Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIK OUTSOURCING DI INDONESIA PENYIMPANGAN YANG BERLINDUNG DIBALIK UU TENAGA KERJA NO.

13 TAHUN 2003

I. Pendahuluan Berbicara mengenai praktik outsourcing selalu menjadi topik yang hangat di Indonesia, karena sampai saat ini tuntutan penghapusan sistem kerja outsourcing tidak henti-hentinya diteriakkan oleh buruh-buruh di negara kita. Setiap Hari Buruh tanggal 1 Mei yang dikenal dengan May Day, tuntutan ini selalu dikumandangkan. Bahkan berbagai usaha secara terus menerus telah dilakukan untuk meninjau kembali pasal-pasal dalam !etenagakerjaan yang mengatur tentang outsourcing ini. Outsourcing menjadi suatu sistem yang bersi"at dilematis. Di satu sisi implementasinya dianggap sangat merugikan para buruh dan di sisi lain sistem ini justru sangat menguntungkan para pengusaha. Bagi para buruh sistem ini adalah sumber kegelisahan sosial, tidak memberikan jaminan kepastian bekerja dan tidak adanya perlindungan upah serta jaminan kesejahteraan. Buruh merasa tidak mendapatkan keadilan dan tidak mendapatkan perlindungan terhadap hak-haknya sebagai pekerja. Selama ini sistem outsourcing telah menempatkan buruh pada posisi yang tidak terlindungi dan bisa dilakukan pemutusan hubungan kerja tanpa pesangon atau kompensasi setelah berakhirnya masa kontrak. Buruh hanya dianggap sebagai komoditas. #leh sebab itu banyak pendapat yang mengatakan bah$a sistem outsourcing ini sebagai suatu bentuk perbudakan modern.%&ijayanti' Sedangkan dari sudut pandang pengusaha sistem kerja outsourcing ini adalah suatu sistem kerja yang digunakan untuk mencapai e"isiensi guna meningkatkan produkti(itas perusahaan. Outsourcing dianggap sebagai suatu strategi bisnis yang memiliki keuntungan yang sangat signi"ikan, terutama dalam hal penurunan biaya produksi atau biaya operasional perusahaan. Bagi pemerintah, sistem outsourcing ini adalah merupakan salah satu solusi untuk mengatasi tingkat pengangguran yang tinggi serta sebagai pemikat bagi in(estor-in(estor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Banyaknya in(estasi sering menjadi ukuran performance ekonomi suatu negara demikian pula halnya dengan tingkat penyerapan tenaga kerja pada sektor "ormal. Selain itu in(estasi dan penyerapan tenaga kerja sama-sama memiliki aspek publik yang apabila terjadi ketidakseimbangan dampaknya akan merembet hingga ke ranah publik dan akhirnya menjadi permasalahan sosial.%Hilman' !emudian apakah )emerintah dan *paratur +egara yang ber$enang untuk menetapkan ndang- ndang dapat menunjukkan tanggung ja$abnya dalam menga$asi solusi yang diberikan tersebut agar pelaksanaannya tidak menyimpang dari ndang- ndang Dasar 1,-. sebagai sumber hukum tertinggi di +egara kita. Outsourcing yang disebut sebagai salah satu solusi bagi pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran dan pemikat in(estor telah diatur dalam pasal-pasal !etenagakerjaan +o. 1/ tahun 011/. Dan dalam perkembangannya hingga saat ini telah banyak menuai protes dari pihak buruh karena ternyata pelaksanaannya penuh dengan penyimpangan yang sangat jauh dari adanya perlindungan hukum dan keadilan bagi para pekerja. )adahal jelas dalam D -. dituangkan bah$a perlindungan hukum terhadap pekerja merupakan hak dasar yang melekat dan dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur didalam pasal 02 ayat %0' D 1,-. yang berbunyi 3tiap-tiap $arga +egara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan4 dan pasal // ayat %1' yang menyatakan bah$a 3)erekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan 3. Sehingga dapat dikatakan bah$a pelanggaran terhadap hak dasar yang dilindungi konstitusi ini 1

merupakan pelanggaran hak asasi manusia. )erlindungan terhadap tenaga kerja adalah dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk me$ujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha dan kepentingan pengusaha. %Makalah su' Dari uraian diatas, muncullah permasalahan bagaimanakah peranan )emerintah dalam mengantisipasi penyimpangan pada sistem kerja outsourcing yang telah dituangkan kedalam +o. 1/ 5ahun 011/ tentang !etenagakerjaan tersebut agar tidak disalahgunakan oleh pengusaha atau oknum-oknum tertentu yang berusaha mengambil keuntungan dari pasalpasal yang mengatur tentang sistem kerja outsourcing ini. Pembahasan Istilah Outsourcing sebenarnya secara har"iah tidak dicantumkan dalam !etenagakerjaan +o.1/ 5ahun 011/. Hal ini juga menimbulkan pendapat bah$a tuntutan hapuskan outsourcing adalah tidak mendasar karena tidak dikenal dalam !etenagakerjaan +o.1/ 5ahun 011/. +amun dalam tersebut ada ketentuan yang mengatur substansi outsourcing, yaitu mulai dari pasal 6- sampai dengan pasal 66. !etentuan-ketentuan pada pasal-pasal tersebut cenderung menimbulkan ta"sir yang digunakan untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu yaitu pengusaha dan pengelola atau penyedia tenaga kerja. Hal ini memunculkan problematik ketika pihak-pihak lain yang terlibat didalamnya yaitu pekerja itu sendiri menjadi terabaikan kepentingannya. 5ak dapat dipungkiri, seringkali ndang- ndang tertinggal satu langkah dibandingkan dengan kenyataan dalam masyarakat. Mengutip sebuah sindiran het recht hinkt achter de feiten aan yang artinya hukum selalu terpincang-pincang mengikuti perkembangan masyarakat. %+urachmad' II.1. Pengertian Outsourcing Outsourcing berasal dari kata out source yang artinya to procure (as some goods or services needed by a business or organization) under contract with an outside supplier. %Merriam-$ebsters dictionary' %untuk mendapatkan barang atau jasa dibutuhkan bisnis atau organisasi yang mendasarkan kontrak dengan pemasok luar'. Secara har"iah istilah outsourcing diartikan sebagai alih daya atau pendelegasian suatu proses bisnis kepada pihak ketiga. +amun ada juga orang berpendapat bah$a istilah outsourcing adalah untuk pekerjaan yang diborong, sedangkan pekerja kontrak adalah pekerja yang diborong.%+urachmad'. Melalui pendelegasian maka pengelolaan tidak lagi dilakukan oleh perusahaan, melainkan dilimpahkan kepada perusahaan jasa outsourcing. Secara umum outsourcing adalah merupakan suatu sistem kerja untuk menghasilkan barang atau jasa yang dilakukan oleh pemberi kerja dengan cara mengalihkan sebagian pekerjaannya kepada pemberi kerja lainnya. 5idak ada batasan mengenai siapa dan kepada siapa outsoursing dapat dilakukan. Demikian pula tidak ada batasan mengenai jenis pekerjaan apa yang dapat dialihkan kepada pihak lain. *salkan setelah pekerjaan itu diselesaikan akan memberikan keuntungan baik peningkatan kualitas maupun kuantitas. Dalam hal ini outsourcing harus bermakna 3outsourcing pekerjaan4 bukan 3outsourcing pekerja4. %&ijayanti' Outsourcing adalah salah satu bentuk dari hubungan kerja. Hubungan kerja adalah hubungan hukum. Hubungan hukum adalah suatu hubungan yang dilakukan oleh subyek hukum mengenai objek hukum yang menimbulkan akibat hukum. Syarat subyek hukum yang melakukan suatu hubungan hukum haruslah orang. Subyek hukum dalam hubungan kerja adalah majikan dan pekerja. Syarat obyek hukum dari suatu hubungan hukum adalah benda. Dan dalam hubungan kerja obyek hukum adalah pekerjaan. Dengan demikian pekerja tidak dapat digunakan sebagai obyek dari suatu hubungan kerja.%&ijayanti' II.2. Manfaat dan Tujuan Outsourcing 0 II.

Seperti yang telah disinggung diatas bah$a sistem kerja outsourcing ini memiliki keuntungan yang signi"ikan bagi perusahaan. *danya sistem kerja outsourcing ini akan memungkinkan sebuah perusahaan lebih "okus pada bisnis intinya %core business' yang sejalan dengan tuntutan globalisasi ekonomi yaitu menginginkan e"isiensi, kecepatan dan kehandalan produk. Sedangkan pekerjaan-pekerjaan penunjang yang tidak berhubungan langsung dengan bisnis inti, diserahkan pada pihak ketiga. Dengan outsourcing, pengusaha tidak perlu dibebankan dengan urusan administrasi dan perencanaan pekerjaan di luar bisnis inti mereka, tidak perlu terlibat dalam pemutusan hubungan kerja %)H!', memberikan pesangon, 5unjangan Hari 7aya %5H7', dan hak-hak lain yang harus diterima oleh pekerja. Suatu sur(ey yang dilakukan oleh Outsourcing Institute terhadap lebih dari 1011 perusahaan serta studi yang dilakukan oleh para ahli manajemen sejak tahun 1,,1 menyatakan bah$a alasan perusahaan melakukan outsourcing terhadap akti(itas-akti(itasnya adalah karena adanya potensi keuntungan. )otensi keuntungan tersebut diantaranya adalah dapat meningkatkan "okus perusahaan, sumber daya sendiri dapat dipergunakan untuk kebutuhankebutuhan lain, memungkinkan tersedianya dana capital, menciptakan dana segar, mengurangi dan mengendalikan biaya operasional, serta memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola.%http899hukum.kompasiana.com' Dari uraian diatas sangat jelas man"aat yang diperoleh dari adanya sistem kerja outsourcing ini. 5ujuan diadakannya outsourcing ini adalah e"isiensi guna menghasilkan suatu produk yang berkualitas dan berkuantitas dengan memperkecil resiko. saha untuk menghasilkan e"isiensi sebenarnya merupakan hal yang dapat dipahami. Beberapa teori manajemen juga sangat mendukung dan mengupayakan tercapainya e"isiensi tersebut. :adi e"isiensi merupakan tujuan atau sasaran dari outsourcing. 5ujuan akhir dari outsourcing adalah peningkatan produkti(itas. :elas bah$a man"aat dari outsourcing ini lebih banyak menguntungkan pihak pengusaha daripada pihak pekerja. Sistem outsourcing ini banyak merugikan pekerja, tidak terjamin kesejahteraannya dan tidak mendapatkan perlindungan terhadap hak-haknya sebagai pekerja. Sedangkan pemerintah selalu melihat bah$a outsourcing ini berman"aaat bagi para pekerja karena berarti mengurangi sedikit permasalahan pengangguran, dimana pemerintah menganggap pernyataan 3lebih baik bekerja daripada menganggur4 seolah-olah menjadi mantra penjinak ditengah carut marut perekonomian dan kultur masyarakat yang intimidati". !ita tidak dapat membandingkan sistem kerja outsourcing diluar negeri. Sistem outsourcing di luar negeri diterapkan bagi skill labor dan bukan unskill labor keadaan ini berbeda dengan di Indonesia. Selain itu di luar sana pelaksanaannya telah lebih baik yaitu diatur dan dilaksanakan tanpa adanya penyimpangan yang cenderung mengarah pada pelanggaran terhadap hak-hak a;asi manusia dalam hal ini adalah hak-hak pekerja. II.3. Dasar Hukum Outsourcing di Indonesia Outsourcing bukanlah hal yang baru. Outsourcing sebagai lembaga hukum telah dikenal keberadaannya sejak ;aman kolonial Belanda dahulu. 5erbukti dengan adanya outsourcing yang diatur dalam pasal 1611b ! H )erdata atau Burgerlijk &etbook %B&'. +amun lembaga hukum (ersi B& ini berlaku umum untuk pekerjaan jangka pendek, tanpa pembatasan seperti dalam !etenagakerjaan. Dikatakan 8 3 Pemborongan peker aan adalah per an ian, dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri menyelnggarakan suatu peker aan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan.!.%http899hukum.kompasiana.com' :adi sebelum !etenagakerjaan berlaku sebagai hukum positi", bidang perburuhan tidak mengatur mengenai outsourcing. )engaturan mengenai outsourcing dan )erjanjian !erja &aktu tertentu %)!&5' pertama kali diatur dalam )eraturan Menteri tenaga !erja %)ermenaker' +o. . 5ahun 1,,. dan )eraturan Menteri 5enaga !erja +o. 0 5ahun 1,,/. /

Melihat substansi Bab I< !etenagakerjaan khususnya mengenai )!&5, pembentuk undang-undang mengadopsi isi dari dua )emenaker tersebut.%)angaribuan' Dalam pekermbangannya kemudian lahirlah !etenagakerjaan +o.1/ tahun 011/. Dengan demikian dasar hukum pengaturan outsourcing adalah )asal 6- sampai dengan )asal 66 jo pasal 1 angka 1. jo )asal ., +o.1/ 5ahun011/. Istila outsourcing disebut sebagai penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya. !etentuan )asal 6sampai )asal 66 +o.1/ 5ahun011/ dijabarkan lebih lanjut dalam kepmenaker +o. !=).1119M=+9>I9011-, tentnag )!&5 jo !epmenakertrans +o. !=)-1119M=+9>I9011- tentang 5ata ?ara )erijinan )erusahaan )enyedia :asa )ekerja9Buruh jo !epmenakertrans +o. !=)0019M=+9<9011- tentang Syarat-Syarat )enyerahan Sebagian )elaksanaan )ekerjaan !epada )erusahaan @ain.%&ijayanti' Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bah$a outsourcing ini memiliki dua macam landasan hukum yaitu Hukum *dministrasi +egara sebagaimana diatur dalam !etenagakerjaan dan )eraturan )erundangan organik sebagai pelaksanaannya antara lain !epmenakertrans +o. !=)-1119M=+9>I9011- dan !epmenakertrans +o !=)-0019M=+9<9011serta dasar hukum outsourcing yang kedua adalah Hukum )erdata khususnya hukum perjanjian dalam ! H )erdata9B&. .!.%http899hukum.kompasiana.com' Dasar hukum ini memang menguatkan bah$a sistem kerja outsourcing di Indonesia telah ada dalam sejarah perburuhan di Indonesia dan saat ini telah ditetapkan dalam )eraturan )erundangan. +amun yang menjadi persoalan adalah pelaksanaan outsourcing dalam beberapa tahun setelah terbitnya +o.1/ tahun 011/ tentang !etenagakerjaan masih mengalami berbagai kelemahan terutama disebabkan oleh kurangnya regulasi yang dikeluarkan )emerintah maupun sebagai ketidakadilan dalam pelaksanaan hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja. +amun demikian saat ini praktik outsourcing tidak dapat dihindari oleh pekerja apalagi bagi pengusaha yang sangat merasakan man"aatnya hal-hal tersebut mendapatkan legalitas tanpa mengindahkan hal-hal yang dilarang dalam yaitu )asal 6- sampai dengan )asal 66 +o.1/ 5ahun 011/. II. . Pen!im"angan Terhada" Pelaksanaan Outsourcing Outsourcing telah diketahui memiliki landasan hukum yang kuat di Indonesia. Sistem kerja outsourcing pun telah ditetapkan ke dalam )eraturan perundangan tentang tenaga kerja yang berlaku saat ini. @alu kemudian apakah benar sistem outsourcing yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu di Indonesia ini adalah suatu sistem yang salah A apakah benar pasalpasal yang mengatur tentang outsourcing telah melalaikan hak dan keadilan bagi para pekerja sehingga harus dihapuskan dari peraturan perundangan yang ada A )raktik outsourcing terkait dengan tiga pihak yaitu )engusaha, )engelola atau penyedia tenaga kerja dan pekerja itu sendiri. !edudukan ketiga pihak tersebut akan lebih jelas dengan membahas pasal-pasal yang mengaturnya yaitu )asal 6- sampai )asal 66 +o.1/ 5ahun 011/. Disebutkan pada )asal 6-, bah$a perusahan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui pejanjian pemborongan pekerja atau penyediaan jasa pekerja9buruh yang dibuat secara tertulis. 5idak terdapat penjelasan resmi mengenai rumusan )asal 6-. +amun ada dua bentuk perjanjian untuk dapat dilaksanakannya penyerahan sebagian pelaksanaan pekejaan, yaitu perjanjian pemborongan pekerja dan perjanjian penyediaan jasa pekerja9buruh. Dari ketentuan )asal 6- dapat diinterpretasikan adanya dua jenis outsourcing yaitu 3 outsourcing pekerjaan yang mendasarkan pada perjanjian pemborongan pekerjaan dan outsourcing pekerja yang mendasarkan pada adanya perjanjian penyediaan jasa pekerja. Dari pasal ini dapat dilihat adanya penyimpangan yaitu rumusan tersebut bertentangan dengan legal concept tentang hubungan kerja. Dimana ada / %tiga' unsur yang harus dipenuhi dalam hubungan kerja yaitu pekerjaan, perintah dan upah %pasal 1 angka 1. +o.1/ tahun 011/'. Sebab perintah diberikan oleh pemberi pekejaan kepada pekerja, yang menikmati hasil pekerjaan adalah -

pemberi pekerjaan, tetapi merumuskan hubungan hukum yang timbul hanya antara perusahaan penyedia jasa pekerja dengan pekerja. Seharusnya pemberi perintah adalah yang bertanggung ja$ab terhadap diri pekerja termasuk semua hak bedasarkan . :adi seharusnya dirumuskan hubungan kerja dalam outsourcing adalah antara pemberi pekerjaan dengan pekerja, bukan antara perusahaan penyediaan jasa pekerja dengan pekerja. Disinilah sisi dimana status pekerja menjadi kabur secara yuridis, dan kelemahan ini dalam merumuskan hubungan hukum dalam sistem outsourcing ini digunakan sebagai celah bagi pengusaha untuk melaksanaan sistem outsourcing yang sarat dengan penyimpangan tanpa mempedulikan nasib para pekerja. Dalam hal pemborongan pekerja seperti yang dirumuskan dalam )asal 6. +o.1/ 5ahun 011/ bah$a syarat-syarat pemborongan pekerjaan berdasarkan pasal ini adalah tertulis, berbadan hukum, didasarkan atas perjanjian kerja $aktu tidak tertentu %)!&55' atau perjanjian kerja $aktu tertentu %)!&5', serta syarat lainnya yaitu 8 dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama, dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan, merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan dan tidak menghambat proses produksi secara langsung. ntuk )erjanjian !erja &aktu 5ertentu %)!&5' dasar pengaturannya adalah )asal ., +o.1/ 5ahun 011/. )!&5 hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan si"at atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam $aktu tertentu, yaitu 8 pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara si"atnya, pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam $aktu yang tidak telalu lama dan paling lama / %tiga' tahun, pekerjaan yang besi"at musiman, atau pekerjaan yang behubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam masa pecobaan atau penjajakan. % 5! +o.1/ 5ahun 011/' Menilik rumusan pada pasal tersebut, dalam implementasinya banyak pengusaha yang tidak menjalankan atau melakukan penyimpangan dari apa yang telah ditentukan dalam pasal yang menguraikan aturan tentang pemborongan pekerjaan. )engusaha bahkan saat ini banyak yang memborongkan pekerjaan inti atau core bisnisnya bahkan ada yang menyerahkan seluruh pekerjaannya pada perusahaan lain dengan sistem outsourcing. 7umusan mengenai pemborongan pekerjaan merupakan sumber kon"lik dimana selalu memunculkan pena"siran yang berbeda-beda antara pekerja dan pengusaha. Dalam hal obyek hukum outsourcing, penyerahan sebagian pekerjaan. Disini sebagian pekerjaan atau pekerjaan ini dapat disebut sebagai obyek hukum. Sedangkan pekerja tidak dapat disebut obyek hukum. pekerja adalah orang yang seharusnya menjadi subyek hukum. :adi menurut )asal ini obyek hukum adalah pekerjaan bukan orang. +amun dalam implementasinya, obyek hukum dalam perjanjian antara perusahaan pemberi kerja dengan perusahaan penyedia tenaga kerja adalah orang. #rang disini telah diperjualbelikan dan ini telah melanggar hak-hak a;asi manusia. !embali celah dan kelemahan menjadi bagian dari penyimpangan pada sistem kerja outsoucing ini dan diman"atkan sebaik-baiknya oleh pengusaha untuk menguntungkan perusahaannya secara sepihak. Bagian lain dari ini yaitu )asal 66 disebutkan mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa pekerja9buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Meskipun dalam salah satu ayatnya telah disebutkan dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat %1', ayat %0' huru" a, huru" b, dan huru" d serta ayat %/' tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja antara pekerja9buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja9buruh beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja9buruh dan perusahaan pemberi kerja. Sebenarnya jelas sekali ketentuan tersebut telah menentukn bah$a perusahaan hanya dapat memborongkan pekerjaan yang bersi"at sebagai kegiatan penunjang saja dan apabila melanggar persyaratan tersebut makan hubungan kerja yang ada harus dialihkan. +amun implementasi yang terjadi pada kenyataannya tidaklah demikian. .

Banyak perusahaan pemberi kerja yang tidak memenuhi ketentuan pada pasal-pasal yang mengatur tentang outsourcing. )asal 6- sampai dengan )asal 66 +o.1/ tahun 011/ dengan segala kelemahannya selalu dicari celah-celahnya oleh )erusahaan pemberi kerja ataupun )erusahaan )enyedia jasa pekerja untuk menguntungkan perusahaan mereka sendiri tanpa mempedulikan nasib pekerja yang dianggap sebagai obyek layaknya barang yang tidak perlu diperhatikan hak-haknya. )enyimpangan-penyimpangan ini akan terus menerus terjadi apabila pemerintah tidak bertindak secara tegas untuk me-review ulang pasal-pasal yang mengatur tentang outsourcing yang ada pada !etenagakerjaan +o.1/ tahun 011/ ini. )emerintah hendaknya segera melakukan re(isi terhadap kelemahan-kelemahan pada pasal-pasal yang ada serta menutup celah-celah yang digunakan oleh pihak-pihak tertentu demi keuntungannya sendiri. )emerintah juga seharusnya bertindak tegas memberikan sanksi hukum kepada pengusaha atau pihakpihak yang ditemukan melakukan penyimpangan dalam pelaksanaan sistem outsourcing ini. II.#. $egalitas Outsourcing Pasca Putusan M% !enyataan bah$a banyak penyimpangan yang terjadi dalam sistem kerja otsourcing ini membuat para pekerja tak berhenti untuk terus memperjuangkan penghapusan outsourcing dari tenaga kerja. Mulai dari melakukan demonstrasi dari berbagai serikat pekerja dan aliansi buruh hingga mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah !onstitusi tentang pasalpasal yang mengatur mengenai outsourcing. )ekerja berharap pasal-pasal tersebut dihapuskan atau ditinjau kembali sehingga mampu mengadopsi kepentingan para pekerja yaitu mendapatkan keadilan, perlindungan upah, jaminan kesejahteraan serta diberikannya hak-hak yang harus diperoleh pekerja. Dalam perkembangannya tak lama setelah ketenagakerjaan diberlakukan, sebanyak /2 serikat pekerja9buruh mengajukan perla$anan atas legalisasi sistem outsourcing dan )!&5. Mereka mengajukan uji materi atau udicial review ke Mahkamah !onstitusi %M!'. )asal-pasal yang diajukan untuk diuji adalah )asal 6-, )asal 6. dan )asal 66 yang terdapt dalam !etenagakerjaan +o.1/ 5ahun 011/. +amun saat itu M! menolak permohonan atas uji materi terhadap ketiga pasal tersebut. paya pekerja9buruh tidak berhenti hingga disana. 5untutan untuk menghapuskan sistem outsourcing ini terus dilakukan. )ada tahun 0111 kembali dilakukan pengajuan uji materi ke Mahkamah !onstitusi. *)0M@I tercatat dalam register permohonan +o.029) -I<90111 telah mengajukan udicial review terhadap )asal .,, )asal 6-, )asal 6., dan )asal 66. Hasilnya M! hanya dapat menerima uji material untuk sebagian dari pengajuan yaitu )asal 6. dan )asal 66, sedangkan untuk )asal ., dan )asal 6- dianggap telah sesuai dan tidak bertentangan dengan D 1,-.. M! menyatakan )asal .,, )asal 6-, )asal 6. kecuali ayat %2' dan )asal 66 kecuali ayat %0' huru" %b' +o. 1/ tahun 011/ tidak bertentangan dengan D 1,-.. *rtinya, ketentuan selain ayat %2' pada )asal 6. dan ayat %0' huru" %b' pada )asal 66 tetap berlaku sebagai hukum positi". Bagian utama dari amar putusan M! menyatakan 8 3frasa per an ian ker a waktu tertentu dalam Pasal "# ayat ($) dan Pasal "" ayat (%) huruf (b) && 'o. () tahun %**) bertentangan dengan &ndang+&ndang ,asar 'egara -epublik Indonesia .ahun (/0# dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepan ang dalam per an ian ker a tersebut tidak disyaratkan pengalihan perlindungan hak+hak bagi peker a1buruh yang ob ek ker anya tetap ada, walaupun ter adi pergantian perusahaan yang melaksanakan sebagian peker aan borongan dari perusahaan lain atau perusahaan penyedia asa peker a1buruh .4 *mar keputusan ini mengandung interpretasi atau ta"sir yang dinyatakan dalam Surat =daran !emenakertrans +o. B./19)HI:S!9I90110 tanggal 01 januari 0110 yaitu 32pabila dalam per an ian ker a antara perusahaan penerima pemborongan peker aan atau perusahaan penyedia asa peker a1buruh dengan peker a1buruhnya tidak memuat adanya pengalihan perlindungan hak+hak bagi 6

peker a1buruh yang ob ek ker anya tetap ada (sama), kepada perusahaan penerima pemborongan peker aan lain atau perusahaan penyedia asa peker a1buruh lain, maka hubungan ker a antara perusahaan penerima peker aan borongan atau perusahaan penyedia asa peker a1buruh dengan peker a1buruh maka harus didasarkan pada Per an ian 3er a 4aktu .idak .ertentu (P34..).! %)edoman baru,Bustisia' Dan apabila dalam perjanjian kerja antara perusahaan penerima pemborongan pekerjaan atau perusahaan penyedia jasa pekerja9buruh dengan pekerja9buruhnya memuat syarat adanya pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerja9buruh yang objek kerjanya tetap ada %sama', kepada perusahaan penerima pemborongan pekerjaan atau perusahaan penyedia jasa pekerja9buruh lain, maka hubungan kerja antara perusahaan penerima pekerjaan borongan atau perusahaan penyedia jasa pekerja9buruh dengan pekerja9buruhnya dapat didasarkan pada )erjanjian !erja &aktu 5ertentu %)!&5' *mar putusan M! tidak secara implisit menyatakan perjanjian kerja pekerja9buruh dalam lingkungan perusahaan outsourcing harus dengan perjanjian kerja $aktu tidak tertentu %)!&55'. Di dalam pertimbangan hukumnya M! mena$arkan )!&55 sebagai salah satu model outsourcing. Sesuai uraian di atas, M! tidak mengharuskan perusahaan menerapkan )!&55. Status )!&55 dalam perusahaan hanya terjadi bila8 %a' )!&5 tidak mensyaratkan pengalihan perlindungan hak pekerja9buruh yang objek kerjanya tetap adaC atau %b' perusahaan sejak a$al menerapkan )!&55 )engusaha tetap boleh menyerahkan atau memborongkan pekerjaannya kepada perusahaan lain sehingga sistem outsourcing tetap bisa dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pertimbangan M! yang menyatakan 5...penyerahan sebagian pelaksanaan peker aan kepada perusahaan lain melalui per an ian pemborongan peker aan secara tertulis atau melalui perusahaan penyedia asa peker a1buruh (perusahaan outsourcing) adalah kebi akan usaha yang wa ar dari suatu perusahaan dalam rangka efisiensi usaha.! Sehingga dalam hal ini dapat diinterpretasikan bah$a M! tidak menyatakan outsourcing sebagai sistem yang terlarang dalam relasi bisnis dan hubungan kerja antara pekerja9buruh dengan pengusaha. Dalam posisi itu, )asal 6+o 1/ 5ahun 011/ tetap sah sebagai dasar hukum bagi perusahaan untuk melaksanakan outsourcing dan )asal 6. kecuali ayat %2' dan )asal 66 kecuali ayat %0' huru" %b' sebagai teknis hubungan kerja dalam perusahaan outsourcing. Meskipun hasil uji materi terhadap kedua pasal tersebut belum dapat memuaskan seluruh pekerja namun uji materi ini dapat membuka peluang untuk dilakukannya peninjauan kembali terhadap pasal-pasal tersebut sehingga dapat meminimalisir penyimpanganpenyimpangan yang ada. Selain itu peluang ini akan membantu para pekerja dapat segera memperoleh kepastian hukum, karena ini adalah momen yang dapat digunakan oleh pemerintah dan D)7 untuk membahas perubahan ketenagakerjaan dan mengadopsi keseluruhan norma yang terdapat dalam beberapa putusan M! menjadi hukum positi". III. Penutu" Berdasarkan uraian diatas bah$a sesungguhnya sistem kerja outsourcing sudah ada sejak beratus-ratus tahun yang lalu di Indonesia. Outsourcing sesungguhnya memungkinkan untuk berman"aat baik bagi pihak pengusaha demikian juga bagi pihak pekerja. Hanya saja dalam praktiknya, pengaturan !etenagakerjaan mengenai sistem kerja outsourcing ini sering menimbulkan multi ta"sir yang akhirnya diman"aatkan oleh pihak-pihak tertentu atau sengaja dita"sirkan secara salah untuk mencari celah-celah dari kelemahan pasal-pasal yang mengaturnya. Seolah-olah setiap pekerjaan bisa dialihdayakan, bahkan pekerjaan inti sekalipun. Selain itu perlindungan terhadap pekerja menjadi minim karena pekerja diikat dengan )!&5, sehingga ketika kontrak berakhir maka berakhir pula hubungan kerja dengan perusahaan dan perusahaan tidak ada ke$ajiban memberikan kompensasi terhadap pekerja 2

yang mendapatkan )emutusan Hubungan !erja %)H!'. Hal-hal seperti ini harus diakui sebagai kelemahan elementer dari konsep norma outsourcing yang diatur dalam !etenagakerjaan. :ika menilik kepada kerangka hukum, sesungguhnya sistem outsourcing ini tidak seharusnya mengabaikan perlindungan terhadap hak-hak pekerja9buruh. Banyaknya penyimpangan praktik outsourcing dari konsep hukum positi" serta teori hukum asalnya seolaholah lebih banyak berpihak pada kepentingan pengusaha dan selalu merugikan pekerja9buruh sehingga menimbulkan pro kontra untuk menghapus sistem outsourcing ini. )erbedaan kepentingan yang ada antara pengusaha dan pekerja hendaknya dapat segera diselesaikan oleh )emerintah dengan mengadopsi seluruh tuntutan pekerja, melindungi hak-hak pekerja sehingga tidak hanya menguntungkan satu pihak saja. Dalam teori ekonomi disebutkan bah$a modal dan tenaga kerja sama-sama merupakan alat ekonomi dimana keduanya memiliki pengaruh yang signi"ikan dan merupakan "aktor utama dalam perekonomian suatu negara, oleh karena itu sedapat mungkin keduanya harus diatur oleh +egara sehingga sinergi keduanya dapat terkelola dengan baik. %Hilman' +orma baru yang telah dihasilkan oleh Mahkamah !onstitusi, hendaknya digunakan sebagai peluang dalam meluruskan praktik-praktik outsourcing di Indonesia agar dapat berman"aat baik bagi pekerja9buruh dan juga bagi pengusaha. Dengan adanya norma-norma baru yang dihasilkan oleh Mahkamah !onstitusi diharapkan adanya penegakan terhadap ketentuan-ketentuan yang seharusnya dilaksanakan, menjelaskan rumusan-rumusan yang multita"sir sehingga tidak ada lagi penyimpangan praktik outsourcing yang berlindung dibalik !etenagakerjaan +o.1/ 5ahun 011/. -------DDD-------

D&'T&( P)*T&%&

?itra

mbara, )enerbit, ndang- ndang 7epublik Indonesia +omor 1/ 5ahun 0111 5entang !etenagakerjaan beserta penjelasannya, )enerbit 8 ?itra mbara, Bandung, 011/

Damanik, Sehat, #utsourcing F )erjanjian !erja Menurut +o. 1/ 5ahun 011/ tentang !etenagakerjaan, )enerbit 8 DSS )ublising, :akarta, 0116 Hilman, *nja;, *rtikel 8 Menimbang !epentingan )ekerja #utsourcing dan )engusaha dalam Hubungan Industrial di Indonesia,http899sites.google.com9site9anja;hilman9hukumketenagakerjaan http899repository.usu.ac.id9bitstream910/-.62E,901,/69.9chapterG011.pd" Sumatera tara' http899$$$.merriam-erbstre.com9dictionary9outsource !ompasiana,#pini8Meluruskan)raktek#utsourcing,http899hukum.kompasiana.com9011091-90,9, meluruskan-praktik-outsourcing +urachmad, +ur, 5anya :a$ab Seputar Hal-hal 5enaga !erja !ontrak %#utsourcing', )enerbit 8 >isi Media, :akarta, 011, )angaribuan, :uanda, *rtikel 8 @egalitas outsourcing http899$$$.hukumonline.com9berita9baca pasca putusan M!, % ni(ersitas

&ijayanti,

*sri, *rtikel 8 #utsourcing 8 5eori, *turan F )raktiknya di Indonesia, http899masyarakthubunganindustrial.$ordpress.com901109119119outsource-teoriaturan-dan-praktinya-di-indonesia

Bustisia, 5im redaksi, )edoman 5erbaru #utsource F !ontrak !erja, )enerbit 8 )ustaka Bustisia, :akarta, 0110

11

Anda mungkin juga menyukai