Anda di halaman 1dari 11

Bab v!!

!nventarisasi Nineral Lepas Pantai


BAB VII
INVENTARISASI MINERAL LEPAS PANTAI

7.1. PENGERTIAN MINERAL LEPAS PANTAI



Nineral adalah zat padat yang sebagian besar terdiri atas kristal (hablur) yang ada di kerak bumi
dan bersifat homogen. Sifat fisik maupun kimianya merupakan persenyawaan an-organik asli,
serta mempunyai susunan kimia yang tetap dan bertindak sebagai bahan pembentuk batuan.
Bahan Galian adalah unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan
termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan-endapan alam.

Endapan Mineral {Mineral Deposit): adalah longgokan (akumulasi) bahan tambang yang
berupa mineral atau batuan yang terdapat di kerak bumi yang terbentuk oleh proses geologi
tertentu dan bernilai ekonomis. Keterdapatan Nineral (Nineral Occurrence) adalah suatu indikasi
pemineralan (mineralization) yang dinilai untuk dieksplorasi lebih jauh, tidak ada hubungannya
dengan ukuran volumeftonase atau kadarfkualitas.

Sumberdaya Mineral adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara
nyata. Dengan keyakinan geologi tertentu sumberdaya mineral dapat berubah menjadi cadangan
setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.
Sumberdaya mineral selain terdapat di darat juga dijumpai di lepas pantai sebagai endapan
sekunder yang biasa disebut endapan placer.

Keyakinan Geologi {Geological Assurance) adalah tingkat keyakinan mengenai endapan
mineral yang meliputi ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, dan kualitasnya sesuai dengan tahap
eksplorasi yang meliputi survai tinjau, prospeksi, eksplorasi umum, dan eksplorasi terinci.

Kelayakan Tambang {Mine Feasibility) adalah suatu ukuran apakah suatu endapan mineral
layak tambang atau tidak berdasarkan faktor-faktor ekonomi, pemasaran, penambangan,
pengolahan, lingkungan, sosial, peraturanfperundang-undangan, dan kebijaksanaan pemerintah
atau kondisi lain yang berhubungan pada saat itu.

Fisiografi lepas pantai adalah kenampakan fisik permukaan dasar laut (lepas pantai) yang
dikaitkan dengan kedalaman. Wilayah !ndonesia merupakan paparan benua Asia, yang secara
fisiografi dibedakan menjadi:
x Landas Kontinen {Continental shelf), yaitu wilayah lepas pantai dengan kedalaman
0 - 200 meter.
x Tepian Kontinen {Continental slopeJrise), yaitu wilayah lepas pantai dengan
kedalaman 200 - S00 meter.
x Dataran Abysal {Abysal plains), yaitu wilayah lepas pantai dengan kedalaman >
S000 meter

Eksploitasi mineral di pesisir dan lepas pantai perlu diatur dan dikelola dengan baik karena tidak
tertutup kemungkinan penambangan ini akan merusak lingkungan, merubah sistem pergerakan
arus, menyebabkan abrasi pantai yang dipercepat dengan adanya perubahan base level dasar laut,
bahkan disinyalir kemungkinan ini dapat menyebabkan terjadinya kehilangan pulau-pulau kecil.
Kehilangan pulau sekecil apapun di kawasan terluar wilayah !ndonesia, berpenghuni atau tidak
berpenghuni, akan berdampak politis, karena dapat merubah titik pangkal territorial.

Penambangan mineral lepas pantai kadangkala hanya dikategorikan pada bahan galian, padahal
seharusnya dapat dikategorikan mineral yang bernilai ekonomis tinggi. Untuk menghindari hal
yang demikian perlu kiranya dilakukan inventarisasi dan pemetaan mineral lepas pantai yang dapat
memberikan informasi kandungan dan kadar mineral yang terdapat dalam suatu hamparan bahan
galian bawah laut atau lepas pantai.

Bab v!!
!nventarisasi Nineral Lepas Pantai
Dalam paradigma otonomi daerah maka pemerintah pusat tidak lagi menjadi satu-satunya
stakeholder dalam hal survei dan pemetaan. Kegiatan survei dan pemetaan akan mengalami
desentralisasi, namun demikian harus ada kesamaan konsepsi sehingga secara nasional tetap
dapat digabungkan dan digunakan sebagai basis data sumberdaya alam mineral lepas pantai
nasional.
7.2. KLASIFIKASI MINERAL LEPAS PANTAI
a. Klasifikasi Sedimen Permukaan Dasar Laut

Klasifikasi sedimen permukaan dasar laut menggunakan dasar ukuran besar butir (grain size) dari
Wentworth (1922) dan Folk (19S+).

Tabel 7. 1. Klasifikasi Ukuran Sedimen menurut Wentworth (1922) dan Folk (19S+)
Phi {) Ukuran Kelas
Value
Milimeter
WENTWORTH FOLK
Bongkah (Boulder)
-8 2S6 Berangkal (Cobble) Kerikil
-6 6+ Kerakal (Pabble) (Gravel)
-2 + Butiran (Granule)
-1 2
1.+1
Sangat kasar
(very coarst)

-0.S
0
1
0.71
Kasar
(coarst)

0.S
1
0.S
0.3S
Sedang
(medium)
Pasir (sand) Pasir (sand)
1.S
2
0.2S
0.17
Halus
(Fine)

2.S
3
0.12S
0.068
Sangat halus
(very fine)

3.S 0.062S Lanau (silt) Lumpur
+ 0.0039 Lempung (clay) (mud)
Phi (O) = - log
2
Diameter (millimeter)

b. Klasifikasi Sumberdaya Mineral

Klasifikasi yang biasa dipakai oleh Direktorat Sumber Daya Nineral, Direktorat Jenderal Geologi dan
Sumber Daya Nineral, Departemen Pertambangan dan Energi adalah pengelompokan berdasarkan
jenis komoditasnya, yaitu sebagai berikut:

1. Klasifikasi Sumberdaya Mineral pada skala Nasional {1:1.000.000)

Pada skala 1:1.000.000 Sumberdaya Nineral, tidak dibuat karena skala 1:1.000.000 terlalu kecil
untuk memetakan sumberdaya mineral.


2. Klasifikasi Sumberdaya Mineral pada skala ProvinsiJregional {1:250.000 -
1:500.000)

Pada skala 1:2S0.000 Sumberdaya Nineral dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Komoditas Mineral Logam
Komoditas Logam dasar (Cu, Pb, Zn, Sb, Bi, Hg, Sn),
Komoditas Logam Nulia (Au, Ag, Pt),
Komoditas Logam Besi dan Paduan Besi (Fe, Nn, No, Cr, Co, Ni, W, v),
Komoditas Logam Ringan dan Logam Langka (Al, Be, Li, Ng, Ti, Ta-Nb, Cd, Ga, !n, Y, Th,
Zr, U, Re).
Bab v!!
!nventarisasi Nineral Lepas Pantai

.

b Komoditas Mineral Industri dan Batuan
Komoditas Nineral !ndustri (Ls, Do, P, Ca, Ze, Gy, Btn, Dt, Ba, OchfYa, S, Asb, Tc, Ni, !),
Komoditas Bahan Keramik (Cly, To, Pph, Fl, Ka, Bo, Si, Pe, Na, Tr, Ngs, Qz),
Komoditas Bahan Bangunan (An, Gra, Tra, On, Na, Dio, Gr, Pu, Ob, Bs, Bb),
Komoditas Batumulia dan Batuhias (Cha, Ch, Q, Op, Ja, Chr, Sil, Gar, Jad, Agt, Di, Zr,
Top).

c. Komoditas Batubara dan Gambut
Komoditas Batubara,
Komoditas Gambut.

3. Klasifikasi Sumberdaya Mineral pada skala Kabupaten {1: 50.000)

Untuk skala (1:S0.000). sudah tercakup klasifikasi skala 1:2S0.000, pada prinsipnya sama dengan
skala 1:2S0.000 namun kalau masih diperlukan informasi lebih rinci ditambahkan sehingga pada
skala 1: S0.000 kelas-kelasnya menggunakan prinsip open ended. Open ended berarti apabila
diperlukan informasi yang lebih rinci, maka hal itu dapat ditambahkan, atau sebaliknya bisa
disederhanakan kalau dianggap terlalu rinci.

4. Klasifikasi Sumberdaya Mineral pada skala kotaJkhusus {1:25.000 - 1:10.000)

Untuk skala 1:2S.000 sudah tercakup klasifikasi skala 1:S0.000 - 1:2S.000, pada prinsipnya sama
dengan skala 1:S0.000 namun kalau masih diperlukan informasi lebih rinci ditambahkan sehingga
pada skala 1:2S.000 kelas-kelasnya menggunakan prinsip open ended. Open ended berarti apabila
diperlukan informasi yang lebih rinci, maka hal itu dapat ditambahkan, atau sebaliknya bisa
disederhanakan kalau dianggap terlalu rinci.

7.3. METODE INVENTARISASI DAN PEMETAAN

7.3.1. Metode Eksplorasi

Eksplorasi sumberdaya mineral lepas pantai pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui
potensinya, baik jenis maupun sebarannya. Netode eksplorasi yang ada cukup beraneka ragam
tergantung kondisi sumberdayanya, dan terus berkembang semakin canggih. Netode eksplorasi
yang umum dan biasa digunakan meliputi: pengambilan contoh sedimen, pemeruman, pengukuran
seismik, pengukuran arus, gelombang dan pasang surut air laut, pengamatan karakteristik pantai,
serta analisis laboratorium.

a. Pengambilan contoh sedimen

Pengambilan contoh sedimen bisa dilakukan secara sistematis dalam grid yang sudah ditentukan
maupun secara acak di perairan, baik di sepanjang pantai maupun lepas pantai. Peralatan yang
digunakan adalah pecontoh comot (grab sampler) dan penginti jatuh bebas (gravity corer).
Contoh sedimen dengan ketebalan > 1S meter diambil menggunakan bor inti (coring) yang
dioperasikan di atas bagan anjungan (platform) pada satu lokasi yang secara geologi dapat
mewakili. Posisi yang tepat dari setiap lokasi contoh ditentukan dengan menggunakan alat
penentu posisi GPS (global positioning system) dengan ketelitian sebaiknya 1S meter hingga 30
meter. Kedalaman air laut dari setiap lokasi contoh diukur dengan menggunakan alat manual dan
elektronik.

b. Pemeruman

Pemeruman digunakan untuk mengetahui kedalaman dasar laut dan sebagai koreksi geometris
bagi rekaman seismik. Pemeruman dilakukan dengan menggunakan sistem elektronik gema dan
Bab v!!
!nventarisasi Nineral Lepas Pantai
tali manual. Contoh alat pengukur kedalaman elektronik adalah perum gema Echosounder 3.Sf12
kHz Raytheon. Adapun tali ukur manual digunakan untuk mengukur kedalaman air laut yang
sangat dangkal.

c. Pengukuran Seismik

Pengukuran seismik dilakukan untuk mengetahui konfigurasi batuan bawah permukaan yaitu
berupa lapisan sedimen resen, batuan dasar (acoustic basement), dan elemen geologi lainnya
seperti lipatan dan sesar. Dari data seismik juga diharapkan dapat diketahui ketebalan lapisan
sedimen penutup (sediment cover) sebagai sumberdaya bahan galian C dan media sumberdaya
mineral. Netode seismik yang digunakan adalah sistem pantul (seismic reflection) dangkal saluran
tunggal dengan sumber energi Boomoer 300 Joule dan waktu sapuan (sweeping rate) 0.2S detik.

d. Pengukuran arus, gelombang dan pasang surut.

Pengukuran arus permukaan air laut dilakukan terhadap beberapa lokasi yang memperlihatkan
adanya sedimentasi aktif. Pengukuran arus biasa dilakukan dengan menggunakan metode jelajah
(tracer float tracking) Lagrangian". Pengukuran gelombang dilakukan dengan cara pengamatan
visual pada beberapa lokasi yang mengalami abrasi pantai yang mencolok menggunakan
perhitungan melalui data angin stasiun pengamatan BNG terdekat. Adapun pengukuran pasang
surut dilakukan secara umum untuk digunakan sebagai koreksi kedalaman air laut.

e. Pengamatan karakteristik pantai.

Setiap elemen pantai seperti tekstur dan komposisi sedimen, morfologi, dan vegetasi yang
memberikan karakteristik pantai diamati secara umum. Karakteristik pantai ini mencerminkan
proses sedimentasi yang terjadi di perairannya.

f. Analisis laboratorium

Analisis laboratorium meliputi analisis besar butir pada beberapa contoh sedimen permukaan dasar
laut yang dianggap mewakili. Secara statistik parameter dari data analisis besar butir tersebut
dapat mencerminkan proses sedimentasi yang pernah terjadi. Selain itu, dilakukan pula analisis
mineral berat dan unsur tanah jarang (rare earth element) pada beberapa contoh sedimen terpilih
untuk mengetahui kemungkinan adanya sumberdaya mineral yang bernilai ekonomis.

7.3.2. Sumber Data Dan Peta Kerja

a. Sumber Peta

Sumber peta untuk inventarisasi mineral lepas pantai sebagai informasi awal adalah peta sebaran
sedimen permukaan dasar laut yang dihasilkan Pusat Pengembangan Geologi Kelautan (PPGL),
selain itu juga data atau laporan - laporan hasil penelitian yang dibuat instansi sektoral atau
daerah.

b. Peta Ker a j

Peta kerja diturunkan dari Peta Digital Lingkungan Pantai !ndonesia (LP!), Peta digital Rupabumi
!ndonesia (RB!) skala 1:1.000.000, 1:2S0.000, 1:S0.000, dan 1:2S.000 atau lebih besar, Peta
Lingkungan Laut Nasional (LLN) skala 1:S00.000. Jika peta-peta tersebut tidak tersedia dalam
bentuk digital, dilakukan digitasi melalui hard copynya. Kalau peta-peta baik hard copy maupun
digital tidak tersedia bisa digunakan Peta Citra, mengacu pada Lembar Peta BAKOSURTANAL.

Yang dimaksud dengan Peta Kerja dalam hal ini adalah Peta yang digunakan untuk menuangkan
memaparkan data tematik spasial. Peta ini hanya memuat unsur-unsur tertentu saja yaitu:

Bab v!!
!nventarisasi Nineral Lepas Pantai
Layer Garis Pantai
Layer Garis Sungai dan perairan lainnya (danau, waduk, sungai besar)
Layer Batas Administrasi dan Batas Pesisir.
Layer Jalan
Layer Batimetri
Layer Toponimi
Layer Pemukiman
Layer Titik tinggi

Digitasi on-screen peta kerja

Penjelasan mengenai digitasi on screen peta kerja dapat dilihat pada sub bab 3.+.1.

7.3.3. Survei Lapangan

Pembuatan Titik Sampel Lapangan

Penentuan lokasi (titik) sampel untuk mineral lepas pantai diperlukan sebelum pelaksanaan survey
dan diplot pada peta kerja. Penentuan titik sampel didasarkan pada keterwakilan sebaran sedimen
dan struktur geologi bawah permukaan yang diperoleh dari tafsiran data yang ada. Penentuan
lintasan-lintasan survey dilakukan dengan pertimbangan kondisi arus, perkiraan struktur geologi
bawah laut, dan perkiraan sebaran sedimen. Pemilihan base camp dengan pertimbangan
kemudahan pencapaian (aksesibilitas) dan ketersediaan logistik serta pendukung survey lainnya.

Peralatan Survei

Peralatan untuk survei mineral lepas pantai meliputi:
Seismic pantul (seismic reflection).
GPS (Global Positioning System).
Pengukur kedalaman (ecosounder).
Tali manual, pecontoh comot (grap sampler).
Penginti jatuh bebas (gravity corer).
Bor inti (coring).
Pengukur arus.
Pengukur gelombang.
Alat transportasi survei seperti kapal laut (baik kapal riset maupun kapal nelayan
tergantung kondisi laut) untuk mobilisasi.

Pelaksanaan Survei

Pelaksanaan survei lapang untuk mineral lepas pantai dilakukan dengan beberapa pengukuran,
yaitu :

1. Pengukuran Seismik Refleksi

Pengukuran seismik dilakukan untuk mengetahui konfigurasi batuan bawah permukaan yaitu
berupa lapisan sedimen resen, batuan dasar (acoustic basement), dan elemen geologi lainnya
seperti lipatan dan sesar. Dari data seismik juga diharapkan dapat diketahui ketebalan lapisan
sedimen penutup (sediment cover) sebagai sumberdaya bahan galian C dan media sumberdaya
mineral berharga yang lain. Netode seismik yang digunakan adalah sistem pantul (seismic
reflection) dangkal saluran tunggal dengan sumber energi Boomoer 300 Joule dan waktu sapuan
(sweeping rate) 0.2S detik.




Bab v!!
!nventarisasi Nineral Lepas Pantai
2. Pengukuran Koordinat Lokasi

Pengukuran koordinat dilakukan dengan peralatan GPS (Global Positioning System) dengan
resolusi yang cukup tinggi. Pengukuran koordinat dilakukan pada lokasi-lokasi dimana dilakukan
pengambilan contoh sedimen, pengukuran kedalaman laut, dan pengukuranfpengambilan sampel
air laut.

3. Pemeruman {Pengukuran Batimetri)

Pemeruman digunakan untuk mengetahui kedalaman dasar laut dan sebagai koreksi geometris
bagi rekaman seismik. Pemeruman dilakukan dengan menggunakan sistem elektronik gema dan
tali manual. Contoh alat pengukur kedalaman elektronik yang biasa digunakan adalah perum
gema Echosounder 3.Sf12 kHz Raytheon. Adapun tali ukur manual digunakan untuk mengukur
kedalaman air laut yang sangat dangkal.

4. Pengambilan Sampel Sedimen Dasar Laut

Pengambilan contoh sedimen bisa dilakukan secara sistematis dalam grid yang sudah ditentukan
maupun secara acak di perairan, baik di sepanjang pantai maupun lepas pantai. Peralatan yang
digunakan adalah pecontoh comot (grab sampler) dan penginti jatuh bebas (gravity corer).
Contoh sedimen dengan ketebalan > 1S meter diambil menggunakan bor inti (coring) yang
dioperasikan di atas bagan anjungan (platform) pada satu lokasi yang secara geologi dapat
mewakili. Posisi yang tepat dari setiap lokasi contoh ditentukan dengan menggunakan alat
penentu posisi GPS (global positioning system) dengan ketelitian sebaiknya 1S meter hingga 30
meter. Kedalaman air laut dari setiap lokasi contoh diukur dengan menggunakan alat manual dan
elektronik.

5. Pengukuran Parameter Fisik Air Laut

Pengukuran arus permukaan air laut dilakukan terhadap beberapa lokasi yang memperlihatkan
adanya sedimentasi aktif. Pengukuran arus biasa dilakukan dengan menggunakan metode jelajah
(tracer float tracking) Lagrangian". Pengukuran gelombang dilakukan dengan cara pengamatan
visual pada beberapa lokasi yang mengalami abrasi pantai yang mencolok menggunakan
perhitungan melalui data angin stasiun pengamatan BNG terdekat. Adapun pengukuran pasang
surut dilakukan secara umum untuk digunakan sebagai koreksi kedalaman air laut.

Untuk wilayah survei dimana terdapat pantai atau pesisir dilakukan pengamatan karakteristik
pantai. Setiap elemen pantai seperti tekstur dan komposisi sedimen, morfologi, dan vegetasi yang
memberikan karakteristik pantai diamati secara umum. Karakteristik pantai ini mencerminkan
proses sedimentasi yang terjadi di perairannya.

6. Pengambilan Sampel Air Laut

Pengambilan sampel air laut dilakukan pada lokasi-lokasi tertentu yang dianggap penting. Sampel
air yang diambil diukur parameter fisik dan kimia, baik langsung di lokasi maupun dianalisa di
laboratorium. Hasil pengukuran sampel air laut tersebut digunakan sebagai data penunjang.

Dokumentasi

Untuk memberi gambaran yang nyata tentang kondisi mineral lepas pantai, maka perlu adanya
dokumentasi kenampakan di daerah penelitian. Alat yang digunakan terdiri: kamera dan video.

Perijinan

Perijinan merupakan kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan dalam setiap kegiatan survei lapang.
Perijinan dapat dilakukan pada saat pra survei, baik yang lokasinya berada di wilayah pesisir
Bab v!!
!nventarisasi Nineral Lepas Pantai
maupun di wilayah laut lepas, dengan maksud agar mempermudah dalam pelaksanaan survei di
lapang, selain itu dalam proses ini dapat diperoleh informasi tambahan dari aparat setempat di
wilayah penelitian yang diharapkan mengetahui lebih detil keadaan lingkungannya.

Pengurusan perijinan dilakukan pada instansi yang berwenang (Bappeda, Kantor Sospol), dari
tingkat provinsi hingga kabupatenfkota dimana wilayah survey dilakukan. Waktu pengurusan ijin
sebaiknya dilakukan jauh sebelum pelaksanaan survey lapangan. Nekanisme dalam mengurus
perizinan adalah sebagai berikut :
Nenyampaikan surat izin yang berisi: maksud dan tujuan kegiatan, bahan dan alat yang
digunakan, waktu pelaksanaan kegiatan.
Surat izin disampaikan ke instansi yang berwenang.
Nendapatkan surat izin dari instansi berwenang.


Daftar Isian Survei Lapang

Titik Pengukuran : ................................... Hari, tanggal : ..................................
Lokasi : .........................................................................................................
Koordinat : ............................................................................................................
Surveyor
SURVEI CEPAT TERINTEGRASI
{ RAPID INTEGRATED SURVEY )
INVENTARISASI SUMBERDAYA MINERAL LEPAS PANTAI













1. Kondisi Oseanografi

a. Kedalaman : 0 - S meter 6 - 10 meter 11 - 20 meter
21 - S0 meter > S0 meter

b. Arus : < 0.0S mfdetik 0.0S - 0.1 mfdetik
> 1 mfdetik 0.1 - 1 mfdet

c. Gelombang : < S0 cm S1 - 7S cm 76 - 100 m
101 - 1S0 cm 1S0 - 200 cm > 200 m

d. Pasang - surut: 10 dm 20 dm 30 dm
+0 dm S0 dm > S0 dm

e. Suhu : < 26 C 26 - 27 C 27 - 28 C
28 - 29 C > 29 C

f. Salinitas : < 10 11 - 20 21 - 30
31 - +0 +0 - S0 > S0

g. Kecerahan : 0 - 2 m 2 - + m + - 6 m
6 - 10 m 10 - 20 m > 20 m

h. Sedimentasi : Besar Sedang Kecil



Bab v!!
!nventarisasi Nineral Lepas Pantai
2. Nama Sedimen Permukaan {Folk, 19S0)

a. Kelompok Kerikil (Gravel):
Gravel - G Nuddy gravel - mG
Sandy gravel - sG Nuddy sandy gravel - msG

b. Kelompok Pasir (Sand) :
Sand - S Slightly gravelly sand - (g)S
Nuddy sand - mS Slightly gravelly muddy sand - (g)mS
Gravelly sand - gS Gravelly muddy sand - gmS
Clayey sand - cS Silty sand - zS

c. Kelompok Lanau (Silt):
Silt - Z Sandy silt - sZ
d. Kelompok Lumpur (Nud):
Nud - N Slightly gravelly mud - (g)N
Sandy mud - sN Slightly gravelly sandy Nud - (g)sN
Gravelly mud - gN

e. Kelompok Lempung (Clay):
Clay - C Sandy clay - sC

3. Nama Mineral

Nagnetite Zyrcon !lmenite
Nonazite Rutile Cassiterite
Gold Platinum

KLASIFIKASI FOLK {19S0)



7.3.4. Pasca Survei

Pengolahan Data Lapangan Dan Re-Intepretasi Citra

Pengolahan data sumberdaya mineral lepas pantai pasca survei merupakan kegiatan survei
terpadu yang meliputi:
Pengambilan data oseanografi (batimetri, arus, gelombang, salinitas, kecerahan, dsb.).
Pengukuran data geofisika (seismic pantul dan seismic bias).
Penelitian geologi (pengambilan contoh sedimen permukaan dasar laut).

Bab v!!
!nventarisasi Nineral Lepas Pantai
Data hasil survei sebagian sudah tidak perlu diolah lagi, tapi sebagian data harus diolah di
laboratorium. Pengolahan data yang diperoleh dari survei lapangan yaitu;

a. Pengolahan Data Posisi

Pengukuran posisi lokasi biasa digunakan perangkat GPS yang dilengkapi dengan notebook
computer. Posisi yang diukur selama survei merupakan posisi geografis (lintang dan bujur) yang
dibaca setiap 2 (dua) detik. !nterval waktu ini dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.
Selanjutnya data yang diperoleh diolah menjadi peta lintasan kapal dengan interval 1S menit dan
disajikan pada peta skala 1 : 2S0.000.

b. Pengolahan Data Geofisika

Penelitian geofisika merupakan bagian dari tahapan survei dengan cara pengukuran seismic pantul.
Pengolahan data seismic dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:
Analisa sekuen seismic: menyangkut identifikasi, keterusan bidang reflector.
Analisa fasies: membedakan fasies pada setiap sekuen sehingga memungkinkan dibagi
dalam sub sekuen.
Analisa karakter refleksi internal: sebagai dasar penafsiran energi, media sedimentasi
serta lingkungan pengendapannya.
Analisa struktur, untuk mengetahui adanya struktur geologi (perlipatan, sesar, diaper,
graben, dan lain-lain).

c. Pengolahan Data Geologi

Analisis besar butir, bertujuan untuk mengetahui jenis dan parameter-parameter besar butir
sehingga didapatkan pola sebaran sedimen permukaan dasar laut serta kemungkinan lingkungan
pengendapannya. Analisa besar butir dilakukan dengan metode pengayakan (sieving) dan metode
pipet.

Analisis mineral berat, yaitu untuk mengetahui pola sebaran mineral berat serta kemungkinan
sumbernya. Nineral berat yang dimaksud adalah mineral dengan berat jenis lebih besar dari 2,8S
(Folk, 1980). Naksud dari analisis mineral berat adalah untuk mengetahui jenis, kandungan serta
sebaran mineral berat yang terdapat di dalam sedimen permukaan dasar laut. Analisis mineral
berat hanya dilakukan untuk fraksi berukuran pasir untuk setiap contoh yang diambil dari
lapangan. Pemisahan mineral berat dilakukan dengan menggunakan cairan bromoform. Analisis
mikrofauna: untuk mengetahui sebaran berbagai mikrofauna yang terdapat dalam sedimen
permukaan. Analisa kimia dilakukan dengan metode X-Rays Fluorescence (XRF) terhadap unsur-
unsur utama.

d. Analisa Laboratorium

Analisis laboratorium meliputi analisis besar butir pada beberapa contoh sedimen permukaan dasar
laut yang dianggap mewakili. Secara statistik parameter dari data analisis besar butir tersebut
dapat mencerminkan proses sedimentasi yang pernah terjadi. Selain itu, dilakukan pula analisis
mineral berat dan unsur tanah jarang (rare earth element) pada beberapa contoh sedimen terpilih
untuk mengetahui kemungkinan adanya sumberdaya mineral yang bernilai ekonomis.

e. Penuangan Dalam Peta

Data yang diperoleh dari lapangan maupun hasil analisa laboratorium kemudian dituangkan dalam
bentuk peta sesuai skala yang diinginkan. Secara umum peta yang disajikan mencerminkan
sebaran sedimen permukaan dasar laut dan potensi sumberdaya mineralnya.



Bab v!!
!nventarisasi Nineral Lepas Pantai
f. Penyusunan Laporan

Selain penuangan dalam bentuk peta, perlu juga disusun laporan, baik laporan pelaksanaan survei
maupun laporan ilmiah.

7.4. PENYAJIAN

Penyajian peta dalam bentuk lembar peta (sheet), acuan yang digunakan adalah lembar peta
digital BAKOSURTANAL dilengkapi deskripsifpemerian. Sedangkan penyajian dalam bentuk wilayah
Administrasi disesuaikan dengan ukuran maksimum kertas plotting, sehingga untuk skala tertentu
satu satuan adminis tertentu mungkin akan terbagi atas beberapa lembar peta. Lembaran ini
dilengkapi dengan lembaran deskripsi.

Pada penyajian hasil interpretasi perlu dipertimbangkan unit terkecil yang bisa ditampilkan dalam
peta (minimum mapping unit). Unit terkecil ini tidak tergantung pada skala peta. Unit minimum
dinyatakan dalam centimeter sbb:

Untuk skala 1:1000.000, mmu =0,S x 0,S cm atau sekitar 2S km
2

Untuk skala 1:2S0.000, mmu =0,S x 0,Scm atau sekitar 1,S62S km
2

Untuk skala 1:S0.000, mmu = 0,S x 0,Scm atau sekitar 0,062S km
2

Untuk skala 1:2S.000, mmu = 0,S x 0,Scm atau sekitar 0,01S62S km
2


Peta digital yang dihasilkan dari interpretasi spektral biasanya dalam format raster, peta raster ini
bisa dijadikan peta vektor melalui konversi raster to vektor sebagai telah dibicarakan sebelumnya.
Untuk keperluan basis data dan analisis (G!S) data disimpan dalam bentuk vektor.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai