Nineral adalah zat padat yang sebagian besar terdiri atas kristal (hablur) yang ada di kerak bumi dan bersifat homogen. Sifat fisik maupun kimianya merupakan persenyawaan an-organik asli, serta mempunyai susunan kimia yang tetap dan bertindak sebagai bahan pembentuk batuan. Bahan Galian adalah unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan-endapan alam.
Endapan Mineral {Mineral Deposit): adalah longgokan (akumulasi) bahan tambang yang berupa mineral atau batuan yang terdapat di kerak bumi yang terbentuk oleh proses geologi tertentu dan bernilai ekonomis. Keterdapatan Nineral (Nineral Occurrence) adalah suatu indikasi pemineralan (mineralization) yang dinilai untuk dieksplorasi lebih jauh, tidak ada hubungannya dengan ukuran volumeftonase atau kadarfkualitas.
Sumberdaya Mineral adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Dengan keyakinan geologi tertentu sumberdaya mineral dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. Sumberdaya mineral selain terdapat di darat juga dijumpai di lepas pantai sebagai endapan sekunder yang biasa disebut endapan placer.
Keyakinan Geologi {Geological Assurance) adalah tingkat keyakinan mengenai endapan mineral yang meliputi ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, dan kualitasnya sesuai dengan tahap eksplorasi yang meliputi survai tinjau, prospeksi, eksplorasi umum, dan eksplorasi terinci.
Kelayakan Tambang {Mine Feasibility) adalah suatu ukuran apakah suatu endapan mineral layak tambang atau tidak berdasarkan faktor-faktor ekonomi, pemasaran, penambangan, pengolahan, lingkungan, sosial, peraturanfperundang-undangan, dan kebijaksanaan pemerintah atau kondisi lain yang berhubungan pada saat itu.
Fisiografi lepas pantai adalah kenampakan fisik permukaan dasar laut (lepas pantai) yang dikaitkan dengan kedalaman. Wilayah !ndonesia merupakan paparan benua Asia, yang secara fisiografi dibedakan menjadi: x Landas Kontinen {Continental shelf), yaitu wilayah lepas pantai dengan kedalaman 0 - 200 meter. x Tepian Kontinen {Continental slopeJrise), yaitu wilayah lepas pantai dengan kedalaman 200 - S00 meter. x Dataran Abysal {Abysal plains), yaitu wilayah lepas pantai dengan kedalaman > S000 meter
Eksploitasi mineral di pesisir dan lepas pantai perlu diatur dan dikelola dengan baik karena tidak tertutup kemungkinan penambangan ini akan merusak lingkungan, merubah sistem pergerakan arus, menyebabkan abrasi pantai yang dipercepat dengan adanya perubahan base level dasar laut, bahkan disinyalir kemungkinan ini dapat menyebabkan terjadinya kehilangan pulau-pulau kecil. Kehilangan pulau sekecil apapun di kawasan terluar wilayah !ndonesia, berpenghuni atau tidak berpenghuni, akan berdampak politis, karena dapat merubah titik pangkal territorial.
Penambangan mineral lepas pantai kadangkala hanya dikategorikan pada bahan galian, padahal seharusnya dapat dikategorikan mineral yang bernilai ekonomis tinggi. Untuk menghindari hal yang demikian perlu kiranya dilakukan inventarisasi dan pemetaan mineral lepas pantai yang dapat memberikan informasi kandungan dan kadar mineral yang terdapat dalam suatu hamparan bahan galian bawah laut atau lepas pantai.
Bab v!! !nventarisasi Nineral Lepas Pantai Dalam paradigma otonomi daerah maka pemerintah pusat tidak lagi menjadi satu-satunya stakeholder dalam hal survei dan pemetaan. Kegiatan survei dan pemetaan akan mengalami desentralisasi, namun demikian harus ada kesamaan konsepsi sehingga secara nasional tetap dapat digabungkan dan digunakan sebagai basis data sumberdaya alam mineral lepas pantai nasional. 7.2. KLASIFIKASI MINERAL LEPAS PANTAI a. Klasifikasi Sedimen Permukaan Dasar Laut
Klasifikasi sedimen permukaan dasar laut menggunakan dasar ukuran besar butir (grain size) dari Wentworth (1922) dan Folk (19S+).
Tabel 7. 1. Klasifikasi Ukuran Sedimen menurut Wentworth (1922) dan Folk (19S+) Phi {) Ukuran Kelas Value Milimeter WENTWORTH FOLK Bongkah (Boulder) -8 2S6 Berangkal (Cobble) Kerikil -6 6+ Kerakal (Pabble) (Gravel) -2 + Butiran (Granule) -1 2 1.+1 Sangat kasar (very coarst)
Klasifikasi yang biasa dipakai oleh Direktorat Sumber Daya Nineral, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Nineral, Departemen Pertambangan dan Energi adalah pengelompokan berdasarkan jenis komoditasnya, yaitu sebagai berikut:
1. Klasifikasi Sumberdaya Mineral pada skala Nasional {1:1.000.000)
Pada skala 1:1.000.000 Sumberdaya Nineral, tidak dibuat karena skala 1:1.000.000 terlalu kecil untuk memetakan sumberdaya mineral.
2. Klasifikasi Sumberdaya Mineral pada skala ProvinsiJregional {1:250.000 - 1:500.000)
Pada skala 1:2S0.000 Sumberdaya Nineral dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Komoditas Mineral Logam Komoditas Logam dasar (Cu, Pb, Zn, Sb, Bi, Hg, Sn), Komoditas Logam Nulia (Au, Ag, Pt), Komoditas Logam Besi dan Paduan Besi (Fe, Nn, No, Cr, Co, Ni, W, v), Komoditas Logam Ringan dan Logam Langka (Al, Be, Li, Ng, Ti, Ta-Nb, Cd, Ga, !n, Y, Th, Zr, U, Re). Bab v!! !nventarisasi Nineral Lepas Pantai
.
b Komoditas Mineral Industri dan Batuan Komoditas Nineral !ndustri (Ls, Do, P, Ca, Ze, Gy, Btn, Dt, Ba, OchfYa, S, Asb, Tc, Ni, !), Komoditas Bahan Keramik (Cly, To, Pph, Fl, Ka, Bo, Si, Pe, Na, Tr, Ngs, Qz), Komoditas Bahan Bangunan (An, Gra, Tra, On, Na, Dio, Gr, Pu, Ob, Bs, Bb), Komoditas Batumulia dan Batuhias (Cha, Ch, Q, Op, Ja, Chr, Sil, Gar, Jad, Agt, Di, Zr, Top).
c. Komoditas Batubara dan Gambut Komoditas Batubara, Komoditas Gambut.
3. Klasifikasi Sumberdaya Mineral pada skala Kabupaten {1: 50.000)
Untuk skala (1:S0.000). sudah tercakup klasifikasi skala 1:2S0.000, pada prinsipnya sama dengan skala 1:2S0.000 namun kalau masih diperlukan informasi lebih rinci ditambahkan sehingga pada skala 1: S0.000 kelas-kelasnya menggunakan prinsip open ended. Open ended berarti apabila diperlukan informasi yang lebih rinci, maka hal itu dapat ditambahkan, atau sebaliknya bisa disederhanakan kalau dianggap terlalu rinci.
4. Klasifikasi Sumberdaya Mineral pada skala kotaJkhusus {1:25.000 - 1:10.000)
Untuk skala 1:2S.000 sudah tercakup klasifikasi skala 1:S0.000 - 1:2S.000, pada prinsipnya sama dengan skala 1:S0.000 namun kalau masih diperlukan informasi lebih rinci ditambahkan sehingga pada skala 1:2S.000 kelas-kelasnya menggunakan prinsip open ended. Open ended berarti apabila diperlukan informasi yang lebih rinci, maka hal itu dapat ditambahkan, atau sebaliknya bisa disederhanakan kalau dianggap terlalu rinci.
7.3. METODE INVENTARISASI DAN PEMETAAN
7.3.1. Metode Eksplorasi
Eksplorasi sumberdaya mineral lepas pantai pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui potensinya, baik jenis maupun sebarannya. Netode eksplorasi yang ada cukup beraneka ragam tergantung kondisi sumberdayanya, dan terus berkembang semakin canggih. Netode eksplorasi yang umum dan biasa digunakan meliputi: pengambilan contoh sedimen, pemeruman, pengukuran seismik, pengukuran arus, gelombang dan pasang surut air laut, pengamatan karakteristik pantai, serta analisis laboratorium.
a. Pengambilan contoh sedimen
Pengambilan contoh sedimen bisa dilakukan secara sistematis dalam grid yang sudah ditentukan maupun secara acak di perairan, baik di sepanjang pantai maupun lepas pantai. Peralatan yang digunakan adalah pecontoh comot (grab sampler) dan penginti jatuh bebas (gravity corer). Contoh sedimen dengan ketebalan > 1S meter diambil menggunakan bor inti (coring) yang dioperasikan di atas bagan anjungan (platform) pada satu lokasi yang secara geologi dapat mewakili. Posisi yang tepat dari setiap lokasi contoh ditentukan dengan menggunakan alat penentu posisi GPS (global positioning system) dengan ketelitian sebaiknya 1S meter hingga 30 meter. Kedalaman air laut dari setiap lokasi contoh diukur dengan menggunakan alat manual dan elektronik.
b. Pemeruman
Pemeruman digunakan untuk mengetahui kedalaman dasar laut dan sebagai koreksi geometris bagi rekaman seismik. Pemeruman dilakukan dengan menggunakan sistem elektronik gema dan Bab v!! !nventarisasi Nineral Lepas Pantai tali manual. Contoh alat pengukur kedalaman elektronik adalah perum gema Echosounder 3.Sf12 kHz Raytheon. Adapun tali ukur manual digunakan untuk mengukur kedalaman air laut yang sangat dangkal.
c. Pengukuran Seismik
Pengukuran seismik dilakukan untuk mengetahui konfigurasi batuan bawah permukaan yaitu berupa lapisan sedimen resen, batuan dasar (acoustic basement), dan elemen geologi lainnya seperti lipatan dan sesar. Dari data seismik juga diharapkan dapat diketahui ketebalan lapisan sedimen penutup (sediment cover) sebagai sumberdaya bahan galian C dan media sumberdaya mineral. Netode seismik yang digunakan adalah sistem pantul (seismic reflection) dangkal saluran tunggal dengan sumber energi Boomoer 300 Joule dan waktu sapuan (sweeping rate) 0.2S detik.
d. Pengukuran arus, gelombang dan pasang surut.
Pengukuran arus permukaan air laut dilakukan terhadap beberapa lokasi yang memperlihatkan adanya sedimentasi aktif. Pengukuran arus biasa dilakukan dengan menggunakan metode jelajah (tracer float tracking) Lagrangian". Pengukuran gelombang dilakukan dengan cara pengamatan visual pada beberapa lokasi yang mengalami abrasi pantai yang mencolok menggunakan perhitungan melalui data angin stasiun pengamatan BNG terdekat. Adapun pengukuran pasang surut dilakukan secara umum untuk digunakan sebagai koreksi kedalaman air laut.
e. Pengamatan karakteristik pantai.
Setiap elemen pantai seperti tekstur dan komposisi sedimen, morfologi, dan vegetasi yang memberikan karakteristik pantai diamati secara umum. Karakteristik pantai ini mencerminkan proses sedimentasi yang terjadi di perairannya.
f. Analisis laboratorium
Analisis laboratorium meliputi analisis besar butir pada beberapa contoh sedimen permukaan dasar laut yang dianggap mewakili. Secara statistik parameter dari data analisis besar butir tersebut dapat mencerminkan proses sedimentasi yang pernah terjadi. Selain itu, dilakukan pula analisis mineral berat dan unsur tanah jarang (rare earth element) pada beberapa contoh sedimen terpilih untuk mengetahui kemungkinan adanya sumberdaya mineral yang bernilai ekonomis.
7.3.2. Sumber Data Dan Peta Kerja
a. Sumber Peta
Sumber peta untuk inventarisasi mineral lepas pantai sebagai informasi awal adalah peta sebaran sedimen permukaan dasar laut yang dihasilkan Pusat Pengembangan Geologi Kelautan (PPGL), selain itu juga data atau laporan - laporan hasil penelitian yang dibuat instansi sektoral atau daerah.
b. Peta Ker a j
Peta kerja diturunkan dari Peta Digital Lingkungan Pantai !ndonesia (LP!), Peta digital Rupabumi !ndonesia (RB!) skala 1:1.000.000, 1:2S0.000, 1:S0.000, dan 1:2S.000 atau lebih besar, Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) skala 1:S00.000. Jika peta-peta tersebut tidak tersedia dalam bentuk digital, dilakukan digitasi melalui hard copynya. Kalau peta-peta baik hard copy maupun digital tidak tersedia bisa digunakan Peta Citra, mengacu pada Lembar Peta BAKOSURTANAL.
Yang dimaksud dengan Peta Kerja dalam hal ini adalah Peta yang digunakan untuk menuangkan memaparkan data tematik spasial. Peta ini hanya memuat unsur-unsur tertentu saja yaitu:
Bab v!! !nventarisasi Nineral Lepas Pantai Layer Garis Pantai Layer Garis Sungai dan perairan lainnya (danau, waduk, sungai besar) Layer Batas Administrasi dan Batas Pesisir. Layer Jalan Layer Batimetri Layer Toponimi Layer Pemukiman Layer Titik tinggi
Digitasi on-screen peta kerja
Penjelasan mengenai digitasi on screen peta kerja dapat dilihat pada sub bab 3.+.1.
7.3.3. Survei Lapangan
Pembuatan Titik Sampel Lapangan
Penentuan lokasi (titik) sampel untuk mineral lepas pantai diperlukan sebelum pelaksanaan survey dan diplot pada peta kerja. Penentuan titik sampel didasarkan pada keterwakilan sebaran sedimen dan struktur geologi bawah permukaan yang diperoleh dari tafsiran data yang ada. Penentuan lintasan-lintasan survey dilakukan dengan pertimbangan kondisi arus, perkiraan struktur geologi bawah laut, dan perkiraan sebaran sedimen. Pemilihan base camp dengan pertimbangan kemudahan pencapaian (aksesibilitas) dan ketersediaan logistik serta pendukung survey lainnya.
Peralatan Survei
Peralatan untuk survei mineral lepas pantai meliputi: Seismic pantul (seismic reflection). GPS (Global Positioning System). Pengukur kedalaman (ecosounder). Tali manual, pecontoh comot (grap sampler). Penginti jatuh bebas (gravity corer). Bor inti (coring). Pengukur arus. Pengukur gelombang. Alat transportasi survei seperti kapal laut (baik kapal riset maupun kapal nelayan tergantung kondisi laut) untuk mobilisasi.
Pelaksanaan Survei
Pelaksanaan survei lapang untuk mineral lepas pantai dilakukan dengan beberapa pengukuran, yaitu :
1. Pengukuran Seismik Refleksi
Pengukuran seismik dilakukan untuk mengetahui konfigurasi batuan bawah permukaan yaitu berupa lapisan sedimen resen, batuan dasar (acoustic basement), dan elemen geologi lainnya seperti lipatan dan sesar. Dari data seismik juga diharapkan dapat diketahui ketebalan lapisan sedimen penutup (sediment cover) sebagai sumberdaya bahan galian C dan media sumberdaya mineral berharga yang lain. Netode seismik yang digunakan adalah sistem pantul (seismic reflection) dangkal saluran tunggal dengan sumber energi Boomoer 300 Joule dan waktu sapuan (sweeping rate) 0.2S detik.
Bab v!! !nventarisasi Nineral Lepas Pantai 2. Pengukuran Koordinat Lokasi
Pengukuran koordinat dilakukan dengan peralatan GPS (Global Positioning System) dengan resolusi yang cukup tinggi. Pengukuran koordinat dilakukan pada lokasi-lokasi dimana dilakukan pengambilan contoh sedimen, pengukuran kedalaman laut, dan pengukuranfpengambilan sampel air laut.
3. Pemeruman {Pengukuran Batimetri)
Pemeruman digunakan untuk mengetahui kedalaman dasar laut dan sebagai koreksi geometris bagi rekaman seismik. Pemeruman dilakukan dengan menggunakan sistem elektronik gema dan tali manual. Contoh alat pengukur kedalaman elektronik yang biasa digunakan adalah perum gema Echosounder 3.Sf12 kHz Raytheon. Adapun tali ukur manual digunakan untuk mengukur kedalaman air laut yang sangat dangkal.
4. Pengambilan Sampel Sedimen Dasar Laut
Pengambilan contoh sedimen bisa dilakukan secara sistematis dalam grid yang sudah ditentukan maupun secara acak di perairan, baik di sepanjang pantai maupun lepas pantai. Peralatan yang digunakan adalah pecontoh comot (grab sampler) dan penginti jatuh bebas (gravity corer). Contoh sedimen dengan ketebalan > 1S meter diambil menggunakan bor inti (coring) yang dioperasikan di atas bagan anjungan (platform) pada satu lokasi yang secara geologi dapat mewakili. Posisi yang tepat dari setiap lokasi contoh ditentukan dengan menggunakan alat penentu posisi GPS (global positioning system) dengan ketelitian sebaiknya 1S meter hingga 30 meter. Kedalaman air laut dari setiap lokasi contoh diukur dengan menggunakan alat manual dan elektronik.
5. Pengukuran Parameter Fisik Air Laut
Pengukuran arus permukaan air laut dilakukan terhadap beberapa lokasi yang memperlihatkan adanya sedimentasi aktif. Pengukuran arus biasa dilakukan dengan menggunakan metode jelajah (tracer float tracking) Lagrangian". Pengukuran gelombang dilakukan dengan cara pengamatan visual pada beberapa lokasi yang mengalami abrasi pantai yang mencolok menggunakan perhitungan melalui data angin stasiun pengamatan BNG terdekat. Adapun pengukuran pasang surut dilakukan secara umum untuk digunakan sebagai koreksi kedalaman air laut.
Untuk wilayah survei dimana terdapat pantai atau pesisir dilakukan pengamatan karakteristik pantai. Setiap elemen pantai seperti tekstur dan komposisi sedimen, morfologi, dan vegetasi yang memberikan karakteristik pantai diamati secara umum. Karakteristik pantai ini mencerminkan proses sedimentasi yang terjadi di perairannya.
6. Pengambilan Sampel Air Laut
Pengambilan sampel air laut dilakukan pada lokasi-lokasi tertentu yang dianggap penting. Sampel air yang diambil diukur parameter fisik dan kimia, baik langsung di lokasi maupun dianalisa di laboratorium. Hasil pengukuran sampel air laut tersebut digunakan sebagai data penunjang.
Dokumentasi
Untuk memberi gambaran yang nyata tentang kondisi mineral lepas pantai, maka perlu adanya dokumentasi kenampakan di daerah penelitian. Alat yang digunakan terdiri: kamera dan video.
Perijinan
Perijinan merupakan kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan dalam setiap kegiatan survei lapang. Perijinan dapat dilakukan pada saat pra survei, baik yang lokasinya berada di wilayah pesisir Bab v!! !nventarisasi Nineral Lepas Pantai maupun di wilayah laut lepas, dengan maksud agar mempermudah dalam pelaksanaan survei di lapang, selain itu dalam proses ini dapat diperoleh informasi tambahan dari aparat setempat di wilayah penelitian yang diharapkan mengetahui lebih detil keadaan lingkungannya.
Pengurusan perijinan dilakukan pada instansi yang berwenang (Bappeda, Kantor Sospol), dari tingkat provinsi hingga kabupatenfkota dimana wilayah survey dilakukan. Waktu pengurusan ijin sebaiknya dilakukan jauh sebelum pelaksanaan survey lapangan. Nekanisme dalam mengurus perizinan adalah sebagai berikut : Nenyampaikan surat izin yang berisi: maksud dan tujuan kegiatan, bahan dan alat yang digunakan, waktu pelaksanaan kegiatan. Surat izin disampaikan ke instansi yang berwenang. Nendapatkan surat izin dari instansi berwenang.
Daftar Isian Survei Lapang
Titik Pengukuran : ................................... Hari, tanggal : .................................. Lokasi : ......................................................................................................... Koordinat : ............................................................................................................ Surveyor SURVEI CEPAT TERINTEGRASI { RAPID INTEGRATED SURVEY ) INVENTARISASI SUMBERDAYA MINERAL LEPAS PANTAI
1. Kondisi Oseanografi
a. Kedalaman : 0 - S meter 6 - 10 meter 11 - 20 meter 21 - S0 meter > S0 meter
g. Kecerahan : 0 - 2 m 2 - + m + - 6 m 6 - 10 m 10 - 20 m > 20 m
h. Sedimentasi : Besar Sedang Kecil
Bab v!! !nventarisasi Nineral Lepas Pantai 2. Nama Sedimen Permukaan {Folk, 19S0)
a. Kelompok Kerikil (Gravel): Gravel - G Nuddy gravel - mG Sandy gravel - sG Nuddy sandy gravel - msG
b. Kelompok Pasir (Sand) : Sand - S Slightly gravelly sand - (g)S Nuddy sand - mS Slightly gravelly muddy sand - (g)mS Gravelly sand - gS Gravelly muddy sand - gmS Clayey sand - cS Silty sand - zS
c. Kelompok Lanau (Silt): Silt - Z Sandy silt - sZ d. Kelompok Lumpur (Nud): Nud - N Slightly gravelly mud - (g)N Sandy mud - sN Slightly gravelly sandy Nud - (g)sN Gravelly mud - gN
e. Kelompok Lempung (Clay): Clay - C Sandy clay - sC
Pengolahan data sumberdaya mineral lepas pantai pasca survei merupakan kegiatan survei terpadu yang meliputi: Pengambilan data oseanografi (batimetri, arus, gelombang, salinitas, kecerahan, dsb.). Pengukuran data geofisika (seismic pantul dan seismic bias). Penelitian geologi (pengambilan contoh sedimen permukaan dasar laut).
Bab v!! !nventarisasi Nineral Lepas Pantai Data hasil survei sebagian sudah tidak perlu diolah lagi, tapi sebagian data harus diolah di laboratorium. Pengolahan data yang diperoleh dari survei lapangan yaitu;
a. Pengolahan Data Posisi
Pengukuran posisi lokasi biasa digunakan perangkat GPS yang dilengkapi dengan notebook computer. Posisi yang diukur selama survei merupakan posisi geografis (lintang dan bujur) yang dibaca setiap 2 (dua) detik. !nterval waktu ini dapat diubah sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya data yang diperoleh diolah menjadi peta lintasan kapal dengan interval 1S menit dan disajikan pada peta skala 1 : 2S0.000.
b. Pengolahan Data Geofisika
Penelitian geofisika merupakan bagian dari tahapan survei dengan cara pengukuran seismic pantul. Pengolahan data seismic dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: Analisa sekuen seismic: menyangkut identifikasi, keterusan bidang reflector. Analisa fasies: membedakan fasies pada setiap sekuen sehingga memungkinkan dibagi dalam sub sekuen. Analisa karakter refleksi internal: sebagai dasar penafsiran energi, media sedimentasi serta lingkungan pengendapannya. Analisa struktur, untuk mengetahui adanya struktur geologi (perlipatan, sesar, diaper, graben, dan lain-lain).
c. Pengolahan Data Geologi
Analisis besar butir, bertujuan untuk mengetahui jenis dan parameter-parameter besar butir sehingga didapatkan pola sebaran sedimen permukaan dasar laut serta kemungkinan lingkungan pengendapannya. Analisa besar butir dilakukan dengan metode pengayakan (sieving) dan metode pipet.
Analisis mineral berat, yaitu untuk mengetahui pola sebaran mineral berat serta kemungkinan sumbernya. Nineral berat yang dimaksud adalah mineral dengan berat jenis lebih besar dari 2,8S (Folk, 1980). Naksud dari analisis mineral berat adalah untuk mengetahui jenis, kandungan serta sebaran mineral berat yang terdapat di dalam sedimen permukaan dasar laut. Analisis mineral berat hanya dilakukan untuk fraksi berukuran pasir untuk setiap contoh yang diambil dari lapangan. Pemisahan mineral berat dilakukan dengan menggunakan cairan bromoform. Analisis mikrofauna: untuk mengetahui sebaran berbagai mikrofauna yang terdapat dalam sedimen permukaan. Analisa kimia dilakukan dengan metode X-Rays Fluorescence (XRF) terhadap unsur- unsur utama.
d. Analisa Laboratorium
Analisis laboratorium meliputi analisis besar butir pada beberapa contoh sedimen permukaan dasar laut yang dianggap mewakili. Secara statistik parameter dari data analisis besar butir tersebut dapat mencerminkan proses sedimentasi yang pernah terjadi. Selain itu, dilakukan pula analisis mineral berat dan unsur tanah jarang (rare earth element) pada beberapa contoh sedimen terpilih untuk mengetahui kemungkinan adanya sumberdaya mineral yang bernilai ekonomis.
e. Penuangan Dalam Peta
Data yang diperoleh dari lapangan maupun hasil analisa laboratorium kemudian dituangkan dalam bentuk peta sesuai skala yang diinginkan. Secara umum peta yang disajikan mencerminkan sebaran sedimen permukaan dasar laut dan potensi sumberdaya mineralnya.
Bab v!! !nventarisasi Nineral Lepas Pantai f. Penyusunan Laporan
Selain penuangan dalam bentuk peta, perlu juga disusun laporan, baik laporan pelaksanaan survei maupun laporan ilmiah.
7.4. PENYAJIAN
Penyajian peta dalam bentuk lembar peta (sheet), acuan yang digunakan adalah lembar peta digital BAKOSURTANAL dilengkapi deskripsifpemerian. Sedangkan penyajian dalam bentuk wilayah Administrasi disesuaikan dengan ukuran maksimum kertas plotting, sehingga untuk skala tertentu satu satuan adminis tertentu mungkin akan terbagi atas beberapa lembar peta. Lembaran ini dilengkapi dengan lembaran deskripsi.
Pada penyajian hasil interpretasi perlu dipertimbangkan unit terkecil yang bisa ditampilkan dalam peta (minimum mapping unit). Unit terkecil ini tidak tergantung pada skala peta. Unit minimum dinyatakan dalam centimeter sbb:
Untuk skala 1:1000.000, mmu =0,S x 0,S cm atau sekitar 2S km 2
Untuk skala 1:2S0.000, mmu =0,S x 0,Scm atau sekitar 1,S62S km 2
Untuk skala 1:S0.000, mmu = 0,S x 0,Scm atau sekitar 0,062S km 2
Untuk skala 1:2S.000, mmu = 0,S x 0,Scm atau sekitar 0,01S62S km 2
Peta digital yang dihasilkan dari interpretasi spektral biasanya dalam format raster, peta raster ini bisa dijadikan peta vektor melalui konversi raster to vektor sebagai telah dibicarakan sebelumnya. Untuk keperluan basis data dan analisis (G!S) data disimpan dalam bentuk vektor. Lampiran
Analisis SWOT Merupakan Salah Satu Analisis Tentang Factor Internal Dan Eksternal Pada Saat Ini Secara Deskriftif Agar Dapat Menghadapi Semua Tantangan Dan Ancaman Di Masa Yang Akan Datang Serta Dapat Mempersiapkan Diri Untuk m