Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
x
=
9..9,9
,8 ,99
= .9,8
2
5. Menghitung luas permukaan
u
dengan faktor APSF.
APSF = 178,2 dengan asumsi tube pitch 2,25 segitiga dan 6 aliran pipa.
u
=
A
x
APSP
(4.17)
u
=
.9,8
8,
= ,
2
6. Menghitung lebar unit dengan asumsi panjang pipa
Ibor =
P
c
L
(4.18)
Ibor =
,
= 8,
7. Menghitung jumlah pipa,
t
dengan APF.
APF = 5,58 dengan asumsi tinggi sirip 0,625 in.
t
=
A
x
APPL
(4.19)
t
=
.9,8
,8 8,
= 89,9
8. Menghitung kecepatan massa di sisi pipa per satuan luas penampang,
t
Luas penampang pipa yang dialiri fluida,
t
= .9 n
2
sesuai dengan
asumsi pipa diameter 1 inch (BWG 16).
t
=
144w
t
N
p
3600N
t
A
t
(4.20)
t
=
.,
89,9 ,9
= 9,
b
2
sc
9. Menghitung bilangan reynolds yang dimodifikasi,
R
Diameter dalam pipa dengan diameter luar 1 in BWG 16,
= ,8 n
R
=
i
u
t
(4.21)
R
=
,8 9,
,9
= ,
10. Menghitung penurunan tekanan sisi pipa, A
t
A
t
=
]LN
p
q
+
p
(4.22)
= 0,0024 faktor kekasaran permukaan dalam pipa, Gambar 4.16
= 3 faktor koreksi, dan nilai = 0,03 faktor koreksi, pada
Gambar 4.18
= 1 faktor koreksi kekentalan fluida di dalam pipa untuk
hidrokarbon.
Gambar 4.16 Nilai faktor gesekan (f). [7]
A
t
=
,
+, = , ps = , o
Nilai A
t
<< A
t,uIIow
= o.
11. Menghitung koefisien perpindahan panas sisi pipa,
t
t
=
]k
C
p
k
1
3
q
i
(4.23)
t
=
,
,9 ,9
,
13
= ,
Nilai [ diambil dari Gambar 4.19 dengan nilai
R
= ,, yaitu 1500.
12. Menghitung laju aliran massa udara,
u
u
=
0,24 At
c
(4.24)
u
=
9..9,9
, ,
= 8..
b
r
13. Menghitung kecepatan massa udara per satuan luas penampang,
u
=
w
c
P
c
(4.25)
u
=
8..
,
= ,
b
r
2
14. Menghitung koefisien perpindahan panas sisi udara,
u
u
dibaca dari Gambar 4.17 dengan harga
u
= ,
Ib
h ]t
2
.
u
= 9,
Gambar 4.17 Koefisien perpindahan panas sisi udara (h
a
).[7]
G
a
m
b
a
r
4
.
1
8
P
e
n
u
r
u
n
a
n
t
e
k
a
n
a
n
u
n
t
u
k
a
l
i
r
a
n
f
l
u
i
d
a
d
i
d
a
l
a
m
p
i
p
a
.
[
7
]
G
a
m
b
a
r
4
.
1
9
F
a
k
t
o
r
k
o
r
e
l
a
s
i
J
u
n
t
u
k
m
e
n
g
h
i
t
u
n
g
k
o
e
f
i
s
i
e
n
h
t
.
[
7
]
15. Menghitung koefisien perpindahanpanas keseluruhan baru,
x
1
0
x
=
1
h
t
A
x
A
i
+r
dt
A
x
A
i
+r
mx
+
1
h
c
(4.26)
A
x
A
i
=
AR.
c
i
(4.27)
adalah perbandingan luas pipa bersirip dengan luas eksterior pipa
dengan diameter 1 in, dengan nilai 21,4 yang didapat dengan tinggi sirip
0,625 in, yaitu sebesar.
=
,
,8
= ,
x
= _
,
] (,) +(,) (,) + +
9,
= ,
r
mx
dianggap nol karena hambatan logam kecil dibanding hambatan yang lain.
x
= ,8
16. Menghitung luas penampang yang dicakup per kipas, FAPF
=
0,4 P
c
N
]
(4.28)
=
, ,
= ,
2
17. Menghitung diameter kipas
or pos =
4PAPP
n
0,5
(4.29)
or pos =
4174,72
n
0,5
= ,9
18. Menghitung penurunan tekanan sisi udara, A
u
A
u
=
P
p
N
R
(4.30)
Nilai
p
didapatkan dari Gambar 4.20 dengan nilai
u
= ,
Ib
h ]t
2
.
p
= ,
Gambar 4.20 Penurunan tekanan statik udara.[7]
Nilai
R
didapatkan dari Gambar 4.21 dengan garis berwarna merah untuk
nilai temperatur udara rata-rata,
u,ug
=
t
1
+(t
1
+At
c
)
2
(4.31)
u,ug
=
8, +(8, +,)
= 9,
Gambar 4.21 Kurva rasio massa jenis udara.[7]
Dengan nilai
u,ug
= 9,, nilai
R
adalah 0,92.
A
u
=
,
,9
= ,9 n or (or).
19. Menghitung volume udara aktual pada sisi masuk kipas, ACFM
H =
w
c
R
600,0749
(4.32)
Nilai
R
didapatkan juga dari Gambar 4.21 dengan garis berwarna biru,
tetapi dengan nilai temperatur udara masuk,
1
= 8,.
R
= ,98
H =
8..
,98 ,9
= .9.8 total,
oo 8., kipas
20. Menghitung perkiraan tekanan total kipas, PF
= A
u
+_
ACPM
4005_
nD
2
4
]
_
2
R
(4.33)
Di mana = _
2gp
w
3600
12p
c
pada 70
= , +_
8.,
_
n ,
2
]
_
2
,98 = , n or (or)
21. Menghitung perkiraan daya per kipas dengan asumsi efisiensi kipas 0,75.
bp =
328.474,250,65
63560,75
= ,9 p (4.34)
22. Menghitung daya per kipas dengan asumsi efisiensi speed reducer.
oo pr pos =
bhp
0,92
=
44,59
0,92
= 8, p = , (4.35)
Sehingga daya kipas total yang diperlukan untuk 6 buah kipas adalah 216,96 kW.
Hasil dari perancangan kondensor berpendingin udara dengan metode
GPSA yang bermanfaat sebagai masukan data pada paket program HYSYS adalah
- Penurunan tekanan di dalam pipa 10,14 kPa
- Penurunan tekanan udara 0,236 kPa
- Temperatur udara keluar 41,69
o
C
- Daya kipas total 216,96 kW
Hasil perancangan termal yang lain adalah:
- Diameter kipas 14,92 ft = 4,55 m
- Panjang tube 45 ft = 13,72 m
- Lebar bay (bay width) 58,24 ft = 17,75 m
- Jumlah baris tube 6 buah
- Diameter tube 1 inch
Gambar 4.22 menunjukan tampak atas dari kondensor berpendingin udara.
Gambar 4.22 Tampilan atas kondensor berpendingin udara.[7]
4.6 Koreksi Daya Netto Setelah Proses Perancangan
Setelah semua proses perancangan termal untuk evaporator, preheater,
dan kondensor berpendingin udara selesai dilaksanakan. Kondisi operasi yang
dihasilkan sedikit berubah khususnya nilai daya netto. Setelah dilakukan koreksi
terhadap nilai-nilai yang berubah (penurunan tekanan, temperatur, laju massa, dan
lain-lain) pada proses simulasi dengan paket program HYSYS, maka akan
didapatkan kondisi optimum yang dapat menghasilkan daya maksimum.
Daya netto awal siklus cetus-biner dengan fluida kerja i-pentana sebelum
dilakukan koreksi adalah 3077,64 kW dengan distribusi daya 962,60 kW dari
siklus cetus dan 2151,04 kW dari siklus biner atau secara persentase 30 %
dihasilkan siklus cetus dan 70 % dihasilkan oleh siklus biner.
Daya total yang diperlukan oleh kipas pendingin pada kondensor
berpendingin udara dalam siklus biner adalah 131,3 kW. Sedangkan dari hasil
perancangan kondensor berpendingin udara dengan metode GPSA didapatkan
bahwa daya yang diperlukan kipas adalah 216,96 kW, berbeda 85,66 kW.
Oleh karena itu, daya netto yang didapat dari proses simulasi dengan paket
program HYSYS perlu dikoreksi, sehingga menjadi 2991,98 kW (dengan
persentase 32% dari siklus cetus dan 68% dari siklus biner). Nilainya berbeda
2,8% dengan kondisi awal hasil proses simulasi.
Ada baiknya bila nilai dari efisiensi termal dan efisiensi utilisasi dari
PLTP ini ditentukan juga. Model siklus cetus-biner diberikan pada Gambar 4.20.
Nilai efisiensi termal (
t
) adalah perbandingan antara daya netto yang dihasilkan
dengan panas yang diberikan ke dalam sistem.
p
t
=
w
ncttc
m
brinc
h
brinc
-_(m
rcin]cksi
h
rcin]cksi
)
% (4.36)
p
t
=
2991,98
111,11(-15200)-((2,73(-15780)+108,33(-15410))
%
=
2991,98
24343,2
= 12,29 %
G
a
m
b
a
r
4
.
2
3
M
o
d
e
l
s
i
k
l
u
s
c
e
t
u
s
-
b
i
n
e
r
d
e
n
g
a
n
p
a
k
e
t
p
r
o
g
r
a
m
H
Y
S
Y
S
.
Apabila diperhitungkan untuk siklus cetus saja, diperoleh nilai
t
=
13,41%, sedangkan untuk siklus biner saja diperoleh nilai
t
= 11,58%. Nilai
efisiensi sistem siklus cetus-biner mendekati nilai rata-ratanya. Dapat dilihat
bahwa nilai efisiensi termal (
t
) dari siklus cetus lebih tinggi dibandingkan siklus
biner. Nilai efisiensi termal menunjukan seberapa besar daya yang dapat
dihasilkan dengan masukan panas tertentu.
Nilai efisiensi utilisasi menunjukan seberapa besar potensi yang
ada/dimiliki dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
p
u
=
w
ncttc
m
brinc
((h-h
c
)-1(s-s
c
))
% (4.37)
T = temperatur udara sekitar di Lahendong-Sulawesi Utara (28
o
C)
h
o
dan s
o
= nilai entalpi dan entropi fluida kerja bila dianalisis pada keadaan
sekitar (P = 96 kPa dan T = 28
o
C)
p
u
=
99,98
, ((- -(-8)) - (,9 -,))
%
p
u
=
99,98
9,9
%
p
u
= , %
Apabila dilakukan perhitungan efisiensi utilisasi untuk siklus cetus saja diperoleh
nilai
u
= 7,42 %, sedangkan untuk siklus biner saja
u
= 15,64 %. Nilai efisiensi
sistem merupakan penjumlahan antara nilai efisiensi siklus cetus dengan siklus
biner.
4.7 Perbandingan Daya Netto, Efisiensi Termal, dan Efisiensi Utilisasi
Dengan Siklus Biner
Selain tugas akhir ini, dilakukan pula kajian yang berbeda, yaitu kajian
siklus biner oleh Joan Gozaly [20]. Data sumber yang digunakan adalah sama,
hanya proses kajiannya yang berbeda. Untuk itu dibandingkan nilai daya netto
maksimum, efisiensi termal, dan efisiensi utilisasinya. Untuk siklus biner,
didapatkan data sebagai berikut:
Daya netto maksimum siklus biner 2,7 MW.
Efisiensi termal siklus biner 11,99 %.
Efisiensi utilisasi siklus biner 21,57 %.
Sedangkan nilai daya netto maksimum, efisiensi termal, dan efisiensi
utilisasi yang dihasilkan dengan siklus cetus-biner adalah
Daya netto maksimum siklus cetus-biner 2,99 MW (32% dari siklus cetus
dan 68 % dari siklus biner).
Efisiensi termal siklus cetus-biner 12,29 %.
Efisiensi utilisasi siklus cetus-biner 23,06 %.
Siklus cetus-biner dapat menghasilkan daya netto, efisiensi termal, dan
efisiensi utilisasi yang lebih besar dibandingkan siklus biner. Apabila dilakukan
proses pemilihan siklus mana yang lebih menguntungkan secara cepat, penulis
akan memilih siklus biner, karena daya yang dihasilkan lebih besar. Dari hasil
kajian yang dilakukan pada siklus cetus-biner, dapat diketahui bahwa kontribusi
daya netto maksimum yang dihasilkan oleh siklus biner lebih besar dibandingkan
siklus cetus.
Untuk memperoleh hasil yang lebih tepat diperlukan kajian ekonomi yang lebih
mendalam untuk menentukan siklus mana yang lebih menguntungkan untuk
digunakan.