Anda di halaman 1dari 13

Tinjauan Pustaka

Luka Kecil Bernanah dan Membengkak di Badan


Ega Farhatu Jannah (102012277)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 06 Jakarta Barat farhatujannahega@yahoo.com Latar belakang Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis dermis dan subkutis. Kulit yang utuh merupakan penghalang yang efektif, yang mencegah masuk dan berkembangnya bakteri di dalam tubuh. Jika kulit terluka karena suatu hal, bakteri bisa masuk dan tumbuh didalam tubuh, menyebabkan infeksi dan peradangan, kemudian menimbulkan suatu penyakit. Anamnesis Anamnesis adalah sebuah bentuk komunikasi atau wawancara seorang dokter dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai keluhan dan penyakit pasien. Anamnesis dapat dilakukan dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis), keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Anamnesis diawali dengan memberikan salam kepada pasien dan menanyakan identitas pasien tersebut. Dilanjutkan dengan menanyakan beberapa hal sebagai berikut: a. Keluhan utama, biasanya pasien dengan erysipelas biasanya mengeluhkan bercak kemerahan pada wajah atau kaki. b. Riwayat penyakit sekarang, ditemukan bercak merah terang yang meluas. c. Riwayat penyakit dahulu, resiko erisipeas meningkat pada orang yang yang sedangn menkonsusmi kortikosteroid, pasien dengan riwayat DM, dan pasien dengan immunocomprmased. d. Riwayat penyakit keluarga, apakah dikeluarga atau teman serumah ada yang mengalami keluhan yang sama. Pada umumnya penyakit erysipelas menular karena adanya sentuhan langsung dengan orang yang sudah terkena penyakit tersebut.

e. Riwayat sosial dan kebiasaan, biasanya tingkat higenitasnya rendah.2,3 Pemeriksaan Fisik a. Kulit 1. Inspeksi Tentukan warna kulit, suhu kelembaban serta tekstur kulit, apakah ada lesi kulit. Pada erysipelas biasanya ditemukan lesi kulit kemerahan berbatas tegas dengan bagian tepi meninggi, pinggir cepat meluas, sewaktu-waktu timbul bula superficial yang berisi cairan kekuningan (seropurulen) 2. Palpasi Rasakan suhu pada permukaan kulit, normalnya tubuh akan teraba hangat. pada erysipelas status lokalis biasnya terasa panas, pasien merasakaan sakit dan bengkak. b. Rambut 1. Inspeksi Perhatikan warna rambut, batang rambut (kasar/halus, pecah/bercabang), apakah ada ketombe, lesi scaring/nonscaring. 2. Palpasi Rasakan apakah rambut berminyak, batang rambut (kuat/mudah rontok)tarik sedikit rambut, catat jika ada kerontokkan rambut atau alopesia (rontok berlebihan). c. Kuku 1. Inspeksi Perhatikan warna, kebersihan, permukaan, dasar kuku, perhatikan sekitar kuku, apakah ada lesi atau perlukaan. 2. Palpasi Tekan ujung jari untuk memeriksa Capila Refill Time (CRT) yaitu waktu pengisian balik kapiler. Normalnya akan kembali dalamwaktu <2 detik.1 Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan mikroskopik specimen luka dapat memeberikan data yang sangat

bermanfaat. hasil dapat diperoleh dalam waktu beberapa menit sehingga dapat digunakan sebagai pedoman pengobatan. Sebagian besar bakteri penyebab infeksi luka/ jaringan/ organ dapat dilihat dengan pemeriksaan bahan yang telah diwarnai gram dan pada erysipelas dapat terlihat hasil sebagai berikut bentuk coccus seperti rantai, gram negative (streptococcus).

b. Pemeriksaan darah rutin dapat memperlihatkan leukositosis. c. Lampu wood merupakan sumber sinar ultraviolet yang difilter dengan nikel oksida, digunakan untuk memperjelas 2 gambaran penyakit kulit yaitu organisme tertentu penyebab bercak-bercak jamur (ringworm), pada kulit kepala memberikan floresensi hijau. Organisme yang berperan dalam terjadinya eritrasma memberikan floresensi merah terang. d. Kerokan/guntingan: hal ini bermanfaat khususnya bila dicurigai adanya infeksi jamur, atau mencari tungau skabies. Sedikit kerokan dari permukaan kulit akan mengangkat skuama. Skuama ini ditempatkan dikaca mikroskop, ditetesi dengan kalium hidroksida (KOH) 10% dan ditutup dengan kaca penutup. Didiamkan beberapa menit untuk melarutkan membran sel epidermis, sediaan siap diperiksa. Pemeriksaan juga dapat dibantu dengan menambahkan tinta Parker Quink. Terhadap guntingan kuku bisa juga dilakukan hal yang sama, tetapi diperlukan larutan KOH yang lebih pekat dan waktu yang lebih lama.2,5,6 Hasil anamnesis yang didapat pada skenario diatas adalah sebagai berikut a. Identitas pasien b. Keluhan utama c. Riwayat penyakit sekarang : Laki laki 30 tahun : Luka kecil bernanah : Luka kecil bernanah dikelilingi daerah kemerahan

yang luas dan membengkak dibadan sejak 3 hari yang lalu. Pemeriksaan fisik kulit: Terdapat macula kemerahan yang luas, membengkak Diagnosis Menegakan diagnosis terhadap suatu penyakit merupakan hal yang tidak mudah, mengingat gejala dan tanda-tanda klinis yang tidak khas. Diagnosis ditegakan atas dasar riwayat penyakit, gambaran klinik dan laboratorium. Pada kasus ini telah didapatkan Working Diagnosis yaitu Erisipelas, tetapi untuk menetapkan working diagnosis harus dilakukan diagnosis banding terlebih dahulu. Pada umumnya gejala khas erisipelas dan selulitis sangatlah mirip sehingga sulit untuk dilakukan diagnosis kerja.1 Erisipelas Erisipelas adalah penyakit akut yang ditandai dengan eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas disertai gejala konstitusi seperti demam, malaisse, dan pembengkakan. Lapisan kulit yang diserang adalah epidermis dan dermis. Erisipelas adalah bentuk selulitis superfisialis yang mengenai pembuluh limfe. Penyakit ini didahului trauma, karena itu biasanya tempat predileksi di tungkai bawah. Biasanya didapatkan leukositosis >20.000/ul.
3

Kelainan kulit yang utama adalah eritena yang berwarna merah disertai dengan edema, vesikel,dan bula. Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya trauma ke proksimal. Kalau sering residnif ditempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.3 Perbedaan jelas antara selulitis dan erisipelas adalah pada selulitis batas lesi tidak jelas, sedangkan pada erisipelas jelas. Selulitis terdapat infiltrat dijaringan subkutan. Pada kebanyakan kasus sukar dibedakan sehingga didiagnosis sebagai erisipeloselusitis. Kebanyakan kasus erisipelas yang disebabkan Streptococus pyogenes (juga dikenal sebagai kelompok beta hemolitikus streptokokus A), meskipun non-streptokokus grup A juga dapat menjadi agen penyebab. Infeksi melibatkan dermis dan limfatik dan merupakan infeksi subkutan yang leih superfisial kulit dari selulitis. Non- streptokokus grup A streptokokus agalactiae Beta- hemolitik juga termasuk sebagai kelompok B strep atau GBS. Secara historis, wajah adalah yang paling terkena dampak, saat ini kaki yang paling sering tetapi badan dan genitalia juga dapat terkena. Ruam disebabkan eksotoksin bukan streptokokus tersebut. Bakteri itu sendiri ditemukan di daerah dimana tidak ada gejala yang hadir misalnya infeksi dalam nasofaring, tapi bintik itu ditemukan biasanya pada wajah dan lengan.3 Infeksi erisipelas dapat masuk kulit melalui trauma minor, gigitan serangga, gigitan anjing, eksim, sayatan bedah dan bisul, dan sering berasal dari bakteri streptokokus dalam saluran hidung sebagai subjek. Infeksi setelah goresan kecil atau abrasi menyebar mengakibatkan toxaemia. Erisipelas tidak mempengaruhi jaringan subkutan. Pada umumnya tidak mengeluarkan nanah, hanya cairan serum atau serous tetapi pada kondisi yang tidak diobati dapat seropurulen. Cairan dibawah kulit dapat menyebabkan dokter untuk salah mendiagnosa sebagai selulitis, tetapi ruam berbatas tegas sedangkan selulitis tidak. Keluhan yang paling umum selama infeksi akut termasuk nyeri daerah yang terlibat, demam, menggigil, dan pembengkakan. Pasien yang cenderung sering mengalami kekambuhan lokal dan kondisi pembengkakan disebabkan oleh kerusakan limfatik dari infeksi berulang. Kematian sebagai akibat langsung dari erisipelas sangat jarang. Infeksi erisipelas mempengaruhi orang dari semua ras.4

Gambar 1. Erysipelas Pada Wajah3 Erisipelas telah dilaporkan lebih sering terjadi pasa wanita, tetapi terjadi pada usia lebih dini laki-laki, mungkin karena kegiatan mereka lebih agresif dan cedera kulit yang dihasilkan. Penelitian lain menunjukan bahwa faktor presisposisi, bukan jenis kelamin, mempertimbangkan setiap perbedaan pria/wanita dalam insiden. Kasus erisipelas telah dilaporkan pada semua kelompok umur, tapi ini tidak muncul bahwa bayi, anak-anak dan pasien usia lanjut adalah kemompok yang paling seringa terkena. Puncak kejadian telah dilaporkan pada pasien berusia 60-80 tahun, terutama pada pasien yang dianggap beresiko tinggi dan immunocompromised atau orang-orang dengan masalah drainase limfatik (misalnya setelah mastektomi, operasi panggul, by pass grafting).5 insiden erisipelas dilaporkan mengalami penurunan seiring dengan perkembangan antibiotik, perbaikan sanitasi, dan penurunan virulensi kuman panyebab. Patofisiologi Erisipelas Inokulasi bakteri ke daerah kulit yang mengalami trauma merupakan peristiwa awal perkembangan dari erysipelas. Bakteri streptococcus pyogenes masuk ke lapisan kulit yang dalam melalui luka kecil, mungkin karena garukan, gigitan serangga, luka operasi atau sebab lain. Kondisi penurunan sistem imun, dan tidak optimalnya higienis meningkatkan risiko erisipelas. Disfungsi limfatik subklinis adalah faktor resiko untuk erisipelas. Dalam erisipelas, infeksi dengan cepat menyerang dan menyebar melalui pembuluh limfatik. Kondisi ini akan memberikan manifestasi kerusakan kulit diatasnya dan pembengkakan kelenjar getah bening regional. Respon imunitas menjadi menurun dan memberikan optimalisasi bagi organisme untuk berkembang. Setelah masa inkubasi berlangsung 2-5 hari.

Setelah beberapa jam baru tampak perubahan dibagian kulit yang terinfeksi, kulit kemerahan, bengkak, terasa sakit dan menjadi panas. Seiring dengan bertambah parahnya infeksi dapat mengakibatkan vesikel, bula, lepuhan, hemoragis dan phlegmon mungkin terjadi. Kelenjar getah bening bisa membengkak, dan lymphedema mungkin terjadi.2,7 Gejala klinis Erisipelas Masa inkubasi 2-5 hari dengan permulaan erisipelas didahului oleh gejala prodermal malaisi dan mialgia. Lapisan kulit yang diserang adalah epidermis dan dermis. Lesi kulitnya merupakan bercak eritema berwarna merah cerah yang dalam, dengan batas tegas sedangkan pada selulitis tidak, sedikit menimbul dan pinggir cepat meluas dengan tanda radang akut. Daerah yang terkena terasa panas, sakit dan bengkak, kadang-kadang terdapat indurasi dan sewaktu waktu timbul bula superfisial. Dapat disertai edema dan vesikel. Lesi menjadi reda ditengah dan seketika itu lesi menjalar ke perifer, sehingga menimbulkan konfigurasi anuler. Penderita sering menggigil dan demam tinggi, sakit kepala, atralgia, mialgia, nausea, muntah dan lemah. Pada daerah kulit yang terkena terlihat makula eritematous, edem, nyeri tekan, dan tanda-tanda radang akut. Kadang-kadang dijumpai vesikel-vesikel kecil pada tepinya. Dapat juga dijumpai bentuk bulosa dan dapat mengenai kelenjar limfe dan menyebabkan limfangitis.5 Tempat lesi tergantung pada pintu gerbang streptokokusnya, yang dapat berupa luka bedah, umbilikus pada neonatus, atau setiap kerusakan kulit lainnya. muka dan ekstermitas inferior merupakan tempat umum erisipelas non bedah. Faktor predisposisinya adalah obstruksi limfatik kronik dan daya tahan penderita yang berkurang akibat penyakitnya berat dan menahun, juga dapat ditemui pada penderita diabetes melitus dan infeksi saluran nafas atas. Jika pada wajah lesi klasik erysipelas berupa gambaran eritema kupu-kupu
disekeliling hidung dan menyebar dikedua pipi.7 berpusat

Komplikasi Erisipelas Bila erisipelas telah terjadi, maka kekambuhan tubuh dapat mengikutinya. Tiap kekambuhan akan merusak saluran limfatik dan menimbulkan pembengkakan dan limfedem. Selanjutnya kedua hal ini mempermudah episode erisipelas berikutnya. Komplikasi erisipelas yang penting adalah Glomerulonefritis akut pasca streptokok. Penyebaran jauh streptokok dapat menyebabkan bursitis, endokarditis bakterial subakut, mediastinitis, dan abses retrofaring. Erisipelas yang berulang-ulang sering menimbulkan pembengkakan sisa (elefantiasis) di daerah yang terkena.4

Bila tidak diobati atau diobati tetapi dosis tidak adekuat, maka kuman penyebab erisipelas akan menyebar melalui aliran limfe sehingga terjadi abses subkutan, septikemia dan infeksi ke organ lain (nefritis). Pengobatan dini dan adekuat dapat mencegah terjadinya kompliksi supuratif dan non supuratif. Penatalaksanaan Erisipelas Nonmedikamentosa Harus menjaga kebersihan tubuh, menjaga kebersihan lingkungan, mengatasi faktor predisposisi, istirahat tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi), tingginya sedikit lebih tinggi daripada letak jantung. Medikamentosa Pada erisipelas yang ringan biasanya dapat diatasi dengan penisilin V per oral 0,6-1,5 mega unit selama 5-10 hari, sefalosporin 4 x 400 mg selama 5 hari atau eritromisin. Erisipelas yang lebih luas dan pernah membutuhkan hospitalisasi dan antibiotik intravena. Pemberian jangka panjang peroral penisilin atau eritromisin dapat dianjurkan untuk mencegah kekambuhan. Jika terdapat edema diberikan diuretika.5 Pencegahan dan prognosis Erisipelas Menjaga kulit yang sehat dengan menghindari kulit kering dan mencegah luka maupun garukan dapat mengurangi resiko penyakit ini. Prognosis umum baik, akan tetapi apabila sudah terjadi komplikasi dapat mengancam jiwa. Sebagian besar kasus sembuh dengan penggunaan antibiotik tanpa gejala sisa. Butuh beberapa minggu untuk kembali sembuh dan normal. Akan tetapi rekurensi dilaporkan terjasi sampai 20% pada pasien dengan faktor predisposisi. Selulitis Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi menyebar ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Infeksi ini biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptococcus beta hemolitikus dan Staphylococcus aureus. Pada anak usia di bawah 2 tahun dapat disebabkan oleh Haemophilus influenza, keadaan anak akan tampak sakit berat, sering disertai gangguan pernapasan bagian atas, dapat pula diikuti bakterimia dan septikemia.3 Terdapat tanda-tanda peradangan lokal pada lokasi infeksi seperti eritema, teraba hangat, dan nyeri serta terjadi limfangitis dan sering bergejala sistemik seperti demam dan peningkatan hitungan sel darah putih.4 Selulitis yang mengalami supurasi disebut flegmon, sedangkan bentuk selulitis superfisial yang mengenai pembuluh limfe yang
7

disebabkan oleh Streptokokus beta hemolitikus grup A disebut erisepelas. Tidak ada perbedaan yang bersifat absolut antara selulitis dan erisepelas yang disebabkan oleh Streptokokus.1 Sebagian besar kasus selulitis dapat sembuh dengan pengobatan antibiotik. Infeksi dapat menjadi berat dan menyebabkan infeksi seluruh tubuh jika terlambat dalam memberikan pengobatan.5 Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun dan usia dekade keempat dan kelima. Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada perempuan dalam beberapa studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas masih menduduki peringkat pertama. Terjadi peningkatan resiko selulitis seiring meningkatnya usia, tetapi tidak ada hubungan dengan jenis kelamin.2 Factor Predeposisi Selulitis Faktor predisposisi erisepelas dan selulitis adalah: kaheksia, diabetes melitus, malnutrisi, disgamaglobulinemia, alkoholisme, dan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila diseratai higiene yang jelek. Selulitis umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka atau ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang normal terutama pada pasien dengan kondisi edema limfatik, penyakit ginjal kronik atau hipostatik. Gejala Klinis Selulitis Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangren).6 Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan leukositosis.1

Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal berupa: malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat, sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien imunokompromais rentan mengalami infeksi walau dengan patogen yang patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.5 Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat seringnya trauma di ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi di lengan atas. Komplikasi jarang ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis akut (jika disebabkan oleh strain nefritogenik streptococcus, limfadenitis, endokarditis bakterial subakut). Kerusakan pembuluh limfe dapat menyebabkan selulitis rekurens. 5 Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang yang menderita diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat .4 Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-jaringan dan menghancurkannya, hyaluronidase memecah substansi polisakarida, fibrinolysin mencerna barrier fibrin, dan lecithinase menghancurkan membran sel. Diagnosis Selulitis Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat menjadi septikemia. Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit berat, toksik dan sering disertai gejala infeksi traktus respiratorius bagian atas bakteriemia dan septikemia. Lesi kulit berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau merah keunguan. Lesi kebiru-biruan dapat juga ditemukan pada selulitis yang disebabkan oleh Streptokokus pneumonia Pada pemeriksaan darah tepi selulitis terdapat leukositosis (15.000-400.000) dengan hitung jenis bergeser ke kiri.4

Gejala dan tanda Gejala prodormal Daerah predileksi

Selulitis : Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil : Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan Genitalia

Makula eritematous Tepi Penonjolan Vesikel atau bula Edema Hangat Fluktuasi

: Eritema cerah : Batas tidak tegas : Tidak terlalu menonjol : Biasanya disertai dengan vesikel atau bula : Edema : Tidak terlalu hangat : Fluktuasi

Tabel 1. Gejala dan tanda selulitis.6 Pemeriksaan laboratorium sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan pada sebagian besar pasien dengan selulitis. Seperti halnya pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pencitraan juga tidak terlalu dibutuhkan. Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan leukositosis pada selulitis penyerta penyakit berat, leukopenia juga bisa ditemukan pada toxin-mediated cellulitis. ESR dan C-reactive protein (CRP) juga sering meningkat terutama penyakit yang membutuhkan perawatan rumah sakit dalam waktu lama. Pada banyak kasus, pemeriksaan Gram dan kultur darah tidak terlalu penting dan efektif. Penatalaksanaan Selulitis Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain G 600.000-2.000.000 IU IM selama 6 hari atau dengan pengobatan secara oral dengan penisilin V 500 mg setiap 6 jam, selama 10-14 hari. Pada selulitis karena H. Influenza diberikan Ampicilin untuk anak (3 bulan sampai 12 tahun) 100-200 mg/kg/d (150-300 mg), >12 tahun seperti dosis dewasa. Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan staphylococcus aureus penghasil penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin, sebagai alternatif digunakan eritromisin (dewasa: 250-500 gram peroral; anak-anak: 30-50 mg/kgbb/hari) tiap 6 jam selama 10 hari. Dapat juga digunakan klindamisin (dewasa 300-450 mg/hari PO; anakanak 16-20 mg/kgbb/hari). Pada yang penyebabnya SAPP selain eritromisin dan klindamisin, juga dapat diberikan dikloksasilin 500 mg/hari secara oral selama 7-10 hari.6

10

Komplikasi Selulitis Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit pada selulitis dapat berupa gangren, metastasis, abses dan sepsis yang berat. Selulitis pada wajah merupakan indikator dini terjadinya bakteriemia stafilokokus beta hemollitikus grup A, dapat berakibat fatal karena mengakibatkan trombosis sinus cavernpsum yang septik. Selulitis pada wajah dapat menyebabkan penyulit intrakranial berupa meningitis.6 Dermatitis Venenata Dermatitis Venenata merupakan gambaran spesifik, disebabkan oleh sekret/debris serangga terutama dari genus Paederus, serta getah tumbuhan dengan bentuk lesi linier. Kulit yang terkena penyakit ini akan menjadi merah dan melepuh, disertai rasa panas seperti terbakar. Fase merah, melepuh, dan terasa panas ini berlangsung 1-3 hari. Bila lesi ini digaruk, maka lesi ini dapat menyebar dan meluas. Inilah mengapa penyakit ini sering disangka sebagai penyakit infeksi. Bila penyakit ini sudah mendekati sembuh, maka kulit akan berwarna coklat, dan menimbulkan bekas seperti luka bakar dan herpes. Kelenjar Hemolympha pada Paedrus ini mengandung Paederine yang akan mengenai kulit apabila serangga ini remuk akibat refleks menyingkirkan serangga ini. Paederine dapat memicu epidermal necrosis dan acantholisys sehingga timbul dermatitis. Serangga ini sebenarnya tidak menyengat dan tidak menggigit, apabila serangga tersebut tidak remuk, maka Paederine yang tersimpan dalam hemolympha tidak berbahaya bagi manusia. Para pelajar dan mahasiswa yang banyak beraktivitas di luar ruangan memungkinkan lebih sering dengan sekret/debris serangga ataupun getah tumbuh-tumbuhan.5 Dermatitis venenata adalah dermatitis yang disebabkan oleh gigitan, liur, atau bulu serangga. Penyebabnya adalah toksin atau allergen dalam cairan gigitan serangga tersebut. Serangga yang menyebabkan dermatitis venenata biasa dikenal dengan sebutan tom cat. Tom cat (Paederus sp) atau yang sering dikenal dengan semut kayap, merupakan kumbang dengan habitat di sawah, semak-semak, dan tambak liar dengan sedikit semak-semak. Tom cat merupakan predator dari hama wereng. Kumbang ini temasuk dalam ordo Orthotera, sub ordo Rove Beetle, genus Staphylinidae dengan banyak spesies. Ciri kumbang ini adalah kepala berbentuk seperti semut, berwarna hitam, punggung hitam, dan oranye, sayap kebiruan. ukurannya sekitar 7-0 mm. Kumbang ini terkenal dengan sebutan tom cat karena mirip dengan pesawat tempur Tomcat F-14. Tomcat memilki zat pederin di sirkulasi darah, sehingga telur, pupa, dan kumbang dewasa ini akan mengeluarkan zat pederin saat tubuhnya hancur atau merasa terancam.4
11

Patogenesis Dermatitis Venenata Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan aktif dari serangga maupun tanaman.Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat,diasilgliserida,platelet activating factor.Asam arakidonat dirubah menjadi prostaglandin dan leukotrien.Prostaglandin dan leukotrien menginduksi vasodilatasi,dan meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin.Prostaglandin dan leukotrien juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil,serta mengaktifasi sel mast melepaskan histamine sehingga terjadi proses peradangan berupa eritema,edema,panas dan nyeri. Gejala Klinis Dermatitis Venenata Erupsi dimulai ketika unsur penyebeb mengenai kulit. Reaksi pertama mencakup rasa gatal, terbakar dan eritama yang segera diikuti oleh gejela edema, papula, vesikel serta perembesan atau sekret. Pada fase subkutis, perubahan vesikuler ini tidak begitu mencolok lagi dan berubah menjadi pembentukan krusta, pengeringan atau bila pasien terus menerus menggaruk kulitnya, penebalan kulit (likenifikasi) dan pigmentasi (perubahan warna) akan terjadi infasi sekunder timbul kembali.4 Diagnosis Diagnosis berdasarkan anamnese dan gambaran klinis. Percobaan tempel tidak dapat dilakukan pada stadium akut, karena akan memberatkan penyakit. Penatalaksanaan Dermatitis Venenata Non medikamentosa Menghindari pajanan bahan iritan Menghindari garukan

- Memakai alat pelindung diri Medikamentosa - Kompres luka dengan larutan garam faali (NaCl 0,9%) Kortikosteroid topikal jika luka telah kering. Contoh: Hidrokortison cream 1%,Betamethasone valerat 0,005%-0,1%. Antibiotik Diberikan untuk infeksi sekunder.Contoh:Amoxicillin tab 250mg 3x sehari Kortikosteroid Dapat diberikan untuk mengatasi peradangan ataupun hanya untuk kasus yang

12

berat.Contoh:Prednison tab 5-10mg/dosis 2-3 sehari.Dexamethasone tab 0,51mg/dosis,2-3 kali sehari. Antihistamin Diberikan untuk mengurangi rasa gatal dan sangat berguna pada malam hari(sedatif).Contoh:Loratadine tab 1x1 selama 5 hari,Chlorpheniramine maleat (34mg/dosis 2-3 kali sehari). Kesimpulan Penyakit kulit adalah penyakit infeksi yang paling umum, terjadi pada orang-orang dari segala usia. Pada skenaria ini sebenarnya cukup sulit untuk ditarik kesimpulan mengnai penyakit yang diderita oleh pasien karena erisipelas dan selulitis sangat sukar dibedakan sehingga diagnosis sebagai erisipeloselulitis. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan lebih lanjut maka dapat disimpulkan bahwa laki-laki berusia 30 tahun tersebut menderita erisipelas. Penanganan yang cepat dapat memberikan hasil yang baik pada pasien tersebut. Daftar pustaka 1. Swartz M. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC; 2005.h. 61-2. 2. Burns T, Graham R. Lecture notes on Dermatologi. Jakarta: Erlangga; 2005.h. 19-20. 3. Djuanda A, Hamzah M, aisah S, dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.h. 60-2. 4. Timothy G. Bacterial infaction. In: Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th Edition. United states of America: The McGraw-Hill Companies.2008.p. 16891702. 5. Brown Graham. Robin. Dermatologi. Jakarta: Erlangga; 2005.h.55-60. 6. Graw Mc. Hill. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2000.19-25. 7. Davey. Patrick. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2005.h.67-74.

13

Anda mungkin juga menyukai