Anda di halaman 1dari 15

STATUS PRESENTASI KASUS BAGIAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Tanda Tangan

Nama Mahasiswa : Hafidah


Nomer Induk : 20050310189

Tanggal : 9 November 2010

Gelombang/Periode :
Tanda Tangan
Dosen Penguji : dr.TITIK HARSINI Sp.M

Total NIlai (angka)

Total nilai (huruf)

(..)
Nama Pasien : Tn. Pawiro Winangun
No. RM : 00192428
Alamat

: Mranti, Purworejo

Umur

: 74 thn

Pekerjaan

Jenis Kelamin : Laki-laki

: Petani

Diagnosis
: OD Katarak Senilis dengan Luksasi lensa
ANAMNESIS

Keluhan Utama : OD terasa buram, penglihatan menurun perlahan-lahan.

Riwayat Penyakit :

Pasien datang ke Poli Mata RSUD Saras Husada Purworejo dengan keluhan OD terasa
buram, penglihatan menurun perlahan-lahan. Keluhan dirasakan sejak 3 tahun yang lalu,
tetapi tidak ditemukan mata merah (-), kotoran (-), pusing (-), demam (-).
R.P.D.

: Riwayat penyakit serupa sebelumnya disangkal.

R.P.K.

: Tidak ada anggota yang mengalami keluhan serupa.

Kesimpulan Anamnesis :

Pasien seorang laki-laki berumur 74 tahun datang dengan keluhan OD terasa buram,
penglihatan menurun perlahan-lahan.

Kesan Umum :
Pasien tampak baik, dapat berjalan dengan dituntun, kesadaran kompos mentis

A. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Pemeriksaan
Visus jauh
Refraksi
Koreksi
Visus dekat
Proyeksi sinar
Persepsi warna (merah,
hijau)

OD

OS

1/60
t.d.p.
t.d.p.
t.d.p
Baik

5/30
t.d.p.
t.d.p.
t.d.p
baik

Baik

baik

Penilaian
Dikerjakan Tidak

B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
Pemeriksaan
1.
Sekitar mata

Supercilia
2.
Kelopak mata

Pasangan

Gerakan

Lebar rima

Kulit

Tepi kelopak

Margointermarginalis
3.
Apparatus lakrimalis

Sekitar gld
lakrimalis

Sekitar saccus
lakrimalis

Uji fluresin

Uji regurgitasi
4.
Bola mata

Pasangan

OD

OS

Normal

Normal

Simetris
bebas
8 mm
Normal
Normal
Normal

Simetris
Bebas
8 mm
Normal
Normal
Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

t.d.p.
t.d.p.
Simetris

t.d.p.
t.d.p.
Simetris

Penilaian
Dikerjakan Tidak

5.
6.

Gerakan

Ukuran
Tekanan bola mata

K. Palpebra superior
K. Palpebra inferior

8.

Bebas
Normal
Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Normal
cembung
Normal
Licin&rat
a
Jernih
Jernih
t.d.p.
t.d.p.

Normal
cembung
Normal
licin&rata

Normal
Jernih

normal
jernih

Hitam
Simetris
Radier
Normal

hitam
simetris
radier
Normal

3mm
Bulat
Sentral
Reguler
+
+

3mm
bulat
sentral
reguler
+
+

Ada
Keruh

Ada
IOL

Konjungtiva

7.

Bebas
Normal
Normal

K. Fornik
K. Bulbi
Sclera
Episklera
Skelra

Episklera
Kornea

Ukuran

Kecembungan

Limbus

Permukaan

Medium

Dinding belakang

Uji Fluresin

Placido
9.
Camera oculi anterior

Ukur kedalaman

Isi
10. Iris

Warna

Pasangan

Gambaran

Bentuk
11. Pupil

Ukuran

Bentuk

Tempat

Tepi

Reflek direk

Reflek indirek
12. Lensa

Ada/ Tidak ada

Kejernihan

Jernih
Jernih
t.d.p.
t.d.p.


Letak

Warna kekeruhan
13. Korpus vitreum
14. Reflek fundus
15. Skiaskopi

padat
Sentral
(+)
Jernih
t.d.p.
t.d.p.

sentral
(-)
jernih
t.d.p.
t.d.p.

OD

OS

Kelopak mata

Tenang

Tenang

Bola mata

Tenang

Tenang

TIO

Normal

Normal

Konjunctiva

Normal

Normal

Jernih

Jernih

Kornea

COA

Dalam

Dalam

Iris

Bulat

Bulat

Reflek pupil

Positif

Positif

Lensa

keruh padat

IOL

Korpus vitreum

Jernih

Jernih

DIAGNOSIS

OD

: Katarak Senilis dengan Luksasi Lensa

OS

: Pseudofokus, post EKEK dengan IOL tahun 2002

TERAPI

Penanganan yaitu dengan melakukan ekstraksi lensa

PROGNOSIS :

Ad visam

: dubia

Ad sanam

: dubia

Ad vitam

: dubia

Ad kosmetikam : dubia

PEMBAHASAN

Katarak Senil
Perubahan lensa pada usia lanjut : (Ilyas,2001)
1. Kapsul
-

menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)

mulai presbiopia

bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

terlihat bahan granular

2. Epitel-makin tipis
-

Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.

3. Serat lensa
-

lebih ireguler

pada korteks jelas kerusakan serat sel

brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama-kelamaan merubah protein nucleus


(histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa, sedang warna coklat
protein lensa nucleus mengandung sedikit histidin dan triptofan disbanding
normal.

Korteks tidak berwarna karena :


-

kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksida

sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun
Pada katarak senile sebaiknya singkirkan penyakit mata local dan penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata.
Katarak senile secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumesen,
matur, hipermatur dan Morgagni (Ilyas, 2001).

Katarak insipien, Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :


Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior
(katarak kortikal).
Katark subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah
terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada
katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama
pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak intumesen, Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air.
Masuknya air kedalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang
akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal disbanding dengan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya
terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan myopia lentikular. Pada keadaan ini
dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah,
yang memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat
lensa.
Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai
seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotic bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung
akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma sekunder.

Katarak matur, pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran
yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan
kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalam normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair.
Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn
menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka
korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan
bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nucleus yang terbenam didalam korteks lensa
karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.
Tidak diketahui kenapa katarak senile pada orang tertentu berbentuk korteks anterior
dengan celah air, nucleus, dan korteks supkapsular posterior.

II.4. Gejala Klinik Katarak Senil


Tingkatan klinis terjadinya katarak, dengan asumsi tidak ada penyakit lain ditentukan oleh
tajam penglihatannya. Umumnya turunnyatajam penglihatan secara langsung sebanding dengan
kepadatan katarak

Pada beberapa orang, secara klinis ditemukan katarak yang bermakna jika diperiksa
memakai oftalmoskop atau lampu celah, tetapi yang bersangkutan masih bisa melihat cukup baik
untuk kerja sehari-hari. Pada kasus lain penurunan tajam penglihatannya tidak sebanding dengan
derajat kekeruhan lensa. Ini disebabkan oleh adanya distorsi bayangan karena kekeruhan
sebagian lensa (Vaughan, 1986).

II.5. Penatalaksanaan Katarak Senil


Penatalaksanaan katarak senile, terutama adalah pembedahan yang dikenal dengan nama
ekstraksi katarak (Wijana,1993), dimana teknik ekstraksi katarak ada macam-macam, yaitu :
1. Ekstraksi katarak linier
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
3. Ekstraksi katarak intrakapsuler

1. Ekstraksi katarak linier


Caranya buat flap konjungtiva, dimana konjungtiva bulbi dilepaskan dari dasarnya kirakira 5mm dari limbus,sampai ke limbus.
Daerah limbus ditembus dengan keratom, dengan ujung kerarom dibuat luka pada kapsul
lensa anterior selebar-lebarnya, kemudian ujung keratom digerakkan kekanan dan kekiri sejauh
mungkin, sehingga terdapat luka selebar-lebarnya pada kapsul lensa. Kemudian keratom ditarik
keluar. Perlu dijaga, kapsul lensa posterior jangan sampai terluka, sehingga tak ada bahaya

keluarnya badan kaca. Melalui luka kapsul lensa anterior, isi lensa dikeluarkan dari coa dengan
sendok Daviel, sebanyak-banyaknya. Bila yakin, bahwa kapsul lensa posterior utuh, tindakan ini
dapat disusul dengan pembilasan memakai garam fisiologis, sehingga coa menjadi sebersihbersihnya. Pada anak muda, sisa lensa yang masih tertinggal biasanya diresorpsi dengan baik dan
dapat hilang seluruhnya.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Sering terjadi secara tidak sengaja, yang terjadi pada waktu mencoba mengeluarkan lensa
secara intrakapsuler ataupun secara ekstraksi linier. Operasi lensa secara ekstrakapsuler yang
terencana dilakukan bila :
-

Kita ragu apakah nucleus lentis sudah terbentuk atau belum.

Kita mengira badan kaca mencair, misalnya pada myopia tinggi, setelah
menderita uveitis.

Telah terjadi perlekatan luas antara iris dan lensa.

Pada operasi mata yang lainnya, telah terjadi ablasi atau prolaps badan kaca.

Pada operasi mata yang lainnya, timbul penempelan badan kaca pada kornea yang
menyebabkan distrofi kornea.

Terkandung maksud untuk memasang lensa intraokuler buatan.

Menurut mereka yang telah berpengalaman dalam operasi katarak, operasi katarak
ekstrakapsuler mempunyai prognosis yang lebih baik daripada cara intrakapsuler. Operasi ini
sekarang menjadi popular kembali, setelah diketahui bahwa operasi ekstraksi katarak
intrakapsuler sering menimbulkan penyulit cystoid macular edema, ablasi badan kaca, ablasi
retina, distrofi kornea, yang dapat dihindarkan dengan operasi secara ekstrakapsuler.

Cara yang sederhana dari katarak ekstraksi ekstrakapsuler, dilakukan seperti pada ekstraksi
linier, hanya bila sesudah kapsul lensa anterior dirobek seluas-luasnya, nucleus lentis digeser
keluar dengan melakukan tekanan yang ringan pada daerah limbus bagian bawah, untuk
kemudian, disusul dengan bilasan memakai garam fisiologis atau larutan BSS (balanced Salt
Solution) dan sebangsanya, supaya sisa-sisa lensa dikeluarkan sebanyak-banyaknya.
Sekarang telah didapatkan cara yang lebih baik, dimana didapatkan hasil visus yang lebih
memuaskan, karena kemungkinan tertinggalnya sisa-sisa lensa lebih diperkecil lagi, operasi ini
merupakan suatu bedah mikro.
Caranya :
-

Buat flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva bulbi dari dasarnya kirakira 5mm, dari limbus, sampai limbus.

Insisi daerah limbus bagian atas 160-180 derajat.

Kapsul lensa dirobek dengan pisau disisi daerah inferior, diteruskan ke bagian
atas.

Kemudian kapsula lensa anterior diangkat seluas mungkin, dengan menghindari


robeknya kapsul didaerah ekuator.

Dengan tekanan yang ringan pada daerah limbus bagian bawah, nucleus lentis
digeserkan keluar.

Irigasi sisa lensa dapat dikeluarkan sebanyak mungkin tetapi dengan irigasi
sesedikit mungkin.

3.Ekstraksi katarak intrakapsuler


Meskipun operasi secara ekstrakapsuler, sekarang mendapat popularitas, tetapi operasi
secara intrakapsuler, tetap masih banyak yang melakukannya. Dengan kemajuan dalam tehnik

operasi, seperti dipakainya mikroskop pada waktu operasi, juga penggunaan alat krio untuk
ekstraksi lensa, adanya benang yang dapat diserap dan jumlah jahitan yang lebih baik, maka hasil
operasipun menjadi lebih baik pula.
Caranya :
-

Lepaskan konjungtiva bulbi samapi kelimbus, setengah lingkaran limbus.

Buat 3 buah preplaced suture, yang menghubungkan kornea dan sklera, sehingga
sesudah lensa keluar, tinggal mengikatnya saja. Kalau sudah lensa keluar, baru
dibuat suture, ada bahaya prolaps badan kaca. Ada bermacam-macam cara
memasang preplaced suture ini, tergantung yang melakukan operasi.

Kemudian dilakukan pemotongan limbus dengan keratom, luka mana dilebarkan


dengan gunting sampai kurang lebih setengah lingkaran limbus.

Lakukanlah iridektomi perifer, supaya selama operasi memperkecil kemungkinan


prolaps badan kaca dan pasca bedah mempermudah pengaliran cairan bilik mata
dari cop ke coa. Jika tidak dilakukan iridektomi perifer, badan kaca dapat
menonjol kedaerah pupil, timbulkan hambatan aliran dari cop kecoa, coa menjadi
dangkal, karena iris terdorong kedepan dan terjadilah glaucoma dengan segala
akibatnya.

Sesudah ini jepitlah lensa dengan pinset atau dengan penghisap kapsul lensa (cryo
pencil), untuk kemudian lensa diluksasi kekanan dan kekiri secara perlahan-lahan,
sehingga zonula zinii terlepas, Hal ini penting, sebab bila zonula zinii belum lepas
dan lensa dicoba dikeluarkan dengan menekan limbus, secara menarik lensa
keluar, maka lensa itu dapat keluar dengan mendadak, disusul dengan prolaps dari
badan kaca.

Sesudah lensanya keluar, preplaced suture diikat, jahitan kornea ditambah 4 bulan
lagi.

Bilik mata dibentuk kembali dengan memasukkan cairan BBS (Balanced Salt
Solution).

Konjungtiva dijahit.

Berikan garamisin 20 mg, subkonjungtiva

Kedua mata ditutup selama 24 jam pertama.

Enzymatic zonulysis : merupakan tehnik yang penting pada ekstraksi katarak intrakapsuler,
dimana disuntikkanchymotrypsine kedalam coa, yang merupakan enzim fibrolitik dan proteolitik
dari zonula zinii. Cairan ini dibiarkan 1-3 menit sebelum dilakukan ekstraksi, sehingga
pengeluaran lensa menjadi lebih mudah.

Luksasi Lensa
A.

Luksasi Lensa Anterior.


Bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat masuk ke
dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak dalam bilik mata depan ini maka akan terjadi
gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul glaucoma kongestif
akut dengan gejala-gejalanya.
Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit yang sangat,
muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema
korne, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar.
Tekanan bola mata sangat tinggi.
Pada luksasi lensa anterior sebaiknya pasien secepatnya dikirim pada dokter mata untuk
dikeluarkan lensanya dengan terlebih dahulu diberikan asetazolamide untuk menurunkan
tekanan bola mata.

B.

Luksasi Lensa Posterior.


Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat
putusnya zonula zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke dalam
badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli.
Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa
mengganggu kampus. Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia.
Pasien akan melihat normal dengan lensa +12.0 dioptri untuk jauh, bilik mata depan dalam
dan iris tremulans. Lensa yang terlalu lama berada dalam polus posterior dapat
menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa, berupa glaucoma fakolitik ataupun uveitis
fakotoksi.
Bila luksasi lensa telah menimbulkan penyulit sebaiknya secepatnya dilakukan ekstraksi
lensa.

Anda mungkin juga menyukai