Sungguh aku ga akan pernah lupain waktu itu. 15 november, satu sura. Entah hal apa yang begitu membuat aku merasa khawatir. Sangat. Atas kejadian itu. Tidak saat dimana aku baru saja menemukan jawaban atas penantian selama beberapa tahun ini. Tidak disaat dimana kamu baru saja membuka hati itu. Tidak disaat dimana kamu baru saja memeluk dan mencium lembut kening ini. Untuk semua waktu yang selama ini hanya menjadi imajinasi. Demi Tuhan, aku tidak pernah memiliki dan merasakan perasaan ini sebelumnya. Kamu, teman sedari dulu, yang-aku-tidak-pernah-punya-cukup-keberanian-untuk-membicarakan-soal-kita. Kamu, satu-satunya alasan kenapa aku selalu berhasil menyembunyikan segala rasa itu,meskipun pada akhirnya kamu akan selalu menyadarinya. Aku benar-benar tidak mengerti perasaan apa sebenarnya yang sedang, pernah, dan akan aku rasakan ini. Seperti ingin memiliki, tapi kadang tidak ingin. Mungkin, aku takut kehilangan kamu nantinya. Kamu sudah menempati ruang tersendiri, di sini, di hati ini. Aku-kamu-kita, berteman baik. Bahkan ketika kamu pun saat ini masih merasa sangsi dengan perasaan yang sedang bergejolak di dalam diri kamu-yang-entah-kamu-sendiri-juga-tidak-tahu. Keraguan apakah ini hanya emosi sesaat atau memang benar yang terasa. Aku tidak siap kehilangan kamu, untuk waktu yang sesingkat ini. Waktu kita baru saja mulai saling memiliki. Waktu kita baru saja saling mengenggam tangan. Waktu kita baru saja mulai berbicara tentang aku dan kamu, kita. Aku-kamu, membiarkan semuanya mengalir seperti air. Aku-kamu, memilih menjadi abu-abu diantara warna-warni. Aku-kamu, terasa seperti ada yang membatasi. Berada dalam segala ketidakpastian.. could we love normally? Kamu pernah bilang, supaya aku-kamu saling menguatkan. Ketika nantinya aku akan menemui fase dimana aku akan menjaga atau melepaskan perasaan itu,meskipun kamu meyakini aku akan menjaganya. Kamu bilang, itu akan menyakitkan ketika kamu melihatku sedang dalam fase itu. Ketika itulah, aku ingin kamu yang menguatkan aku. Saat ini, mungkin yang sedang aku khawatirkan adalah sebaliknya, ketika kamu berada dalam fase dimana aku yang harus menguatkan kamu, tetapi aku tidak punya cukup keyakinan. Aku paham sekali, perasaan memang tidak akan pernah bisa dipaksakan. Jika memang yang kamu rasakan itu sudah waktunya untuk hilang, meskipun untuk waktu yang singkat, biarkan saja. Aku sungguh tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Membiarkanmu pergi atau menahanmu.. yang aku tahu, aku hanya mencoba belajar untuk tetap menjaga rasa ini entah sampai kapan Tuhan yang akan mengambilnya. Sama seperti dulu. Itulah sebabnya kenapa aku pernah bilang lebih baik kamu menjadi orang asing buatku. Because i could love you normally.. Berada dalam kondisi ini, bohong katamu kalau aku akan terus merasa bahagia. Aku memang merasa bahagia, namun tetaplah hanya sebatas hitam dan putih, meskipun kamu telah memberi warna.
No matter what will happen next, im still your bestfriend-lover.. .. ill be sitting and ill be waiting for you cause all this thoughts and all this hopes will go blue. Time awaits you know, im on your side and memories is all we got, so hold my hand and well ease it out tonight.. ttatw honeymoon on ice. kita tak semestinya berpijak diantara ragu yang tak berbatas. Seperti berdiri di tengah kehampaan mencoba untuk membuat pertemuan cinta.. Kita adalah sisa-sisa keikhlasan yang tak diikhlaskan, bertiup tak berarah, berarah ke ketiadaan, akankah bisa bertemu kelak di dalam perjumpaan abadi. Payung teduh kita adalah sisa-sisa keikhlasan yang tak diikhlaskan.