3.1. 3.2.1.
KONDISI GEOGRAFIS DAN FISIK WILAYAH Luas Wilayah dan Batas Administrasi
Secara geografis wilayah Kabupaten Serang terletak pada koordinat 5 0 50 - 60 21 Lintang Selatan dan 1050 0 - 1060 22 Bujur Timur. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara ke selatan adalah sekitar 60 Km dan jarak terpanjang dari barat ke timur sekitar 90 Km, dengan luas wilayah 1.467,35 Km2. Secara administratif, Kabupaten Serang terdiri atas 28 Kecamatan dan 314 Desa, yang berbatasan langsung dengan wilayah/daerah lain yaitu : Sebelah Utara : Laut Jawa dan Kota Serang Sebelah Timur : Kabupaten Tangerang Sebelah Selatan : Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang Sebelah Barat : Kota Cilegon dan Selat Sunda
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 2
Secara letak geografis, Kabupaten Serang merupakan daerah yang sangat potensial dan amat diuntungkan. Posisi geografis dalam aksesibilitas keluar-masuk wilayah Kabupaten Serang cukup strategis, karena dilalui oleh Jalan Tol Jakarta Merak yang merupakan akses utama dari dan menuju Pulau Sumatera melalui Pelabuhan Penyeberangan Merak, menjadikan Kabupaten Serang sebagai wilayah transit perhubungan darat antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Disamping itu, Kabupaten Serang juga sebagai daerah alternatif dan penyangga (hinterland) Ibukota Negara, mengingat jaraknya jika diukur melalui jalan Tol Jakarta Merak hanya sekitar 70 Km. Secara historis sebelum masa kemerdekaan RI, Kabupaten Serang pada awalnya merupakan wilayah Kesultanan Banten. Adapun paska masa kemerdekaan RI, Kabupaten Serang berada dalam lingkup wilayah Provinsi Jawa Barat. Setelah terbentuknya Provinsi Banten yang merupakan pemekaran dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000, Kabupaten Serang menjadi salah satu daerah otonomnya dan berstatus sebagai Ibukota Provinsi Banten. Namun sejalan dengan waktu, Kabupaten Serang selanjutnya dimekarkan menjadi dua wilayah otonom yakni Kabupaten Serang dan Kota Serang berdasarkan UU No. 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang pada tanggal 10 Agustus 2007. Dengan dimekarkannya Kabupaten Serang maka secara otomatis luas wilayah administrasinya pun berkurang menjadi sebesar 1.467,35 Km2 yang terdiri dari 28 kecamatan dan melingkupi 314 desa. Berikut ini nama kecamatan, luas wilayah dan jumlah desa di Kabupaten Serang tahun 2010. Tabel 3.1 Jumlah serta Luas Wilayah Kecamatan dan Desa di Kabupaten Serang Tahun 2010
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. KECAMATAN Anyar Bandung Baros Binuang Bojonegara Carenang Cikande Cikeusal Cinangka Ciomas Ciruas Gunungsari IBUKOTA Anyar Bandung Baros Binuang Bojonegara Panenjoan Cikande Cikeusal Cinangka Sukadana Citerep Gunungsari LUAS KM2 56,81 25,18 44,07 26,17 30,30 36,40 50,53 88,25 111,47 48,53 40,61 48,60 % 3,28 1,45 2,54 1,51 1,75 2,10 2,91 5,09 6,43 2,80 2,34 2,80 JUMLAH DESA 10 8 14 7 10 10 12 15 13 11 17 7
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 3
NO 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
KECAMATAN
IBUKOTA
Jawilan Jawilan Kibin Ciagel Kragilan Kragilan Kramatwatu Kramatwatu Kopo Kopo Mancak Labuan Pabuaran Pabuaran Padarincang Padarincang Pamarayan Pamarayan Petir Mekar Baru Pontang Pontang Pulo Ampel Sumuranja Tanara Cerucuk Tirtayasa Tirtayasa Tanjung Teja Tanjung Teja Waringinkurung Waringinkurung KABUPATEN SERANG Sumber: Pemerintah Kabupaten Serang, 2010
LUAS KM2 % 38,95 2,25 33,51 1,93 51,56 2,97 48,59 2,80 44,69 2,58 74,03 4,27 79,14 4,57 99,12 5,71 41,92 2,42 46,94 2,71 64,85 3,74 32,56 1,88 49,30 2,84 64,46 3,72 39,52 2,28 51,29 2,96 1.467,35 100,00
3.2.2.
Kondisi Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Serang berada dalam ketinggian 0 - 1.778 mdpl (meter di atas permukaan laut) dan pada umumnya tergolong pada kelas topografi lahan dataran dan bergelombang. Pada umumnya (> 97,5%) wilayah Kabupaten Serang berada pada ketinggian kurang dari 500 mdpl. Ketinggian 0 mdpl membentang dari Kecamatan Tirtayasa sampai Kecamatan Cinangka di pantai barat Selat Sunda dan ketinggian 1.778 mdpl terdapat di kaki Gunung Karang yang terletak di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pandeglang. Selain wilayah daratan, Kabupaten Serang juga memiliki beberapa wilayah pulau-pulau kecil yang berada di wilayah perairan Kabupaten Serang. Pulau-pulau kecil yang telah tercatat hingga saat ini yakni sebanyak 16 pulau dengan deskripsi sebagai berikut: Tabel 3.2 Deskripsi Pulau-Pulau Kecil di Wilayah Kabupaten Serang
NO NAMA PULAU 1 Pulau Sangiang (Sanghyang) LETAK GEOGRAFIS 1060500010505151 BT dan 60-505900LS Desa Cikoneng Kecamatan Anyar KONDISI LAHAN Bergunung, Kebun kelapa dan berbatuan semak 450 ha, volkanik, pantai mangrove 200 ha, berpasir, perumahan dan 0-100 m dpl. fasum 40 ha, dan TOPOGRAFI AKSESIBILITAS Kapal dari pelabuhan Anyar 1,5 jam, 11 km dari kecamatan dan 43 km dari LUAS (HA) 845,5
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 4
NO
KONDISI LAHAN sisanya hamparan pasir 2 Pulau Salira 10600341 Relatif datar 0-2 Berawa 10600337 BT dan m dpl 505314- 505317 LS Desa Mangunrejo Kecamatan Bojonegara 3 Pulau Kali (dua 10600521Relatif datar 0-3 Berawa pulau, utara 10600551 BT dan m dpl dan selatan) 505351- 505358 LS Desa Pulo Ampel Kecamatan Bojonegara 4 Pulau Tarahan 10600647 Datar 0-5 m dpl, Berawa 10600700 BT dan berbukit rendah, 505648- 505705 berbatuan LS Desa Marga Giri volkanik Kecamatan Bojonegara TOPOGRAFI
NAMA PULAU
LETAK GEOGRAFIS
AKSESIBILITAS
LUAS (HA)
5 Pulau Kemanisan
6 Pulau Cikantung
7 Pulau Panjang 10600818Relatif datar 0-4 10601010 BT dan m dpl 505508 - 505641 LS Desa Pulau Panjang Kecamatan Pulo Ampel
Ibukota Kabupaten Kapal dari 1,875 pelabuhan ikan Karangantu 2 jam, 12 km dari Kecamatan dan 34 km dari Ibukota Kabupaten Kapal dari P. Kali pelabuhan ikan Utara 3 Karangantu 2 ha, jam P. Kali Selatan 3,5 ha Kapal dari 11,875 pelabuhan ikan Grenyang/ Teratai 0,5 jam, dari pelabuhan ikan Karangantu 1,5 jam, dan 4,25 km dari Kecamatan, 26 km dari Ibukota Kabupaten Berawa Kapal dari 7,5 pelabuhan Ikan Grenyang/ Teratai 0,5 jam dan dari Pelabuhan ikan Karangantu 1,5 jam dan 1,5 km dari kecamatan, 23,5 km dari Ibukota Kabupaten Berawa Kapal dari 1,25 pelabuhan ikan Grenyang/ Teratai 20 menit dan dari pelabuhan ikan Karangantu 1,15 jam, dan 24,5 km dari Ibukota Kabupaten Kebun kelapa & Dari Bojonegara 502 semak belukar 30 menit, 16 km 400 ha, hutan dari kecamatan 22 mangrove 100 ha, km dari Ibukota perumahan dan Kabupaten fasum 100 ha, rawa-rawa dan tambak 135 ha
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 5
NO
LETAK KONDISI TOPOGRAFI GEOGRAFIS LAHAN 10601013Datar, 0-0,5 m Daerah Rawa10601017 BT dan dpl rawa mangrove 505618- 505522 LS Desa Pulau Panjang Kecamatan Pulo Ampel 10608501060859 BT dan 505855- 505901 LS Desa Banten Kecamatan Pulo Ampel 1060091210600921 BT dan 601000- 600000 LS Desa Banten Kecamatan Pulo Ampel
AKSESIBILITAS
9 Pulau Kubur
10 Pulau Lima
11 Pulau Gedang 1060084510600856 BT dan 505945- 505955 LS Desa Banten Kecamatan Kasemen Pulo Ampel 12 Pulau Satu 1060120510601210 BT dan 600025- 600103 LS Desa Sawah luhur Kecamatan Pulo Ampel
13 Pulau Pamojan 10601310Besar 10601242 BT dan 505640- 505628 LS Desa Susukan Kec. Pontang
Kapal dari pelabuhan ikan Karangantu 1,5 jam dan 14,5 km dari Kecamatan, 20,5 km dari Ibukota Kabupaten Relatif datar 0-2 Daerah rawaKapal dari m dpl rawa mangrove pelabuhan ikan Karangantu 50 menit dan jarak dari kecamatan 8,8 km, dari Ibukota Kabupaten Relatif datar 0-4 Rawa-rawa 900 Kapal dari m dpl m2, perkebunan pelabuhan ikan kelapa 1000 m2 Karangantu 0,5 semak belukar jam dan jarak dari 8000 m2, dan Kecamatan 9 km, sisanya lahan dari Ibukota mangrove Kabupaten 15 km Agak Daratan Kapal dari bergelombang, bergelombang, pelabuhan ikan berbukit rendah, semak belukar Karangantu 0,5 berbatuan jam dan jarak dari volkanik, 0- 10 Kecamatan 10 km, m dpl, warna dari Ibukota tanah Kabupaten 16 km kecoklatan Relatif datar 0-3 Kawasan cagar 35 menit dari m dpl budaya bersama Pelabuhan P. Dua. SK Karangantu, 12 Menhut No. km dari 253/Kpts 11/1984 Kecamatan, 18 km menetapkan dari Ibukota sebagi cagar Kabupaten budaya dengan areal tambang 30 ha Agak berbukit, Berawa, 20 % 1 jam dari Berbukit perkebunan Pelabuhan rendah, kelapa dan Karangantu, 17,5 berbatuan semak belukar km dari volkanik, 0-15 Kecamatan, 37,5 dpl tergolong km dari Ibukota lahan agak Kabupaten bergelombang Datar 0-4 m dpl Berawa 1 jam 15 menit dari Pelabuhan Karangantu, 18 km dari
1,563
3,5
2,5
2,5
15
0,63
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 6
NO
NAMA PULAU
Kecamatan, 38 km dari Ibukota Kabupaten 15 Pulau Tunda 10605000Relatif datar 0-5 Perkebunan 3 jam dari 10505151 BT dan m dpl kelapa dan Pelabuhan 505615- 505900 semak belukar Karangantu, LS Desa (170 ha), 22,5 km dari Wargasara mangrove (30 Kecamatan, Kecamatan ha), pemukiman 42,5 km dari Tirtayasa dan fasum (27ha) Ibukota Kabupaten Sumber: Pemerintah Kabupaten Serang, 2010
TOPOGRAFI
KONDISI LAHAN
AKSESIBILITAS
LUAS (HA)
257,5
3.2.3.
Kondisi hidrologi di Kabupaten Serang ditandai dengan terdapatnya Daerah Aliran Sungai (DAS). Pengelolaan sungai mengatur adanya Satuan Wilayah Sungai (SWS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS). Secara umum, baik SWS maupun DAS yang berada di Kabupaten Serang relatif tidak luas. Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Serang memiliki lebar yang relatif kecil (lebar kurang dari 50 m) dan pendek (panjang kurang dari 100 Km). Selain itu, terdapat DPS (Daerah Pengelolaan Sungai) yakni pengelolaan satu atau beberapa DAS secara bersama yang dilakukan dalam pelaksanaan perencanaan dan pengelolaan karena faktor efisiensi dana dan pelaksanaan. SWS yang terdapat di Kabupaten Serang yaitu Ciujung-Ciliman, terdiri atas DAS Cidurian, Ciujung, Cibanten, dan Cidanau. DAS tersebut terdiri dari sub-sub DAS. Sungai yang besar adalah Cidurian dan Ciujung. Sungai Cidurian berhulu di Kabupaten Tangerang. Sebagian besar sungai mengalir ke arah utara menuju Laut Jawa. DAS Cidanau mengalir ke barat Selat Sunda. Sebelah selatan terdapat DAS Ciliman dimana terdapat dua arah pengaliran, yang pada umumnya mengalir ke utara menuju Laut Jawa atau Teluk Banten, dan sebagian ke barat menuju Selat Sunda. Ditinjau dari fisiografi dan morfologi permukaan tanahnya, sebagian besar (sekitar 35 %) bagian utara Kabupaten Serang merupakan hilir tata air permukaan yang mengarah ke Laut Jawa bagian barat daya, khususnya ke Teluk Banten. Dari 35 % tersebut, sekitar 25% merupakan daerah perbukitan sangat rendah atau mengalami pendataran sangat aktif (peneplainisasi) dan 10 % berupa dataran pesisir. Aliran air permukaan yang besar terutama berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidurian dan DAS Ciujung. Sekitar 50 % merupakan perbukitan daerah hulu terutama di bagian selatan dan sedikit di utara-barat
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 7
laut, yaitu Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Pulo Ampel. Sisanya sekitar 14% merupakan wilayah perbukitan yang mengarahkan aliran air permukaannya ke arah barat di Selat Sunda terutama dari DAS Ciliman dengan dataran pesisir hilirnya di sebelah barat yang sangat sempit (1%). Tabel 3.3 Daftar DAS/Sub DAS di Kabupaten Serang
NO. 1. NAMA DAS Cidurian NAMA SUB DAS Cidurian Hulu Cibeureum Cidurian Hilir Cimanceuri Hulu Cirarab Cimanceuri Hilir 2. Ciujung Ciujung Hulu (a) Ciujung Hulu (b) Ciujung Tengah Ciujung Hilir Ciujung Kulon (Cikeuruh) 3. Cibanten Cibanten K Grogol Bojonegara K. Lombang Cibeber K. Anyer Cikoneng Cipasauran 4. Cidanau Cikakalumpay Cisaat Cisawarna Cibojong Cihoreang Cicangkadan
Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2009
LUAS (HA) 184.658,00 37.194,00 28.391,00 35.542,00 40.501,00 33.795,00 9.235,00 279.839,00 21.247,00 136.879,20 23.444,80 40.221,00 58.047,00 80.170,00 21.580,00 5.750,00 5.270,00 7.560,00 15.320,00 6.560,00 6.910,00 11.220,00 22.620,00 7.831,00 4.900,00 4.579,00 2.960,00 1.040,00 1.310,00
Selain itu, kondisi hidrologi wilayah Kabupaten Serang ditandai dengan terdapatnya danau, rawa, situ atau waduk. Berikut ini diuraikan kondisi danau, rawa, situ atau waduk di Kabupaten Serang.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 8
Tabel 3.4 Daftar Danau, Rawa, Situ, Telaga dan Waduk di Kabupaten Serang
NO. 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 NAMA PERAIRAN St. Belungun St. Ciherang Banjar St. Teratai Wd. Cikande St. Cibiral St. Rampones St. Sindang Mandi St. Tasik Kardi Rw. Danau Telaga Wangsa St. Cirahap St. Ranca Gede Jakung Rw. Gede Kawao Rw. Bojong Herang Rw. Bojong Pring Rw. Pasar Raut Rw. Enang St. Cibulakan St. Citaman Wd. Cilesung Wd. Belungun Wd. Ciranjen Wd. Cibulegar Wd. Cipaseh Wd. Citawing Wd. Ciligawir Wd. Ciujung Lama Wd. Lontar LOKASI (DESA/KECAMATAN) Cijeruk/Cikande Banjar/Cikande St. Teratai/Cikande Cikande/Cikande Tanjungsari/Pabuaran Sindang Mandi/ Pabuaran Sindang Mandi/ Pabuaran Margasana/Kramatwatu Cinangka/Padarincang Cipayung/Padarincang Cipayung/Padarincang Babakan/Pamarayan Binuang/Carenang Pamanuk/Carenang Gabus/Carenang Bojong Menteng/Petir Kemuning/Tunjung Teja Sukabana/Ciomas Tamansari/Baros Sukacai/Baros Sentul/Kragilan Junti/Junti Cibulegar/Cibulegar Anyer/Anyer Cinangka/Cinangka Kadu Embe/Citasuk Pepetan/Pontang Lontar/Tirtayasa LUAS (HA) 2,5 5,3 26,0 4,0 0,6 2,0 11,0 26,0 VOLUME AIR (000 M3) 75,5 156,0 390,0 254,0 16,0 30,0 220,0 416,0
Ditinjau dari segi klimatologi, menurut klasifikasi Kppen, iklim Kabupaten Serang terdiri dari beberapa klasifikasi, belahan utara Serang beriklim Monsun Tropis (Ama), belahan selatan Serang umumnya beriklim Hutan Hujan Tropis (Afa) dan sebagian beriklim Subtropis (Cfa). Dengan demikian belahan utara Serang mempunyai bulan kering selama satu bulan atau lebih dalam setahun. Bagian selatan Serang umumnya tidak mempunyai bulan yang dapat dipastikan sebagai bulan kering. Pada bagian yang beriklim Cfa mempunyai karakteristik hujan yang serupa dengan daerah bagian selatan Serang, tapi di daerah tersebut suhu pada bulan terdingin dapat mencapai 18C dan pada bulan terhangat dapat melebihi 32C.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 9
Menurut klasifikasi Mohr daerah Serang memiliki 6 (enam) bulan basah (November-April) dan 6 (enam) bulan yang tidak termasuk bulan basah maupun bulan kering, yaitu bulan Mei hingga Oktober. Pada saat bulan basah, curah hujan melebihi laju penguapan. Pada bulan yang diguyur curah hujan antara 60 mm sampai 100 mm terjadi keseimbangan antara curah hujan dan besar penguapan. Secara umum daerah Kabupaten Serang sebenarnya cukup memperoleh air dari hujan secara alami. Oleh karena itu dengan pengelolaan air-tanah-hutan yang baik dan benar serta sistem irigasi dan drainase yang baik dan tepat, maka daerah penduduk Kabupaten Serang secara umum sebenarnya dapat memenuhi kebutuhan airnya sendiri. Tabel 3.5 Klasifikasi Iklim Kabupaten Serang Menurut Pembagian Kecamatan Dengan Menggunakan Cara Mohr (1933)
TIPE IKLIM B1 C2 C3 D1 D2 D3 E2 E3 DAERAH PENYEBARAN (KECAMATAN) Padarincang Cinangka, Kopo Cikeusal, Ciomas Pabuaran, Pamarayan Kragilan, Petir, Anyer Waringin Kurung, Mancak Baros, Ciruas, Tirtayasa
3.2.
Pembangunan manusia di Kabupaten Serang bila merujuk pada perkembangan capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai ukuran yang banyak digunakan untuk mengetahui derajat kesejahteraan masyarakat, menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan rata-rata IPM Kabupaten Serang dalam periode tahun 2005-2009 sebesar 0,86% per tahun. Hingga tahun 2009, IPM di Kabupaten Serang telah mencapai angka 68,27. Berdasarkan data capaian IPM Kabupaten Serang tahun 2009 sebesar 68,27, dimana angka tersebut masih dibawah capaian IPM Provinsi Banten (70,06) dan IPM Nasional (71,17) pada tahun yang sama. Pada tahun 2009 IPM Kabupaten Serang menempati urutan ke 6 (enam) diantara 8 (delapan) kabupaten/kota lainnya di Provinsi Banten.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 10
Gambar 3.2 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Serang Tahun 2005-2009
90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 2005 Indeks Kesehatan 2006 Indeks Pendidikan 2007 2008 Indeks Daya Beli 2009 IPM 77,73 66,00 60,67 59,60 79,22 66,80 61,33 59,83 79,25 67,45 62,15 60,96 78,61 67,80 62,05 78,93 63,46 68,27 62,42
62,75
Penyebab lambannya pergerakan angka IPM Kabupaten Serang terutama dipengaruhi oleh lambannya pertumbuhan masing-masing indeks kompositnya, terutama Indeks Pendidikan yang secara rata-rata hanya bertumbuh 0,41% per tahun selama periode 2005-2009. Sedangkan Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli dalam kurun waktu yang sama menunjukkan rata-rata pertumbuhan masing-masing 1,13% per tahun dan 1,16% per tahun. Berdasarkan capaian indeks-indeks komposit IPM hingga tahun 2009, capaian Indeks Daya Beli masih cukup tertinggal terhadap standar hidup layak yang diharapkan. Indeks Daya Beli memiliki capaian terendah dibandingkan indeks-indeks komposit IPM lainnya, yaitu baru mencapai 62,42 hingga tahun 2009. Berbagai gejolak sosial ekonomi yang terjadi sejak peristiwa krisis ekonomi hingga berdampak pada terjadinya krisis multidimensi yang tak kunjung pulih sepenuhnya hingga saat ini merupakan faktor yang menyebabkan sulitnya mendongkrak tingkat daya beli masyarakat di Kabupaten Serang. Sedangkan Indeks Pendidikan merupakan capaian terbaik dari indeks-indeks komposit IPM lainnya, dimana capaian angka indeksnya sudah berada pada posisi 78,93 hingga tahun 2009, meskipun sebenarnya terjadi sedikit penurunan karena pada tahun 2007 sempat mencapai angka 79,25.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 11
3.2.1.
Tiga hal pokok yang merupakan komponen utama dan saling berhubungan satu dengan lainnya dalam terbentuknya suatu wilayah adalah: penduduk, tempat/lokasi, dan pemerintahan. Kependudukan adalah Karakteristik yang paling mewakili dalam menentukan gambaran suatu wilayah masalah, karena penduduk sebagai suatu objek pokok suatu wilayah merupakan komponen yang selalu mengalami perkembangan yang dinamis dari waktu ke waktu. Pada tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Serang sebesar 1.364.950 jiwa, sedangkan pada tahun 2009 jumlah penduduknya berjumlah 1.345.557 jiwa. Dalam kurun waktu tahun 2005-2009, populasi penduduk Kabupaten Serang telah berkembang relatif lamban. Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 sebesar -4,16%, pada tahun 2007 sebesar 0,91%, pada tahun 2008 sebesar 0,98% dan pada tahun 2009 sebesar 0,95%. Tabel 3.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Kecamatan Cinangka Padarincang Ciomas Pabuaran Gunungsari Baros Petir Tunjung Teja Cikeusal Pamarayan Bandung Jawilan Kopo Cikande Kibin Kragilan Waringinkurung Mancak Anyar Bojonegara Pulo Ampel Kramatwatu Ciruas 2005 58.058 62.542 36.870 37.205 19.117 49.406 51.177 39.939 64.482 40.018 39.252 45.774 46.233 83.703 65.125 69.426 37.752 42.459 48.766 40.213 30.516 88.941 63.371 Jumlah Penduduk (Jiwa) 2006 2007 2008 56.274 53.779 54.307 59.937 60.683 61.275 35.321 35.761 36.106 34.635 35.066 35.408 19.181 19.420 19.609 47.470 48.061 48.534 49.410 50.025 50.516 38.555 39.035 39.418 62.411 63.188 63.807 38.441 50.651 51.145 37.617 29.378 29.665 43.729 44.273 44.707 44.437 44.990 45.432 79.485 80.475 81.261 61.045 53.343 53.857 66.623 65.298 65.938 35.874 36.321 36.676 40.781 41.289 41.694 46.863 47.447 47.912 38.560 39.040 39.423 29.399 32.856 33.178 84.083 85.130 85.963 60.728 68.215 68.880 2009 54,690 61,797 36,621 35,958 19,803 48,996 50,968 39,852 64,471 51,431 30,351 45,124 45,868 81,687 53,987 66,451 36,944 42,105 48,390 39,823 33,725 86,599 69,956
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 12
No. 24 25 26 27 28
Jumlah Penduduk (Jiwa) 2006 2007 2008 53.743 50.995 51.495 41.495 42.012 42.422 26.259 26.586 26.846 40.109 40.608 41.005 35.639 36.083 36.435 1.308.104 1.320.008 1.332.914
Perkembangan persebaran penduduk Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 20072009 (setelah mengalami pemekaran) ditandai oleh Kecamatan Kramatwatu merupakan wilayah yang paling tinggi jumlah penduduknya yang mencapai sekitar 6,45% sedangkan Kecamatan Gunungsari merupakan wilayah yang paling rendah jumlah penduduknya yang mencapai sekitar 1,47%. Perkembangan kepadatan penduduk Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 20072009 (setelah mengalami pemekaran) mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk. Kondisi ini tercermin dari semakin meningkatnya kepadatan penduduk Kabupaten Serang yaitu dari sekitar 899,59 jiwa/km2 pada tahun 2007 menjadi sekitar 908,31 jiwa/km2 pada tahun 2009. Dalam kurun waktu tersebut, Kecamatan Kramatwatu merupkan kecamatan yang tertinggi kepadatan penduduknya yang mencapai sekitar 1.769 jiwa/km2 sedangkan Kecamatan Gunungsari merupakan kecamatan yang terendah kepadatan penduduknya yang mencapai sekitar 403,45 jiwa/km2. Tabel 3.7 Perkembangan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kecamatan Cinangka Padarincang Ciomas Pabuaran Gunungsari Baros Petir Tunjung Teja Cikeusal Pamarayan Luas Wilayah (Km2) 111,47 99,12 48,53 79,14 48,60 44,07 46,94 39,52 88,25 41,92 Tingkat Kepadatan Penduduk Rata-Rata (Jiwa/Km2) Kepadatan 2007-2009 2007 2008 2009 482,45 487,19 491,79 487,14 612,22 618,19 624,02 618,14 736,88 743,99 751,02 743,96 443,09 447,41 451,63 447,38 399,59 403,48 407,29 403,45 1.090,56 1.101,29 1.111,69 1.101,18 1.065,72 1.076,18 1.086,34 1.076,08 987,73 997,42 1.006,83 997,33 716,01 723,03 729,85 722,96 1.208,28 1.220,06 1.231,58 1.219,97
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 13
No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Kecamatan Bandung Jawilan Kopo Cikande Kibin Kragilan Waringinkurung Mancak Anyar Bojonegara Pulo Ampel Kramatwatu Ciruas Pontang Carenang Binuang Tirtayasa Tanara Kab. Serang
Luas Wilayah (Km2) 25,18 38,95 44,69 50,53 33,51 51,56 51,29 74,03 56,81 30,30 32,56 48,59 40,61 64,85 36,40 26,17 64,46 49,30 1.467,35
Tingkat Kepadatan Penduduk Rata-Rata (Jiwa/Km2) Kepadatan 2007-2009 2007 2008 2009 1.166,72 1.178,12 1.189,24 1.178,02 1.136,66 1.147,80 1.158,64 1.147,70 1.006,71 1.016,60 1.026,20 1.016,50 1.592,62 1.608,17 1.623,35 1.608,05 1.591,85 1.607,19 1.622,36 1.607,14 1.266,45 1.278,86 1.290,93 1.278,75 708,15 715,07 721,82 715,01 557,73 563,20 568,52 563,15 835,19 843,37 851,33 843,30 1.288,45 1.301,09 1.313,37 1.300,97 1.009,09 1.018,98 1.028,60 1.018,89 1.752,01 1.769,15 1.785,85 1.769,00 1.679,76 1.696,13 1.712,14 1.696,01 786,35 794,06 801,56 793,99 1.154,18 1.165,44 1.176,44 1.165,35 1.015,90 1.025,83 1.035,51 1.025,75 629,97 636,13 642,14 636,08 731,91 739,05 746,02 738,99 899,59 908,38 916,96 908,31
Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan besamya penduduk yang datang. Angka kelahiran yang tinggi akan mengakibatkan komposisi penduduk cenderung pada kelompok usia muda. Keberhasilan pembangunan bidang kependudukan secara umum terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur, apabila semakin rendah proporsi penduduk tidak produktif, yaitu penduduk muda usia (014 tahun) dan penduduk usia lanjut (65 tahun keatas) maka angka beban ketergantungan atau beban tanggungan (dependency ratio) semakin rendah. Komposisi penduduk Serang untuk kelompok penduduk usia produktif cukup tinggi, dan apabila diimbangi dengan kualitas yang baik akan menjadi sumber daya penting bagi pembangunan. Tabel 3.8 Keadaan Kependudukan di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
No 1 2 3 4 Uraian Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk /LPP (%) Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Jumlah Penduduk Laki-Laki (Jiwa) 2007 1.320.008 0,91 899,59 103,25 670.543 Tahun 2008 1.332.914 0,98 908,38 103,47 677.816 2009 1.345.495 0,94 916,96 103,47 684.243 RataRata 0,94 908,31 -
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 14
No 5
Uraian Jumlah Penduduk Perempuan (Jiwa) Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio) Jumlah Penduduk Usia 0-14 Tahun (Anak) Jumlah Penduduk Usia 15-64 Tahun (Produktif) Jumlah Penduduk Usia 65+ (Lansia)
RataRata 63,90 -
Berdasarkan komposisi umur, 65% dari jumlah penduduk tahun 2009 merupakan penduduk usia 15-65 tahun atau penduduk usia produktif. Sedangkan sisanya adalah penduduk usia belum/tidak produktif sebesar 35%. Dengan demikian, angka beban ketergantungan hingga tahun 2009 adalah sebesar 65,00 atau dapat dinyatakan bahwa setiap 100 orang penduduk produktif menanggung 65 orang penduduk tidak/belum produktif. Berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2009, penduduk Kabupaten Serang jumlahnya hampir berimbang antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Dari 1.345.557 jiwa penduduk Kabupaten Serang, penduduk perempuan sejumlah 661.314 jiwa atau sekitar 49,15%, sementara penduduk laki-laki sebesar 684.243 jiwa atau sekitar 50,85% dari total penduduk Kabupaten Serang. Tabel 3.9 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
No 1 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 2007 (Jiwa) % 670.544 50,80 649.464 49,20 1.320.008 100 2008 (Jiwa) % 677.816 50,85 655.098 49,15 1.332.914 100 2009 (Jiwa) % 684.243 50,85 661.314 49,15 1.345.557 100
3.2.2.
Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam proses pembangunan nasional dan regional. Pembangunan bidang pendidikan akan meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada pada suatu wilayah. Peningkatan kualitas pendidikan juga akan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 15
meningkatkan daya saing dalam memasuki dunia kerja. Dengan pendidikan pula, memudahkan pemerintah dalam mentransfer tujuan pembangunan kepada masyarakat karena tingkat pemahaman masyarakat akan lebih baik kalau pendidikan juga lebih baik. Upaya melaksanakan pembangunan di bidang pendidikan yang terarah dan tepat sasaran telah ditentukan visi pendidikan nasional yaitu "terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di dukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, betaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air berdasarkan hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin". A. Tingkat Pendidikan Tolak ukur yang sangat mendasar di bidang pendidikan adalah kemampuan membaca dan menulis penduduk dewasa. Kemampuan membaca dan menulis dibedakan terhadap huruf latin, huruf lainnya, dan tidak dapat membaca dan menulis. Dalam hal ini yang dimaksud buta huruf adalah penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin. Kemampuan membaca dan menulis huruf latin akan menjadikan seseorang mampu untuk menambah pengetahuan baik dari media cetak maupun media elektronik. Kemampuan baca tulis tercermin dari data Angka Melek Huruf, dalam hal ini merupakan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin. Penduduk Serang yang sudah mampu membaca dan menulis huruf latin tahun 2009 mencapai 94,77 persen, sisanya sebanyak 5,23 persen adalah penduduk yang belum dapat membaca dan menulis (buta huruf). Penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis sebagian besar terkonsentrasi pada penduduk usia tua yaitu penduduk yang berumur 45 tahun keatas. Bila dibandingkan antara penduduk laki-laki dan perempuan, maka penduduk laki-laki Iebih banyak yang sudah mampu membaca dan menulis, yaitu untuk penduduk lakilaki sebesar 97,87 persen, sedangkan untuk perempuan sebesar 93,07 persen. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kemampuan baca tulis masyarakat Serang tahun 2009 mengalami peningkatan yaitu dari 94,55 persen tahun 2007 menjadi 94,77 persen pada tahun 2009.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 16
Indikator lain untuk melihat tingkat pendidikan adalah Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Rata-rata lama sekolah menunjukkan berapa lama penduduk Serang mampu menyekolahkan anaknya Rata-rata lama sekolah penduduk Serang tahun 2009 mencapai 7,12 tahun, ini berarti rata-rata pendidikan penduduk Serang baru sampai jenjang SLTP kelas satu. Jadi secara umum tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk Serang baru lulus SD dan sedikit yang melanjutkan ke SLTP. Selain indikator Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah, gambaran kualitas SDM Serang dapat dilihat juga dari pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk itu sendiri. Pendidikan yang ditamatkan penduduk Serang tahun 2008 paling banyak adalah masih tingkat SD sederajat yaitu sebesar 33,35 persen. Sedangkan SLTP hanya 16,94 persen. Yang sangat mengkhawatirkan adalah masih banyak penduduk yang tidak/belum tamat SD/sederajat yang mencapai 35,50 persen, dimana pada kelompok ini masih terindikasi adanya penduduk diluar usia wajar dikdas (usia dewasa/tua). Gambar 3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2008
SLTA/Sederajat; 12,26 SLTP/Sederajat; 16,94 Universitas; 1,95 Tidak/Belum Tamat SD/Sederajat; 35,50
SD/Sederajat; 33,35
Bila melihat komposisi pendidikan yang ditamatkan berdasarkan gender, maka tertihat penduduk laki-laki lebih baik dibandingkan penduduk perempuan. Hal ini tertihat dari penduduk perempuan yang belum atau tidak lulus SD serta yang belum pemah sekolah lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Hal ini dimungkinkan adanya faktor budaya pada sebagian masyarakat yang lebih mementingkan pendidikan untuk anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 17
1 Angka Melek Huruf (AMH) 2 Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) 3 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan : Tidak/Belum Tamat SD/Sederajat SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Universitas 4 Angka Partisipasi Sekolah (APS) APS SD/Sederajat APS SMP/Sederajat APS SMA/Sederajat 5 Angka Partisipasi Kasar (APK) APK SD/Sederajat APK SMP/Sederajat APK SMA/Sederajat 6 Angka Partisipasi Murni (APM) APM SD/Sederajat APM SMP/Sederajat APM SMA/Sederajat 7 Jumlah Sekolah TK/RA SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat 8 Jumlah Guru TK/RA SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat 9 Jumlah Murid TK/RA SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat 10 Rasio Murid/Guru TK/RA SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat
% % % % % % % % % % % % % % Unit Unit Unit Unit Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang 97,77 78,64 45,22 105,28 86,47 43,92 94,79 56,4 32,27 61 708 135 62 220 6.910 2.799 1.496 2.816 187.729 42.737 19.978 12,80 27,17 15,27 13,35
35,50 33,35 16,94 12,26 1,95 97,89 78,93 43,74 103,45 77,35 33,55 96,00 62,31 33,55 70 716 142 84 327 8.116 3.235 1.993 3.134 191.156 47.740 24.097 9,58 23,55 14,76 12,09 71 717 155 94 259 7.611 3.214 2.191 2.846 188.095 50.400 26.323 10,99 24,71 15,68 12,01 98,01 79,22 42,26
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 18
B. Tingkat Partisipasi Sekolah Partisipasi sekolah anak di Serang dapat teriihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) usia SD/Sederajat, SMP/Sederajat maupun SMA/Sederajat. Angka ini menunjukkan partisipasi anak pada usia sekolah yang bersekolah, baik pada usia SD (7-12 tahun), SMP (13-15 tahun) maupun SMA (16-18 tahun). Angka ini juga menunjukkan berapa besar keikutsertaan masyarakat dalam memanfaatkan program pendidikan yang ada. Secara umum APS Kabupaten Serang untuk anak usia SD sebesar 98,01 persen. Ini menunjukkan bahwa dari sekian banyak anak usia SD yaitu 7 sampai 12 tahun hanya 98 persen yang bersekolah. Sisanya sebesar 2 persen dari anak usia SD tersebut tidak bersekolah baik yang putus sekolah maupun yang belum pernah sekolah. Partisipasi sekolah anak usia SD laki-laki relatrf lebih baik dibandingkan dengan partisipasi anak usia SD perempuan. Bila dibandingkan dengan partisipasi sekolah anak usia SD, partisipasi sekolah anak usia SMP dan SMA kondisinya lebih rendah. Hal ini mengingat kurangnya kemampuan masyarakat Serang untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. APS SMP tahun 2009 sebesar 79,22 persen dan APS SMA sebesar 42,26 persen. Ini menunjukkan bahwa dari 100 anak usia SMP (usia 1315), yang bersekolah hanya 79 anak. Sedangkan anak usia SMA (usia 16-18) hanya sebanyak 42 atau 43 anak yang sedang bersekolah. Hal ini juga berarti dari 100 anak usia SMP ada sekitar 21 anak yang tidak bersekolah dengan berbagai alasan yang ada di masyarakat. Bahkan untuk anak usia SMA, jumlahnya jauh lebih banyak yang tidak bersekolah dibandingkan anak yang bersekolah. Bila dibandingkan berdasarkan gender, partisipasi sekolah anak usia SMP laki-laki lebih baik dibandingkan anak perempuan. Begitu juga untuk anak usia SMA, partisipasi sekolah anak laki-laki lebih besar dibandingkan anak perempuan. Selain APS, biasanya untuk melihat partisipasi anak/masyarakat terhadap sekolah digunakan juga Angka Partisipasi Mumi (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). Angka Partisipasi Murni merupakan persentase penduduk usia sekolah tertentu yang bersekoiah pada jenjang sekolah tersebut terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang dimaksud. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar merupakan persentase penduduk yang sekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk usia pendidikan tertentu.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 19
Bila dibandingkan ketiga indikator partisipasi sekolah baik APS, APM maupun APK pada jenjang pendidikan SD, SMP maupun SMA dapat terlihat perbandingan antara anak yang bersekolah tepat pada usia sekolah atau anak yang sekolah tidak tepat pada usia sekolahnya. Untuk anak usia SD, APK lebih besar dibandingkan APS, ini menunjukkan bahwa anak yang usianya bukan usia SD tapi bersekolah di SD Iebih banyak dibandingkan anak usia SD yang bersekolah bukan di SD. Sedangkan anak usia SMP dan SMA terlihat APS Iebih besar dari APK, ini menunjukkan bahwa anak usia SMP dan SMA yang bersekolah bukan di SMP dan SMA Iebih banyak dibandingkan anak bukan usia SMP dan SMA yang bersekolah di SMP dan SMA. Sementara itu, terkait dengan partisipasi sekolah perlu diperhatikan juga perkembangan jumlah murid sekolah. Untuk jumlah murid TK/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh bertambahnya jumlah murid dari 2.816 siswa pada tahun 2007 menjadi 2.846 siswa pada tahun 2009. Untuk jumlah murid SD/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 kondisinya juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh bertambahnya jumlah murid dari 187.729 siswa pada tahun 2007 menjadi 188.095 siswa pada tahun 2009. Adapun jumlah murid SMP/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 jumahnya mengalami peningkatan yang cukup pesat. Kondisi ini dicerminkan oleh bertambahnya jumlah murid dari 42.737 siswa pada tahun 2007 menjadi 50.400 siswa pada tahun 2009. Demikian halnya jumlah murid SMA/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Kondisi ini dicerminkan oleh bertambahnya jumlah murid dari 19.978 siswa pada tahun 2007 menjadi 26.323 siswa pada tahun 2009. C. Fasilitas Pendidikan Fasilitas pendidikan khususnya sarana berupa gedung merupakan hal yang penting karena merupakan tempat di mana terjadinya proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Selain itu ketersediaan tenaga pengajar yang memenuhi kualifikasi dan berkualitas merupakan hal yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di suatu wilayah.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 20
Jumlah sekolah TK/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 20072009 mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah sekolah dari 61 sekolah pada tahun 2007 menjadi 71 sekolah pada tahun 2009. Demikian pula jumlah guru TK/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu yang sama jumlahnya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh bertambahnya jumlah guru dari 220 orang pada tahun 2007 menjadi 259 orang pada tahun 2009. Rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah sekolah TK/Sederajat di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 40,08, artinya setiap satu TK rata-rata menampung 40 siswa. Adapun rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah guru TK/Sederajat pada tahun yang sama adalah sebesar 10,99, artinya setiap satu guru TK rata-rata mengajar 10-11 siswa. Jumlah sekolah SD/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 20072009 juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah sekolah dari 708 sekolah pada tahun 2007 menjadi 717 sekolah pada tahun 2009. Demikian pula jumlah guru SD/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu yang sama juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah guru dari 6.910 orang pada tahun 2007 menjadi 7.611 orang pada tahun 2009. Dengan kondisi demikian, maka rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah sekolah SD/Sederajat di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 262,34, artinya setiap satu SD rata-rata menampung 262 siswa. Adapun rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah guru SD/Sederajat pada tahun yang sama adalah sebesar 24,71, artinya setiap satu guru SD rata-rata mengajar 25 siswa. Adapun jumlah SMP/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 20072009 juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh bertambahnya jumlah sekolah dari 135 sekolah pada tahun 2007 menjadi 155 sekolah pada tahun 2009. Demikian pula jumlah guru SMP/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah guru dari 2.799 orang pada tahun 2007 menjadi 3.214 orang pada tahun 2009. Dengan kondisi demikian, maka rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah sekolah SMP/Sederajat di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 325,16, artinya setiap satu SMP rata-rata menampung 325 siswa. Adapun rasio rata-rata jumlah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 21
murid terhadap jumlah guru SMP/Sederajat pada tahun yang sama adalah sebesar 15,68, artinya setiap satu guru SMP rata-rata mengajar 15 siswa. Demikian halnya dengan kondisi SMA/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 jumlahnya terus mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan dengan bertambahnya jumlah sekolah dari 62 sekolah pada tahun 2007 menjadi 94 sekolah pada tahun 2009. Demikian pula jumlah guru SMA/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu yang sama juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan dari meningkatnya jumlah guru dari 1.496 orang pada tahun 2007 menjadi 2.191 orang pada tahun 2009. Dengan kondisi tersebut, maka rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah sekolah SMA/Sederajat di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 280,03, artinya setiap satu SMA rata-rata menampung 280 siswa. Adapun rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah guru SMA/Sederajat pada tahun yang sama adalah sebesar 12,01, artinya setiap satu guru SMA rata-rata mengajar 12 siswa. Adapun kondisi perkembangan pondok pesantren yang juga merupakan salah satu sarana pendidikan masyarakat, khususnya pendidikan agama, setiap tahunnya cenderung menurun. Jumlah pondok pesantren di Kabupaten Serang pada tahun 2007 berjumlah 717, sedangkan pada tahun 2009 berkurang menjadi sejumlah 657. Demikian juga jumlah kiyai/pengajar pada tahun 2007 berjumlah 780, sedangkan pada tahun 2009 berjumlah 684. Namun tidak demikian dengan perkembangan jumlah santri yang belajar di pondok pesantren, dimana perkembangannya justru cenderung meningkat. Jumlah santri pada tahun 2007 laki-laki berjumlah 18.058 santri dan perempuan berjumlah 12.692 santri. Sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi, santri laki-laki berjumlah 18.416 santri dan santri perempuan berjumlah 12.856 santri. Kondisi tersebut tentunya perlu menjadi perhatian serius pemerintah, mengingat strategisnya peran pondok pesantren dalam membangun sumberdaya manusia di Kabupaten Serang.
3.2.3.
Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan). Pembangunan kesehatan bertujuan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 22
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasii bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat derajat kesehatan penduduk adalah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup. Selain itu aspek penting lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan antara lain diukur melaiui angka kesakitan atau tingkat keluhan kesehatan. A. Angka Kematian Kematian merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab kematian baik langsung maupun tidak langsung. Kematian juga berhubungan erat dengan permasalahan kesehatan akibat berbagai hal seperti gangguan penyakit, kecelakaan, faktor kualitas layanan kesehatan, atau akibat proses interaksi berbagai faktor. Jumlah kejadian kematian pada periode waktu dan pada kelompok usia tertentu, dapat memberi gambaran dari waktu ke waktu, dan dapat memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan dan dapat digunakan dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. Berikut ini kondisi jumlah angka kematian yang tercatat dan terlaporkan di Kabupaten Serang pada tahun 2009: 1. Jumlah Kematian Bayi Jumlah kematian neonatal (0-28 hari) pada tahun 2009 sebanyak 144 kasus dari 30.094 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian neonatal di Kabupaten Serang diantaranya adalah BBLR 48 kasus, asfiksia 55 kasus, tetanus neonatrum 5 kasus, infeksi 4 kasus, dan lain-lain 31 kasus. Sementara itu jumlah kematian bayi (1-12 bulan) pada tahun 2009 adalah sebesar 27 kasus. Penyebab utama kematian bayi adalah Diare sebanyak 1 kasus, ISPA 3 kasus, Infeksi 8 kasus, dan penyebab lain 15 kasus. Tingkat kematian neonatal dan bayi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: kesadaran ibu dalam memeriksakan diri ke tenaga kesehatan secara teratur selama kehamilan dan pelayanan kesehatan bayi muda, cakupan imunisasi, asupan gizi yang adekuat, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, deteksi dini tumbuh kembang (DDTK), layanan posyandu serta sarana dan prasarana yang tersedia, serta beberapa faktor lainnya.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 23
Jumlah kematian balita adalah jumlah kematian anak umur 1-4 tahun. Kematian balita menggambarkan masalah kesehatan anak serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Jumlah kematian balita di Kabupaten Serang yang terjadi pada tahun 2009 sebanyak 9 orang dari 141.282 balita yang ada atau 0,006%. 2. Jumlah Kematian Ibu Jumlah kematian ibu adalah banyaknya kematian wanita pada masa kehamilan, sekitar persalinan dan 40 hari setelah masa persalinan (nifas). Jumlah kematian ibu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: tingkat pendidikan dan sosial ekonomi, kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dan kesehatan, kondisi kesehatan lingkungan, serta tingkat pelayanan kesehatan. Isu gender juga berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan dan kesejahteraan bagi kaum ibu, dimana peran serta dan kepedulian suami dan masyarakat di sekitarnya dalam memperhatikan kesehatan dan keselamatan kaum ibu yang memiliki peran besar dalam keluarga sangat dibutuhkan dukungannya. Jumlah kematian ibu akibat hamil, bersalin dan nifas di Kabupaten Serang untuk tahun 2009 sebanyak 62 kasus dari 30.933 ibu. Terdiri dari 16 orang meninggal saat hamil, 17 orang meninggal saat bersalin dan 29 orang meninggal saat nifas. Jumlah ini mengalami peningkatan kasus dari tahun 2008 yaitu 47 Orang. Jumlah tersebut belum dapat dikatakan jumlah seluruh kematian ibu yang terjadi di Kabupaten Serang karena besar kemungkinan masih banyak kasus kematian ibu yang tidak tercatat dan terlaporkan. Sebagai penyebab langsung kematian ibu masih di dominasi oleh penyebab utama adalah eklamsi (33,9%), perdarahan (22,6%), dan infeksi (8,1%). Kematian ibu maternal dapat dicegah bila cepat dan tepat dalam pengambilan keputusan penanganannya. Pada tahun 2009 ini di temukan 6.184 kasus ibu hamil resiko tinggi, sedangkan dirujuk ke sarana kesehatan yang lebih tinggi hanya berjumlah 2.699 kasus (43,64%). Bila dibandingkan dengan target SPM kasus yang harus ditangani 100% maka cakupan ini masih sangat kecil. Penyebab kecilnya cakupan tersebut antara lain karena persepsi tentang resiko tinggi dan faktor resiko yang masih belum sama, keengganan bidan untuk merujuk dan kesulitan pasien/keluarga pasien untuk bersedia di rujuk.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 24
Kasus kematian ibu juga sangat dipengaruhi adanya kesadaran masyarakat dalam melakukan pemeliharaan dan pemeriksaan kehamilannya sesuai dengan standar kualitas pelayanan kebidanan yaitu melalui pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali (K4). Persoalan bidan di bidang pemberian layanan kesehatan ibu dan anak adalah dari 406 bidan, baru 86 orang (21,2%) bidan yang terlatih Asuhan Persalinan Normal (APN), ini juga sangat mempengaruhi kematian ibu dimana tahun 2009 kematian ibu sebanyak 62 orang, 19 ibu meninggal ditolong oleh bidan. Hal ini kemungkinan disebabkan bidan yang menolong persalinan tidak berkualifikasi/terlatih APN. 3. Kematian Akibat KLB Kejadian Luar Biasa (KLB) dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Kriteria tentang KLB diantaranya adalah berupa peningkatan jumlah kesakitan/kematian sebanyak dua kali lipat atau lebih (X + 2 SD) dibandingkan periode sebelumnya (jam, hari, bulan, tahun). KLB di Kabupaten Serang pada tahun 2009 terdiri atas 3 jenis penyakit, yaitu: Diare, Campak dan Keracunan Makanan. Dari ketiga penyakit tersebut, yang terbesar menyebabkan kematian adalah KLB Diare, dari jumlah 259 penderita Diare di 5 desa terjadi 6 kasus kematian, dan KLB Campak dari jumlah 163 penderita Campak dengan hasil laboratorium Positif Campak (+) terjadi di 3 desa dengan jumlah kematian 4 orang . Attack rate tertinggi adalah keracunan makanan sebesar 2,6% dan Crude Fatality Rate (CFR) tertinggi adalah KLB Campak sebesar 2,5%. B. Angka Kesakitan Selama tahun 2009, terhimpun informasi jumlah kesakitan yang diperoleh dari pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan, baik pencatatan dan pelaporan rutin maupun insidentil. Informasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. TB Paru TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberkulosis. Kasus TB Paru BTA (+) baru pada tahun 2009 ditemukan sejumlah 1.416 kasus. Sementara itu, dari 1.590 TB Paru BTA (+) baru yang ditemukan dan di obati pada tahun 2008, sebanyak 1.507 kasus (94.8%) dinyatakan sembuh.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 25
2.
Acute Flaccid Paralysis (AFP) Dalam upaya membebaskan Indonesia dari penyakit polio, langkah-langkah yang dilakukan dalam menunjang program ini seperti pemberian imunisasi polio secara rutin, pemberian imunisasi massal pada balita melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional) dan surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis) secara aktif baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas Pada tahun 2009 di Kabupaten Serang ditemukan 7 kasus AFP dengan hasil laboratorium semuanya negatif. Namun demikian kewaspadaan tetap dilakukan terutama masuknya virus dari luar negara yang disinyalir dari para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di negara yang masih terjangkit virus tersebut.
3.
HIV/AIDS Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Serang (klinik VCT) jumlah temuan HIV/AIDS pada tahun 2009 sebanyak 22 kasus, dan 7 kasus diantaranya sudah AIDS serta 2 orang telah meninggal dunia. Adapun menurut laporan UTDC PMI Serang, pada tahun 2009 diketahui jumlah penderita HIV di Kabupaten Serang sebanyak 45 orang. Pneumonia Angka kematian pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21%. Adapun angka kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya. Untuk kasus pneumonia di Kabupaten Serang selama tahun 2009 terjadi sebesar 2.476 kasus, dengan 2.198 penderitanya adalah balita. Diare Penyakit diare erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan, penyediaan air bersih dan perilaku kesehatan. Jika ketiga komponen tersebut memenuhi syarat kesehatan maka penyebaran penyakit ini dapat ditekan. Kasus diare juga merupakan kasus yang banyak diderita balita, karena kondisi fisik yang masih rentan terhadap penyakit ini. Di Kabupaten Serang pada tahun 2009 terdapat 37.127 kasus diare, 19.294 kasus terjadi pada balita dan 100% berhasil ditangani. Di Kabupaten Serang penyediaan air bersih baru mencakup 59,70%. Hal ini jelas sangat kurang mengingat air bersih merupakan komponen terpenting dalam menunjang kehidupan yang sehat. Disamping itu kepemilikan jamban keluarga juga baru mencapai 38,0%. Jamban keluarga mutlak diperlukan agar penyebaran penyakit akibat tinja manusia dapat dihindari.
4.
5.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 26
6.
Malaria Setidaknya dalam lima tahun terakhir (2005 - 2009) kasus malaria di Kabupaten Serang perkembangannya mengalami fluktuasi dengan kecenderungan yang semakin berkurang. Pada tahun 2005 di Kabupaten Serang ditemukan 6 kasus, tahun 2006 meningkat menjadi 15 kasus, tahun 2007 menurun menjadi 13 kasus, tahun 2008 kembali menurun menjadi 5 kasus, dan pada tahun 2009 menurun lagi menjadi 4 kasus. Di Kabupaten Serang terdapat beberapa daerah yang potensial terkena penyakit malaria seperti Cinangka dan Anyer, karena lingkungan daerah tersebut sangat mendukung vektor penular penyakit malaria.
C. Angka Harapan Hidup Umur Harapan Hidup (UHH) adalah salah satu indikator yang mencerminkan berapa lama seorang bayi lahir diharapkan hidup. Tinggi rendahnya umur harapan hidup menunjukkan taraf hidup dan keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu daerah. Apabila suatu daerah dapat menekan angka kesakitan dan kematian akan tercermin dari tingginya umur harapan hidup di daerah tersebut. UHH Kabupaten Serang pada tahun 2009 telah mencapai 63,08 tahun, angka tersebut masih dibawah rata-rata UHH nasional yang berkisar antara 65-66 tahun. Umur Harapan Hidup (UHH) pada dasarnya dipengaruhi oleh masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) serta Angka Kematian Bayi (AKB). Semakin tinggi jumlah kematian bayi maka makin rendah umur harapan hidup. Upaya untuk meningkatkan UHH menjadi 85 tahun (standar maksimal yang ditetapkan UNDP) merupakan hal penting yang perlu dicermati melalui upaya-upaya peningkatan kegiatan program yang berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat seperti penurunan resiko kesakitan pada keluarga rentan penyakit degeneratif dan tidak menular serta peningkatan kesehatan pra usila yang dapat hidup produktif dan mandiri. D. Status Gizi Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual. Salah satu faktor mendasar dalam permasalahan gizi adalah faktor ekonomi. Faktor inilah yang kemudian mempengaruhi penghasilan masyarakat secara umum.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 27
Rendahnya pendapatan perkapita penduduk sangat berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok (makanan), sehingga dalam kurun waktu yang lama permasalahan gizi akan sangat berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Pada tahun 2009, jumlah balita yang ditimbang di Kabupaten Serang adalah sebanyak 138.945 balita (90,7% dari total balita). Dari jumlah tersebut diketahui bahwa balita dengan status gizi buruk/kurus sekali sebanyak 499 anak (0,33%). Angka tersebut menjadi perhatian khusus pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, walaupun angkanya masih berada dibawah target yang ditetapkan untuk gizi buruk sebesar <1%. Namun mengingat jumlah balita dengan berat badan di bawah garis merah / BGM yang mencapai 2.417 balita (1,6%), maka hal ini harus segera diantisipasi agar nantinya tidak berkembang menjadi lebih buruk. Jumlah bayi yang diimunisasi di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2008 mengalami penurunan. Kondisi ini dicerminkan oleh menurunnya jumlah bayi yang diimunisasi dari 193.652 bayi pada tahun 2007 menjadi 184.852 bayi pada tahun 2008. Persentase bayi yang diimunisasi di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tersebut mencapai 83,18% (2007) dan 84,39% (2008). E. Tenaga Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan ketersediaan sumber daya manusia dalam hal ini tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Disamping ketersediaan tenaga kesehatan, fasilitas atau sarana kesehatan juga merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Kondisi dan ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut. 1. Dokter Jumlah dokter di puskesmas se Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 20072009 kecenderungannya mengalami penurunan. Kondisi ini dicerminkan oleh menurunnya jumlah dokter umum dari 43 dokter pada tahun 2007 menjadi 34 dokter pada tahun 2009. Sementara jumlah dokter gigi menurun dari 21 dokter pada 2007 menjadi 19 dokter pada 2009. Dari jumlah tersebut diketahui bahwa rasio dokter umum pada tahun 2009 yakni sebesar 2,5 per 100.000 penduduk, sedangkan rasio dokter gigi hanya sebesar 1,4 per 100.000 penduduk.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 28
Kondisi tersebut menunjukan bahwa ketersediaan dokter umum dan dokter gigi masih minim sekali, yakni diperkirakan hanya sekitar 2-3 dokter umum dan 1-2 dokter gigi yang melayani setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang. Angka tersebut berada jauh dibawah target pencapaian Indonesia Sehat 2010 yakni dokter umum 40 per 100.000 penduduk dan dokter gigi 11 per 100.000 penduduk. 2. Bidan Jumlah bidan di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 jumlahnya terus mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah bidan dari 371 orang pada tahun 2007 menjadi 425 orang pada tahun 2009. Dari jumlah tersebut diketahui bahwa rasio bidan pada tahun 2009 yakni sebesar 31,6 per 100.000 penduduk. Kondisi tersebut menunjukan bahwa ketersediaan bidan masih minim sekali, yakni diperkirakan hanya sekitar 31-32 bidan yang melayani setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang. Angka tersebut masih berada dibawah target pencapaian Indonesia Sehat 2010 yakni 100 bidan per 100.000 penduduk. Tenaga Kesehatan selain Dokter (Paramedis) Jumlah tenaga kesehatan selain dokter (paramedis) di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 juga mengalami penurunan. Kondisi ini dicerminkan oleh menurunnya jumlah paramedis dari 614 orang pada tahun 2007 menjadi 243 orang pada tahun 2009. Dari jumlah tersebut diketahui bahwa rasio paramedis pada tahun 2009 yakni sebesar 18,1 per 100.000 penduduk. Kondisi tersebut menunjukan bahwa ketersediaan paramedis masih minim sekali, yakni diperkirakan hanya sekitar 18 paramedis yang melayani setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang. Adapun jumlah dukun bayi di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 kondisinya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh bertambahnya jumlah dukun bayi dari 1.183 orang pada tahun 2007 menjadi 1.226 orang pada tahun 2009. Dari jumlah tersebut diketahui bahwa rasio dukun bayi pada tahun 2009 yakni sebesar 91,1 per 100.000 penduduk. Kondisi tersebut menunjukan bahwa ketersediaan dukun bayi cukup tersedia, yakni diperkirakan sekitar 91 dukun bayi yang melayani setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang.
3.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 29
Tabel 3.11 Perkembangan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
No. 1 2 3 4 5 Uraian Dokter Umum Dokter Gigi Bidan Kesehatan non Dokter (Paramedis) Dukun Bayi 2007 43 21 371 614 1.183 Tahun 2008 50 22 412 245 1.193 2009 34 19 425 243 1.226
Adapun perkembangan kondisi fasilitas kesehatan yang meliputi puskesmas, apotik, toko obat dan lainnya, yang ada di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut. 1. Puskesmas Di Kabupaten Serang distribusi Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat sedianya telah tersedia merata di seluruh kecamatan, bahkan pada beberapa kecamatan sampai tersedia lebih dari 1 (satu) puskesmas. Pada tahun 2009 secara keseluruhan jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Serang mencapai 30 puskesmas. Dengan demikian rata-rata rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk adalah sebesar 2,2. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang rata-rata dilayani oleh 2 puskesmas. Puskesmas Pembantu Hingga tahun 2009, keberadaan puskesmas pembantu di Kabupaten Serang jumlahnya telah mencapai 48 unit. Dengan jumlah desa di Kabupaten Serang pada tahun yang sama mencapai 314 desa, maka rata-rata rasio puskesmas pembantu terhadap jumlah desa adalah sebesar 6,5. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu puskesmas pembantu di Kabupaten Serang rata-rata melayani 6-7 desa. Puskesmas Keliling Keberadaan puskesmas keliling di Kabupaten Serang hingga tahun 2009 jumlahnya telah mencapai 85 unit. Dengan jumlah desa di Kabupaten Serang pada tahun yang sama mencapai 314 desa, maka rata-rata rasio puskesmas keliling terhadap jumlah desa adalah sebesar 3,7. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu puskesmas keliling di Kabupaten Serang rata-rata melayani 3-4 desa.
2.
3.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 30
4.
Apotik Keberadaan apotik di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 2007-2009 jumlahnya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah apotik dari 10 unit pada tahun 2007 menjadi 21 unit pada tahun 2009. Dengan demikian rata-rata rasio apotik terhadap 100.000 penduduk adalah sebesar 1,6. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang rata-rata dilayani oleh 1-2 apotik. Balai Pengobatan Keberadaan balai pengobatan di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 2007-2009 jumlahnya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah balai pengobatan dari 15 unit pada tahun 2007 menjadi 26 unit pada tahun 2009. Dengan demikian rata-rata rasio balai pengobatan terhadap 100.000 penduduk adalah sebesar 1,9. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang rata-rata dilayani oleh 1-2 balai pengobatan. Posyandu Keberadaan posyandu di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 2007-2009 jumlahnya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah posyandu dari 1.435 unit pada tahun 2007 menjadi 1.505 unit pada tahun 2009. Dengan jumlah puskesmas di Kabupaten Serang pada tahun yang sama mencapai 30 puskesmas, maka rata-rata rasio puskesmas terhadap jumlah posyandu adalah sebesar 50,2. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu puskesmas di Kabupaten Serang rata-rata membawahi 50 posyandu. Polindes Hingga tahun 2009, keberadaan polindes di Kabupaten Serang jumlahnya telah mencapai 35 unit. Dengan jumlah puskesmas di Kabupaten Serang pada tahun yang sama mencapai 30 puskesmas, maka rata-rata rasio puskesmas terhadap jumlah polindes adalah sebesar 1,2. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu puskesmas di Kabupaten Serang rata-rata membawahi 1 polindes. Poskesdes Hingga tahun 2009, keberadaan poskesdes di Kabupaten Serang jumlahnya telah mencapai 21 unit. Dengan jumlah puskesmas di Kabupaten Serang pada tahun yang sama mencapai 30 puskesmas, maka rata-rata rasio puskesmas terhadap jumlah
5.
6.
7.
8.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 31
poskesdes adalah sebesar 0,7. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu puskesmas di Kabupaten Serang rata-rata membawahi 1 poskesdes. Tabel 3.12 Perkembangan Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Uraian Puskesmas Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Apotik Balai Pengobatan Posyandu Polindes Poskesdes 2007 28 49 31 10 15 1.435 48 18 Tahun 2008 30 48 35 16 33 1.476 41 20 2009 30 48 85 21 26 1.505 35 21
3.2.4.
Keluarga Berencana (KB) merupakan program pemerintah yang dikembangkan dalam rangka mengendalikan pertumbuhan penduduk agar tidak berlangsung secara berlebihan. Hal tersebut diperlukan sebagai antisipasi agar kelak tidak terjadi kelebihan penduduk (over population) yang dampaknya akan sangat merugikan bagi pembangunan dan juga keberlangsungan kehidupan. Perkembangan jumlah akseptor KB baru di Kabupaten Serang dalam tiga tahun terakhir terlihat terus mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari realisasi akseptor KB baru pada tahun 2007 dari target yang ditetapkan sebesar 40.947 PUS, terealisasi sebanyak 35.466 akseptor KB baru atau dengan kata lain tingkat realisasinya sebesar 86,61%. Pencapaian tersebut selanjutnya meningkat baik secara nominal maupun persentase pada tahun 2009, dimana pada tahun tersebut dari target sebesar 40.539 PUS terealisasi sebesar 51.315 akseptor KB baru atau tingkat realisasinya mencapai 126,58%. Diantara cara/alat kontrasepsi yang ada, ternyata suntik dan pil merupakan pilihan terbanyak para akseptor KB. Pada tahun 2009 sebanyak 23.867 akseptor (46,51%) menggunakan alat kontrasepsi suntik dan sebanyak 17.820 akseptor (34,73%) menggunakan pil. Selebihnya atau sekitar 18,76% akseptor merupakan pengguna alat kontrasepsi berupa susuk, kondom, IUD, dan MOP/MOW.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 32
Disamping program Keluarga Berencana, hal lain yang juga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tinggi rendahnya tingkat fertilitas adalah faktor usia perkawinan pertama. Ini dikarenakan panjangnya masa reproduksi seorang perempuan berkaitan dengan umur pertama kali perempuan melakukan perkawinan. Semakin muda usia perkawinan pertama seorang perempuan, maka peluang untuk memiliki anak lebih banyak semakin besar karena panjangnya masa reproduksi seorang perempuan yang kawin muda. Pendewasaan usia kawin merupakan salah satu komponen vital yang turut menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kebahagiaan keluarga termasuk juga kesehatan ibu. Pemerintah Kabupaten Serang harus lebih serius dalam memberikan penyuluhan tentang usia perkawinan pertama, seiring dengan masih besarnya kecenderungan masyarakat Kabupaten Serang yang melangsungkan perkawinan pada usia muda. Pada tahun 2008 dari sejumlah perempuan yang pemah kawin, persentase perempuan yang melangsungkan perkawinan pertamanya pada umur 16 tahun tercatat sebanyak 32,81%. Angka tersebut pada dasarnya mengalami penurunan dibandingkan tahun 2006 yang besarnya 34,12%. Namun angka ini dianggap masih cukup tinggi dan sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan. Secara umum, pada tahun 2008 rata-rata usia perkawinan pertama perempuan di Kabupaten Serang adalah pada usia 18,12 tahun, relatif lebih baik (dewasa) dibandingkan tahun 2006 yaitu rata-rata pada usia 17,93 tahun. Namun demikian, apabila diperbandingkan maka kondisi usia perkawinan pertama perempuan di Kabupaten Serang pada tahun 2008 tersebut belum mencapai program (anjuran) pemerintah, karena dalam program pemerintah dianjurkan bahwa usia perkawinan pertama seorang perempuan minimal 20 tahun, sedangkan kondisi di Kabupaten Serang pada tahun 2008 secara rata-rata usia perkawinan pertama seorang perempuan baru mencapai 18,12 tahun. Kondisi ini tentunya cukup memprihatinkan karena berimplikasi pada resiko yang ditanggung oleh perempuan yang menikah pada usia belum cukup umur akan jauh lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang menikah pada usia cukup umur. Perempuan yang menikah di usia muda, secara fisik sangat beresiko mengalami gangguan kelangsungan hidup baik bagi dirinya maupun anaknya. Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari usia perkawinan muda, secara mental umumnya rentan terhadap perceraian karena emosi yang belum stabil. Disamping itu wanita yang melangsungkan perkawinan pada usia muda, akan menambah panjang masa fertilitas dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 33
seorang ibu, dengan bertambah panjangnya masa fertilitas seorang ibu maka berimplikasi pada tingginya Iaju pertumbuhan penduduk di suatu daerah karena dengan panjangnya masa fertilitas seorang ibu maka peluang untuk mempunyai anak lebih banyak dibanding dengan perempuan yang masa fertilitasnya lebih pendek.
3.2.5.
Sosial
Setiap pembangunan yang dilaksanakan pada dasarnya selalu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terkait masalah kesejahteraan masyarakat, hal yang paling lazim diperhatikan adalah tingkat pendapatan masyarakat. Tingkat pendapatan masyarakat tentunya ada yang tinggi, sedang dan ada juga yang rendah. Biasanya sasaran pemerintah dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat adalah dengan mengupayakan pendapatan masyarakat yang masih rendah agar pendapatannya meningkat. Masyarakat atau penduduk dengan tingkat pendapatan yang rendah umumnya dikategorikan sebagai penduduk miskin karena dengan rendahnya pendapatan mereka belum/tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang pendapatannya (didekati dengan pengeluaran) lebih rendah dan yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup secara layak. Standar kebutuhan hidup layak tersebut diterjemahkan sebagai suatu jumlah rupiah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi makanan setara 2.100 kalori sehari, ditambah sejumlah pengeluaran untuk bukan makanan seperti perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan dan lainnya. Jumlah uang tersebut kemudian dikatakan sebagai batas garis kemiskinan. Tinggi rendahnya angka jumlah penduduk miskin di suatu wilayah mencerminkan tingkat pendapatan penduduk pada wiiayah tersebut. Tingginya jumlah penduduk miskin mengindikasikan rendahnya tingkat pendapatan penduduk. Jumlah penduduk miskin merupakan indikator yang cukup baik untuk mengukur tingkat kesejahteraan rakyat di suatu wilayah/daerah tertentu. Disamping meningkatnya tingkat pendapatan, hal lain yang juga mengindikasikan tingkat kesejahteraan rakyat adalah bagaimana distribusi atau pemerataan pendapatan tersebut di berbagai lapisan masyarakat. Indikator distribusi pendapatan yang dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran, dapat memberikan petunjuk mengenai aspek pemerataan yang telah tercapai. Dari data pengeluaran dapat juga diungkapkan tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 34
pola konsumsi rumah tangga secara umum dengan menggunakan indikator proporsi pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. A. Jumlah Penduduk Miskin dan PMKS Permasalahan kesejahteraan sosial merupakan masalah yang sangat kompleks dan akan terus berkembang bersama dengan perkembangan masyarakat. Hal tersebut muncul disebabkan oleh perubahan-perubahan masyarakat yang selalu menunjukan perkembangan di segala bidang baik ekonomi, sosial, budaya dan khususnya teknologi. Seiring dengan kemajuan yang dicapai maka dampaknya semakin dirasakan, yaitu terjadinya kesenjangan sosial pada beberapa aspek kehidupan. Satu sisi menunjukan kemajuan dan meningkatkan mutu kehidupan, sedangkan di sisi lain menunjukan makin tertinggalnya kelompok-kelompok tertentu oleh kemajuan-kemajuan tersebut. Kelompokkelompok ini dikatakan sebagai bermasalah karena keberadaannya menyebabkan dampak negatif terhadap pembangunan yang sedang dilaksanakan. Berkembangnya kelompok ini merupakan masalah sosial dan lebih lanjut merupakan penghambat pembangunan. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanyan tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani, dan sosial) secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunasosialan, keterbelakangan atau keterasingan, dan kondisi atau perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung atau menguntungkan. Deskripsi mengenai perkembangan jumlah penyandang kesejahteraan sosial di kabupaten Serang dalam beberapa tahun terakhir menunjukan adanya penurunan jumlah pada beberapa kriteria PMKS. Namun demikian masih terdapat juga penyandang masalah sosial yang jumlahnya masih tinggi dan cenderung bertambah setiap tahunnya.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 35
Tabel 3.13 Keadaan Kesejahteraan Sosial Penduduk di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
No 1 2 3 4 5 6 7 8 Uraian Anak Terlantar Anak Nakal Lansia/jompo Korban Narkotika Gelandangan dan Pengemis Penyandang Cacat Wanita Pekerja Seks Komersil Fakir Miskin 2007 7.061 241 9.430 24 608 6.736 42 54.012 Tahun 2008 6.513 218 9.226 10 914 4.815 26 92.418 2009 4.119 210 8.809 89 444 4.993 105 96.738
Berdasarkan data, jumlah anak terlantar, anak nakal, lansia/jompo terlantar, gelandangan/pengemis, dan penyandang cacat di Kabupaten Serang jumlahnya semakin berkurang dalam tiga tahun terakhir. Hal tersebut terlihat dimana pada tahun 2007 jumlah anak terlantar sebesar 7.061 orang, menurun pada tahun 2009 menjadi sejumlah 4.119 orang. Demikian halnya dengan anak nakal, lansia/jompo terlantar, gelandangan/ pengemis, dan penyandang cacat. Namun hal berbeda terjadi pada kriteria PMKS lainnya di Kabupaten Serang. Jumlah korban narkotika, wanita PSK, dan fakir miskin jumlahnya justru terus bertambah dalam tiga tahun terakhir. Jumlah korban narkotika pada tahun 2007 berjumlah 24 orang, meningkat pada tahun 2009 menjadi 89 orang. Jumlah wanita pekerja seks komersil pada tahun 2007 berjumlah 42 orang, meningkat menjadi 105 orang pada tahun 2009. Sedangkan jumlah fakir miskin/keluarga miskin pada tahun 2007 berjumlah 54.012 keluarga, meningkat pada tahun 2009 menjadi 96.738 keluarga. Sementara itu, berdasarkan data BKBPP Kabupaten Serang jumlah keluarga miskin di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 91.415 KK atau sekitar 26,89% dari total jumlah KK. Angka tersebut tergolong masih cukup tinggi. Oleh karena itu ke depan diperlukan upaya-upaya untuk menekan jumlah keluarga miskin tersebut.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 36
Tabel 3.14 Jumlah Keluarga Miskin Per Kecamatan di Kabupaten Serang Tahun 2009
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Kecamatan Cinangka Padarincang Ciomas Pabuaran Gunungsari Baros Petir Tunjung Teja Cikeusal Pamarayan Bandung Jawilan Kopo Cikande Kibin Kragilan Waringinkurung Mancak Anyar Bojonegara Pulo Ampel Kramatwatu Ciruas Pontang Carenang Binuang Tirtayasa Tanara Kab. Serang Jumlah KK KK Miskin 14.781 5.950 15.837 3.648 9.755 3.090 7.755 1.884 4.817 1.082 12.025 3.155 13.156 3.290 9.323 2.383 16.598 3.736 12.288 3.033 7.856 1.713 12.274 3.355 11.869 3.658 20.387 5.466 10.409 2.238 17.293 2.431 9.906 959 10.084 2.920 13.609 3.838 11.311 2.221 9.194 2.093 19.126 3.275 18.294 5.108 13.580 4.846 11.298 3.567 7.227 4.276 10.667 4.306 9.212 3.894 339.931 91.415 % 40,25 23,03 31,68 24,29 22,46 26,24 25,01 25,56 22,51 24,68 21,80 27,33 30,82 26,81 21,50 14,06 9,68 28,96 28,20 19,64 22,76 17,12 27,92 35,68 31,57 59,17 40,37 42,27 26,89
B. Pola Konsumsi dan Jumlah Keluarga menurut Tingkat Kesejahteraan Disamping tingkat pendapatan, tingkat kesejahteraan penduduk secara umum dapat juga dapat dilihat dan pola konsumsi yang dilakukan oleh penduduk. Pola konsumsi secara umum dibagi menjadi konsumsi makanan dan non makanan. Apabila rata-rata pengeluaran konsumsi makanan penduduk lebih besar dari pendapatannya, hal ini sebagai dampak dari masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat sehingga dapat
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 37
dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah Sebaiiknya apabila persentase rata-rata konsumsi bukan makanan lebih besar atau meningkat, hal ini menunjukan indikasi bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat sudah baik/meningkat. Dari hasil Susenas tahun 2008, menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Serang untuk makanan masih lebih besar dibandingkan konsumsi bukan makanan, yaitu 57,58 persen untuk makanan dan 42,42 persen untuk bukan makanan. Hal ini terjadi karena pendapatan yang diterima oleh masyarakat masih pada level untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehingga konsumsi terhadap makanan besar. Bila pendapatan yang diterima cukup besar maka masyarakat tidak hanya berfikir untuk membeli kebutuhan pokok saja (makanan) namun juga berfikir untuk membeli kebutuhan sekunder dan tersier seperti perumahan, pendidikan dan kesehatan yang pada umumnya termasuk dalam kelompok bukan makanan. Rata-rata pengeluaran perkapita perbulan penduduk Serang tahun 2008 sebesar Rp. 365.620,- yang terdiri dari Rp. 210.522,- untuk konsumsi makanan dan Rp. 155.089,untuk konsumsi bukan makanan. Dari konsumsi makanan pengeluaran terbesar adalah untuk konsumsi padi-padian (makanan pokok) dan tembakau atau sirih (rokok). Sedangkan konsumsi bukan makanan pengeluaran terbesar adalah untuk konsumsi perumahan serta barang dan jasa. Pola konsumsi di atas menunjukkan bahwa pengeluaran yang dilakukan penduduk Kabupaten Serang masih berfokus pada kebutuhan primer seperti bahan makanan pokok. Namun ada hal yang menarik, temyata pengeluaran untuk rokok jauh Iebih besar dari pengeluaran untuk pendidikan maupun kesehatan. Seringkali ketidakmampuan orang tua untuk menyekolahkan anak dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam hal keuangan, di sisi lain untuk konsumsi tembakau atau rokok cukup besar. Dengan demikian kalau konsumsi rokok dikurangi, mungkin masalah keuangan untuk menyekolahkan anak sedikit bisa teratasi. Sementara itu, kondisi penduduk Kabupaten Serang ditinjau dari tingkat kesejahteraannya menunjukan bahwa pada dasarnya hampir sebagian besar penduduk telah berada pada kriteria Keluarga Sejahtera I hingga Sejahtera III Plus (sebagaimana disajikan dalam gambar di bawah ini). Adapun perkembangan komposisi tingkat kesejahteraan keluarga di Kabupaten Serang menunjukan jumlah keluarga Pra Sejahtera pada tahun 2007 berjumlah 109.208 keluarga,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 38
berkurang pada tahun 2009 menjadi sebesar 90.849 keluarga. Sementara itu, jumlah keluarga Sejahtera III Plus pada tahun 2007 berjumlah 16.566 keluarga, dan pada tahun 2009 berkurang menjadi 12.062 keluarga. Gambar 3.4 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 Keluarga Pra Sejahtera Keluarga Sejahtera I Keluarga Sejahtera II Keluarga Sejahtera III Keluarga Sejahtera III Plus 2007 109.208 103.670 132.246 77.676 16.566 2008 91.731 77.606 92.440 56.679 11.765 2009 90.849 81.377 97.065 58.578 12.062
Kondisi tersebut di atas menunjukan bahwa secara umum tingkat kesejahteraan keluarga di Kabupaten Serang hingga tahun 2009 berada pada tingkat menengah bawah, yang berarti bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Serang masih belum cukup baik. C. Jumlah Keluarga yang Terkena Bencana Kondisi pembangunan sosial masyarakat terkait pula dengan masalah penanggulangan korban bencana, baik berupa bencana alam maupun bencana sosial. Jumlah keluarga yang terkena bencana alam di Kabupaten Serang pada tahun 2007 sebanyak 57 keluarga yang terdiri dari korban banjir 8 keluarga, kebakaran 14 keluarga, angin topan 18 keluarga, tanah longsor 2 keluarga dan 9 keluarga terkena bencana lainnya. Sedangkan jumlah keluarga yang terkena bencana alam pada tahun 2009 meningkat menjadi 3.679 keluarga yang terdiri dari korban banjir 1.338 keluarga, kebakaran 35 keluarga, angin topan 2.287
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 39
keluarga, tanah longsor 17 keluarga dan 2 keluarga terkena bencana lainnya. Jumlah kerugian yang diakibatkan bencana alam pada tahun 2009 menimbulkan 10 korban jiwa meninggal dan 4.508 jiwa menderita. Disamping itu kerugian materi berupa kerusakan rumah mencapai 4.509 unit.
3.2.6.
Isu mengenai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan salah satu isu strategis nasional saat ini. Di Kabupaten Serang sendiri, telah dilakukan beberapa program terkait dengan upaya pemberdayaan perempuan seperti program keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan, penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak, peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan, dan peningkatan peran serta serta kesetaran gender dalam pembangunan. Peran strategis perempuan sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga diharapkan mampu memberikan kontribusi besar dalam mencetak generasi-generasi yang mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan, sehingga aspek pendidikan perempuan menjadi hal penting yang tidak bisa diabaikan. Pada sisi ekonomi, perempuan memiliki peran untuk dapat membantu menopang kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga pemberdayaan dalam sisi ekonomi seperti kewirausahaan dapat menjadi salah satu sarana peningkatan kapasitas perempuan. Hingga tahun 2009, jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Serang sebesar 661.634 jiwa. Kalau dilihat jumlah penduduk di tahun 2009 sebesar 1.345.495 jiwa maka sex rationya sebesar 1,03. Jumlah perempuan yang hampir berimbang dengan penduduk lakilaki tersebut haruslah menjadi perhatian khusus, mengingat wanita dan juga anak-anak seringkali menjadi korban tindak kekerasan dalam rumah tangga. Upaya-upaya terhadap pemberdayaan perempuan dan perlindungan terhadap tindak KDRT perlu menjadi perhatian yang lebih saat ini.
3.2.7.
Wilayah Kabupaten Serang hingga tahun 2009 terdiri dari 314 desa yang tersebar pada 28 kecamatan. Kondisi desa di Kabupaten Serang masih mempunyai tradisi gotong royong, kondisi tersebut menunjukkan prinsip kekeluargaan antar warga yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 40
Namun demikian berdasarkan data dari BPS Kabupaten Serang, pada tahun 2009 dari sejumlah 314 desa di Kabupaten Serang terdapat 187 desa (60,71%) yang masih tergolong dalam kategori desa dengan persentase kemiskinan penduduk di atas rata-rata. Tabel 3.15 Jumlah Desa Miskin di Kabupaten Serang Tahun 2009
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Kecamatan Cinangka Padarincang Ciomas Pabuaran Gunungsari Baros Petir Tunjung Teja Cikeusal Pamarayan Bandung Jawilan Kopo Cikande Kibin Kragilan Waringinkurung Mancak Anyar Bojonegara Pulo Ampel Kramatwatu Ciruas Pontang Carenang Binuang Tirtayasa Tanara Kab. Serang Desa 13 14 11 7 7 14 13 9 15 9 8 9 10 12 9 14 11 13 10 10 9 15 17 15 10 7 14 9 314 Jumlah Desa Miskin 12 8 10 4 6 11 8 4 9 7 7 5 8 7 5 2 9 11 5 2 1 4 8 12 5 7 5 5 187 % 92,31 57,14 90,91 57,14 85,71 78,57 61,54 44,44 60,00 77,78 87,50 55,56 80,00 58,33 55,56 14,29 81,82 84,62 50,00 20,00 11,11 26,67 47,06 80,00 50,00 100,00 35,71 55,56 59,55
Dari gambaran tersebut di atas menunjukan bahwa jumlah desa miskin di Kabupaten Serang angkanya masih cukup tinggi yakni lebih dari 50% yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Serang.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 41
Untuk itu maka ke depan diperlukan adanya suatu upaya yang lebih keras dari pemerintah dan juga masyarakat untuk dapat meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat khususnya di wilayah pedesaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat seperti PNPM MPdes, dll.
3.2.8.
Peran dan eksistensi pemuda tidak dapat dipisahkan dari upaya pencapaian pembangunan daerah. Pemuda dengan energi besar yang dimilikinya memiliki kemampuan dan kapabilitas yang dapat memberikan kontribusi besar dalam upaya pembangunan. Oleh karena itu, pengembangan pemuda secara berkualitas perlu menjadi perhatian penting. Aktivitas pemberdayaan yang dilakukan pada diri pemuda tidak hanya akan memberikan dampak pada pemuda itu sendiri, tetapi dapat memberikan dampak bagi perkembangan masyarakat disekitarnya. Terkait dengan hal-hal tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Serang telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas, kapasitas dan pemberdayaan pemuda sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam pembangunan Kabupaten Serang. Salah satu dampak globalisasi adalah dengan semakin meningkatnya arus informasi dan budaya yang mendorong lahir dan berkembangnya kreativitas dan prestasi di bidang kepemudaan dan olahraga. Minat dan partisipasi pemuda makin membaik seiring dengan semakin meluasnya budaya olahraga di kalangan masyarakat. Meskipun demikian, pengembangan jiwa kewirausahaan (kecakapan hidup) dan kepemimpinan pemuda masih perlu lebih ditingkatkan untuk lebih menguatkan dan mensinergikan peran serta pemuda dalam pembangunan daerah. Permasalahan lainnya yang dihadapi pada urusan kepemudaan dan olah raga adalah kondisi sarana dan prasarana kepemudaan dan keolahragaan di kalangan siswa pada khususnya dan di masyarakat pada umumnya masih belum memadai. Oleh karena itu kedepan diperlukan adanya upaya peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana kepemudaan dan keolahragaan agar lebih baik lagi.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 42
3.2.9.
Kebudayaan
Pembangunan di bidang kebudayaan di Kabupaten Serang telah mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap keberagaman budaya dan pentingnya toleransi, serta mulai berkembangnya interaksi antarbudaya. Meskipun demikian, penghargaan pada nilai budaya dan bahasa, nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, dan rasa cinta tanah air dirasakan makin memudar. Hal tersebut, disebabkan antara lain, masih kurangnya keteladanan para pemimpin, lemahnya budaya patuh pada hukum, cepatnya penyerapan budaya global yang negatif, dan kurang mampunya menyerap budaya global yang lebih sesuai dengan norma dan nilai-nilai sosial yang masih dianut sebagian besar masyarakat Serang. Bentuk pembangunan agama di Kabupaten Serang adalah dengan memberikan alternatif fasilitas dan aktifitas masyarakat sehari-hari dengan nuansa nilai-nilai keagamaan. Pemerintah peranannya tidak masuk ke dalam substansi agama, melainkan sebagai fasilitator, mediator dan stimulator, serta memberikan rasa nyaman, aman, dan kemudahan setiap umat beragama dalam menjalankan ajaran agamanya. Sedangkan substansi agama sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat sendiri. Melalui pembangunan keagamaan yang terpadu dengan pembangunan di bidang-bidang lainnya, diharapkan dapat terwujudnya manusia dan masyarakat Kabupaten Serang yang mandiri, berkualitas, sehat jasmani-rohani dan tercukupi kebutuhan material-spiritualnya. Terkait dengan bidang keagamaan, hingga tahun 2009 sebesar 1.382.933 jiwa (99,66%) penduduk Kabupaten Serang merupakan pemeluk agama Islam. Hal tersebut tidak mengherankan mengingat wilayah Serang khususnya dan Banten umumnya, merupakan salah satu pusat pengembangan Islam di Pulau Jawa pada masa lalu. Namun demikian toleransi antar umat beragama di Kabupaten Serang hingga kini tetap terjaga, hal tersebut digambarkan dengan berkembangnya jumlah pemeluk agama lain. Hingga tahun 2009 jumlah pemeluk agama Katholik sebesar 703 orang (0,05%), pemeluk agama Protestan sebesar 3.577 orang (0,26%), pemeluk agama Hindu sebesar 270 orang (0,02%), dan pemeluk agama Budha sebesar 162 orang (0,01%).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 43
Gambar 3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama di Kabupaten Serang Tahun 2009
Islam 99,66%
Budha 0,01%
Adapun pelestarian dan pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah yang dilakukan diarahkan untuk membina, mengembangkan dan melindungi kesenian dan kebudayaan lokal. Saat ini, apresiasi masyarakat terhadap produk-produk seni dan budaya tradisional cenderung menurun. Degradasi nilai-nilai moral dan budaya semakin jelas seiring dengan derasnya pengaruh budaya asing akibat globalisasi melalui berbagai macam media, terutama budaya asing yang tidak sejalan dengan nilai budaya lokal. Oleh karena itu, pembinaan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesenian dan kebudayaan daerah agar tetap lestari, melalui penguatan kembali nilai-nilai budaya lokal (subsidiarity) merupakan hal yang harus terus diupayakan. Tabel 3.16 Banyaknya Perkumpulan Kesenian Menurut Jenis Kesenian Di Kabupaten Serang Tahun 2008-2009
No 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Kesenian Seni Tari Seni Wayang Seni Suara/Karawitan Orkes Seni Rupa Pertunjukan Rakyat Drama Jumlah Tahun 2008 15 2 116 18 20 455 3 629 2009 20 3 186 25 37 674 15 960
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 44
3.2.10.
Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Bagi masyarakat, pekerjaan adalah sumber pendapatan bagi seseorang maupun rumahtangga untuk kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu, kesejahteraan masyarakat suatu wilayah akan terkait dengan masalah ketenagakerjaan. Semakin banyak penduduk yang terlibat dalam kegiatan bekerja dan berpendapatan, diharapkan kesejahteraan masyarakat akan menjadi lebih baik. Berdasarkan data jumlah pencari kerja yang terdaftar, pada tahun 2007 berjumlah 30.975 orang dan yang sudah ditempatkan baru 2.467 orang. Sedangkan pencari kerja yang terdaftar pada tahun 2008 berjumlah 6.747 orang dan yang sudah ditempatkan berjumlah 7.240 orang. Adapun tahun 2009 tercatat pencari kerja yang resmi terdaftar sebanyak 17.273 orang, sementara yang berhasil ditempatkan sebanyak 9.628 orang, atau mencakup 35,5 persen dari keseluruhan pencari kerja yang mendaftar. A. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Partisipasi penduduk usia kerja dalam bekerja dan mencari pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan rumahtangganya dapat dilihat melalui angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK adalah proporsi penduduk usia kerja yang termasuk ke dalam angkatan kerja mencakup mereka yang bekerja dan mencari pekerjaan terhadap jumlah penduduk usia kerja. Dari hasil Susenas tahun 2009, terlihat bahwa partisipasi penduduk usia kerja Kabupaten Serang dalam bekerja dan mencari pekerjaan sebesar 60,78 persen. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (tahun 2008), angka tersebut mengalami peningkatan dari 60,14 persen. Bila dibedakan berdasarkan jenis kelamin, ada perbedaan angka yang cukup jauh antara TPAK Iaki-laki dengan perempuan. TPAK Iaki-laki sebesar 74,32 persen dibandingkan TPAK perempuan sebesar 41,08 persen. Perbedaan ini menunjukkan bahwa partisipasi Iaki-laki jauh lebih besar dibandingkan perempuan dalam upaya mendapatkan penghasilan/pendapatan baik untuk dirinya maupun untuk rumahtangganya. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, pada tahun 2009 masih belum optimal karena angka Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) hanya sebesar 83,51 persen walaupun angka ini meningkat bila dibandingkan dengan TKK tahun 2008 yang sebesar 82,87 persen. Hal ini
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 45
menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten Serang baru mampu menyerap 83,51 persen dari tenaga kerja yang ada di Kabupaten Serang. Bila melihat berdasarkan jenis kelamin, TKK laki-laki lebih besar dari TKK perempuan yaitu 84,88 persen berbanding 80,84 persen. Ini menunjukkan bahwa tenaga kerja laki-laki yang berhasil masuk dalam dunia kerja sebesar 84,88 lebih besar dibandingkan tenaga kerja perempuan yang berhasil masuk dalam dunia kerja. Sedangkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun dari 16,49 persen pada tahun 2008 menjadi 14,45 persen tahun 2009. Pengangguran pada penduduk perempuan temyata lebih besar yaitu 19,16 persen dibandingkan pengangguran penduduk laki-laki sebesar 15,12 persen, Masalah pengangguran merupakan masalah yang cukup penting untuk segera ditangani, karena pengangguran tidak hanya terkait dengan masalah ekonomi tapi juga dengan masalah sosial lainnya. Tingginyanya angka pengangguran ini harus menjadi perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah untuk segera dicarikan solusinya. B. Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan Berdasarkan hasil Susenas tahun 2009, kegiatan ekonomi yang paling besar dalam menyerap tenaga kerja Kabupaten Serang adalah sektor pertanian diikuti sektor perdagangan. Masing-masing menyerap tenaga kerja sebesar 29,58 persen dan 26,42 persen. Hal yang perlu diperhatikan bahwa dengan tenaga kerja yang lebih besar pada sektor pertanian tapi menghasilkan nilai tambah yang relatif lebih kecil. Sedangkan sektor perdagangan, dengan tenaga kerja yang lebih sedikit dapat memberikan nilai tambah yang besar. Ini menunjukkan bahwa sektor pertanian dominan dalam ekonomi namun nilai tambah yang dihasilkan dari tenaga kerja relatif rendah. Penyerapan terhadap tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan menunjukkan pola yang tidak terlalu berbeda. Tenaga kerja laki-laki yang terserap dalam sektor pertanian menempati posisi 30,59 persen, begitu juga tenaga kerja perempuan yang terserap dalam sektor pertanian menempati posisi pertama yaitu 31,51 persen. Penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan pun sama menempati posisi kedua pada tenaga kerja perempuan yaitu sebesar 32,63.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 46
Distribusi penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan memperlihatkan bahwa sektor informal cukup penting peranannya bagi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Serang. Proporsi mereka yang bekerja sebagai buruh/karyawan yang merupakan kategori status pekerjaan yang dapat digolongkan ke dalam sektor formal terhitung sebesar 28,64 persen. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2008 yang besarnya hanya mencapai 13,09 persen. Iklim usaha di Serang terlihat sudah cukup kondusif, setidaknya terlihat dari persentase penduduk dengan status pengusaha pada tahun 2009. Penduduk yang masuk dalam kelompok pengusaha pada tahun 2008 relatif cukup besar yaitu sekitar 49,24 persen dani mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu menjadi 50,94 persen. Kondisi ini menunjukan cukup terbukanya peluang usaha yang bisa dijalankan di Kabupaten Serang, sehingga masyarakat berani untuk mencoba usaha sendiri maupun berusaha dibantu karyawan tetap ataupun tidak tetap dari pada mencari pekerjaan pada orang lain. Hal ini mungkin yang menyebabkan persentase penduduk dengan status pengusaha cukup tinggi di Kabupaten Serang. C. Jumlah Jam Kerja Sebagian besar pekerja di Kabupaten Serang bekerja dalam jumlah jam kerja normal yakni 35 jam atau lebih dalam seminggunya, yaitu sebanyak 346.332 jiwa atau 75,01 persen dari total penduduk yang bekerja. Selebihnya 24,99 persen bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu atau yang dikategorikan sebagai setengah pengangguran. Persentase penduduk yang bekerja menurut jenis kelamin memberikan indikasi bahwa penduduk lakilaki yang bekerja pada jam kerja normal persentasenya lebih tinggi dibanding perempuan yang bekerja yaitu 75,92 persen berbanding 59,53 persen.
3.2.11.
Ketransmigrasian
Pelaksanaan penyelenggaraan ketransmigrasian di Kabupaten Serang dalam rentang waktu 2004-2008 secara total keseluruhan, telah mengirimkan sebanyak 230 KK atau sejumlah 941 jiwa transmigran asal Kabupaten Serang menuju berbagai kawasan transmigrasi di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 47
50
Adapun daerah penerima transmigran terbanyak dari Kabupaten Serang adalah Provinsi Kalimantan Timur, dengan menerima sebanyak 60 KK atau 254 jiwa transmigran yang ditempatkan di Kabupaten Berau dan Kutai Timur. Sedangkan daerah penerima transmigran terendah adalah Provinsi Sulawesi Barat yang menampung 20 KK atau 80 jiwa transmigran yang ditempatkan di Kabupaten Majene. Kebijakan transmigrasi sebagaimana diamanatkan peraturan perundangan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah, serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa . Peningkatan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya diwujudkan melalui penyediaan kesempatan kerja peluang usaha, pemberian hak milik atas tanah, pemberian bantuan pemodalan dan atau prasarana/sarana produksi, memfasilitasi pengurusan administrasi dengan badan usaha, peningkatan pendapatan, pendidikan dan pelatihan, pelayanan kesehatan, pemantapan ideologi, mental spiritual, sosial dan budaya. Peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah diwujudkan melalui pembangunan pusat pertumbuhan wilayah baru atau mendukung pusat pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau yang sedang berkembang. Memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa diwujudkan melalui pengelolaan temu budaya, tata nilai dan perilaku transmigran dan masyarakat sekitarnya untuk pemantapan rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 48
3.3.
KONDISI PEREKONOMIAN
Kinerja perekonomian suatu daerah pada umumnya dinilai berdasarkan pencapaian angka laju pertumbuhan ekonomi (LPE) daerah tersebut. Pada suatu daerah yang tergolong sebagai daerah berkembang, angka LPE cenderung masih dapat didorong menjadi lebih tinggi setiap tahunnya. Sedangkan pada daerah yang tergolong maju, angka LPE cenderung kecil dan stagnan karena biasanya kapasitas produksi sudah digunakan secara maksimal, terlebih untuk wilayah yang mengandalkan sektor industri pengolahan sebagai penggerak roda perekonomiannya. Secara umum, kinerja perekonomian Kabupaten Serang dalam lima tahun terakhir tumbuh secara signifikan. Demikian halnya pada tahun 2009, walaupun terjadi perlemahan pertumbuhan ekonomi namun kinerja pertumbuhannya masih positif. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serang (LPE) pada tahun 2009 angkanya mencapai 3,18 %, lebih rendah jika dibandingkan dengan LPE tahun 2008 yang mencapai 3,95 %. Terjadinya pelemahan pertumbuhan tersebut salah satunya dikarenakan adanya pemekaran wilayah Kabupaten Serang pada tahun 2007 yang diikuti dengan adanya pembagian aset wilayah sehingga berdampak pada berkurangnya nilai produksi bruto daerah, serta terjadinya krisis finansial global di penghujung tahun 2007 hingga tahun 2009, yang dampaknya mengakibatkan terjadinya perlemahan pertumbuhan ekonomi hampir diseluruh dunia. Tabel 3.17 Perkembangan Nilai PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kab. Serang Tahun 2005-2009
No. 1. 2. 3. 4. 5. Tahun 2005 2006 2007 2008* 2009** Nilai (Rp. 000.000) ADHK ADHB 7.973.370,72 11.192.422,59 8.357.679,63 12.603.637,47 6.387.705,54 9.846.647,44 6.639.988,83 10.729.729,43 6.851.287,52 11.497.791,59 Pertumbuhan (%) ADHK ADHB 4,40 12,27 4,82 12,61 4,71 8,44 3,95 8,97 3,18 7,16
Ket : * Angka revisi ** Angka sementara Sumber : BPS Kab. Serang, Tahun 2010 (data diolah)
Kinerja pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serang tersebut di atas, tidak terlepas dari adanya pertambahan nilai bruto produksi yang terjadi di Kabupaten Serang pada periode tahun yang sama. Berdasarkan harga berlaku, nilai produksi bruto Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai Rp. 11,49 Trilyun, atau meningkat sebesar Rp. 768,06 Milyar dari tahun sebelumnya. Adapun berdasarkan harga konstan (tahun 2000), PDRB
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 49
Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai Rp. 6,85 Trilyun, atau terjadi kenaikan sebesar Rp. 211,29 Milyar dari tahun sebelumnya. Gambar 3.7 Perkembangan PDRB dan LPE Kabupaten Serang Tahun 2007-2008
12.000.000,00 6,00
4,71
10.000.000,00 5,00
3,95
8.000.000,00
3,18
4,00
6.000.000,00
3,00
4.000.000,00
2,00
10.729.727,43
11.497.791,59
9.846.646,44
6.639.988,83
2.000.000,00
6.387.705,54
6.851.287,52
1,00
0,00
LPE
Struktur perekonomian terbagi kedalam tiga kelompok sektor yang didasarkan atas asal dari input, cara pengolahan dari input menjadi output serta jenis output yang dihasilkan oleh sektor lapangan usaha. Ketiga kelompok sektor ini biasa disebut kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan ketiga kelompok sektor tersebut, struktur perekonomian Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 masih didominasi kelompok sektor sekunder. Dalam kurun waktu tersebut, kontribusi rata-rata nilai PDRB ADHB pada kelompok sektor sekunder mencapai 68,82% diikuti kelompok sektor tersier 15,68% dan kelompok sektor primer 15,50%. Tabel 3.18 Perkembangan Nilai PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Serang Tahun 2007-2009 (Rp.Juta)
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/ Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB ADHB 2007 1.502.883,53 7.573,94 6.205.131,39 506.580,83 213.925,37 645.151,27 291.110,32 222.216,39 252.074,40 9.846.647,44 2008* 1.649.778,74 8.138,75 6.619.873,36 519.622,62 245.792,74 784.995,32 336.823,88 261.644,62 303.059,40 10.729.729,43 2009** 1.788.957,66 9.629,57 6.958.942,30 538.755,28 286.446,74 882.586,07 402.356,98 293.781,32 336.335,67 11.497.791,59
Ket : * Angka revisi ** Angka sementara Sumber : BPS Kab. Serang, Tahun 2010 (data diolah)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 50
Tabel 3.19 Perkembangan Nilai PDRB ADHB Menurut Kelompok Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Serang Tahun 2007-2009 (Rp.Juta)
NO. 1. 2. 3. KELOMPOK SEKTOR LAPANGAN USAHA Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier PDRB ADHB 2007 1.510.457,47 6.925.637,59 1.410.552,38 9.846.647,44 2008* 1.657.917,49 7.385.288,72 1.686.523,22 10.729.729,43 2009** 1.798.587,23 7.784.144,32 1.915.060,04 11.497.791,59
Ket : * Angka revisi ** Angka sementara Sumber : BPS Kab. Serang, Tahun 2010 (data diolah)
Tabel 3.20 Perkembangan Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Serang Tahun 2007-2009 (Rp.Juta)
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/ Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB ADHB 2007 15,26 0,08 63,02 5,14 2,17 6,55 2,96 2,26 2,56 100,00 2008* 15,38 0,08 61,70 4,84 2,29 7,32 3,14 2,44 2,82 100,00 2009** 15,61 0,08 60,53 4,60 2,38 7,80 3,30 2,72 2,98 100,00
Ket : * Angka revisi ** Angka sementara Sumber : BPS Kab. Serang, Tahun 2010 (data diolah)
Gambar 3.8 Distribusi Rata-Rata PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Serang Tahun 2007-2009 (%)
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; 1,94 Jasa-Jasa; 2,74 Pengangkutan dan Komunikasi; 2,75
Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7,12 Bangunan/ Konstruksi; 2,23 Listrik, Gas dan Air Bersih; 4,24
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 51
3.3.1.
Penanaman Modal
Perkembangan kondisi investasi di Kabupaten Serang baik untuk Penanaman Modal Asing (PMA) maupun untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dalam periode 20052009 mengalami kecenderungan meningkat. Secara rata-rata pertumbuhan PMA pada periode 2005-2009 sebesar 0,51%, sedangkan rata-rata pertumbuhan PMDN pada periode yang sama sebesar 0,53%. Kondisi di atas memberikan sebuah gambaran bahwa tingkat investasi di Kabupaten Serang masih perlu mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah. Jika dihubungkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah, maka investasi dapat menjadi salah satu stimulan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Tabel 3.21 Perkembangan Persetujuan Investasi di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009
TAHUN 2005 2006 2007 2008 2009 URAIAN JUMLAH PERUSAHAAN US$ INVESTASI (000) RUPIAH JUMLAH PERUSAHAAN US$ INVESTASI (000) RUPIAH JUMLAH PERUSAHAAN US$ INVESTASI (000) RUPIAH JUMLAH PERUSAHAAN US$ INVESTASI (000) RUPIAH JUMLAH PERUSAHAAN US$ INVESTASI (000) RUPIAH PERUSAHAAN PMDN 6 2 92.700.000 391.000.000 13 7 70.784.000 331.265.000 10 4 58.900.000 509.987.000 10 4 5.742.812.600 2.418.900.000 8 3 65.585.550.482 111.020.390.000 PMA JUMLAH 8 92.700.000 391.000.000 20 70.784.000 331.265.000 14 58.900.000 509.987.000 14 5.742.812.600 2.418.900.000 11 65.585.550.482 111.020.390.000
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 52
TAHUN
URAIAN US$ (000) RUPIAH JUMLAH PERUSAHAAN US$ INVESTASI (000) RUPIAH JUMLAH PERUSAHAAN US$ INVESTASI (000) RUPIAH INVESTASI
2008 2009
Perkembangan realisasi penanaman modal asing dan dalam negeri di Kabupaten Serang menurut jumlah perusahaan cenderung menurun, dimana pada tahun 2009 tercatat hanya 5 perusahaan, sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya mencapai 8 perusahaan (2008), dan 7 perusahaan (2007). Namun tidak demikian halnya dengan jumlah nilai yang diinvestasikan yang semakin meningkat, bahkan pada tahun 2009 mencapai Rp. 1,853 trilyun dan 22,00 juta US$ yang merupakan pertambahan nilai investasi dari Rp. 0,069 trilyun dan 58,52 juta US$ pada tahun 2008. Realisasi investasi di Kabupaten Serang selama tahun 2005-2009 pada umumnya mengarah pada Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sementara itu, investasi pada sektor-sektor lainnya selama periode tersebut tergolong rendah, sekaligus mencerminkan kurang/belum diminati oleh para investor.
3.3.2.
Jenis dan jumlah koperasi yang berkembang di Kabupaten Serang terdiri dari koperasi KUD dan koperasi non KUD. Perkembangan kedua jenis koperasi tersebut dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2008 koperasi KUD berjumlah 19, sedangkan koperasi non KUD berjumlah 620. Angka tersebut meningkat pada tahun 2009 menjadi koperasi KUD berjumlah 19, sedangkan non KUD berjumlah 847. Tabel 3.23 Perkembangan Jumlah Koperasi di Kabupaten Serang Tahun 2006-2009
No. 1 2 Kecamatan Cinangka Padarincang 2006 1 1 Koperasi KUD 2007 2008 1 1 1 1 2009 2006 45 40 Koperasi Non KUD 2007 2008 2009 56 54 42 39
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 53
No. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Kecamatan Ciomas Pabuaran Gunungsari Baros Petir Tunjung Teja Cikeusal Pamarayan Bandung Jawilan Kopo Cikande Kibin Kragilan Waringinkurung Mancak Anyar Bojonegara Pulo Ampel Kramatwatu Ciruas Pontang Carenang Binuang Tirtayasa Tanara Jumlah
2006 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 19
2009
19
2006 25 37 3 36 29 3 15 10 2 10 16 49 3 21 10 10 34 24 10 26 26 36 15 4 29 6 574
3.3.3.
Ketahanan Pangan
Sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Serang, kebutuhan akan ketersediaan bahan makanan, khususnya bahan makanan pokok turut meningkat pula. Namun sebagaimana umumnya terjadi sejalan dengan perkembangan wilayah, kegiatan pertanian di Kabupaten Serang aktivitasnya relatif menurun dan skala produksinya pun makin berkurang. Permasalahan penyediaan pangan erat kaitannya dengan upaya dalam pengembangan pertanian, dimana permasalahan utamanya di Kabupaten Serang adalah keterbatasan petani terhadap modal dan sumberdaya lahan, minimnya sarana prasarana produksi, skala usaha tani yang relatif mengecil sehingga kurang kompetitif, dll. Disisi lain adanya konversi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 54
lahan produktif usaha tani ke non-pertanian menyebabkan terjadi konsentrasi kapital di non-pertanian yang semakin menekan posisi tawar sektor pertanian. Dampak lain permasalahan ini yaitu semakin menurunya jumlah produksi hasil pertanian dari tahun ke tahun. Tingkat kebutuhan konsumsi pangan di masa yang akan datang khususnya untuk beberapa komoditi utama dipastikan akan meningkat secara perlahan. Peningkatan ini berhubungan erat dengan tingkat pertumbuhan penduduk serta proyeksi tingkat konsumsi per kapita per tahun. Oleh karena itu revitalisasi pertanian dalam kerangka peningkatan ketahanan pangan daerah perlu untuk segera dikembangkan agar kelak tidak terjadi krisis pangan di Kabupaten Serang.
3.3.4.
Pertanian
Pertanian mencakup komoditas tanaman bahan makanan misalnya padi, jagung, ketela batang, kacang tanah, sayur-sayuran, buah-buahan, dan hasil-hasil ikutannya. Termasuk pula disini hasil-hasil pengolahan yang dilakukan secara sederhana misalnya beras tumbuk, gaplek dan sagu. Komoditas tanaman bahan makanan di Kabupaten Serang meliputi: padi, ketela batang, ketela rambat, kacang tanah, jagung, kacang hijau, sayursayuran (mentimun,terong, kacang panjang, cabe) dan buah-buahan (mangga, durian dan nangka). Luas panen dan produksi budidaya padi dari 77.202 ha dan 402.030 ton atau dengan tingkat produksi per hektar yang mencapai 5,2 ton/ha pada tahun 2005 telah berkembang menjadi 77.525 ha dan 418.847 ton atau dengan tingkat produksi per hektar yang mencapai 5,4 ton/ha pada tahun 2009. Bila mengacu pada pola perkembangannya, pada tahun 2009 tingkat produksi padi per hektar terlihat meningkat dengan kecenderungan yang terus membaik. Praktek budidaya pertanian tanaman padi hingga tahun 2009 telah dilaksanakan secara intensif, sebagaimana tercermin dari laju pertumbuhan produksi (6,51 %) yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan luas panen (5,47 %) atau dengan rasio 1,19 (apabila nilai rasio > 1 maka kecenderungannya intensifikasi, dan apabila nilai rasio < 1 maka kecenderungannya ekstensifikasi). Meskipun rata-rata kinerja laju pertumbuhan produksi per luas panen untuk seluruh jenis tanaman palawija yang diusahakan meningkat, namun pola dan praktek pertanian palawija relatif belum bertumbuhkembang, dimana dengan laju pertumbuhan luas panen yang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 55
cukup baik namun peningkatan laju pertumbuhan rata-rata produksi hanya sebesar 1,62 %. Diantara berbagai jenis tanaman palawija yang diusahakan di Kabupaten Serang, jagung dan ketela rambat memiliki rasio laju pertumbuhan produksi berbanding laju pertumbuhan luas panen yang cukup tinggi (diatas angka 1), yakni masing-masing sebesar 1,26 dan 1,69. Secara umum luas panen untuk jenis tanaman sayuran yang diusahakan pada tahun 2009 mencapai 5.897 ha. Dalam kurun waktu yang sama, produktivitas untuk jenis tanaman sayuran yang diusahakan rata-rata mencapai 52,16 kw/ha. Angka tersebut relatif menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh perubahan variasi minat petani terhadap jenis tanaman yang diusahakan dari tahun ke tahun. Tabel 3.24 Produksi Pertanian Kabupaten Serang Tahun 2005-2009 (Ton)
Komoditi Padi Sawah Padi Ladang Ketela Batang Jagung Ketela Rambat Kacang Tanah Kacang Hijau Mentimun Terong Kacang Panjang Cabe Mangga Pepaya Durian 2005 402.030 9.548 35.076 10.497 8.570 10.132 551 2006 402.030 9.548 35.076 10.497 8.570 10.132 551 Tahun 2007 393.538 10.184 43.361 7.837 9.291 12.371 871 130.387 22.634 53.593 27.501 78.391 39.372 46.151 2008 393.250 7.402 52.308 8.387 10.745 9.048 628 147.232 54.169 76.695 40.389 15.050 11.169 164.208 Rata-Rata 2009 418.847 401.940,2 7.841 8.905 45.530 42.270 19.565 11.357 11.549 9.745 8.505 10.038 581 636 97.795 125.138 26.318 34.374 132.350 87.546 27.442 31.777 15.050 36.164 11.169 20.570 164.208 124.856
Budidaya perkebunan di Kabupaten Serang diusahakan melalui jenis pengusahaan perkebunan rakyat yang banyak berkembang di wilayah Serang Tengah dan Selatan. Berdasarkan luasan lahan yang diusahakan, terjadi penurunan luas lahan perkebunan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2009 luas lahan usaha perkebunan jumlahnya hanya sebesar 7.071,90 ha. Luasan tersebut berkurang sangat signifikan jika dibandingkan dengan luas lahan tahun sebelumnya (2008) yang mencapai 22.268,39 ha. Tingginya penurunan luas area tersebut terjadi hampir merata disetiap jenis tanaman
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 56
perkebunan rakyat yang diusahakan. Pengelolaan perkebunan rakyat dalam kurun waktu tersebut juga dapat dikatakan semakin menurun, dimana jumlah produksi yang dihasilkan menunjukan penurunan dari 11.478,05 ton pada 2008 menjadi 10.124,99 ton pada tahun 2009. Tabel 3.25 Produksi Perkebunan di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009 (Ton)
Uraian Kopi Cengkeh 2005 419,1 362,0 2006 8.778,6 24,6 Tahun 2007 3.351,8 943,7 2008 1.085,0 667,0 2009 1.360,5 315,5 Rata-Rata 2.999,0 462,6
Berdasarkan jenis tanaman perkebunan yang diusahakan rakyat diantaranya meliputi kopi, kelapa, cengkeh, kakao, lada, dan lain-lain. Untuk budidaya perkebunan kelapa, jenis usaha tersebut merupakan usaha yang menghasilkan produksi paling tinggi dibanding usaha lainnya, dimana pada tahun 2009 produksinya mencapai 8.217,38 ton. Namun demikian, hampir semua jenis tanaman perkebunan yang diusahakan di Kabupaten Serang, umumnya menunjukan tingkat produktivitas yang cenderung menurun. Disamping itu, nilai tambah komoditas perkebunan masih rendah karena pada umumnya pemasaran dilakukan dalam bentuk segar (produk primer) dan olahan sederhana. Perkembangan industri hasil perkebunan belum optimal dikarenakan industri-industri yang memanfaatkan produk perkebunan seperti kopra, CPO, BCK, dan lain-lainnya masih terbatas. Budidaya ternak di Kabupaten Serang meliputi jenis ternak sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, ayam ras, ayam buras, serta itik. Secara keseluruhan, jumlah populasi ternak yang dibudidayakan jumlahnya semakin bertambah dalam satu tahun terakhir. Persediaan (stock) ternak untuk kebutuhan konsumsi daging pada tahun 2008 dibandingkan dengan jumlah ternak yang dipotong menunjukan sisi penyediaan yang relatif belum memadai. Khusus untuk ternak sapi potong, jumlah populasi ternak yang tersedia pada tahun 2009 hanya 73,83 % terhadap jumlah ternak yang dipotong, sehingga dalam penyediaan kebutuhan konsumsi sebagian besar masih didatangkan dari luar. Sebaran ternak Sapi terutama berada di Kecamatan Pabuaran, Cikuesal dan Bojonegara. Sedangkan sebaran ternak kerbau tersebar di seluruh kecamatan terutama Petir, Tanjung
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 57
Teja, Cikeusal, Jawilan, Kopo dan Bandung. Sebaran ternak kambing tersebar di seluruh kecamatan terutama Mancak, Binuang, Tirtayasa, Kragilan dan Waringinkurung. Adapun sebaran ternak kuda terutama di Kecamatan Cinangka, Cikeusal, Pamarayan, Cikande, Anyar dan Bojonegara. Tabel 3.26 Jumlah Populasi Ternak yang Dipelihara di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009 (Ekor)
Jenis Ternak Sapi Potong Kerbau Kambing Kuda Ayam Itik 2005 4.077 21.610 126.947 19 1.323.847 233.846 Tahun Rata-Rata 2006 2007 2008 2009 4.472 4.727 5.845 6.687 5.162 21.047 20.282 20.296 21.498 20.947 132.154 157.022 186.855 194.832 159.562 19 23 23 16 20 931.091 1.094.749 1.247.158 1.427.922 1.204.953 208.447 384.582 700.962 1.052.293 516.026
Demikian halnya dengan populasi ternak unggas di Kabupaten Serang khususnya meliputi ayam buras dan itik, dalam kurun waktu 2008-2009 mengalami peningkatan. Untuk ketersediaan stock produksi ternak unggas tersebut, pada tahun 2009 menunjukan ketersediaan yang cukup memadai. Namun tidak demikian halnya dengan ternak ayam ras (petelur dan pedaging), dimana pada tahun 2009 stock populasi untuk pemenuhan penyediaan kebutuhan konsumsi unggas jenis ini masih disuplai dari luar daerah. Sebaran ternak ayam buras tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Serang terutama Pontang, Tirtayasa, Tanara, Baros, Petir dan Cikeusal. Sedangkan sebaran ternak itik tersebar terutama Kecamatan Kramatwatu, Ciruas, Pontang, Carenang, Binuang, Petir dan Baros.
3.3.5.
Usaha perikanan di Kabupaten Serang meliputi jenis perikanan tangkap (laut dan perairan umum) serta perikanan budidaya (laut, tambak, kolam, sawah). Total produksi usaha perikanan pada tahun 2009 mencapai 9.436,52 ton dengan nilai Rp. 147,67 milyar (merupakan penurunan dari produksi 14.507,76 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 96,45 milyar pada tahun 2008). Penurunan produksi perikanan terutama dipengaruhi oleh penurunan produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya laut.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 58
Potensi sumberdaya perikanan tangkap laut Kabupaten Serang tersebar di perairan Laut Jawa dan Selat Sunda. Oleh karenanya pengembangan penangkapan ikan saat ini terkonsentrasi di kedua wilayah perairan tersebut. Namun satu hal yang perlu diperhatikan, bahwa pengembangan penangkapan ikan di wilayah perairan Laut Jawa, saat ini kondisinya semakin terbatas terkait dengan kecenderungan over fishing. Tabel 3.27 Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009 (Ton)
Usaha Perikanan Perikanan Tangkap Laut Perikanan Tangkap Sungai Perikanan Tangkap Danau/ Rawa Perikanan Budidaya Tambak Perikanan Budidaya Kolam Perikanan Budidaya Sawah Tahun RataRata 2005 2006 2007 2008 2009 5.752,40 4.755,97 5.414,22 5.712,00 7.889,70 5.904,86 104,50 137,80 161,80 196,00 233 166,42 102,70 145,40 186,23 222,50 264,80 184,33 3.082,00 3.203,62 7.388,84 7.805,46 8.213,78 5.938,74 258,90 269,99 274,00 289,82 312,48 281,04 268,30 242,00 267,60 281,98 299 271,75
Produktivitas usaha perikanan budidaya masih perlu ditingkatkan, antara lain tercermin dari kondisi pada tahun 2009 dimana produktivitas budidaya tambak baru mencapai 0,87 ton/ha dan budidaya ikan di sawah mencapai 0,72 ton/ha. Potensi sumber daya perikanan budidaya masih berpeluang besar untuk dikembangkan, seperti budidaya laut (KJA dan rumput laut) di pantai utara dan pantai barat, ketersediaan lahan yang masih memadai untuk pengembangan kolam budidaya ikan, serta keberadaan perairan umum (sungai, waduk, situ) untuk pengembangan budidaya keramba. Berdasarkan jumlahnya, armada perikanan tangkap mengalami penurunan dari 916 unit (tahun 2008) menjadi 847 unit pada tahun 2009. Dalam usaha penangkapan ikan hingga tahun 2009 didominasi oleh penggunaan armada Perahu Motor Tempel (745 unit) dan Kapal Motor (39 unit), hal ini menunjukan kapasitas usaha penangkapan ikan masih rendah dan berorientasi pada wilayah perairan pantai ( 12 Mil). Jumlah rumah tangga perikanan tangkap laut dalam kurun waktu tahun 2005-2009 mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari meningkatnya jumlah rumah tangga perikanan dari 816 rumah tangga pada tahun 2005 menjadi 967 rumah tangga pada tahun 2009. Sebaran rumah tangga perikanan tangkap laut terutama di Kecamatan Bojonegoro, Tirtayasa, Padarincang, dan Anyar.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 59
Jumlah rumah tangga perikanan tangkap sungai dalam kurun waktu 2005-2009 mengalami fluktuatif. Hal ini dilihat dari meningkatnya jumlah rumah tangga dari 155 rumah tangga pada tahun 2005, menjadi 222 rumah tangga pada tahun 2006, dan menurun menjadi 68 rumah tangga pada tahun 2009. Sebaran rumah tangga perikanan tangkap sungai terutama di Kecamatan Pamarayan, Padarincang, Ciomas, Pabuaran dan Baros. Jumlah rumah tangga perikanan tangkap rawa/danau dalam kurun waktu 2005-2009 mengalami fluktuatif. Hal ini dilihat dari meningkatnya jumlah rumah tangga dari 74 rumah tangga pada tahun 2005, menjadi 109 rumah tangga pada tahun 2006, dan menurun menjadi 25 rumah tangga pada tahun 2009. Sebaran rumah tangga perikanan tangkap rawa/danau terutama di Kecamatan Pamarayan. Jumlah rumah tangga perikanan budidaya tambak dalam kurun waktu 2005-2009 mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari meningkatnya jumlah rumah tangga dari 959 rumah tangga pada tahun 2005 menjadi 1.062 rumah tangga pada tahun 2009. Sebaran rumah tangga perikanan budidaya tambak terutama di Kecamatan Pontang dan Tirtayasa. Jumlah rumah tangga perikanan budidaya kolam dalam kurun waktu 2005-2009 mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari meningkatnya jumlah rumah tangga dari 386 rumah tangga pada tahun 2005, menjadi 397 rumah tangga pada tahun 2008, dan menjadi 386 rumah tangga pada tahun 2009. Sebaran rumah tangga perikanan budidaya kolam terutama di Kecamatan Padarincang, Baros dan Ciomas. Jumlah rumah tangga perikanan budidaya sawah dalam kurun waktu 2005-2009 cenderung stagnan. Hal ini dilihat dari jumlah rumah tangga dari 185 rumah tangga pada tahun 2005 tetap 185 rumah tangga pada tahun 2009. Sebaran rumah tangga perikanan budidaya rawa/ danau terutama di Kecamatan Padarincang dan Cinangka. Tabel 3.28 Jumlah Rumah Tangga Perikanan di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009
Usaha Perikanan Perikanan Tangkap Laut Perikanan Tangkap Sungai Perikanan Tangkap Danau/Rawa Perikanan Budidaya Tambak Perikanan Budidaya Kolam Perikanan Budidaya Sawah 2005 816 155 74 959 386 185 2006 952 222 109 959 386 185 Tahun 2007 829 222 109 1.039 386 185 2008 1.046 222 109 1.039 386 185 2009 826 68 25 1.062 386 185
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 60
3.3.6.
Kehutanan
Kehutanan mencakup segala jenis hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka alam, dan hutan taman wisata. Luas hutan lindung di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 20052009 mengalami penurunan dari 5.538,15 Ha pada tahun 2005 menjadi 726,64 Ha pada tahun 2009. Luas hutan produksi dalam kurun waktu 2007-2009 mengalami penurunan dari 3.625 Ha pada tahun 2007 menjadi 4.154,14 Ha pada tahun 2009. Hutan suaka alam dalam kurun waktu 2007-2009 mengalami peningkatan dari 2.540 Ha pada tahun 2007 menjadi 4.230 Ha pada tahun 2009. Luas hutan taman wisata dalam kurun waktu 20072009 mengalami peningkatan dari 700 Ha pada tahun 2007 menjadi 1.248,15 Ha pada tahun 2009. Tabel 3.29 Luas Kawasan Hutan menurut Jenis di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009
Jenis Hutan Hutan lindung Hutan produksi Hutan suaka alam Hutan taman wisata Lainnya 2005 5.538,15 6.650,00 Luas Hutan (Ha) 2006 2007 5.538,15 1.256,00 3.625,00 2.540,00 700,00 1.811,00 2008 726,64 4.154,14 4.200,00 1.278,15 2009 726,64 4.154,14 4.230,00 1.248,15 -
Semakin berkurangnya luas kawasan hutan lindung di Kabupaten Serang perlu menjadi perhatian serius dari berbagai pihak terutama pemerintah. Hal ini mengingat kawasan lindung merupakan kawasan yang harus dijamin ketersediaannya agar dapat menjamin keseimbangan sumberdaya alam. Jika kondisi ini tidak segera ditangani maka dikhawatirkan dalam beberapa tahun kedepan dampak negatif dari kerusakan sumberdaya alam seperti banjir, longsor, dan kekeringan akan meningkat di Kabupaten Serang.
3.3.7.
Dari sisi aktifitas pertambangan dan penggalian, sumberdaya mineral di Kabupaten Serang sebagian besar telah diusahakan baik oleh swasta maupun masyarakat, seperti batu kali (andesit), pasir, tanah urug dan pasir laut. Produksi hasil pertambangan yang paling besar adalah jenis pertambangan batu kali/andesit, dimana pada tahun 2008 produksinya mencapai 1.026.859,61 m3. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 61
dengan hasil produksi pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 868.767,76 m3 atau bernilai sekitar Rp. 17,73 milyar. Disamping batu kali, jenis pertambangan lain yang diusahakan di Kabupaten Serang yaitu tambang pasir yang pada tahun 2008 menghasilkan 11.240 m3. Sejumlah kendala pengembangan potensi pertambangan di Kabupaten Serang antara lain disebabkan maraknya kegiatan pertambangan tanpa ijin (PETI) yang sangat merusak lingkungan. Kondisi tersebut turut dipengaruhi pula oleh kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan serta relatif lemahnya penegakan hukum lingkungan bagi pelanggar atau pelaku PETI.
3.3.8.
Perindustrian
Berdasarkan data PDRB Kabupaten Serang sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 sektor industri selalu memberikan kontribusi lebih dari 50% bagi PDRB. Untuk mempertahankan dan bahkan memacu pertumbuhan sektor industri tersebut maka perlu dipacu pengembangannya baik dari segi jumlah unit usaha maupun dari sisi investasinya. Terjadi peningkatan jumlah industri berdasarkan direktori industri besar/sedang dalam kurun waktu 2008-2009, dari 151 perusahaan (2008) menjadi 157 perusahaan (2009) dengan laju pertumbuhan sebesar 3,97 % atau sekitar 6 perusahaan yang bertambah. Namun demikian, peningkatan jumlah industri tersebut tidak diikuti dengan terjadinya peningkatan penyerapan tenaga kerja. Kondisi tersebut ditunjukan dengan adanya pertumbuhan negatif penyerapan tenaga kerja sebesar -3,26 % dalam periode 2008-2009, atau terjadi pengurangan tenaga kerja sebesar 2.545 jiwa, yakni dari sejumlah 77.961 jiwa pada tahun 2008 menjadi 75.416 jiwa pada tahun 2009. Hal tersebut dapat dimaklumi sebagai dampak dari terjadinya krisis perekonomian global, sehingga banyak perusahaan yang merumahkan para pekerjanya.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 62
Tabel 3.30 Jumlah Perusahaan Industri Besar, Sedang, dan Kecil di Kabupaten Serang Tahun 2008-2009
Kecamatan Cinangka Padarincang Ciomas Pabuaran Gunungsari Baros Petir Tunjung Teja Cikeusal Pamarayan Bandung Jawilan Kopo Cikande Kibin Kragilan Waringinkurung Mancak Anyar Bojonegara Pulo Ampel Kramatwatu Ciruas Pontang Carenang Binuang Tirtayasa Tanara Jumlah Industri Besar 2008 2009 2 1 3 1 6 3 3 1 18 5 18 2 4 2 1 1 2 9 6 8 3 1 3 63 40 Jenis Industri Industri Sedang 2008 2009 2 1 4 3 1 1 1 12 2 3 26 2 36 5 1 2 1 2 2 5 3 9 23 3 3 2 1 88 68 Industri Kecil 2008 2009 134 13 335 16 386 8 1.010 28 4 285 25 98 13 82 4 88 16 583 14 381 4 16 77 9 339 39 105 28 435 24 104 12 705 1 468 18 1.640 12 165 17 317 63 535 69 179 9 1.260 1 1.108 5 346 7 182 18 11.347 493 Jumlah 2008 134 336 386 1.011 285 99 82 88 583 381 18 83 383 159 440 104 705 468 1.643 177 317 541 179 1.260 1.108 346 182 11.498 2009 17 16 8 35 4 28 14 4 17 15 4 21 10 46 35 28 14 1 20 19 32 94 73 9 1 5 9 22 601
Sementara itu, perusahaan industri kecil/rumah tangga baik tempat tetap atau tidak tetap, pada tahun 2009 jumlah usahanya sebanyak 10.316 unit. Jumlah tersebut berkurang cukup drastis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 11.347 perusahaan. Terjadinya penurunan jumlah industri kecil/rumah tangga tersebut secara langsung maupun tidak adalah merupakan dampak dari terjadinya krisis global yang melanda dunia pada tahun 2008.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 63
Berdasarkan perbandingan antara jumlah tenaga kerja dengan jumlah perusahaan pada 23 golongan industri besar/sedang yang ada di Kabupaten Serang, menunjukan sekitar 42,04 % atau 66 perusahaan yang ada tergolong dalam industri besar (menyerap tenaga kerja lebih dari 100 orang), sisanya 57,96 % atau 91 perusahaan tergolong dalam industri sedang (menyerap tenaga kerja 20 sampai 99 orang). Sentra-sentra industri besar maupun sedang di Kabupaten Serang yakni terdapat di Kecamatan Cikande dan Kecamatan Kibin. Pada tahun 2009 di kedua kecamatan tersebut terdapat masing-masing 21 dan 18 perusahaan industri besar serta 26 dan 32 perusahaan industri sedang.
3.3.9.
Perdagangan
Sektor perdagangan terdiri dari sub sektor perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar mencakup kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun barang bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya atau pedagang eceran. Adapun perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah sifat, baik barang baru atau barang bekas. Untuk menggerakan sektor riil perekonomian daerah, sektor perdagangan memegang peranan yang strategis untuk memperlancar distribusi barang dan jasa. Maka sangat penting perlunya pembinaan untuk menumbuhkembangkan baik dari sisi pelaku maupun dari ketersediaan prasarananya. Pada tahun 2009 jumlah total perusahaan perdagangan di Kabupaten Serang sebanyak 601 unit yang terdiri dari perusahaan berskala besar, menengah dan juga kecil. Dari jumlah tersebut, perusahaan skala kecil jumlahnya paling mendominasi yakni sebanyak 493 perusahaan, diikuti dengan perusahaan menengah sebanyak 68 perusahaan, dan sisanya perusahaan skala besar sejumlah 40 perusahaan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 64
Tabel 3.31 Perkembangan Jumlah Fasilitas Perdagangan di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
Besar 2007 2008 Cinangka 1 3 Padarincang Ciomas 1 Pabuaran 2 1 Gunungsari Baros 3 Petir Tunjung Teja Cikeusal Pamarayan Bandung Jawilan 6 2 Kopo 2 Cikande 10 10 Kibin 2 5 Kragilan 4 2 Waringinkurung Mancak Anyar 5 1 Bojonegara 3 2 Pulo Ampel 9 1 Kramatwatu 10 Ciruas 1 4 Pontang 1 1 Carenang Binuang Tirtayasa 1 Tanara 1 Jumlah 48 46 Kecamatan Skala Perdagangan Jumlah Menengah Kecil 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2 1 2 15 7 7 16 11 11 3 11 16 16 11 19 19 2 1 13 13 13 16 14 14 3 3 8 4 14 33 33 19 42 42 2 3 6 6 5 6 6 1 4 3 35 27 27 39 31 31 4 1 1 19 21 21 23 22 22 5 4 4 5 4 4 1 1 10 18 18 10 19 19 1 4 3 5 15 15 9 18 18 2 2 3 2 2 5 4 4 3 4 2 2 10 18 18 20 22 22 1 12 10 10 12 12 12 5 4 2 32 34 34 42 48 48 2 1 5 26 28 28 28 34 34 2 3 4 1 38 47 47 45 53 53 1 3 3 4 5 5 4 8 8 2 3 2 2 5 2 2 2 5 32 10 10 37 16 16 2 2 5 5 12 11 11 17 18 18 6 2 9 4 28 19 19 39 24 24 8 5 23 8 72 80 80 77 98 98 1 2 3 3 31 36 36 34 43 43 4 1 25 12 12 30 14 14 1 10 5 5 11 5 5 6 3 3 6 3 3 1 2 2 8 16 16 9 19 19 3 2 1 6 5 5 8 6 6 40 46 66 68 488 503 493 582 615 601
Sedangkan ketersediaan prasarana pasar di Kabupaten Serang pada tahun 2009 yakni tersebar di 114 lokasi yang terdiri dari 3 Toko Serba Ada, 4 Toko Swalayan, 73 Toko Swalayan Kecil, 10 Pasar Pemda, dan 24 Pasar Desa. Dari total jumlah lokasi pasar tersebut dihuni oleh sebanyak 3.087 pedagang yang umumnya berada pada pasar-pasar tradisional (pasar pemda dan pasar desa).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 65
Sementara itu aktifitas perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) menunjukan bahwa pada tahun 2009 volume dan nilai ekspor Kabupaten Serang mencapai 311.611,00 ton dan US$ 242.721.783,80. Dari sisi volume barang, jumlah ekspor pada tahun 2009 meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2008) yang mencapai 238.981,12 ton, namun jika dilihat dari sisi nilai jumlahnya justru menurun yakni dari sebesar US$ 253.840.723,06. Sedangkan aktifitas impor barang yang masuk ke Kabupaten Serang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan ekspor, baik dari sisi volume maupun nilainya. Hingga tahun 2009 volume dan nilai impor telah mencapai 133.561,06 ton dan US$ 137.200.590,50. Angka tersebut meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya (2008) yang volumenya mencapai 29.518,69 ton dengan total nilai sebesar US$ 63.858.214,60. Hingga tahun 2009 terdapat 12 jenis komoditi asal Kabupaten Serang yang diekspor menuju berbagai daerah tujuan di luar negeri. Berdasarkan volume dan nilai ekspor atas seluruh komoditi tersebut, menunjukan dominasi barang ekspor adalah berupa bahan kertas, bahan kimia, bahan plastik dan polyester film dengan persentase volume ekspor masing-masing sebesar 70,18 %, 23,82 %, 2,30 % dan 2,10 % serta dengan nilai ekspor masing-masing US$ 110.568.906,46,- US$ 73.519.402,50,- US$ 5.922.171,69,- dan US$ 39.512.107,22. Negara tujuan ekspor barang dari Kabupaten Serang didominasi oleh negara-negara di kawasan asia seperti Malaysia, China, Jepang, Thailand dan Vietnam. Namun demikian, volume ekspor menuju negara-negara eropa dan amerika juga cukup besar.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 66
3.3.10.
Pariwisata
Kabupaten Serang merupakan wilayah yang memiliki potensi pariwisata yang beraneka ragam dan sangat prospektif untuk dikembangkan. Dengan dukungan prasarana dan sarana yang cukup memadai sektor pariwisata di Kabupaten Serang berkembang cukup pesat. Daya tarik kepariwisataan secara garis besar diklasifikan dalam wisata alam, wisata sejarah dan budaya, wisata buatan (binaan), serta kehidupan masyarakat tradisional ( living culture). Di Kabupaten Serang telah teridentifikasi keberadaan 57 obyek wisata yang terdiri dari obyek wisata kategori alam (20 obyek), wisata sejarah dan budaya (14 obyek), wisata kehidupan masyarakat tradisional (living culture) (4 obyek), wisata buatan (10 obyek), dan wisata atraksi seni (9 obyek). Secara kewilayahan, pola perkembangan pariwisata Kabupaten Serang terdiri dari Kawasan Wisata Pantai Barat, Kawasan Wisata Ziarah, serta Kawasan Wisata Pantai Utara. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, Kabupaten dituntut untuk dapat menyediakan sarana prasarana penunjang pariwisata guna terus menarik wisatawan agar berkunjung ke Kabupaten Serang. Salah satu sarana pariwisata tersebut adalah perhotelan. Sektor perhotelan mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan seperti hotel, losmen, motel dan sebagainya. Terkait dengan sub sektor perhotelan, potensi wisata yang terdapat di Kabupaten Serang masih perlu didukung oleh sarana dan prasarana penunjang, yang salah satunya yakni berupa hotel/penginapan. Jumlah hotel/penginapan di Kabupaten Serang pada tahun 2009 sebanyak 58 hotel/penginapan yang terdiri dari berbagai kelas. Pada umumnya hotel/penginapan tersebut berada di sekitar kawasan wisata Pantai Barat Serang yakni di sekitar Kecamatan Cinangka dan Anyer. Disisi lain, pada tahun yang sama secara keseluruhan terdapat sekitar 84 perusahaan akomodasi wisata yang didukung dengan sejumlah 2.069 fasilitas kamar dan 11.310 tempat tidur.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 67
Tabel 3.33 Jumlah Perusahaan Akomodasi, Kamar dan Tempat Tidur Hotel di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009
Uraian Perusahaan Akomodasi Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur Tahun 2005 2006 2007 2008 68 68 67 84 2.274 2.274 2.224 2.069 5.471 5.471 4.466 11.310 2009 84 2.069 11.310
Selain sektor perhotelan, terdapat pula sektor restoran yang mencakup kegiatan usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan seperti bar, rumah makan, kantin, warung nasi dan lain-lain. Pada tahun 2009 di Kabupaten Serang terdapat sejumlah 86 restoran/tempat makan dengan berbagai klasifikasi. Sama halnya dengan sarana hotel/penginapan, sarana restoran/tempat makan umumnya berada di sekitar kawasan wisata Pantai Barat Serang. Terkait dengan ketersediaan potensi wisata yang ada di Kabupaten Serang, perkembangan jumlah kunjungan wisatawan baik yang berasal dari mancanegara maupun nusantara, pada tahun 2009 jumlahnya menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya. Total kunjungan wisatawan ke objek wisata di Kabupaten Serang pada tahun 2009 yakni sejumlah 9.807.155 jiwa yang terdiri dari 9.806.149 wisatawan nusantara dan 1.006 wisatawan mancanegara. Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2008 yang totalnya mencapai 11.287.140 jiwa (1.128.4214 wisnus dan 2.926 wisman). Tabel 3.34 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009
Wisatawan Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara Kab. Serang Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 11.846.877 10.425.530 10.091.141 1.128.421 9.806.149 2.797 1.665 1.672 2.926 1.006 11.849.674 10.426.195 10.092.813 1.131.347 9.807.155
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 68
3.4. 3.4.1.
Kawasan budidaya di Kabupaten Serang secara keseluruhan berjumlah 106.043,01 Ha, yang terdiri dari sawah tadah hujan, sawah irigasi, tegalan, kebun campuran, perkampungan, perumahan dan jasa. Berikut ini duraikan mengenai persebaran kawasan budidaya di Kabupaten Serang. Tabel 3.35 Persebaran Kawasan Budidaya di Kabupaten Serang
Jenis Kawasan Budidaya Sawah tadah hujan Sawah irigasi Tegalan Kebun campuran Lokasi pada Umumnya Serang bagian utara Serang bagian utara Seluruh Kabupaten Serang Kec. Petir, Kec. Tunjungteja, Kec. Baros, Kec. Pabuaran, Kec. Padarincang, Kec. Ciomas, Kec. Gunungsari, Kec. Mancak, dan Kec. Cinangka. Seluruh Kabupaten Serang Kec. Kramatwatu, Kec. Ciruas, Kec. Cikande, Kec. Waringin Kurung, Kec. Kragilan. Kec.Kramatwatu, Kec.Ciruas, Kec.Cikande, dan Kec. Kibin Jumlah Luas (Ha) 31.079 Ha 23.066,4 Ha 39.912,35 Ha 39.159,10 Ha
Perkampungan Perumahan
20.121,97 Ha 8.680 Ha
Jasa
3.305,26 Ha
106.043,01 Ha
Hingga saat ini pemanfaatan lahan di Kabupaten Serang didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 60% dari total luas lahan di Kabupaten Serang. Pertanian dibedakan menjadi pertanian pada lahan basah dan lahan kering. Pertanian lahan basah adalah persawahan sedangkan pertanian lahan kering seperti tegalan dan ladang. Lahan pertanian secara keseluruhan paling luas terdapat di Kecamatan Baros yang luasnya 9.700 Ha, atau mencapai 10% dari total luas lahan pertanian dan 5 % dari total luas lahan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 69
di Kabupaten Serang. Sedangkan jika dibedakan menjadi persawahan dan tegalan, maka persawahan paling banyak terdapat di Kecamatan Tirtayasa dan tegalan paling banyak terdapat di Kecamatan Baros. Pemanfaatan lahan berikutnya yang menempati tempat kedua adalah permukiman dengan persentase sebesar 15,24% dari total luas lahan di Kabupaten Serang. Keberadaannya tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Serang meskipun tidak merata. Secara umum pemanfaatan lahan di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut: 1. Kawasan perumahan dan permukiman, hampir ada di setiap kecamatan yang berada pada Kabupaten Serang. 2. Kawasan perkantoran, masih berada di wilayah Kota Serang. 3. Kawasan pertanian, sangat dominan. Untuk persawahan (lahan basah) banyak terdapat di Kecamatan Tirtayasa, Tanara dan Pontang, sedangkan untuk tegalan (lahan kering) paling banyak di Kecamatan Baros. 4. Kawasan industri, dibedakan menjadi industri berat dan aneka industri. Industri berat yang padat modal terdapat di Serang bagian barat sedangkan aneka industri yang padat karya terdapat di Serang bagian timur. Adapun kondisi penggunaan lahan kawasan budidaya di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut : Tabel 3.36 Kawasan Budidaya di Kabupaten Serang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jenis Penggunaan Lahan Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering Pertanian Tanaman Tahunan Pertambangan Peternakan Perikanan Tambak Industri Pelabuhan Pariwisata Perumahan Perdagangan/jasa Luas Total Luas (Ha) 41.773,42 21.373,99 37.748,97 860,00 420,77 7.820,94 10.578,82 504,30 1.123,62 26.027,55 1.449,03 150.918,92 Persentase (%) 27,68 14,16 25,01 0,57 0,28 5,18 7,01 0,33 0,74 17,25 0,96 88,37
Kawasan lindung di Kabupaten Serang tersebar di seluruh wilayah yang meliputi sempadan sungai dan sempadan pantai, sedangkan kawasan lindung selain sempadan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 70
sungai dan pantai, terdapat di wilayah serang selatan dan utara yaitu di wilayah Kecamatan Ciomas, Padarincang, Mancak, dan Kramatwatu. Sedangkan di wilayah utara terdapat di Kecamatan Bojonegara dan Puloampel. Adapun kawasan lindung memiliki persentase sebesar 11,63 % dari total luas lahan di Kabupaten Serang. Kawasan lindung ini mencakup hutan lindung, cagar alam, daerah resapan (Catchment Area), lahan kritis hutan bakau, dan danau/situ. Perkembangan yang terjadi terhadap keberadaan hutan lindung ini mengalami penurunan, sehingga diperkirakan telah terjadi penyusutan luas hutan lindung 4.361,79 Ha, dari 17.906,61 Ha, sehingga menjadi 13.544,82 Ha. Kawasan lindung berada pada 12 kecamatan, yaitu kecamatan-kecamatan yang berada di serang bagian barat dan serang bagian selatan. Kawasan bendungan air irigasi yang berada pada Kecamatan Cikeusal yang dialirkan di kawasan pertanian. Berikut ini diuraikan mengenai kondisi kawasan lindung di Kabupaten Serang. Tabel 3.37 Kawasan Lindung di Kabupaten Serang
Jenis Penggunaan Lahan Hutan Lindung Cagar Alam Daerah Resapan Air Lahan Kritis Kawasan Hutan Bakau Danau Luas Total Luas (Ha) 7.421,62 5.528,93 4.151,55 180,00 960,56 1.621,98 19.864,63 Persentase (%) 37,36 27,83 20,90 0,91 4,84 8,17 11,63
1 2 3 4 5 6
Disamping kawasan-kawasan budidaya dan lindung, terdapat pula kawasan khusus yang perlu menjadi perhatian yaitu kawasan rawan bencana. Adapun daerah-daerah yang memiliki potensi rawan bencana di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut: Tabel 3.38 Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Serang
No. 1. 2. Banjir Jumlah Total 12 Kecamatan Kecamatan Binuang, Carenang, Cikande, Cikeusal, Rawan Bencana Longsor Angin Topan Jumlah Total 7 Jumlah Total 10 Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Baros, Bojonegara, Cikeusal, Ciomas, Ciomas, Gunungsari, Gunungsari, Kibin, Kramatwatu, Kebakaran Jumlah Total 20 Kecamatan Kecamatan Bandung, Baros, Bojonegara, Carenang,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 71
No.
Banjir Ciruas, Jawilan, Kibin, Kragilan, Pontang, Pulo Ampel, Tanara, Tirtayasa
Rawan Bencana Longsor Angin Topan Kragilan, Pabuaran, Pamarayan, Padarincang, Waringin Kurung. Tanara, Tirtayasa, Tunjung Teja.
Kebakaran Cikande, Cikeusal, Cinangka, Ciomas, Gunungsari, Jawilan, Kibin, Kramatwatu, Mancak, Pabuaran, Padarincang, Pamarayan, Petir, Tanara, Tirtayasa, TunjungTeja.
3.4.2.
Lingkungan Hidup
Beberapa indikasi kerusakan lingkungan di Kabupaten Serang antara lain menyangkut kerusakan tata air seperti keberadaan dan fungsi DAS Ciujung sebagai bagian dari SWS Ciujung-Ciliman yang ditetapkan sebagai salah satu DAS kritis dalam RTRWN, dimana beberapa permasalahan yang terjadi meliputi kondisi stilling basin kurang panjang sehingga mengakibatkan pengendapan lumpur yang cukup besar di saluran induk, hutan dibagian hulu sungai mulai gundul seperti Gunung Akar Sari yang menjadi sumber air baku DAS Cidanau, masih tingginya tingkat pencemaran air yang disebabkan oleh limbah industri dan rumah tangga, maupun penanganan sungai yang masih bersifat parsial. Sementara itu, kondisi situ di Kabupaten Serang dihadapkan pada indikasi permasalahan luasannya menyempit dan fungsi situ sebagai penyimpan air dimusim hujan dan cadangan air di musim kemarau tidak berfungsi, serta adanya situ seolah - oleh takbertuan dan dibiarkan sehingga menimbulkan banjir dimusim penghujan. Disisi lain, dalam beberapa tahun terakhir kecenderungan penurunan muka air tanah di beberapa wilayah yang diakibatkan ketidakseimbangan antara pengambilan dan imbuhan ( recharge), sedangkan permasalahan utama yang berkembang adalah pengambilan air yang berlebih yang tidak sesuai dengan kajian teknis atau pembuatan sumur-sumur bor tanpa melalui prosedur yang berlaku (liar). Luas hutan lindung di Kabupaten Serang sebagaimana dibahas sebelumnya, kondisinya mengalami penurunan dalam rentang tahun 2005 hingga tahun 2009 dari 5.538,15 Ha pada tahun 2005 menjadi 726,64 Ha pada tahun 2009. Penurunan tersebut, khususnya
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 72
disebabkan karena adanya pengalihan fungsi hutan lindung menjadi hutan produksi terbatas. Dengan demikian, terdapat ancaman terhadap daya dukung hutan lindung dimasa mendatang, khususnya dalam melindungi keberadaan dan fungsi hutan lindung sebagai wadah yang menaungi dan melindungi bertumbuhkembangnya ekosistem dan habitat alami serta plasma nutfah di Kabupaten Serang. Kerusakan habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut semakin meningkat, khususnya di wilayah pantai utara dan barat. Berbagai jenis kerusakan tersebut antara lain disebabkan oleh peristiwa alam abrasi dan akresi. Sedangkan kerusakan yang dipengaruhi oleh aktifitas manusia antara lain berupa sedimentasi daerah pesisir di wilayah pantai utara, serta kerusakan dan konversi hutan mangrove di pantai utara khususnya akibat pengembangan lahan tambak dan praktek produksi yang tidak ramah lingkungan. Sumber pencemaran juga berasal dari berbagai kegiatan di laut, terutama dari kegiatan perhubungan laut. Sementara praktik-praktik penangkapan ikan yang merusak dan ilegal (illegal fishing) serta penambangan terumbu karang diperkirakan masih terjadi yang memperparah kondisi habitat ekosistem pesisir dan laut.
3.5. 3.5.1.
A. Transportasi Kelancaran transportasi memegang peranan penting dalam mewujudkan kondisi perekonomian yang diinginkan. Ketersediaan sarana transportasi yang memadai berdampak positif terhadap ketersediaan barang dan jasa sesuai dengan jumlah, kualitas dan waktu yang diinginkan. Bagi masyarakat yang memproduksi barang dan jasa dapat dengan mudah memperoleh bahan baku untuk memperlancar kegiatan produksinya apabila didukung oleh kelancaran arus transportasi. Selain itu mereka juga dapat memasarkan produksinya dengan tepat waktu dan tepat jumlah. Kondisi seperti ini akan berimplikasi terhadap efektifitas dan efisiensi perekonomian masyarakat. Sebaliknya, jika tingkat pelayanan sarana prasarana transportasi buruk maka akan berdampak pada terjadinya ekonomi biaya tinggi. Panjang jalan dan kondisi jalan memegang peranan penting untuk mendukung kelancaran arus transportasi. Daerah-daerah yang terisolasi selama ini akan lebih banyak dijangkau
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 73
apabila ruas jalan semakin panjang. Sedangkan kualitas jalan yang baik akan mempermudah arus transportasi sehingga waktu tempuh dapat dipersingkat dan kapasitas angkut dapat diperbesar. Panjang jalan di seluruh Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 630,49 km yang terbagi atas jalan negara (27,4 km), jalan propinsi (142,5 km) dan jalan tol (21 km). Sedangkan panjang jalan desa mencapai 1.200 km. Kondisi jalan Kabupaten Serang secara keseluruhan s/d tahun 2009 beragam, yaitu 239,84 km atau 39,30% dalam kondisi baik, 77,43 km atau 12,69% dalam keadaan sedang, 177,76 km atau 29,13% dalam keadaaan rusak, 115,3 km atau 18,89% dalam keadaan rusak berat. Untuk jalan Kabupaten Serang tahun 2008 yang sudah diaspal mencapai 462,53 km, yang berkerikil 93,56 km dan yang masih tanah sepanjang 68,60 km. B. Irigasi Sumber daya air di Kabupaten Serang terdiri dari sungai utama sepanjang 356,95 km, anak sungai sepanjang 641,6 km, situ besar/sedang 12 lokasi dengan luas 40,2 Ha, rawa 7 lokasi dengan luas 231 Ha, waduk 2 lokasi dengan luas 15 Ha, dan situ kecil 13 lokasi dengan luas 39 Ha. Luas areal irigasi di Kabupaten Serang diatas 3.000 Ha dikelola oleh pusat, irigasi ini terdiri dari 21.480 Ha luas areal, 108,88 Ha luas saluran induk, 104,83 Ha luas saluran sekunder, 1 buah bangunan bendung dan 589 buah bangunan air. Luas areal irigasi antara 1.000 Ha s/d 3.000 Ha dikelola oleh provinsi, irigasi ini terdiri dari 7.514 Ha luas areal, 63,38 Ha luas saluran induk, 36,64 km luas saluran sekunder, 2 buah bangunan bendung, 465 buah bangunan air dan 2 buah waduk. Sedangkan untuk irigasi dengan luas areal dibawah 1.000 Ha dikelola oleh Kabupaten, irigasi ini terdiri dari 17.071,80 Ha luas areal, 320 buah DI, 241.135,82 m panjang saluran, dan bangunan pelengkap. Bangunan dan pelengkap terdiri dari bangunan/bak penampung 226 buah, bangunan pagi 72 buah, bangunan sadap 591 buah, bangunan oncoran 53 buah, gorong-gorong 82 buah, bangunan terjun 35 buah, bangunan suplesi 15 buah, jembatan 15 buah, bangunan pelimpah 39 buah, bangunan talang 9 buah, got miring/bangunan ukur 1 buah dan free intek/inlet 2 buah. Kondisi daerah irigasi secara keseluruhan s/d tahun 2009 yaitu 28,26% dalam kondisi baik, 27,39% dalam kondisi rusak berat, 29,13% dalam kondisi rusak sedang, 14,22% dalam kondisi rusak ringan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 74
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 75
No
Nama Sungai dan Anak Sungai - Cibanten 5 Cimasin/Cipelem - Cibanten 6 Cibarani 7 Cigewok/Cisitu 8 Cibarani II
C. Air Bersih Manusia dalam kehidupan sehari-harinya sangat membutuhkan akan air bersih untuk keperluan hidupnya. Ketersediaan air bersih dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan. Sektor ini mencakup pelanggan PDAM berdasarkan golongan tarif yaitu sosial, rumah tangga, niaga dan industri. Jumlah pelanggan sosial dalam kurun waktu 2006-2008 mengalami fluktuatif. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya jumlah pelanggan dari 424 pelanggan pada tahun 2006 menjadi 1.060 pelanggan pada tahun 2007 dan menurun menjadi 375 pelanggan pada tahun 2008. Jumlah pelanggan rumah tangga dalam kurun waktu 2006-2008 mengalami peningkatan dari 16.079 pelanggan menjadi 24.275 pelanggan pada tahun 2008. Jumlah pelanggan niaga dalam kurun waktu 2006-2008 mengalami peningkatan dari 801 pelanggan pada tahun 2006 menjadi 1.081 pelanggan pada tahun 2008. Jumlah pelanggan industri dalam kurun waktu 2006-2008 mengalami peningkatan dari 26 pelanggan pada tahun 2006 menjadi 33 pelanggan pada tahun 2008. Pada tahun 2008 total jumlah air bersih yang disalurkan PDAM kepada para pelanggan jumlahnya mencapai 6.285.261 m3. Dari total air bersih yang disalurkan tersebut sebagian besar adalah bagi pelanggan rumah tangga, yakni sebesar 5.414.097 m 3 atau sebesar 86,14 % dari total keseluruhan air bersih yang disalurkan. D. Listrik Sektor ini mencakup kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Nasional (PLN) dan Non PLN. Jumlah pelanggan listrik di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 2008-2009 secara umum mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya sebagian besar pelanggan. Misalnya pelanggan rumah tangga dari 165.056 pelanggan pada tahun 2008 menjadi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 76
171.100 pelanggan pada tahun 2009, pelanggan sosial dari 5.007 pada tahun 2008 menjadi 5.080 pada tahun 2009, dan pelanggan usaha dari 2.003 pelanggan pada tahun 2008 menjadi 2.119 pelanggan pada tahun 2009. Sedangkan jumlah pelanggan yang mengalami penurunan adalah pelanggan industri yaitu dari 281 pelanggan pada tahun 2008 menjadi 261 pelanggan pada tahun 2009. Dan pelanggan jalan umum dari 414 pelanggan pada tahun 2008 menjadi 403 pelanggan pada tahun 2009. Tabel 3.40 Jumlah Pelanggan Listrik PLN Menurut Golongan Tarif Tahun 2005-2009
Golongan Pelanggan Sosial Rumah tangga Usaha Industri Pemerintah Jalan Umum 2005 6.789 254.669 5.040 300 455 403 Jumlah Pelanggan 2006 2007 2008 7.476 7.616 5.007 269.333 269.716 165.056 5.824 6.222 2.003 325 359 281 475 476 125 693 693 414 2009 5.080 171.100 2.119 261 138 403
Adapun jumlah total daya listrik PLN yang terjual pada tahun 2009 yakni sebesar 1.283.887.827 VA, dengan pengguna terbanyak yakni golongan industri yang menyerap sebesar 987.893.518 VA atau sebesar 76,95 % dari total daya listrik terjual. Sementara itu berdasarkan pemakaian Kwh listrik PLN, menunjukan bahwa pada tahun yang sama terpakai sebesar 562.894.440 Kwh yang pemakai utamanya berasal dari golongan industri dengan total pemakaian mencapai 424.976.200 Kwh atau sebesar 75,50 % dari total pemakaian di Kabupaten Serang. Total nilai penjualan listrik PLN pada tahun 2009 di Kabupaten Serang mencapai Rp. 744.086.098.635, yang sebagian besarnya diperoleh dari konsumsi listrik oleh golongan industri yang nilainya mencapai Rp. 571.664.776.856 atau sebesar 76,83 % dari total perolehan.
3.5.2.
Perumahan
Salah satu kebutuhan dasar manusia selain pangan dan sandang adalah papan/fasilitas perumahan sebagai tempat tinggal/tempat berlindung dan mempertahankan diri dari kondisi alam lingkungannnya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Sejalan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 77
pertumbuhan penduduk, maka permintaan/kebutuhan akan perumahan pun meningkat. Di sisi lain keterbatasan lahan untuk permukiman dan penawaran perumahan yang hanya tertuju pada suatu golongan masyarakat tertentu merupakan kendala bagi sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan. Hal lain yang menjadi permasalahan adalah tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk membangun perumahan yang Iayak huni, sementara tingkat pendapatan penduduk masih relatif rendah sehingga banyak rumah tangga/penduduk yang menempati rumah tidak Iayak huni baik dilihat dari sisi kualitas rumah, lingkungan, kesehatan maupun ukuran luasnya. Rumah tidak hanya merupakan tempat berlindung, tetapi fungsinya sebagai tempat tinggal lebih menonjol. Oleh karena itu berbagai aspek yang terkait dengan kondisi rumah seperti aspek kesehatan, kenyamanan serta estetika lingkungan masyarakatnya sangat menentukan dalam pemilihan rumah dan mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Sebagian besar rumahtangga di Kabupaten Serang telah memiliki rumah tinggal sendiri, pada tahun 2008 tercatat sebesar 85,94 persen, atau sebanyak 276.194 rumah tangga menempati rumah milik sendiri. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), salah satu kriteria rumah sehat adalah rumah tinggal yang memiliki luas lantai per orang minimal 10 m2. Pada tahun 2008 terhitung sebanyak 20,89 persen rumah tangga di Kabupaten Serang menempati rumah yang relatif sempit, dengan ukuran kurang dari 10 m2 per anggota rumah tangga. Rumah tangga dengan kondisi demikian utamanya lebih banyak dijumpai di daerah pedesaan dan daerah-daerah perkotaan yang padat penghuni. Kondisi rumah penduduk di Kabupaten Serang pada tahun 2008 cukup menggembirakan apabila dilihat dari jenis atap dan dinding yang digunakan. Rumah yang menggunakan atap terluas beton dan genteng sebesar 97,10 persen, sedangkan sisanya sebesar 2,9 persen masih menggunakan atap asbes, seng, dan daun-daunan, bahkan didaerah pedesaan hampir sebagian besar penduduk masih menggunakan atap rumah dari daundaunan. Sedangkan untuk jenis dinding yang menggunakan tembok pada tahun 2008 yaitu sebesar 85,92 persen, ini menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Serang banyak menggunakan dinding tembok.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 78
Fasilitas rumah tinggal lainnya yang berkaitan erat dengan masalah kesehatan rumah tinggal adalah ketersediaan fasilitas sanitasi. Pada tahun 2008 lebih dan separuh rumah tangga di Kabupaten Serang masih belum mempunyai fasilitas buang air besar baik itu kepemilikannya secara sendiri, bersama maupun umum. Ini merupakan prilaku hidup yang tidak sehat khususnya bagi lingkungan karena otomatis mereka yang tidak mempunyai tempat buang air besar cenderung akan membuangnya di sembarang tempat, yang pada akhirnya menjadi sumber timbulnya berbagai macam penyakit. Melihat perkembangan dalam kurun waktu dua tahun terakhir, persentase rumah tangga di Kabupaten Serang yang tidak memiliki akses ke jamban cenderung bertambah, di mana pada tahun 2006 sebanyak 43,26 persen dan pada tahun 2007 berambah menjadi 53,11 persen, dan pada tahun 2008 menjadi 54,47 persen semua ini dapat diakibatkan karena bertambahnya rumah tangga baru yang membangun rumah dan memiliki jamban.
3.5.3.
Perhubungan
Kegiatan perhubungan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang perhubungan mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan, pelabuhan dan pergudangan. Sejalan dengan pembangunan yang berlangsung di Kabupaten Serang, dirasakan dari waktu ke waktu perkembangan mobilitas penduduk Kabupaten Serang dan kunjungan masyarakat dari daerah lain ke wilayah Kabupaten Serang menunjukan adanya peningkatan yang relatif tinggi. Seiring dengan pertumbuhan kepadatan perjalanan tersebut, menuntut dukungan pelayanan transportasi yang lebih baik, khususnya terhadap pengembangan pelayanan angkutan penumpang umum yang ada agar menjadi lebih memadai. Sektor perhubungan yang beroperasi di Kabupaten Serang terdiri angkutan kereta api, angkutan jalan raya, angkutan sungai dan penyeberangan serta jasa penunjang angkutan. Diantara moda angkutan tersebut, angkutan jalan raya merupakan moda yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap pergerakan roda perekonomian di Kabupaten Serang.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 79
Jumlah kendaraan angkutan bermotor yang terdaftar di DLLAJ Kabupaten Serang pada tahun 2009 sejumlah 9.434 buah, menurun 1,51 % dibandingkan keadaan tahun 2008 (berkurang sejumlah 145 unit). Lalu lintas penumpang dan barang yang menggunakan jasa angkutan kereta api pada tahun 2009 nampak mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008. Sementara volume barang yang diangkut pun semakin bertambah. Jumlah penumpang yang terangkut pada tahun 2009 tercatat sebesar 119.144 jiwa atau naik sebesar 10,40 %, sedangkan volume barang yang diangkut sebesar 11.710 kg, meningkat mencapai 65,86 % dari tahun sebelumnya. Demikian halnya dari sisi nilai pendapatan yang diperoleh dari adanya pergerakan penumpang dan barang tersebut. Total nilai pendapatan dari angkutan penumpang mencapai Rp. 510.833.350,- sedangkan nilai pendapatan dari angkutan barang mencapai Rp. 1.171.000,-.
3.6. 3.6.1.
KONDISI PEMERINTAHAN Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Sejauh ini, pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah belum terlaksana secara optimal serta menghadapi beberapa kendala yang disebabkan oleh adanya inkonsistensi peraturan perundang-undangan dari berbagai tingkat pemerintahan serta belum adanya peraturan untuk pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah secara komprehensif. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah, sepanjang tahun 2008-2009 telah ditetapkan sebanyak 17 peraturan daerah (perda). Disamping itu, telah dihasilkan pula 11 Keputusan Pimpinan DPRD dan 35 Keputusan DPRD. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa upaya pengaturan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan sudah cukup baik. Dalam implementasinya, beberapa permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi seluruh perangkat daerah periode 2005-2009 antara lain seperti belum efektifnya penetapan struktur kelembagaan perangkat daerah, masih dirasakannya tumpang tindih tugas dan fungsi antar perangkat daerah, belum optimalnya penetapan dan pemilahan tugas dan fungsi perangkat daerah berdasarkan kebutuhan penyelenggaraan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 80
pemerintahan dan pembangunan, serta belum optimalnya hubungan kerja antar lembaga, termasuk antara pemerintah daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, masyarakat, dan organisasi non pemerintah. Upaya Pemerintah Kabupaten Serang untuk mengakselerasi pembangunan masih dihadapkan pada kendala keterbatasan kapasitas keuangan daerah, dimana meskipun Pendapatan Daerah telah dapat ditingkatkan dari Rp. 603,37 milyar pada tahun 2005 menjadi Rp. 909,13 milyar pada tahun 2009 dengan pertumbuhan rata-rata 12,04% per tahun, namun pertumbuhannya terutama dipengaruhi oleh peran sumber Dana Perimbangan yang secara rata-rata bertumbuh 12,55% per tahun. Adapun Pendapatan Asli Daerah (PAD) sepanjang periode 2005-2009 hanya memiliki pertumbuhan rata-rata sebesar 9,80% per tahun. Namun demikian secara keseluruhan, realisasi pendapatan daerah Kabupaten Serang dalam kurun waktu 2005-2009 tersebut semakin menunjukan penguatan kapasitas keuangan daerah. Sementara itu, profesionalisme aparatur dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah belum sebagaimana yang diharapkan, hal ini diindikasikan dengan kecenderungan masih tingginya temuan hasil pemeriksaan yang dihasilkan oleh Bawasda/Inspektorat. Dari sejumlah hasil temuan tersebut, hampir semuanya dapat ditindak lanjuti setiap tahunnya. Di samping itu, nilai kerugian negara juga dapat diminimalisir setiap tahunnya. Hingga tahun 2009 jumlah pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Serang mencapai 12.326 pegawai yang terdiri dari berbagai golongan. Jika dirasiokan dari jumlah PNS tahun 2009, menunjukkan bahwa setiap 100 jiwa penduduk dilayani oleh 1 orang aparat. Proporsi PNS dengan Golongan III dan IV hingga tahun 2009 mencapai 63,31%, dimana hal ini mencerminkan cukup baiknya dukungan personil yang telah berkecimpung lama (berpengalaman) dalam dunia pemerintahan.
3.6.2.
Pertanahan
Perkembangan Kabupaten Serang yang sangat cepat memiliki konsekuensi terhadap meningkatnya kebutuhan akan ketersediaan lahan, khususnya untuk keperluan aktifitas masyarakat seperti permukiman, perdagangan, dan pertanian. Akibat semakin meningkatnya kebutuhan lahan maka secara otomatis nilai ekonomis lahan di Kabupaten Serang semakin meningkat. Hal tersebut berpotensi menimbulkan berbagai masalah pertanahan khususnya masalah alih fungsi lahan dan sengketa kepemilikan lahan. Untuk
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 81
itu sertifikasi terhadap kepemilikan lahan menjadi sangat penting karena dengan adanya sertifikat lahan kepastian secara hukum terhadap penguasaan lahan menjadi jelas.
3.6.3.
Antusias masyarakat Kabupaten Serang untuk berpolitik di era demokratisasi ini cukup baik, dimana dalam setiap Pemilu maupun Pilkada selalu diikuti oleh partisipasi masyarakat dengan antusias. Keterbukaan dan keterakomodasian hak-hak rakyat dalam berpolitik yang semakin membaik ini juga ditunjukkan dengan penyelenggaraan Pilkada di Kabupaten Serang yang secara umum juga berlangsung secara aman dan tertib. Disamping itu munculnya berbagai bentuk asosiasi masyarakat sipil baik dalam bentuk organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat maupun forum-forum lainnya, merupakan bentuk pencapaian dalam mewujudkan proses demokratisasi. Munculnya berbagai aspirasi dan respon masyarakat terhadap kebijakan pembangunan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, baik yang bersifat mendukung ataupun memberikan kritik membangun, disampaikan langsung ataupun melalui lembaga perwakilan (legislatif), merupakan cerminan terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat akan politik dan nilainilai demokrasi. Sementara itu terkait peningkatan keamanan dan ketertiban umum, jumlah kasus tindak kejahatan/kriminalitas di Kabupaten Serang dalam beberapa tahun terakhir semakin menunjukkan peningkatan. Jumlah kasus kejahatan/pelanggaran pada tahun 2007 berjumlah 42.448 yang terdiri dari 1.027 kejahatan dan 41.421 pelanggaran. Sedangkan jumlah kejahatan/pelanggaran pada tahun 2008 berjumlah 44.440 yang terdiri dari 1.047 kejahatan dan 43.393 pelanggaran. Jumlah tambahan narapidana berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Serang pada tahun 2007 berjumlah 1.027 orang yang terdiri dari 1.011 laki-laki dan 16 perempuan. Sedangkan pada tahun 2008 berjumlah 1.047 orang yang terdiri dari 1.017 laki-laki dan 30 perempuan.
3.6.4.
Perencanaan Pembangunan
Selama periode 2005-2009, pengimplementasian perencanaan pembangunan daerah, sebagai pedoman penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah telah berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Hal tersebut
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 82
ditunjukan dengan ketersediaan berbagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, baik yang bersifat jangka panjang, jangka menengah, maupun tahunan. Kondisi perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Serang ditandai juga dengan semakin meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam proses pelaksanaannya, sesuai yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, meskipun partisipasi masyarakat dari aspek intensitas maupun cakupan bidang pembangunan masih terbatas. Kendala-kendala utama yang masih ditemui dalam proses perencanaan pembangunan daerah antara lain: (1) Inkonsistensi berbagai peraturan perundangan yang ditetapkan oleh Pemerintah; (2) Lemahnya ketersediaan, kelengkapan dan keterbaharuan data dan informasi pembangunan disertai dengan ketidaksinkronan data antar instansi; (3) Masih lemahnya konsistensi antara produk perencanaan pembangunan dengan produk penganggaran; (4) Lemahnya mekanisme pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan; serta (5) Kurangnya publikasi dan sosialisasi hasil perencanaan pembangunan kepada masyarakat.
3.6.5.
Penerapan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan pemerintahan Kabupaten Serang dapat memberikan nilai tambah dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Dalam lingkungan pemerintahan, secara umum penerapan teknologi informasi memunculkan istilah Electronic Government (e-Gov). e-Government berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi (seperti: wide area network, internet, dan komunikasi bergerak) oleh lembaga pemerintah yang mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan hubungan pemerintah dengan warganya, pelaku dunia usaha (bisnis), dan lembaga pemerintah lainnya. Teknologi ini dapat mempunyai tujuan yang beragam, antara lain: pemberian layanan pemerintahan yang lebih baik kepada warganya, peningkatan interaksi dengan dunia usaha dan industri, pemberdayaan masyarakat melalui akses informasi, serta manajemen pemerintahan yang lebih efisien. Adapun perkembangan sektor komunikasi dan informatika di Kabupaten Serang secara umum terlihat dari semakin meningkatnya aktifitas lalu lintas surat yang diterima maupun yang dikirim melalui Kantor Pos Serang serta semakin meluasnya layanan jaringan telepon yang menjangkau hingga ke wilayah-wilayah pedesaan. Perkembangan layanan telepon
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 83
seluler (mobile phone) dalam beberapa tahun terakhir bahkan sampai melampaui perkembangan jaringan telepon tetap (fixed phone).
3.6.6.
Statistik
Sebagaimana umumnya terjadi dalam rangka pembangunan daerah, permasalahan yang sering dihadapi di bidang statistik yaitu lemahnya ketersediaan, kelengkapan dan keterbaharuan data dan informasi pembangunan disertasi dengan ketidaksinkronan data antar instansi. Keterlambatan ketersediaan data yang mutakhir, tidak seiring dengan semakin ketatnya jadwal pelaporan dalam siklus perencanaan pembangunan daerah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku saat ini. Kekuranglengkapan serta ketidaksinkronan data sering kali menyebabkan perencanaan yang dihasilkan kurang sejalan dengan keadaan atau kondisi yang sebenarnya, termasuk berdampak pada besarnya kemungkinan penyimpangan kebijakan pembangunan terhadap kebutuhan yang sebenarnya. Pembangunan di bidang statistik di masa mendatang hendaknya diarahkan dalam rangka meminimalisasi rendahnya ketersediaan, kelengkapan dan keterbaharuan data dan informasi pembangunan serta ketidaksinkronan data antar instansi. Untuk itu, perlu dilakukan pembenahan pengelolaan data dan informasi pembangunan secara menyeluruh, serta dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi.
3.6.7.
Kearsipan
Penyelenggaraan kearsipan dilingkungan Pemerintah Kabupaten Serang menganut sistem kearsipan pola baru sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Keseluruhan arsip yang dikelola, ditata pada saranasarana kearsipan seperti rak arsip, filling cabinet, roll opack yang disimpan dalam depo/ruang penyimpanan arsip di Kantor Arsip Daerah. Kendala utama pembangunan di bidang kearsipan antara lain adalah keterbatasan sumberdaya manusia dan kurang memadainya sarana dan prasarana kearsipan yang akhirnya sangat mempengaruhi proses kegiatan penyelenggaraan kearsipan. Berbagai kondisi tersebut pada akhirnya menimbulkan masalah seperti semakin banyaknya arsip yang tidak bernilai guna, sistem penataan dan penyimpanan yang kurang tepat serta waktu penemuan arsip kembali yang relatif cukup lama.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 84
3.6.8.
Perpustakaan
Usaha Pemerintah Daerah Kabupaten Serang untuk mencerdaskan masyarakat terus dilakukan diantaranya dengan melakukan peningkatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang salah satunya adalah dengan pembentukan Perpustakaan Daerah. Sejalan dengan waktu untuk lebih meningkatkan kinerja, maka dibangun Perpustakaan Keliling yang diharapkan dapat menumbuhkan kegemaran membaca di kalangan masyarakat yang berada di wilayah kecamatan se- Kabupaten Serang. Koleksi perpustakaan merupakan modal dasar perpustakaan yang akan menentukan dan menunjang terhadap kelancaran penyelenggaraan dan pelayanan perpustakaan. Penyediaan koleksi perpustakaan harus lebih antisipatif terhadap segala aspek dan keanekaragaman kebutuhan informasi masyarakat.
3.7.
Isu strategis didapatkan dari hasil analisis kondisi internal dan eksternal Kabupaten Serang saat ini, sebagaimana digambarkan dalam uraian kondisi, permasalahan dan tantangan pembangunan Kabupaten Serang. Penentuan isu-isu strategis tersebut yakni dengan menggunakan metode simulasi dinamik sebab-akibat dengan mencari keterkaitan masingmasing isu satu sama lainnya. Kemudian masing-masing isu tersebut dianalisis apakah sebagai penyebab isu yang lain atau menjadi akibat dari isu tersebut. Metode brainstorming digunakan dalam analisis sebab-akibat tersebut. Berpijak pada kondisi dan permasalahan serta tantangan pembangunan sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka isu strategis dan permasalahan pokok yang menjadi agenda dan prioritas pembangunan Kabupaten Serang tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut: 1. KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA MASYARAKAT Isu kualitas kehidupan beragama masyarakat merupakan isu yang mendasar dalam kerangka pembangunan moral dan spiritual daerah Kabupaten Serang. Hal tersebut terkait dengan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral dan spritual dalam dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat. Permasalahan pokok yang terkait dengan kualitas kehidupan bergama masyarakat adalah sebagai berikut:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 85
Implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya lokal dalam kehidupan bermasyarakat; Pembinaan kerukunan hidup inter dan antar umat bergama.
2.
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, KEMISKINAN, PENGANGGURAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Isu kualitas sumberdaya manusia, kemiskinan dan kesejahteraan sosial merupakan isu yang sangat substansial dalam kerangka pembangunan daerah Kabupaten Serang. Hal tersebut terkait dengan fungsi manusia itu sendiri sebagai subjek dan juga sekaligus objek dari kegiatan pembangunan, sehingga seluruh upaya pembangunan pada dasarnya ditujukan untuk menunjang kelangsungan aktivitas manusia. Kesejahteraan sosial masyarakat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan pembangunan Kabupaten Serang. Taraf kesejahteraan sosial masyarakat merupakan salah satu indikator tercapai atau tidaknya progam-program pembagunan yang telah dilaksanakan. Permasalahan pokok yang terkait dengan kualitas sumberdaya manusia, kemiskinan, pengangguran dan kesejahteraan sosial di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut: Pelayanan pendidikan yang terjangkau, merata, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan pembangunan/pasar kerja; Pelayanan kesehatan yang terjangkau, merata dan bermutu; Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran; Perlindungan dan pemberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS); Pelestarian dan pengelolaan kekayaan dan keragaman budaya; Pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan kesejahteraan keluarga; Pengendalian kependudukan; Kualitas dan peran pemuda dalam pembangunan dan pengembangan olahraga
3.
DAYA DUKUNG (KUANTITAS) DAN KUALITAS SARANA, PRASARANA DAN FASILITAS PELAYANAN DASAR WILAYAH Peningkatan daya dukung dan pelayanan prasarana dan sarana Kabupaten Serang merupakan hal yang krusial dilakukan. Hal tersebut mengingat dampak yang sangat signifikan yang dapat ditimbulkan akibat kurang memadainya daya dukung infrastruktur tersebut, baik dampak secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Secara sosial, dampak yang ditimbulkan akibat keterbatasan infrastruktur wilayah adalah semakin meningkatnya kerawanan sosial yang mengancam ketentraman dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 86
ketertiban umum. Dari sisi ekonomi, dampak yang ditimbulkan adalah menurunnya aksesibilitas pergerakan barang dan angkutan sehingga kegiatan koleksi dan distribusi menjadi terganggu. Adapun dari sisi lingkungan, berbagai dampak yang dapat ditimbulkan diantaranya banjir, kawasan kumuh, kurangnya suplai air bersih, dan lain-lain. Permasalahan pokok yang terkait dengan daya dukung (kuantitas) dan kualitas sarana, prasarana dan fasilitas pelayanan dasar wilayah adalah sebagai berikut: Daya dukung dan kualitas pelayanan prasarana jalan, jembatan, drainase dan jaringan irigasi; Pembangunan jalan interchange; Penataan sistem dan pelayanan sarana perhubungan dan transportasi umum; Daya dukung dan kualitas pelayanan fasilitas pelayanan pendidikan; Daya dukung dan kualitas pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan; Cakupan dan kualitas pelayanan air bersih; Cakupan dan kualitas pelayanan persampahan dan pembangunan TPA; Kualitas pelayanan pengelolaan limbah; Cakupan dan kualitas pelayanan telekomunikasi, telematika dan informatika; Penyediaan rumah layak huni dan terjangkau; Penataan kawasan kumuh permukiman; Pembangunan infrastruktur perdesaan 4. KUALITAS PEREKONOMIAN DAERAH DAN MASYARAKAT SERTA KETAHANAN PANGAN Struktur perekonomian daerah Kabupaten Serang yang didominasi oleh sektor industri, pada satu sisi memberikan dampak positif terhadap tingginya laju pertumbuhan ekonomi daerah, namun di sisi lain dampak negatif yang ditimbulkan yaitu kerawanan sosial serta pencemaran lingkungan. Disamping itu, perekonomian yang didominasi oleh industri strukturnya relatif lemah dan sangat rawan terhadap adanya gejolak perekonomian. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan ekonomi kerakyatan yang berbasis sumberdaya lokal berupa UKM dan Koperasi harus lebih ditingkatkan kinerjanya agar dapat berperan lebih signifikan dalam pekerkomian daerah. Permasalahan pokok yang terkait dengan kualitas perekonomian daerah dan masyarakat serta ketahanan pangan adalah sebagai berikut: Peningkatan investasi;
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 87
Kualitas dan daya saing industri; Peningkatan produksi, produktifitas dan mutu produk pertanian, tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan kehutanan, dan perikanan; Pengelolaan destinasi, produk dan manajemen pariwisata; Pengelolaan fasilitas dan pembinaan usaha perdagangan; Kualitas perekonomian masyarakat dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi; Kualitas, kompetensi dan perlindungan tenaga kerja; Peningkatan ketahanan pangan dan diversifikasi bahan pangan lokal.
5.
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP Pengelolaan sumber daya alam pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya diupayakan secara optimal dengan tetap memperhatikan daya dukung dan kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan yang dengan intensitas yang sangat tinggi tanpa diimbangi oleh upaya pengendalian lingkungan, pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yang akan sangat merugikan bagi kelangsungan pembangunan. Permasalahan pokok yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup adalah sebagai berikut: Pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam; Degradasi kualitas lingkungan hidup
6.
PENATAAN RUANG DAN PENGEMBANGAN KAWASAN Kabupaten Serang dihadapkan dengan ancaman semakin menurunnya luas lahan produktif akibat semakin intensifnya penggunaan lahan khususnya untuk lahan permukiman dan komersil. Dengan kecenderungan demikian, maka konsistensi terhadap implementasi perda penataan ruang harus diupayakan guna mencegah terjadinya konversi lahan yang masif sehingga akan berakibat pada menurunnya daya dukung lahan. Dalam konteks pembangunan wilayah maka pengembangan kawasan merupakan salah satu upaya guna mempercepat dan mendorong pemerataan pembangunan. Permasalahan pokok yang terkait dengan penataan ruang dan pengembangan kawasan adalah sebagai berikut: Kualitas penataan ruang;
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 88
Pembangunan kawasan pusat pemerintahan (PUSPEMKAB); Pengembangan infrastruktur pendukung KEK Bojonegara; Pengembangan Kawasan Agropolitan; Pengembangan Kawasan Minapolitan; Pengembangan Lingkungan Industri Kecil-Kawasan Industri Kecil (LIK-KIK); Pengembangan Kawasan Wisata; Pengembangan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
7.
TATA KELOLA PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN PUBLIK YANG BAIK DAN BERSIH SERTA KUALITAS KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM Kinerja pemerintahan dan pelayanan publik yang baik dan bersih serta kualitas ketentraman dan ketertiban umum merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan di Kabupaten Serang. Kinerja birokrasi yang efisien dan efektif dengan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang profesional dan akuntabel pada gilirannya dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Dengan meningkatnya pelayanan kepada masyarakat maka diharapkan masyarakat akan semakin produktif dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahateraannya. Permasalahan pokok yang terkait dengan tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik yang baik dan bersih serta kualitas ketentraman dan ketertiban umum adalah sebagai berikut: Kinerja penyelenggaraan pemerintahan (Good Government); Kompetensi dan profesionalisme SDM aparat pemerintahan; Kualitas dan daya saing pelayanan publik; Pengelolaan dan kapasitas keuangan daerah; Kualitas perencanaan dan informasi pembangunan; Kualitas kehidupan demokrasi; Ketaatan dan supremasi hukum; Kondusifitas ketentraman dan ketertiban umum; Mitigasi dan penanggulangan bencana (banjir, puting beliung, gempa bumi dan potensi tsunami, tanah longsor, kebakaran).
Dengan demikian, pembangunan Kabupaten Serang dalam lima tahun ke depan hendaknya harus memperhatikan isu-isu tersebut di atas agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya serta mewujudkan peran dan fungsi daerah baik dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 89
hirarkhinya di lingkup regional dan nasional, maupun lingkup internal Kabupaten Serang sendiri.
3.8.
Pada tahun 2015 mendatang laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten Serang diperkirakan akan mampu mencapai angka 4,49%. Dengan demikian PDRB a.d.h. konstan (2000) pada tahun 2015 diperkirakan akan dapat mencapai angka Rp. 8,75 Trilyun, sedangkan PDRB a.d.h. berlaku pada tahun 2015 diperkirakan sebesar Rp. 15,46 Trilyun. Dengan skenario kinerja makro ekonomi daerah yang sedemikian rupa, pada akhirnya diharapkan akan dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Hal ini dimungkinkan karena dengan kondisi perekonomian daerah tersebut, diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru yang akan menyerap tenaga kerja baru (penganggur) sehingga akan menurunkan angka pengangguran hingga mencapai 7,96% pada tahun 2015. Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 0,94% per tahun maka jumlah penduduk Kabupaten Serang pada tahun 2015 akan bertambah hingga mencapai angka 1,47 Juta jiwa. Dengan asumsi LPP tersebut diprediksikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tercermin melalui angka pendapatan per kapita akan semakin meningkat, yakni dari sekitar Rp. 8,96 Juta pada tahun 2010 menjadi Rp. 10,52 Juta pada tahun 2015. Lebih jauh lagi, kondisi ini diharapkan akan berdampak pada semakin menurunnya jumlah keluarga miskin di Kabupaten Serang dari sekitar 103.598 KK pada tahun 2010 menjadi 83.516 KK pada tahun 2015, serta meningkatnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi sebesar 71,62 pada akhir tahun 2015. Tabel 3.41 Prospek Indikator Makro Pembangunan Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
NO 1. 2. 3. 4. INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) PDRB a.d.h. Berlaku PDRB a.d.h. Konstan PDRB Per Kapita (ADHB) SATUAN 2011 2012 PROSPEK 2013 2014 2015
% 3,96 4,08 4,21 4,35 4,49 Rp. Milyar 13.073,87 13.607,31 14.180,35 14.797,08 15.461,97 Rp. Milyar 7.397,92 7.699,77 8.024,03 8.373,01 8.749,24 Rp. Juta 9,23 9,52 9,83 10,16 10,52
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 90
NO
INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN 5. PDRB Per Kapita (ADHK) 6. Jumlah Penduduk 7. Laju Pertumbuhan Penduduk 8. Tingkat Pengangguran Terbuka 9. Jumlah KK Miskin 10. Indeks Pembangunan Manusia
Sumber : Hasil Analsis Tahun 2010
PROSPEK 2011 2012 2013 2014 2015 5,22 5,39 5,56 5,75 5,95 1.416.403 1.429.735 1.443.162 1.456.693 1.470.424 0,94 0,94 0,94 0,94 0,94 12,42 11,35 10,26 9,13 7,96 99.501 95.441 91.421 87.445 83.516 69,41 69,96 70,51 71,07 71,62
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
III - 91