Anda di halaman 1dari 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASI Eksklusif 2.1.1. Definisi dan Kandungan ASI 2.1.1.1. Definisi A. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam garam anorganik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu, yang bermanfaat sebagai makanan bagi bayi. ASI merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diminum tanpa adanya persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai dengan bayi. ASI memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung imunoglobulin, oleh ASI merupakan makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi ( Dinkes, 2013). B. Pengertian ASI Eksklusif Menurut Purwanti (2004), ASI ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan dengan tidak diberikan makanan lain, walaupun hanya air putih, kecuali obat dan vitamin, sampai bayi berumur 6 bulan.

2.1.1.2. Kandungan ASI Secara umum komposisi Air Susu Ibu (ASI) menurut Soetjiningsih (1997) terdiri dari: 1. Protein ASI mengandung protein yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan mudah dicerna. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi yang penting untuk

pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Selain itu ASI juga mengandung sistin yang merupakan asam amino yang sangat penting bagi pertumbuhan otak bayi. 2. Karbohirat ASI mengandung karbohidrat yang relatif tinggi. Karbohidrat yang utama terdapat pada ASI adalah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi ini sangat menguntungkan karena laktosa ini akan difermentasi menjadi asam laktat yang akan memberikan kondisi asam dalam usus bayi. Suasana asam ini akan memberikan beberapa keuntungan, yaitu: menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis, memacu pertumbuhan mikoroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin, memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat, serta mempermudah absorpsi mineral seperti kalsium, fosfor dan magnesium. Selain laktosa, juga terdapat glukosa, galaktosa, dan glukosamin. Galaktosa penting untuk pertumbuhan otak dan medula spinalis. Glukosamin merupakan bifidus faktor disamping laktosa, yang dapat memacu pertumbuhan Lactobacilus bifidus yang sangat menguntungkan bayi. 3. Lemak Kadar lemak dalam ASI merupakan sumber kalori utama bagi bayi, sumber vitamin larut lemak, dan sebagai sumber asam lemak esensial. Tetapi lemak dalam ASI memiliki bentuk emulsi lebih sempurna karena ASI mengandung enzim lipase yang memecah trigiliserida menjadi monogliserida sebelum pencernaan di usus terjadi. Selain itu kadar asam lemak tidak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih banyak dari susu sapi.

4.

Mineral ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tetapi

cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Total mineral selama masa laktasi adalah konstan tetapi beberapa mineral yang spesifik kadarnya tergantung diet ibu dan stadium laktasi. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Mineral yang terbanyak adalah kalium sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan pembuat darah relatif sedikit. 5. Air Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolik adalah aman. Kadar ASI yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari bayi. 6. Vitamin Vitamin dalam ASI cukup lengkap. Vitamin A, D, dan C jumlahnya cukup, sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan asam pantothenik tergolong kurang. 7. Kalori Jumlah kalori dalam ASI relatif rendah, yaitu hanya 77 kal/100 ml ASI. Sekitar 90% dari jumlah kalori tersebut berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari protein.

2.1.2. Fisiologi Laktasi Esterogen dan progesteron memainkan perana penting dalam perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan.Pengaruh khusus dari kedua hormon tersebut adalah mencegah sekresi sesungguhnya dari Air Susu Ibu (ASI). Sebaliknya Prolaktin mempunyai efek yang berlawanan pada sekresi air susu. Prolaktin merupakan hormon yang aktif disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior ibu dan konsentrasinya meningkat 10 sampai 20 kali dari kadar normal saat tidak hamil. Segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya sekresi esterogen dan progesteron dari plasenta yang tiba-tiba memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hipofisis ibu untuk mengambil peran dalam memproduksi air susu (Guyton, 2008). Air susu secara kontiniu disekresikan ke dalam alveoli payudara, tetapi air susu tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke dalam sistem duktus dan oleh karena itu, tidak menetes secara terus-menerus dari puting susu. Sebaliknya, air susu harus diejeksi dari alveoli ke dalam duktus sebelum bayi memperolehnya. Proses ini disebabkan oleh gabungan reflek neurogenik dan hormonal yang melibatkan hormonhipofisis posterior, yaitu oksitosin (Guyton, 2008). Ketika bayi menghisap sebenarnya bayi belum menerima susu untuk setengah menit pertama. Impuls sensorik utama harus ditransmisikan melalui saraf somatik dari putting susu ke medulla spinalis ibu dan kemudian ke hipotalamus ibu, yang menyebabkan sinyal syaraf yang membantu sekresi oksitosin pada saat yang

bersamaan ketika hipotalamus mensekresikan prolaktin. Oksitosin kemudian melalui darah dibawa ke kelenjar payudara, tempat oksitosin menyebabkan sel-sel mioepitel (yang mengelilingi dinding luar alveoli) berkontraksi, dengan mengalirkan air susudari

alveoli ke dalam duktus. Kemudian isapan bayi menjadi efektif dalam mengalirkan air susu. Jadi, dalam waktu 30 detik sampai satu menit setelah bayi menghisap payudara, air susu mulai mengalir. Proses ini disebut ejeksi air susu (Guyton, 2008).

2.1.3. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 2.1.3.1. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami pada bayi untuk mulai menyusu sendiri segera setelah lahir, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri yang didahului oleh kontak kulit antara ibu dan bayi setidaknya 1 jam atau lebih (Ertem, et al, 2001; Roesli, 2008; UNICEF, 2007). Dalam prosedur Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir, bayi dibersihkan dari kepala hingga ujung kaki dengan kain lembut yang kering dan diletakkan bersentuhan kulit dengan ibunya. Kemudian bayi dan ibu diselimuti dengan kain kering lain (Roesli, 2008; UNICEF, 2007). Bila diletakkan sendiri di atas perut ibunya, bayi baru lahir yang sehat akan merangkak ke atas, dengan mendorong kaki, menarik dengan tangan dan menggerakkan kepalanya hingga menemukan puting susu. Indera penciuman seorang bayi baru lahir sangat tajam, yang juga membantunya menemukan puting susu ibunya (Roesli, 2008; UNICEF, 2007). Ketika bayi bergerak mencari puting susu, ibu akan memproduksi oksitosin dalam kadar tinggi. Ini membantu kontraksi otot rahim sehingga rahim menjadi kencang dan dengan demikian mengurangi perdarahan. Oksitosin juga membuat payudara ibu mengeluarkan zat kolostrum ketika bayi menemukan puting susu dan mengisapnya (Roesli, 2008; UNICEF, 2007).
9

Sentuhan bayi melalui refleks hisapnya yang timbul mulai 30-40 menit setelah lahir akan menimbulkan rangsangan sensorik pada otak ibu untuk memproduksi hormon prolaktin dan memberikan rasa aman pada bayi (2,3). Hasil penelitian menyebutkan bahwa Inisiasi Menyusu Dini dapat mencegah 22% kematian neonatal dan meningkatkan 2-8 kali lebih besar keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2008).

2.1.3.2. Tujuan Inisiasi Menyusui Dini Berbagai penelitian mengemukakan alasan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) antara lain: 1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mencegah 22% kematian bayi di Negara berkembang pada usia dibawah 28 bulan, namun jika menyusu pertama, saat bayi berusia diatas dua jam dan dibawah24 jam pertama, maka dapat mencegah 16% kematian bayi di bawah 28 hari (Edmond, et al, 2006). 2) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya selama satu jam, mempunyai hasil dua kali lebih lama disusui (UNICEF, 2007). 3) Menunda Inisiasi Menyusu Dini (IMD) akan meningkatkan resiko kematian pada neonatus (Edmond, et al, 2006). 4) Di Indonesia pemberian ASI secara dini mempunyai 8 kali lebih besar kemungkinan dalam memberikan ASI Eksklusif (Februhartanty, 2008). 5) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) akan meningkatkan keberhasilan pemberian ASi eksklusif 6 bulan karena kontak dini ibu dan bayi akan meningkatkan lama menyusui dua kali dibandingkan dengan kontak yang lambat (Ertem, et al, 2001).

10

6) Ibu dan bayi berinteraksi pada menit-menit pertama setelah lahir(Edmond, et al, 2006). 7) Kemampuan ibu untuk menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu yang dibutuhkan bayi meningkat meningkat (thermoregulationthermal syncron) (Bergstrom, et al, 2007).

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemberikan ASI eksklusif, di antaranya adalah (Saputri, 2013): 1. Makanan ibu Makanan yang dikonsumsi ibu dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun volume ASI yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat bebbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Apabila makanan yang dikonsumsi ibu terus menerus tidak menganung gizi yang seimbang, akhirnya kelenjar yang memproduksi ASI tidak dapat bekerja sempurna dan akan mempengaruhi produksi ASI. 2. Ketentraman jiwa dan pikiran Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan pada ibu. Ibu yang selalu gelisah, merasa tertekan, dan kurang percaya diri akan beresiko mengalami kegagalan dalam menyusui bayinya. 3. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron Ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontasepsi pil yang mengandung estrogen karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI. 4. Perawatan payudara
11

Perawatan fisik payudara dilakuakn 6 minggu terakhir masa kehamilan dengan melakukan pengurutan payudara, sehingga penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan dan ASI dapat keluar dengan lancar (Siregar, 2004).

2.1.5. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif 2.1.5.1 Manfaat ASI eksklusif bagi bayi A. Sebagai Nutrisi Dari masa kehamilan, kelenjar payudara ibumulai memproduksi cairan khusus untuk makanan bayi, dan segera setelah bayi lahir cairan tersebut disekresikan dan dapat dikonsumsi oleh bayi untuk pemenuhan nutrisinya. Cairan tersebut dinamakan dengan ASI. Bagi bayi, ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhannya. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan cara menyusui yang benar,ASI sebagai makanan tunggal akan cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi normal sampai usia 6 bulan (Sofyana, 2011). B. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi Secara alamiah bayi yang berada dalam kandungan akan mendapat imunoglobin dari ibunya melalui plasenta. Namun kadar zat ini akan cepat menurun setelah bayi lahir. Tubuh bayi mulaimemproduksi zat kekebalan yang mencukupi kadar protektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh tubuh bayi belum mencukupi maka terjadi kesenjangan imunoglobulin pada bayi, sehingga bayi rentan terhadap infeksi. Kesenjangan tersebut akan hilang atau berkurang jika bayi diberi ASI, karena ASI

12

mengandung imunoglobulin yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi (Purnamasari, 2014). C. Meningkatkan Kecerdasan Pertumbuhan dan perkembangan otak berkaitan erat dengan tingkat kecerdasan anak. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan anak, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.Faktor genetik menentukan potensi kecerdasan yang diturunkan oleh orang tua.Faktor ini tidak dapat dimanipulasi ataupun direkayasa, sedangkan faktor lingkungan memiliki banyakaspek dan dapat dipengaruhi. Faktor lingkungan tersebut juga mencakup nutrisi atau gizi yang diterima anak pada masa pertumbuhan dan perkembangan otak. ASI yang didapat bayi selama proses menyusui akan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sehingga dapat menunjang perkembangan kognitifnya. Perkembangan otak paling pesatterjadi pada usia 0 2 atau 3 tahun, dimana volume otak akan mencapai 80%. Karenanya, pemberian ASI sangat dibutuhkan pada masa ini. Walaupun otak telah mengalami perkembangan yang pesat pada masa ini, bukan berarti bahwa perkembangan otak berhenti sampai disitu saja. Volume otak akan terus berkembang hingga usia 12 tahun. Nutrisi terbaik bagi bayi untuk perkembangan otaknya adalah ASI yang di dalamnya terkandung LC-PUFA. Dua jenis LC-PUFA yang sangat dibutuhkan bayi untuk perkembangan otaknya adalah DHA (asam dokosaheksanoat) sebagai salah satu jenis asam lemak omega-3 dan AA (asam arakhidonat) sebagai salah satu jenis asam lemak omega-6 (Sofyana, 2011). Pada saat lahir dan masa awal kehidupan telah dihasilkan kurang lebih 6 10 ribu hubungan sinaps antar sel syaraf.Materi dasar untuk terbentuknya sinaps ini

13

adalah adanya asam lemak esensial (asam linoleat dan asam linolenat) di dalam ASI sebagai prekursor dalam sintesa AA dan DHA.Oleh karena itu, perkembangan mental dan kecerdasan bergantung pada kecukupan suplai asam lemak esensial dan LC-PUFA pada tahap-tahap krusial tersebut. Kadar DHA di dalam ASI yang sesuai dengan kebutuhan tubuh bayi, juga memungkinkan proses plastisitas (proses pembentukan hubungan baru di antara sel-sel saraf) berjalan dengan optimal. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan kecerdasan berbahasa yang baik serta IQ (Intelegence Quotient) yang tinggi (Kemenkes RI, 2012., USU, 2014, Purnamasari, 2014). D. Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi merupakan dasarperkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Purnamasari, 2014). E. Dasar Perkembangan Kepribadian Anak Menyusui bayi akan memperkuat ikatan batin ibu-anak. Rasa aman dalam diri bayi akan tumbuh saat ia berada dalam dekapan ibunya. Ia menikmati sentuhan kulit yang lembut dan mendengar bunyi jantung sang ibu seperti yang telah dikenalnya selama dalam kehamilan. Kondisi tersebut merupakan dasar bagi perkembangan emosi yang hangat pada diri anak. Melalui proses menyusui, anak akan belajar berbagi dan memberikan kasih sayang pada orang-orang di sekitarnya.

2.1.5.2. Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu


14

A. Mengurangi Perdarahan Setelah Melahirkan Apabila bayi segera disusui setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang. Saat bayi menghisap puting susu ibu, kelenjar pituitary akan terstimulasi untuk meningkatkan produksi hormon oksitosin guna merangsang kontraksi otot-otot di saluran ASI sehingga ASI terpancar keluar. Hal ini dikarenakan pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitoksin yang memberikan efek vasokonstriksi atau penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti (Mustofa, 2010). B. Sebagai Alat Kontrasepsi Alamiah Manfaat lain dari pemberian ASI secara eksklusif adalah sebagai alat kontrasepsi alamiah yang dapat mencegah kehamilan. Kemungkinan untuk mencegah kehamilan bisa mencapai 99%. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu bayi belum diberi makanan lain, bayi belum berusia enam bulan, dan ibu belum mengalami menstruasi (Aprillia, 2009). C. Mempercepat Involusi Uterusdan Penurunan Berat Badan Ibu Kadar oksitoksin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil (involusi). Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui. Selain itu, dengan menyusui, cadangan lemak dalam tubuh ibu yang disiapkan sebagai sumber energi selama kehamilan akan digunakan sebagai energi pembentuk ASI. Akibatnya, cadangan lemak tersebut akan berkurang, sehingga dapat mempercepat penurunan berat badan ibu (Mustofa, 2010). D. Mengurangi Risiko Menderita Kanker

15

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Padaumumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara berkurang dapat berkurang hingga 25% (Kemenkes RI, 2012). E. Lebih Ekonomis, Tidak Merepotkan, dan Hemat Waktu Dengan memberikan ASI berarti menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan untuk membuat susu formula. Selain itu, ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air, juga tanpa harus mencucui botol, dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas. Pemberian susu botol akan lebih merepotkan terutama pada malam hari disaat ibu sedang beristirahat (Aprillia, 2009). F. Portable dan Praktis ASI Mudah dibawa kemana-mana (portable) sehingga saat bepergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak atau menghangatkan susu. ASI dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan siap dimakan/ diminum, serta dalam suhu yang selalu tepat (Aprillia, 2009). G. Memberikan Kenyamanan Bagi Ibu Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusifakan merasakan kenyamanan, kepuasan dan kebahagiaan yang mendalam. Rasa bangga dan bahagia karena dapat memberikan sesuatu dari dirinya demi kebaikan bayinya (menyusui bayinya) akan memperkuat hubungan batin antara ibu dan bayinya (Kemenkes RI, 2012).

2.1.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif


16

Pemberian ASI esklusif selama enam bulan pada kenyataannya tidak sesederhana yang dibayangkan. Berbagai kendala dapat timbul dalam upaya memberikan ASI esklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. 2.1.6.1. Faktor Internal A. Faktor Pendidikan Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan, termasuk mengenai ASI Ekslusif. B. Faktor Pengetahuan Pengetahuan yang rendah mengenai manfaat dan tujuan pemberian ASI eksklusif dapat menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Ibu hamil yang saat pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care)tidak memperoleh penyuluhan intensif mengenai ASI eksklusif, kandungan dan manfaat ASI, teknik menyusui, serta kerugian jika tidak memberikan ASI eksklusif tidak akan memiliki motivasi yang kuat untuk memberikan ASI eksklusif bagi anaknya.

C. Faktor Sikap dan Perilaku Menurut Rusli, 2000, dengan menciptakan sikap yang positif mengenai ASI dan menyusui dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI secara esklusif. (Roesli, 2000).
17

D. Faktor Psikologis Faktor psikologis seperti rasa takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita (estetika), dan anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan dapat mempengaruhi motivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif bagi anaknya. Selain itu, ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi sehingga dapat mendesak ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama pemberian ASI, bahkan tidak memberikan ASI bagi anaknya. E. Faktor Fisik Ibu Alasan Ibu yang sering muncul untuk tidak menyusui adalah karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama.Sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan ibu untuk berhenti menyusui.Lebih jauh berbahaya untuk mulai memberi bayi berupa makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang sakit. F. Faktor Emosional Faktor emosi mampu mempengaruhi ASI. Menurut Kartono (2007),aktifitas sekresi kelenjar payudara senantiasa berubah-ubah oleh pengaruh psikis yang dialami oleh ibu. Perasaan ibu dapat menghambat atau meningkatkan pengeluaran oksitosin, yaitu hormon yang berperan dalam sekresi ASI.Perasaan takut, gelisah, marah, sedih, cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan mempengaruhi refleks oksitosin, yang akhirnya menekan pengeluaran ASI. Sebaliknya, perasaan ibu yang berbahagia, senang, perasaan menyayangi bayi, memeluk, mencium, dan mendengar bayinya yang menangis, perasaan bangga menyusui bayinya akan meningkatkan pengeluaran ASI. (Kartono, 2007) 2.1.6.2. Faktor Eksternal

18

A. Faktor Peranan Suami Dukungan suami sangat penting dalam suksesnya menyusui, terutama untuk ASI eksklusif. Dukungan emosional sangat berarti dalam menghadapi tekanan luar yang meragukan pentingnya ASI. Suami yang akan menjadi benteng pertama saat ibu mendapat godaan yang datang dari keluarga terdekat, orangtua, ataupun mertua. Selain itu suami juga harus berperan dalam pemeriksaan kehamilan, menyediakan makanan bergizi, dan membantu meringankan pekerjaan rumah tangga. Kondisi ibu yang sehat dan suasana yang menyenangkan akan meningkatkan kestabilan fisik ibu sehingga produksi ASI lebih baik (Roesli, 2000). Suami yang berperan mendukung ibu agar menyusui sering disebut breastfeeding father. Dorongan suami dan kerabat lain diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu akan kemampuan menyusui secara sempurna (Khomsan, 2006). B. Perubahan Sosial Budaya 1) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya. Pekerjaan terkadang mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI. Pada hakikatnya, pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti memberikan ASI eksklusif. Untuk menyiasati pekerjaan, maka selama ibu tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya. (Satoto, 1990) Secara ideal, tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya memiliki tempat penitipan bayi. Dengan demikian ibu dapat membawa bayinya ke tempat kerja dan menyusui setiap beberapa jam. Namun bila kondisi tidak

19

memungkinkan maka ASI perah adalah pilihan yang paling tepat. Tempat kerja yang memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya secara eksklusif dinamakan Tempat Kerja Sayang Ibu (Roesli, 2000). 2) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol. Persepsi masyarakat akan gaya hidup mewah, membawa dampak terhadap kesediaan ibu untuk menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan tertentu, bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan merupakan makanan yang terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu berkeinginan untuk meniru orang lain, atau prestise. 3) Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat, mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya. C. Faktor Kurangnya Petugas Kesehatan Dalam Memberikan Informasi Mengenai ASI Eksklusif Kurangnya petugas kesehatan dalam memberikan informasi kesehatan menyebabkan masyarakat kurang mendapatkan informasi atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI. D. Meningkatnya Promosi Susu Kaleng Sebagai Pengganti ASI Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan pergeseran perilaku dari pemberian ASI ke pemberian susu formula baik di desa maupun perkotaan. Distibusi, iklan, dan promosi susu buatan berlangsung terus, dan bahkan meningkat tidak hanya di televisi, radio

20

dan surat kabar, melainkan juga ditempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik kesehatan masyarakat di Indonesia. Iklan menyesatkan yang mempromosikan bahwa susu suatu pabrik sama baiknya dengan ASI, sering dapat menggoyahkan keyakinan ibu, sehingga tertarik untuk mencoba menggunakan susu instan itu sebagai makanan bayi. Semakin cepat memberi tambahan susu pada bayi, menyebabkan daya hisapnya berkurang karena bayi mudah merasa kenyang, maka bayi akan malas menghisap puting susu dan akibatnya produksi prolaktin dan oksitosin akan berkurang. E. Faktor Pengelolaan ASI di Ruang Bersalin Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir.Namun tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat dilaksanakan menyusui dini.IMD disebut early initation atau permulaan menyusu dini, yaitu bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir. Keberhasilan praktik IMD dapat membantu agar proses pemberian ASI eksklusif berhasil. Sebaliknya, jika IMD gagal dilakukan, akan menjadi penyebab pula terhadap gagalnya pemberian ASI Eksklusif.

F. Faktor-Faktor Lain Ada beberapa bagian keadaan yang tidak memungkinkan ibu untuk menyusui bayinya walaupun produksinya cukup, seperti :

21

1) Berhubungan dengan kesehatan seperti adanya penyakit yang diderita sehingga dilarang oleh dokter untuk menyusui, yang dianggap baik untuk kepentingan ibu, seperti : gagal jantung, Hb rendah. 2) Masih seringnya dijumpai di rumah sakit (rumah sakit bersalin) pada hari pertama kelahiran oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya, walaupun sebagian besar dari ibu yang melahirkan di kamar mereka sendiri, hampir setengah dari bayi mereka diberi susu buatan atau larutan glukosa.

2.1.7. Perbedaan ASI dengan Susu Formula Jika dibandingkan dengan susu formula, ASI memiliki banyak keunggulan, seperti (Kumboyono, 2014): 1. Mengandung nutrisi yang dibutuhkan bayi dalamjumlah yang cukup dengan susunan zat gizi yang sesuai untuk bayi. 2. Sedikit terpapar dengan udara luar, sehinggakecil kemungkinan tercemar oleh mikroorganisme patogen. 3. Selalu segar dan temperaturnya sesuai dengantemperatur tubuh bayi. 4. Mengandung zat kekebalan (imunoglobulin). Imunoglobulin dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan karena tahanterhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membentuk lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen danenterovirus masuk ke mukosa usus. 5. Tidak menimbulkan alergi.

22

6. Pada hari-haripertama setelah kelahiran bayi, ASI bewarna kekuning-kuningan, dan lebih kental, yang disebut dengan kolostrum. Kolostrum banyak mengandung vitamin A, protein dan zatkekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Berikut perbandingan unsur gizi yang terdapat pada kolostrum, ASI matur, dan susu formula:

Tabel 2.1. Komposisi Kolostrum, ASI Matur, dan Susu Formula Kandungan (per 100 mL)KolostrumASI MaturSusu Formula Air (gr) Laktosa (gr) Protein (gr) Lemak (gr) Laktobulin Vitamin A (g) Vitamin D (g) Asam linoleat (gr) Asam nikotinat Asam askorbat Kalsium (mg) Natrium (mg) Kalium (g) Fosfor (g) Zat Besi (g) Klorida (gr) Magnesium (g) 5,3 2,7 2,9 89 75 4,4 31 92 55 14 0,09 117 4 88 6,8 1,2 3,8 1,2 53 0,03 8,3 172 4,3 33 15 55 15 0,15 43 4 88 3 3,3 3 3,1 34 0,06 1,6 85 1,6 125 1,6 138 100 100 93 12

Sumber: Hubertin Sri Purwanti, Konsep Penerapan Asi Eksklusif 2.1.8. Kelompok Pendukung ASI

23

Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi/anak yang optimal sekaligus

mempertahankan kesehatan ibu setelah bersalin. Sejak lahir, bayi hanya diberi ASI saja hingga usia 6 bulan yang disebut dengan pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya pemberian ASI diteruskan hingga anak berusia dua tahun dengan penambahan makanan lunak/padat yang disebut makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dalam jumlah maupun mutunya. Dalam situasi apapun, ibu harus senantiasa didukung untuk tetap dapat menyusui bayinya.Karena mendapatkan ASI merupakan hak anak agar dapat bertumbuh kembang secara optimal.Pemberian ASI juga dapat membentuk perkembangan intelegensi, rohani dan perkembangan emosional, karena selama disusui dalam dekapan ibu, bayi bersentuhan langsung dengan ibu, dan mendapatkan kehangatan kasih sayang dan rasa aman.Namun harus diakui masih banyak bayi yang belum mendapatkan ASI. Agar ibu-ibu dapat lebih berhasil menyusui diperlukan bantuan moril dari suami dan keluarga, penyuluhan dan pengetahuan praktis dari petugas/kader. Oleh karena itu maka salah satu usaha yang ditempuh adalah dengan membentuk kelompok pendukung ASI (KP-ASI) di desa-desa di wilayah kerja Puskesmas (Syurandri, 2013).

2.2. Program ASI Eksklusif di Puskesmas Program ASI eksklusif di Puskesmas merupakan salah satu pelaksanaan program pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan diadakannya gerakan nasional Peningkatan

24

Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) yang dicanangkan oleh presiden RI pada tanggal 22 Desember 1990 (Depkes RI, 2002).Sejalan dengan itu kampanye dan penyuluhan PP-ASI dilaksanakan lebih intensif lagi agar persentase ibu yang menyusui eksklusif dapat meningkat.Target pencapaian ASI eksklusif menurut Indonesia Sehat tahun 2010 adalah 80% (Fikawati, 2010), dan pada tahun 2013 target tersebut diturunkan menjadi 75%. Pelaksanaan program ASI eksklusif di Puskesmas berpedoman pada pelaksanaan Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif, dimana tertuang di dalamnya pokok-pokok kebijaksanaan peningkatan penggunaan ASI secara ekslusif. Sesuai dengan Juklak Depkes tahun 1991, tugas ini hanya akan berdampak positif bila petugas kesehatan berpengetahuan cukup mengenai cara memberikan informasi yang diperlukan serta mendidik ibu dalam mengatasi masalah yang timbul serta didukung oleh kebijakan yang sesuai dengan permenkes nomor 240 tahun 1985 tentang larangan susu formula, dan pengetahuan petugas sangat tergantung pada pengetahuan yang diterima selama pendidikan, ditambah pengetahuan selama bekerja melalui kontak dengan petugas kesehatan lainnya (Depkes, 1997). Dalam pelaksanaan kegiatan PP-ASI melibatkan banyak pihak, yaitu seluruh aparat baik pemerintah maupun swasta, organisasi kemasyarakatan, serta lembaga swadaya masyarakat yang berpedoman pada kebijaksanaan PP-ASI yang meliputi(Depkes RI, 2001): 1) menyusui eksklusif 2) ASI diberikan sampai usia 2 tahun 3) larangan promosi dan penggunaan pengganti ASI 4) melaksanakan sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 langkah LMKM)

25

5) peningkatan penyuluhan ASI esksklusif Sasaran dalam Pelaksanaan program ASI eksklusif meliputi: 1) penentu kebijakan termasuk para pengambil keputusan dan administrator (legislatif, eksekutif dan judikatif) 2) institusi pendidikan kesehatan 3) petugas kesehatan 4) petugas non kesehatan formal dan non formal 5) masyarakat umum Langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan PP-ASI yaitu: 1) memanfaatkan dan memasyarakatkan peraturan dan perundang - undangan yang mendukung program PP-ASI 2) melaksanakan orientasi kepada penentu kebijakan, pengambil keputusan dan

administrator baik disektor pemerintah, swasta dan masyarakat 3) melaksanakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan non kesehatan 4) meningkatkan penyuluhan PP-ASI 5) Menyediakan sarana dan memberikan pelayanan yang kegiatan PP-ASI sesuai kebijakan PP-ASI 6) pemantauan dan evaluasi program PP-ASI berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya 7) Petugas kesehatan memberikan nasihat secara khusus pada ibu-ibu yang mengalami kesulitan dalam pemberian ASI

2.3. Hambatan dalam Pelaksanaan Program ASI Eksklusif di Puskesmas

26

Bayi baru lahir perlu mendapat perawatan yang optimal sejak dini, termasuk pemberian makanan yang ideal.Tidak ada satupun makanan yang ideal untuk bayi baru lahir selain ASI. World Health Organization (WHO)dan United Nations Childrens

Fund (UNICEF) menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain selain ASI. Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak mudah, banyak kendala yang timbul dalam pelaksanaannya. Beberapa faktor yang sering menjadi hambatan dalam pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah: 1. produksi ASI kurang 2. ibu kurang mengerti cara pemberianASI yang benar 3. bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula, atau susu formula pada hari pertama kelahiran) 4. kelainan ibu: laserasi puting susu,mastitis, dan abses 5. jarak kehamilan yang terlalu dekat, sehingga pemberian ASI pada bayi sebelumnya terhenti 6. ibu sibuk bekerja

27

Anda mungkin juga menyukai