Latihan nafas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh (Parsudi, dkk., 2002). Tujuan nafas dalam adalah untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan, mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja bernafas (Suddarth & Brunner, 2002). Latihan nafas dalam bukanlah bentuk dari latihan fisik, ini merupakan teknik jiwa dan tubuh yang bisa ditambahkan dalam berbagai rutinitas guna mendapatkan efek relaks. Praktik jangka panjang dari latihan pernafasan dalam akan memperbaiki kesehatan. Bernafas pelan adalah bentuk paling sehat dari pernafasan dalam (Brunner & Suddarth, 2002).
Nafas dalam yaitu bentuk latihan nafas yang terdiri atas : a. Pernafasan Diafragma Pemberian oksigen bila penderita mendapat terapi oksigen di rumah. Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk, tidur miring ke kiri atau ke kanan, mendatar atau setengah duduk. Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut bagian tengah, tangan yang lain di atas dada. Akan dirasakan perut bagian atas mengembang dan tulang rusuk bagian bawah membuka. Penderita perlu disadarkan bahwa diafragma memang turun pada waktu inspirasi. Saat gerakan (ekskursi) dada minimal. Dinding dada dan otot bantu napas relaksasi. Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan melalui mulut (pursed
lips breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja dibuat aktif dan memaksimalkan protrusi (pengembangan) perut. Otot perut bagian depan dibuat berkontraksi selama inspirasi untuk memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan ekspansi sangkar toraks bagian bawah. Selama ekspirasi penderita dapat menggunakan kontraksi otot perut untuk menggerakkan diafragma lebih tinggi. Beban seberat 0,51 kg dapat diletakkan di atas dinding perut untuk membantu aktivitas ini. b. Pursed lips breathing menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan menarik napas dalam) dengan mulut tertutup kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung Dengan pursed lips breathing (PLB) akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspirasi
. Pengertian Nafas Dalam Pernafasan merupakan kagiatan bernafas di-mana kegiatan tersebut mencakup peng-ambilan oksigen dan pengeluaran karbon-dioksida. 2. Kegunaan Nafas Dalam Untuk mengatasi nyeri Dapat mendeteksi pola nafas efektif atau tidak efektifnya Dapat mengetahui ada/tidaknya ke-rusakan pada pertukaran gas (bila ada secret dan lain lain) Menghindari resiko terhadap aspirasi sesak (-)Seperti : Wheezing (-) Ronchi (-) 3. Cara Latihan Nafas Dalam Teori relaksasi nafas dalam : a. Klien menarik nafas dalam dan me-nahannya di dalam perut. b. Secara perlahan lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyamannya hal tersebut. c. Pasien bernafas beberapa kali dengan irama normal. d. Pasien menarik nafas dalam lagi dan menghembuskannya perlahan lahan dan membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat minta pasien untuk mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan dan hangat. e. Pasiem mengulang langkah 4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot otot yang lain. f. Setelah pasien merasa relaks, pasien dianjurkan bernafas secara pelan pelan. Bila nyeri menjadi hebat, pasien dapat bernafas secara dangkal dan cepat..
1. eknik Napas Dalam 2. a. PENGERTIAN Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002). 1. b. TUJUAN
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
1. c.
Menurut Priharjo (2003), bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut :
Ciptakan lingkungan yang tenang Usahakan tetap rileks dan tenang Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3 Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahanlahan Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
Gangguan Kebutuhan Oksigen Gangguan atau masalah dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dapat berupa :
1. Hipoksia, merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.
2. Perubahan pola napas : Tachypnea, merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi >24 kali/menit disebabkan paru dalam keadaan atelektasis atau terjadi emboli. Ini merupakan nafas yang cepat, dijumpai pada demam, asidosis metabolik, nyeri, hipercapnea, anoxemia ( penurunan O2 dalam darah ).
Bradypnea, pola pernapasan lambat 10 kali/menit. Ini merupakan nafas yang lambat, dijumpai pada pasien yang mendapat morphie sulfat ( penyebab depresi respirasi ), asidosis metabolik, dan pasien dengan PTIK ( peningkatan tekanan intrakranial, injuri otak ).
Hyperventilasi, merupakan jumlah udara dalam paru berlebihan. Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal. Hypoventilasi, merupakan ketidakcukupan ventilasi alveoli ( ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh ), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.Dispnea, perasaan sesak dan berat saat pernapasan.
Orthopnea, kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri. Cheyne stokes, siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik kemudian menurun dan berhenti, dari pernafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea. Ditemui pada pasien gagal jantung kongestif, PTIK, dan overdosis obat.
Pernapasan paradoksial, dinding paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Biot, merupakan nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat. Mirip cheyne stokes tetapi amplitudonya tidak teratur.
Stridor, pernapasan bising karena penyempitan saluran pernapasan. Apneustic, henti nafas pada gangguan sistem saraf pusat.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kebutuhan oksigenasi antara lain dengan latihan napas dalam, latihan batuk efektif, pemberian oksigen, fisioterapi dada dan pengisapan lendir.
1. Pengertian Latihan nafas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh (Parsudi, dkk., 2002). Tujuan nafas dalam adalah untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan, mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja bernafas (Suddarth & Brunner, 2002). Latihan nafas dalam bukanlah bentuk dari latihan fisik, ini merupakan teknik jiwa dan tubuh yang bisa ditambahkan dalam berbagai rutinitas guna mendapatkan efek relaks. Praktik jangka panjang dari latihan pernafasan dalam akan memperbaiki kesehatan. Bernafas pelan adalah bentuk paling sehat dari pernafasan dalam (Brunner & Suddarth, 2002). Nafas dalam yaitu bentuk latihan nafas terdiri atas :
a.
Pernafasan Diafragma
Pemberian oksigen bila penderita mendapat terapi oksigen di rumah. Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk, tidur miring ke kiri atau ke kanan, mendatar atau setengah duduk. Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut bagian tengah, tangan yang lain di atas dada. Akan dirasakan perut bagian atas mengembang dan tulang rusuk bagian bawah membuka. Penderita perlu disadarkan bahwa diafragma memang turun pada waktu inspirasi. Saat gerakan (ekskursi) dada minimal. Dinding dada dan otot bantu napas relaksasi.
Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan melalui mulut (pursed lips breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja dibuat aktif dan memaksimalkan protrusi (pengembangan) perut. Otot perut bagian depan dibuat berkontraksi selama inspirasi untuk memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan ekspansi sangkar toraks bagian bawah.
Selama ekspirasi penderita dapat menggunakan kontraksi otot perut untuk menggerakkan diafragma lebih tinggi. Beban seberat 0,51 kg dapat diletakkan di atas dinding perut untuk membantu aktivitas ini.
b.
menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan menarik napas dalam) dengan mulut tertutup kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung Dengan pursed lips breathing (PLB) akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspirasi
2. Tujuan
a. Mengatasi rasa nyeri, b. Mendeteksi pola nafas efektif atau tidak efektif,
c.
3. Indikasi
4. Prosedur Kerja
a. Cuci tangan. b. Jelaskan prosedur yang akan kita lakukan pada pasien. c. Atur posisi nyaman bagi pasien dengan posisi setengah duduk ditempat tidur atau telentang.
d. Flexikan lutut klien untuk merileksasikan otot abdominal. e. Letakkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga. f. Anjurkan pasien untuk mulai latihan dengan cara menarik nafas dalam melalui hidung dengan bibir tertutup. g. Kemudian anjurkan klien untuk menahan napas sekitar 1-2 detik dan disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup ( purse lips breathing). h. Lakukan 4-5 kali latihan, lakukan minimal 3 kali sehari. i. j. Catat respon yang terjadi setiap kali melakukan latihan nafas dalam. Cuci tangan.