Muskulo 2014
Muskulo 2014
Materi
Strain Sprain Dislokasi sendi Osteomyelitis Osteoporosis
Definisi Penyebab Patofisiologi Manifestasi klinis Diagnosis Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan keperawatan
ANATOMI
SPRAIN
Cedera pada sendi, terjadi robekan pada ligamentum akibat stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan berulang-ulang dari sendi
Penyebab
Penggunaan berlebihan Jatuh, terpelintir, penekanan
SPRAIN TINGKAT I sedikit hematoma beberapa serabut putus rasa nyeri tekan pembengkakan rasa sakit daerah yang cedera
SPRAIN TINGKAT II lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus rasa sakit nyeri tekan pembengkakan Efusi cairan tidak dapat menggerakkan persendian
SPRAIN TINGKAT III Seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. sangat sakit terdapat darah dalam persendian pembengkakan tidak dapat bergerak terdapat gerakan gerakan yang abnormal
Pemeriksaan
X ray MRI
Penatalaksanaan
RICE Rest area yang cedera diistirahatkan, 48 jam Ice segera kompres es 10-15 menit, 3-4 kali sehari, mengurangi bengkak dan nyeri Compression balut, untuk imobilisasi, pastikan sirkulasi adekuat Elevasi ditinggikan, mengurangi bengkak Medikasi: NSAID mengurangi nyeri Rehabilitasi latihan, ex: ROM
STRAIN
kerusakan pada suatu bagian otot atau tendon karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan
Strain Tingkat I terjadi regangan hebat, belum sampai terjadi robekan pada jaringan otot atau tendon. cukup diistirahatkan untuk memberi kesempatan regenerasi Strain Tingkat II terdapat robekan pada otot atau tendon. Timbul nyeri sehingga kekuatan berkurang pertolongan pertama RICE (Rest, Ice, Compession and Elevation) Rest fiksasi dan imobilisasi 3-6 minggu Fase akhir Terapi latihan Strain Tingkat III terjadi robekan total pada otot atau tendon. Pertolongan pertama RICE Biasanya membutuhkan tindakan pembedahan untuk penyambungan
DISLOKASI
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. dapat hanya komponen tulang saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Bisa di bahu, ankle (pergelangan kaki), lutut dan panggul. Faktor resiko Ligamen kendor akibat pernah mengalami cedera kekuatan otot menurun ataupun karena faktor eksternal berupa tekanan energi dari luar Penyebab: trauma kecelakaan, cedera olahraga kompresi jaringan tulang terdorong ke depan merobek dislokasi.
Manifestasi klinis
Nyeri akut Perubahan kontur sendi Perubahan panjang ekstremitas Kehilangan mobilitas normal Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
Komplikasi dini: cedera saraf, pembuluh darah, fraktur dislokasi Komplikasi lanjut: kekakuan sendi, kelemahan otot
Pemeriksaan penunjang
Sinar-X (Rontgen) CT scan MRI Pergeseran sendi dari mangkuk sendi
Penatalaksanaan
Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik Pembedahan: reduksi
Penanganan
Prinsip dasar: reposisi Pada kondisi akut sebelum peradangan reposisi lebih mudah Jika sudah terjadi peradangan reposisi dilakukan setelah respon peradangan berkurang dengan melakukan pelemasan sendi supaya penarikan dan pergeseran tulang lebih mudah Penanganan dislokasi: reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Setelah reposisi fiksasi 3-6 minggu Nyeri berkurang terapi latihan
Askep
Pengkajian Keluhan utama: nyeri RPS: nyeri, pergerakan terbtas, laporan cedera RPD Pemeriksaan fisik: perubahan kontur sendi, perubahan panjang ekstremitas, nyeri tekan, lebam pada daerah dislokasi sendi
Pengkajian Keperawatan Persepsi & pemeliharaan kesehatan Pola nutrisi/metabolik Pola eliminasi Pola aktivitas & latihan Pola tidur & istirahat Pola kognitif & perceptual Pola persepsi diri Pola seksualitas & reproduksi Pola peran & hubungan Pola manajemen koping-stress System nilai & keyakinan
Diagnosa keperawatan
Nyeri akut b.d agen injuri biologis Hambatan mobilias fisik b.d kerusakan muskuloskeletal
Nyeri
Tujuan dan kriteria hasil Kontrol nyeri mengenal faktor-faktor penyebab mengenal onset nyeri tindakan pertolongan non-analgetik menggunakan analgetik melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan nyeri terkontrol
Tingkat nyeri Melaporkan nyeri Frekuensi nyeri Lamanya episode nyeri Ekspresi nyeri: wajah Posisi melindungi tubuh Kegelisahan Perubahan RR Perubahan HR
Manajemen nyeri Kaji secara komphrehensif tentang nyeri lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif Berikan analgetik sesuai dengan anjuran Gunakan komunkisi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri Kaji latar belakang budaya klien Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri kronis Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (ex: temperatur ruangan, penyinaran, dll) Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (ex: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massase) Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon klien Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan preventif monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri
OSTEOPOROSIS
berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah demineralisasi tulang menurun sehingga densitas tulang menurun.
Osteoporosis Primer kelainan pada tulang Osteoporosis Sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain di luar tulang, spt hipertiroidisme, penyakit ginjal
Patogenesis
Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan tersebut, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang
Menopouse penurunan/berhentinya produksi estrogen Jumlah osteoblas menurun, osteoklas lebih dominan ketidakseimbangan antara pembentukan tulang dan kerusakan tulang tulang menjadi keropos
Manifestasi klinis
Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra: Nyeri timbul mendadak Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan aktivitas Deformitas vertebra thorakalis yang mengakibatkan penurunan tinggi badan
Pemeriksaan
Pemeriksaan absorpsiometri Pemeriksaan komputer tomografi (CT) Biopsi keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang Laboratorium kimia darah dan kimia urine
Penatalaksanaan
Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulang: Na-fluorida dan steroid anabolik Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang: kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat
Diagnosa keperawatan Nyeri akut b.d agen injuri bologis Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal Resiko cedera: fraktur b.d tulang oestoporotik Kurang pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi
Osteomielitis
Infeksi yang terjadi pada tulang Mikroorganisme: staphyilococcus Aureus, haemophylus influenzae Penyebab: Penyebaran infeksi jaringan lunak, misal: ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler kontaminasi langsung tulang, misal: fraktur terbuka, cedera traumatik Faktor resiko: nutrisi buruk, lansia, diabetes mellitus, terapi kortikosteroid jangka panjang, sepsis invasi kuman patologis multifikasi kuman inflamasi
Osteomielitis Primer. implantasi mikroorganisme secara langsung ke dalam tulang dan biasanya terbatas pada tempat tersebut. Penyebab: fraktur terbuka (compound fracture), operasi tulang Osteomielitis Sekunder. disebabkan oleh perluasan infeksi dari tempat lain, bisa melalui hematogen atau infeksi di dekatnya
Manifestasi klinis
Fase akut Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggerakan anggota tubuh. Fase kronik Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus.
Pemeriksaan
Pemeriksaan darah - peningkatan sel darah putih, laju endap darah Pemeriksaan titer antibody (anti staphylococcus) Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella Pemeriksaan biopsy tulang proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes. Pemeriksaan ultra sound pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi. Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan tambahan: Bone scan, MRI
Penatalaksanaan
Antibiotik Debridemen Imobilisasi Analgesik
Komplikasi
Akut Kekakuan sendi Abses Atritis septik Lanjut
Osteomielitis kronik Fraktur patologis Kontraktur sendi Gangguan pertumbuhan
Askep
Pengkajian
Keluhan utama Riwayat kesehatan masa lalu: Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang. Riwayat kesehatan sekarang: terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam. Pengkajian Gordon: pola nutrisi metabolik, aktivitas latihan, dsb Pemeriksaan fisik
Diagnosa keperawatan: Kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanik, defisit kekebalan tubuh Nyeri akut b.d agen injuri biologi Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal