Tanggal ex-dividend Tanggal perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen . e. Tanggal pembayaran (payment date) Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para pemegang saham yang telah mempunyai hak atas dividen . Jadi pada tanggal tersebut, para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai.dividen saham).

E. MACAM-MACAM KEBIJAKAN DIVIDEN Ada macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan yaitu antara lain sebagai berikut : 1. Kebijakan dividen yang stabil Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen per lembar yang di bayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatn per lembar saham per tahunnya berfluktuasi.Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun.

10

Alasan-alasan yang mendorong perusahaan menjalankan kebijakan dividen yang stabil pada dasrnya dapat di sebutkan antara lain sebagai berikut : a. kebijakan dividen yang stabil yang dijalankan oleh suatu perusahaan akan dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa-masa mendatang. b. Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang di terima dari dividen. c. Banyak negara terdapat ketentuan dalam pasar modalnya, bahwa organisasi atau yayasan-yayasan social, perusahaan-perusahaan asuransi, bank-bank tabungan, dana-dana pensiun, pemerintah kota madya, dll hanya diizinkan menanamkan dananya dalam saham-saham yang di keluarkan oleh perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil.

2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang menentukan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayar dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima dividen yang minimal setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk. Tetapi di lain pihak kalau keadaan keuangan perusahaan baik maka pemodal akan menerima dividen minimal tersebut di tambah dengan dividen tambahan.

3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan Merupakan kebijakan yang menentukan jumlah dividen per lembar saham yang di bayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan neto yang diperoleh setiap tahunnya.

4. Kebijakan dividen yang fleksibel. Merupakan besarnya setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan.

11

F. BENTUK DARI KEBIJAKAN DIVIDEN. 1. Stock Dividend Salah satu persoalan yang penting dalam politik dividen adalah masalah Stock Dividend. Stock dividend sebenarnya hanyalah pembayaran dividen dalam bentuk saham dan bukan dalam bentuk kas. Pemberian stock dividend tidak akan mengubah jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah struktur modal sendiri dari perusahaan yang bersangkutan. Penetapan stock devided berarti suatu kapitalisasi dari sebagian laba di tahan. Ini berarti jumlah laba di tahan akan berkurang dengan besarnya keuntungan yang di kapitalisir. Contoh : Suatu perusahaan sebelum menetapkan pemberian stock dividend mempunyai struktur modal sendiri sebagai berikut : Saham biasa (Nominal Rp. 1000,00 x 4000 lembar) Agio saham Laba di tahan Jumlah modal sendiri = Rp. 4.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00 = Rp.14.000.000,00 + = Rp.20.000.000,00

Misalkan perusahaan menentukan stock dividen sebesar 10%, maka akan ada tambahan saham sebesar 400 lembar (10% x 4.000 lembar). Harga pasar saham perusahaan, misalkan Rp. 1.500,00. Dengan demikian untuk setiap 10 lembar saham akan mendapat tambahan satu lembar saham baru. Setelah adanya penetapan pemberian stock dividend maka struktur modal sendiri perusahaan tersebut akan nampak menjadi : Saham biasa (Nominal Rp. 1000,00 x 4.400 lembar) Agio saham(capital surplus) (2 jt + 200.000) Laba di tahan Jumlah modal sendiri = Rp. 4.400.000,00 = Rp. 2.200.000,00 = Rp.13.400.000,00 + = Rp.20.000.000,00

Stock dividend seharga Rp. 600.000,00 (Rp. 1.500,00 x 400 lembar) ditransfer dari laba ditahan ke dalam saham biasa dan capital surplus. Karena nilai nominalnya tetap sama, maka tambahan jumlah 400 lembar saham biasa mengakibatkan bertambahnya saham biasa Rp. 400.000,00 yaitu Rp.1000,00 x 400 lembar. Sedangkan sisanya Rp. 200.000,00 di tambahkan pada rekening capital surplus.
12

Pemberian stock dividend sering di maksudkan untuk : 1. Menahan kas untuk mengadakan investasi secara menguntungkan. 2. Sebagai alat untuk mengganti Cash Dividend karena perusahaan menghadapi kesukaran finansial. 3. Agar dapat mempertahankan harga pasar dari sahamnya tetap dalam suatu Trading range yang di kehendaki.

Dan kerugian yang prinsipiil bagi perusahaan dengan pemberian stock dividend yaitu bahwa perusahaan tersebut harus mengeluarkan biaya administrasi yang lebih mahal daripada pemberian Cash Dividend.

Bagi investor, dengan adanya stock dividend ini maka ia tidak memperoleh apa-apa kecuali tambahan saham. Demikian juga proporsi kepemilikan juga tidak mengalami perubahan. Apabila faktor lain tetap, maka penambahan jumlah lembar saham yang beredar akan mengakibatkan harga pasar saham akan turun,sehingga nilai keseluruhan bagi investor tidak mengalami perubahan. Misalkan : Keuntungan yang akan dibagikan sebagai kas dividen sebesar Rp. 4.000.000,00. Sebelum ada stok dividen pendapatan per lembar saham : Rp. 4.000.000,00 = Rp. 1.000,00 4.000

Setelah ada stock dividend jumlah lembar saham menjadi 4.400 Rp. 4.000.000,00 = Rp. 909,00 4.400

Dengan demikian seorang investor semula memiliki 10 lembar saham, akan menerima pendapatan sebesar 10 x Rp. 1.000,00 = Rp 10.000,00. Setelah ada stock dividend pemilk 10 lembar akan menerima 1 lembar saham baru menjadi 11 lembar. Dengan demikian akan menerima pendapatan sebesar 11 x Rp. 909,00 = Rp 10.000,00. Dengan demikian secara teorotis adanya stock dividen tidak memberikan pengaruh bagi kemakmuran pemegang saham.
13

Pemberian stock dividend akan mempunyai arti yang penting bagi pemegang saham dalam hal hal sebagai berikut : 1. Apabila perusahaan di samping memberikan stock dividend juga membayar cash dividend per lembar yang tetap sama jumlahnya dengan keadaan sebelum pemberian stock dividend. 2. Apabila investor menjual tambahan lembar saham yang diterima sebagai stock dividend dan menganggapnya penjualan tersebut sebagai winfall gain, sedangkan dia tetap mempertahankan jumlah lembar saham yang dimiliki sebelumnya.

2. Pemecahan Saham (Stock Splits). Stock splits adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan perubahan jumlah saham yang beredar, sesuai faktor pemecahnya. Dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil (splits up) dan peningkatan nilai nominal saham (split down). Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham (splits up), atau sebaliknya (split down). Tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam trading range yang lebih populer yaitu untuk menempatkan harga pasar saham dalam kisaran perdagangan tertentu yang lebih diminati) , sehingga (diharapkan) akan menarik lebih banyak pembeli. Contoh : stock splits two to one stock splits (splits up) PT. X menentukan stock splits two to one stock splits artinya dua lembar saham baru akan ditukar dengan satu lembar saham lama.(splits up)

Sebelum ada stock splits : Saham biasa (Nominal Rp. 1.000,00 x 4.000 lembar) Agio saham Laba di tahan Jumlah modal sendiri = Rp. 4.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00 = Rp.14.000.000,00 + = Rp.20.000.000,00

14

Sesudah ada stock splits : Saham biasa (Nominal Rp. 500,00 x 8.000 lembar) Agio saham Laba di tahan Jumlah modal sendiri = Rp. 4.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00 = Rp.14.000.000,00 + = Rp.20.000.000,00

Dengan demikian perubahan hanya nampak pada nilai nominal per lembar dan jumlah lembar sahamnya. Lawan dari stock splits yaitu Reserve Splits one to two reserve splits (splits down). Contoh : Reserve Splits one to two reserve splits (splits down).

Sebelum ada reserve splits: Saham biasa (Nominal Rp. 1.000,00 x 4.000 lembar) Agio saham Laba di tahan Jumlah modal sendiri = Rp. 4.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00 = Rp.14.000.000,00 + = Rp.20.000.000,00

Sesudah ada reserve splits: Saham biasa (Nominal Rp. 2.000,00 x 2.000 lembar) Agio saham Laba di tahan Jumlah modal sendiri = Rp. 4.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00 = Rp.14.000.000,00 + = Rp.20.000.000,00

Reserve splits dimaksudkan untuk menaikkan harga pasar saham dalam keadaan dimana harga pasarnya terlalu rendah.

3. Pembelian Kembali Saham (Repurchase of Stock). Perusahaan sering harus melakukan pembelian kembali saham perusahaan karena perusahaan memiliki kelebihan kas, dan tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan. Alasan lain mungkin karena perusahaan akan melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan lain. Dalam kondisi tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan, maka pemberian dividen atau pembelian saham tidak
15

ada pajak dan biaya transaksi, bagi investor akan sama saja. Dengan pembelian kembali maka jumlah lembar saham yang beredar akan berkurang dan dividen perlembar saham akan lebih besar akhirnya harga pasar saham akan meningkat.

Misalkan PT. X memiliki laba dan harga pasar saham sebagai berikut : Keuntungan neto sesudah pajak Jumlah lembar saham yang beredar Pendapatan per lembar saham Harga saham per lembar (ex-dividen) Price / earning ratio = Rp. 1.000.000,00 = 10.000 = Rp. 100,00 = Rp. 1.425,00 = 14,25

Misalkan PT. X akan mendistribusikan Rp. 750.000,00 dengan cara pemberian cash dividend atau dengan cara pembelian kembali saham. Jika investor menghendaki cash dividend nilai dari saham sebelum dividend dibayarkan adalah Rp. 75,00 yaitu dividen yang di harapkan (750.000 / 10.000) plus Rp. 1.425,00 (harga pasar) sehingga menjadi Rp.1.500,00. Kemudian jika PT. X memilih mengadakan pembelian kembali saham dan membuat penawaran kepada pemegang saham dengan harga Rp. 1.500,00 maka jumlah yang dapat di beli dengan Rp. 750.000,00 adalah sebanyak 500 lembar. Pendapatan per lembar saham sesudah pembelian kembali saham akan menjadi : Rp. 1.000.000,00 = Rp. 105,26 10.000 500 Apabila price/earning ratio tetap 14,25 maka harga pasar dari saham tersebut akan menjadi 14,25 x Rp. 105,26 = Rp. 1.500,00 yaitu sama dengan harga pasar saham sebelum dividen kalau menggunakan cara mendistribusikan dana tersebut dengan membayarkan sebagai cash dividen. Ini berarti equilibrium repurchase price sebesar Rp. 1.500,00 per lembar saham.

16

Secara teoritis harga equilibrium yang di tawarkan dalam pembelian kembali saham adalah : P = Px + (D / S) Ket : P = harga equilibrium pembelian kembali saham Px = harga per lembar saham atas dasar ibusian ex- dividend D = jumlah dana yang akan didistribusikan S = jumlah lembar saham yang beredar sebelum ada pendistribusian dana

Jadi : P = Px + (D / S) P = Rp. 1.425,00 + (Rp. 750.000,00 / 10.000) P = Rp. 1.425,00 + Rp. 75,00 P = Rp. 1.500,00

Apabila ditawarkan harga lebih rendah dari Rp. 1.500,00 pemegang saham yang menjual sahamnya akan menderita kerugian dalam bentuk berkurangnya kekayaannya dibandingkan dengan mereka yang tatap mempertahankan sahamnya. Dan harga saham yang lebih tinggi akan mengakibatkan adanya redistribusi dari kekayaan yang lebih menguntungkan kepada mereka yang menjual sahamnya. Keuntungan dan kerugian stock repurchase yaitu : a. Keuntungan stock repuchase bagi pemegang saham : 1) Stock repuchase sering di pandang sebagai tanda positif bagi investor karena pada umumnya stock repuchase dilakukan jika perusahaan merasa bahwa saham undervalued . 2) Stock repuchase mengurangi jumlah saham yang beredar dipasar. Setelah stock repuchase ada kemungkinan harga saham naik.

17

b. Kerugian bagi pemegang saham : 1) Perusahaan membeli kembali saham dengan harga yang terlalu tinggi sehingga merugikan pemegang saham yang tidak menjual kembali sahamnya. 2) Keuntungan stock repuchase dalam bentuk capital gains, padahal sebagian investor menyukai dividen.

c. Keuntungan bagi perusahaan : 1) Menghindari kenaikan dividen. Jika dividen naik terlalu tinggi dikhawatirkan di masa mendatang perusahaan terpaksa membagi dividen yang lebih kecil (pada masa sulit atau banyak kebutuhan dana investasi ) yang dapat memberi petanda negatif. Stoc repuchase merupakan alternatif yang baik untuk mendistribusikan penghasilan saham. 2) Dapat digunakan sebagai strategi untuk mengacau usaha pengambilalihan perusahaan ( yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyak banyaknya hingga mencapai jumlah saham mayoritas ) Stock repuchase dapat menggalkan usaha ini. 3) Mengubah struktur modal perusahaan.Misalnya,perusahaan ingin meningkatkan rasio hutang dengan cara menggunakan hutang baru untuk membeli kembali saham yang beredar. 4) Saham yang ditarik kembali dapat dijual kembali ke pasar jika perusahaan membutuhkan tambahan dana. yang diatas normal (extraordinary earnings) kepada pemegang

d. Kerugian bagi perusahaan adalah : 1) Dapat merusak image perusahaan karena sebagian investor merasa bahwa stock repuchase merupakan indikator bahwa manajemen perusahaan tidak mempunyai proyekproyek baru yang baik. Namun demikian, jika perusahaan benar benar tidak memiliki kesempatan investasi yang baik, ia memang sebaiknya

mendistribusikan dana kembali kepada pemegang saham. Tidak banyak bukti empiris yang mendukung alasan ini. 2) Setelah stock repuchase, pasar mungkin merasa bahwa risiko meningkat sehingga dapat menurunkan harga saham. perusahaan

18

Cara pembelian kembali saham dapat dilakukan dengan cara : 1. Melalui tender offer Dengan tender offer perusahaan membuat penawaran formal kepada pemegang saham untuk membeli sejumlah sahamnya pada tingkat harga tertentu. Harga itu biasanya sedikit di atas harga pasar saat ini, kemudian pemegang saham dapat mengumpulkan sahamnya untuk kemudian dibeli perusahaan. 2. Melalui pembelian kembali saham di pasar. Adalah dengan membeli langsung di pasar modal dalam hal ini peran pialang, broker akan membantu. Sebagai imbalannya perusahaan memberikan fee sebesar presentase tertentu.

Sebelum perusahaan melakukan pembelian saham sebaiknya perusahaan memberikan informasi terlebih dahulu kepada pemegang saham mengenai tujuan dan alasan diadakannya pembelian kembali saham tersebut.

19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk di bayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus di tahan di dalam perusahaan. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan karena makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti makin sedikit laba yang dapat ditahan, dan sebagai akibatnya menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayarann dividen adalah semakin kecil.

Kebijakan dividen dapat di pengarui oleh beberapa hal yaitu : 1. Aturan-aturan hukum. 2. Posisi likuiditas perusahaan 3. Kebutuhan dana untuk membayar utang 4. Tingkat pertumbuhan perusahaan 5. Pengawasan terhadap perusahaan

Dan kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan yaitu : 1. Kebijakan dividen yang stabil 2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu. 3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan 4. Kebijakan dividen yang fleksibel.

20

DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Bambang (Edisi Keempat). Dasar dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta : Penerbit Bpfe Yogyakarta. Rochim, Abdul (2009). Modul Manajemen Keuangan II. Internet.com

21

Anda mungkin juga menyukai