Anda di halaman 1dari 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Percobaan Praktikum a. Untuk mengetahui prinsip kerja pH meter. b.

Untuk mengetahui pH suatu larutan ,apakah bersifat asam atau bersifat basa. c. Untuk membandingkan pH suatu larutan secara teoritis dan praktek. 1.2. Prinsip Kerja pH eter pH Meter adalah sebuah perangkat untuk pengukuran pH .pH meter yang tak lain hanya voltameter yang tepat terhubung ke pH elektroda berupa elektroda ion selektif .Tegangan yang dihasilkan oleh elektroda pH adalah proposional ke logarithm dari aktivitas H. pH meter voltameter layar akan diskalakan sehingga yang ditampilkan adalah hanya pengukuran hasil pH. 1.!. Lan"asan Teori
o$eku$ Kitosan Hasi$ %eaksi En&imatis Kitin Deaseti$ase Iso$at Bacillus Papandayan K2'(1)1

1.!.1. #iskositas Dan Berat

Pendahuluan Wilayah perairan ndonesia yang sangat luas merupakan sumber daya alam yang tidak habis!habisnya. "elum semua potensi kelautan yang ada telah dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan udang untuk keperluan konsumsi menghasilkan limbah dalam jumlah besar yang belum dimanfaatkan secara komersial. #angkang he$an invertebrata laut, terutama Crustacea mengandung kitin dalam kadar tinggi, berkisar antara %&!'&( tergantung spesies. #umi!cumi mempunyai kandungan kitin paling sedikit, sekitar %&(, sedangkan cangkang kepiting dapat mengandung kitin sampai )&( *Mu++arelli %&&&,. -ebih dari .&.&&& metrik ton kitin diperoleh dari limbah laut dunia per tahun *Patil, %&&&,, di ndonesia limbah kitin yang belum dimanfaatkan sebesar /'.%&& metrik ton per tahun *0epartemen 1elautan dan Perikanan, %&&&,. 2ekitar 3/( dari cangkang

kering udang mengandung kitin. 0ari kitin udang dapat dihasilkan sekitar .&( kitosan *4o dan Meyer, 566),. Harga kitosan di pasaran dunia adalah sekitar U27 )./85&g untuk kitosan dengan standar baik. 2aat ini, 6&( pasaran kitosan dunia dikuasai oleh 9epang dengan produksi lebih dari 5&& juta ton setiap tahunnya *Tsigos et al., %&&&,. ndonesia dengan potensi laut lebih luas daripada 9epang mempunyai peluang untuk mengambil bagian dari pasaran kitosan dunia. 1itin, polimer alami kedua yang paling banyak tersedia di alam setelah selulosa, merupakan polimer aminoglukan dari 4!asetil!0!glukosamin yang tidak larut air. "eberapa manfaat yang dapat diambil dari kitin, yaitu di bidang pertanian antara lain dengan memanfaatkan sifat antifunginya untuk melindungi tanaman dari serangan fungi dan sifat antibakterinya terhadap beberapa pathogen *2hahidi et al., 5666,. Manfaat tersebut tidaklah sebesar manfaat yang dapat diambil dari turunan kitin, seperti kitosan. 1itosan yang dapat larut dalam asam lemah serta bermuatan positif, diperoleh dari deasetilasi kitin menjadi polimer 0!glukosamin. 1itosan dan turunannya telah banyak dimanfaatkan secara komersial dalam industry pangan, kosmetik, pertanian, farmasi pengolahan limbah dan penjernihan air. 0alam bidang pangan, kitosan dapat dimanfaatkan dalam penga$etan pangan, bahan pengemas, penstabil dan pengental, antioksidan serta penjernih pada produk minuman. 2elain itu, kitosan banyak diaplikasikan sebagai pangan fungsional karena dapat berfungsi sebagai serat makanan, penurun kadar kolesterol, antitumor serta prebiotik *0unn et al. 566): 2hahidi et al. 5666,. Proses deasetilasi kitin menjadi kitosan dilakukan di industri secara termokimia menggunakan alkali kuat pada suhu tinggi. Hasil dari proses ini belum sepenuhnya memuaskan sebab kualitas kitosan yang dihasilkan masih bervariasi dalam berat molekul, viskositas dan derajat deasetilasi. 2elain itu, proses termokimia juga membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk menghasilkan dan mempertahankan suhu tinggi serta menghasilkan limbah dan produk samping berupa alkali dengan konsentrasi tinggi yang berpotensi menjadi toksik bagi lingkungan. ;leh lkarena itru diperlukan alternatif, proses deasetilasi dapat dilakukan secara en+imatis menggunakan kitin deasetilase *#0<, sehingga diharapkan akan lebih mudah dikendalikan, lebih efisien, spesifik dan

meminimalkan produk samping *Tsigos et al. %&&&,, serta memiliki viskositas dan berat molekul spesifik pula. "erdasarkan hal tersebut di atas maka tujuan penelitian ini menganalisis viskositas dan berat molekul kitosan hasil aplikasi en+imatis #0< sebagai langkah a$al pemanfaatan kitin dan kitosan yang lebih luas baik di industry pangan maupun biomedis. "ahan dan Metode Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di -aboratorium Mikrobiologi dan "iokimia PP "ioteknologi nstitut Pertanian "ogor mulai bulan 9anuari sampai dengan 0esember %&&=. "ahan dan <lat "ahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah> kitin dari limbah pengolahan rajungan asal #irebon. Untuk produksi kitosan digunakan bahan 4a;H, H#l, 4a! bikarbonat, asam asetat. "ahan lainnya adalah isolat Bacillus papandayan 1%6!5= hasil skrining koleksi -aboratorium Mikrobiologi dan "iokimia P<U Pertanian "ogor, akuades, buffer borat pH ., 4abikarbonat %(, nstitut mM ?0T<,

1%HP&=, 4a#l, *4H=,%2;=, Mg2&=.)H%&, ekstrak kamir, bacto tripton, bacto agar, glikol kitosan, dan kitin komersial. Untuk pengukuran aktivitas en+im digunakan glikol kitin sebagai substrat, buffer dengan pH optimum, 4a4;% /(, asam asetat 33(, amonium sulfamat 5%./(, H# /(, ndol &,5(, etanol absolut, glukosamin standar. <lat yang digunakan adalah inkubator goyang, centrifuge, pH!meter, alat timbang, pipet mikro, bulb, peralatan gelas, evendorph, fraction collector, kolom kromatografi 0?<? 2ephade@ <!/&, spektrofotometer A0UB, oven, desikator, viskometer Ubbelohde. Metode Penelitian dilakukan dalan % *dua, tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama dan dapat dilihat pada Cambar 5 di ba$ah ini. Penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk menentukan kondisi optimum proses deasetilasi yang menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi minimal /&(

dengan perlakuan perendaman kitin dalam larutan 4a;H /&( pada suhu dan $aktu perendaman yang bervariasi yaitu perendaman pada suhu '& ; # selama &,/: 5, 3, dan %= jam, serta suhu .& ; # selama &,%/: 5, %, 3 jam. 1itin yang telah direndam dibilas dengan air sampai pH netral dan dikeringkan kemudian ditentukan derajat deasetilasinya. Produksi en+im 1ultur Bacillus papandayan 1%6!5= diinkubasi dalam media termus pada // o # selama dua hari, hasilnya dipanen dengan disentrifugasi 5&.&&& rpm selama %& menit. Ailtrat bebas sel diuji unit aktivitas #0< dengan metode Tokuyasu et al. 566' dan kadar protein dengan metode "radford 56)'.. Penelitian utama Penelitian utama ini didasarkan atas kondisi terbaik yang dilakukan pada penelitian pendahuluan. Pengendapan dengan amonium sulfat <monium sulfat ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam ekstrak kasar en+im sambil distirrer sampai kejenuhan .&( *konsentrasi /&!'&( b8v,. #ampuran diendapkan semalam pada suhu =o# lalu disentrifugasi pada .&&& rpm selama 5/ menit. Pellet yang diperoleh dilarutkan dalam &.&% M buffer borat sesuai pH optimum en+im lalu disimpan pada suhu =o#. Produksi en+im ?kstrak en+im kasar, Pengendapan, Pelet en+im, 1itin rajungan Perendaman dalam 4a;H /&( pada variasi suhu dan $aktu> '& ;#> &,/: 5, 3, dan %= jam .&
;

#> &,%/: 5, %, 3 jam. 1itin yang telah terdeasetilasi sebagian 0easetilasi

en+imatis. 0easetilasi en+imatis

0easetilasi en+imatis menggunakan en+im hasil presipitasi amonium sulfat .&(. 2ebanyak 5 ml soluble kitosan 5( diinkubasi dengan en+im sebanyak &.&&/ U8ml dengan kekuatan &.&= U8mg kitosan lalu diinkubasi pada // o# selama %= jam. Pengukuran Biskositas 1itosan Biskositas kitosan diukur menggunakan Ubbelohde dilution viscometer. Biskositas terbagi tiga jenis yaitu viskositas spesifik *D sp *, kinematik, dan intrinsik *D,. Biskositas spesifik dihitung berdasarkan perbandingan antara kecepatan aliran suatu larutan dengan pelarutnya. #aranya dengan membuat variasi konsentrasi mulai %&! 5&&( dalam pelarut asam asetat aEueous &.5 M dan sodium klorida &.% M lalu dimasukkan ke dalam viskometer. Waktu yang dibutuhkan sampel untuk mengalir antara dua level dalam viskometer dicatat. 2ebagai blanko, digunakan pelarut asam asetat aEueous &.5 M dan sodium klorida &.% M dengan cara yang sama. Biskositas spesifik dihitung dengan rumus> Dsp + t , to to 1eterangan> Dsp F viskositas spesifik t F $aktu alir larutan sampel satu level to F $aktu alir pelarut satu level Biskositas kinematik diperoleh dengan mempertimbangkan densitas larutan. Biskositas spesifik dan kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Biskositas intrinsik dihitung dari perbandingan antara viskositas spesifik dengan konsentrasi larutan *Dsp8#, yang diekstrapolasi sehingga nilai konsentrasi larutan mendekati nol. 0engan demikian nilai kelarutan tidak berpengaruh terhadap viskositas intrinsik. Pengukuran "erat Molekul 1itosan "erat molekul kitosan diukur berdasarkan viskositas instrinsik *D,. -arutan kitosan dibuat dalam variasi konsentrasi %&!5&&( dalam pelarut asam asetat aEueous &.5 M

dan sodium klorida &.% M lalu dimasukkan ke dalam viskometer. 0ata yang diperoleh dipetakan pada grafik Dsp 8# terhadap #. Biskositas intrinsic adalah titik pada grafik yang menunjukkan nilai #F&. "erat molekul ditentukan berdasarkan persamaan Mark!Hou$ink *H$ang et al, 566), yaitu> -D. + k
D

1eterangan> GDH F viskositas intrinsik k F konstanta pelarut D F konstanta M F berat molekul Hasil 0an Pembahasan 0erajat 0easetilasi 1itosan 1imia$i Produksi kitosan secara kimia$i dilakukan dengan penambahan 4a;H /&( yang diinkubasi pada suhu dan $aktu tertentu. 0erajat deasetilasi hasil reaksi kimia$i diukur menggunakan spektrofotometer First Derivative Ultra Violet *A0UB, pada panjang gelombang %&5.. nm. Hasil pengukuran derajat deasetilasi kitosan yang diproduksi secara kimia$i. Perendaman dalam larutan 4a;H bertujuan untuk mengubah konformasi kristalin kitin yang rapat sehingga en+im lebih mudah berpenetrasi untuk mendeasetilasi polimer kitin *Martinou et al. 566/,. <kan tetapi perendaman dalam 4a;H konsentrasi tinggi *D =&(, akan meningkatkan derajat deasetilasi dan mengakibatkan terjadinya depolimerisasi memutuskan ikatan antara gugus karboksil dengan atom nitrogen *4o dan Meyer 566),. 2elain itu kitin lebih tahan terhadap proses deasetilasi dengan penambahan alkali, yang biasanya menimbulkan masalah pada senya$a bergugus 4!asetil. Hal ini disebabkan karena struktur kitin yang tebal dan ikatan hidrogen diantara atom nitrogen sangat kuat serta mempunyai karboksil pada rantai berikutnya. ;leh karena itu perendaman dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dan $aktu yang singkat.

Hal ini sesuai pula dengan pendapat Martinou , 566/ yang menyatakan bah$a larutan 4a;H mampu merubah konformasi kitin yang sangat rapat menjadi renggang sehingga en+im lebih mudah terekspos untuk mendeasetilasi polimer kitin. Perendaman dalam alkali dilakukan terhadap sampel kitin dalam bentuk tepung. Penepungan dilakukan agar proses deasetilasi dapat berlangsung lebih cepat dan sempurna, karena semakin luasnya permukaan yang dapat diakses oleh larutan alkali *4o dan Meyers, 566),. 0easetilasi akan berlangsung mulai dari permukaan kitin, lalu memasuki $ilayah amorf dari kitin dan secara bertahap deasetilasi terjadi sampai ke $ilayah kristalin kitin *#hang et al. 566), Iasio larutan 4a;H terhadap kitin yang digunakan adalah sebesar 5>5& b8v. Menurut 4o dan Meyer *566),, rasio 5>5& menghasilkan peningkatan laju deasetilasi lebih cepat, akan tetapi #hang et al *566), menyatakan bah$a pengaruh rasio larutan 4a;H terhadap kitin tidak signifikan pada laju deasetilasi. 2uhu dan lama perendaman pada larutan 4a;H yang meningkat mengakibatkan derajat deasetilasi meningkat pula *Tabel 5,. 0erajat deasetilasi tertinggi setelah direndam 4a;H pada '& o# selama %= jam dan .& o# selama 3 jam. 1enaikan suhu sebesar %& o# *dari '&
o#

menjadi .& o#, dapat

meningkatkan derajat deasetilasi sebesar 6,)( *dari '&.6)( menjadi )&.)&(, pada perendaman 5 jam dan 5/( *dari .=.5/( menjadi 66.=5(, pada perendaman 3 jam. 2edangkan lama perendaman yang semakin tinggi dari 5 jam sampai 3 jam meningkatkan derajat deasetilasi sebesar %3.5.( pada '& o# dan %6( pada .& o#. 0engan demikian kenaikan derajat deasetilasi lebih dipengaruhi oleh kenaikan suhu daripada perpanjangan $aktu. 1olod+iejska %&&& menguatkan hal ini bah$a kenaikan derajat deasetilasi sebesar .( *dari '.( menjadi )'(, dengan memperpanjang lama perendaman 4a;H /&( dari 5./ jam sampai 3 jam pada '& o#. 2uhu dan lama perendaman 4a;H berpengaruh terhadap pemecahan rantai molekul kitin. Penggunaan suhu yang terlalu tinggi *di atas 5/& o#, menyebabkan pemecahan ikatan polimer *depolimerisasi, rantai molekul kitosan sehingga menurunkan berat molekul kitosan. 2edangkan pada suhu di ba$ah 5&& o#, pemutusan gugus asetil tidak berlangsung sempurna dan membutuhkan $aktu lebih lama *9ohson 56.%,. "erdasarkan hal tersebut di atas, maka kitosan hasil perlakuan .&

o#

selama 5 jam dipergunakan untuk deasetilasi en+imatis karena telah mencapai

derajat deasetilasi )&(. 0easetilasi en+imatis Proses deasetilasi en+imatis meningkatkan derajat deasetilasi /!3&(, tergantung pada derajat deasetilasi a$al *Tabel %,. 2emakin tinggi derajat deasetilasi a$al, semakin kecil peningkatan derajat deasetilasi yang terjadi. 0erajat deasetilasi di atas 6&( hanya dapat dicapai pada sampel dengan derajat deasetilasi a$al di atas )/(. 0iduga bah$a semakin lama perlakuan a$al secara kimia yang diberikan pada sampel, konformasi sampel akan semakin merenggang sehingga en+im dapat lebih mudah mendeasetilasi. 0erajat deasetilasi a$al yang rendah juga menunjukkan masih banyaknya jumlah residu asetil yang belum terpotong. -ebih banyak residu asetil menunjukkan lebih banyak substrat yang tersedia untuk reaksi en+im. 2esuai dengan kinetika en+im, semakin banyak substrat yang tersedia, laju reaksi akan semakin cepat dan akan menurun jika jumlah substrat berkurang *2uhartono 56.6,. 0iduga hal inilah yang menyebabkan peningkatan derajat deasetilasi setelah deasetilasi en+imatis terjadi lebih tinggi pada kitosan dengan derajat deasetilasi a$al lebih rendah. 1itosan hasil kimia$i dilarutkan dalam asam asetat &.5 M sampai konsentrasi akhir 5( dengan pH =. 2elanjutnya ditambahkan 4a!asetat &.%/ M untuk meningkatkan pH menjadi '. Hal ini dimaksudkan agar larutan tidak mengendap pada pH =, namun tetap dalam bentuk soluble, juga agar en+im #0< lebih aktif. 1enaikan pH hanya sampai dengan pH ' $alaupun #0< baru bekerja optimum pada pH ., disebabkan jika pH terlalu tinggi, kitosan akan mengendap kembali. Iahayu et al. *%&&=, menyatakan bah$a 4a!asetat tidak menghambat aktivitas #0<. 2elain itu #0< lebih mudah penetrasi ke dalam substrat berbentuk soluble kitosan daripada bentuk tepung, karena dalam bentuk soluble reaksi menjadi lebih homogen di setiap bagian. Hal ini sesuai dengan 1olod+iejska, %&&& yang mendeasetilasi soluble kitosan hingga mencapai derajat deasetilasi sampai 66(. 4amun dengan #0< dari M. rouxii yang diekspos dalam bentuk kristalin dan amorf, kenaikan derajat

deasetilasinya masing!masing hanya &./( dan 6./( *Martinou , 566/,. #0< dari C.lindemuthianum derajat deasetilasinya meningkat sekitar &./( dan =./( untuk kitin dalam bentuk yang sama *Tsigos dan "ouriotis, 566/,. 1olod+iejska et al *%&&&, menggunakan #0< ekstrak kasar dari Mucor rouxii sebesar =& mU8ml soluble kitosan. 0easetilasi en+imatis mampu meningkatkan derajat deasetilasi kitosan mulai /!3&(, semakin tinggi derajat deasetilasi a$al maka peningkatan derajat deastilasi semakin rendah. 0erajat deasetilasi di atas 6&( dapat dicapai pada sampel dengan derajat deasetilasi a$al di atas )/(. Hal ini diduga karena reaksi kimia$i pada a$al pembuatan kitosan mengakibatkan konformasi semakin merenggang sehingga en+im lebih mudah mendeasetilasi. 0erajat deastilasi juga dipengaruhi oleh jumlah en+im yang ditambahkan. Pada umumnya semakin banyak en+im ditambahkan, maka derajat deasetilasi semakin tinggi, namun kisaran peningkatannya kecil. Hal ini kemungkinan karena kisaran en+im yang digunakan tidak terlalu luas sehingga pengaruhnya belum signifikan.

Biskositas 1itosan ?n+imatis 4ilai viskositas dinyatakan dalam viskositas spesifik, kinematik dan intrinsik. Biskositas spesifik ditentukan dengan membandingkan secara langsung kecepatan aliran suatu larutan dengan pelarutnya. Biskositas kinematik diperoleh dengan memperhitungkan densitas larutan. "aik viskositas spesifik maupun kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Ubbelohde yang termasuk jenis viskometer kapiler. Untuk penentuan viskometer larutan polimer, viskometer kapiler yang paling tepat adalah viskometer Ubbelohde. Pada viskometer Ubbelohde, pengukuran viskometer dilakukan dengan menentukan $aktu yang dibutuhkan oleh sejumlah volume larutan untuk mengalir di antara dua tanda kalibrasi. Waktu alir larutan ini kemudian dibandingkan dengan $aktu alir pelarut murninya. 0engan cara ini akan diperoleh nilai viskositas spesifik, yang tidak mempunyai satuan *Harrington, 56.=,. 2ecara umum, viskositas lebih banyak dinyatakan dengan satuan Poise. Terminologi viskositas yang menghubungkan viskositas dalam

Poise dengan viskositas spesifik adalah viskositas kinematik, yang diperoleh dari perkalian viskositas dengan densitas larutan. Biskositas kinematik dihubungkan dengan viskositas spesifik melalui koefisien kinematik yang besarannya tergantung pada viskometer kapiler yang digunakan *Harrington, 56.=,. 4ilai
viskositas dinyatakan dalam viskositas spesifik dan viskositas kinematik. Walaupun terminologi viskositas kinematik lebih umum digunakan, viskositas spesifik tetap digunakan sebab nilainya diperlukan untuk penentuan viskositas intrinsik dan berat molekul. Biskositas spesifik dan kinematik larutan kitosan hasil deasetilasi en+imatis cenderung mengalami peningkatan dengan semakin lamanya $aktu perendaman secara kimia$i dan meningkatnya suhu. Biskositas spesifik dan kinematik tertinggi diperoleh setelah perendaman dalam larutan 4a;H pada '& o# selama %= jam dan .& o# selama 5 jam . 1enaikan suhu sebesar %& o# *dari '& menjadi .& o#, selama 5 jam menghasilkan peningkatan viskositas spesifik sebesar 3,6( *dari &.%5= menjadi &.%/3,. 1enaikan suhu %& o# selama 3 jam menurunkan viskositas spesifik dari &.%6= menjadi &.%=&. -ama perendaman yang semakin tinggi dari 5 jam sampai 3 jam menghasilkan fenomena yang sama seperti kenaikan suhu. Pada '& o#, viskositas spesifik meningkat dengan meningkatnya kekuatan en+im yang digunakan, dan viskositas lebih tinggi *.(,. 1arenanya, kenaikan viskositas lebihJ dipengaruhi oleh kenaikan suhu daripada perpanjangan $aktu. Peningkatan viskositas diduga karena masih tingginya kandungan asetil dalam kitosan sehingga dengan kenaikan suhu yang semakin tinggi, semakin banyak asetil terlarutkan, sehingga derajat deasetilasi meningkat, dan viskositas meningkat *menjadi lebih kental seperti gel, dengan meningkatnya suhu. <dapun lama $aktu deasetilasi berhubungan dengan proses depolimerisasi dimana semakin lama kitosan dideasetilasi maka depolimerisasi semakin tinggi sehingga viskositas menurun *"astaman 56.6,. 4ilai kelarutan kitosan sangat dipengaruhi oleh viskositas spesifik dan kinematik namun tidak dipengaruhi oleh viskositas intrinsik. Pengaruh perlakuan kimia$i dan en+imatis dapat ditunjukkan secara lebih jelas oleh viskositas intrinsik. Biskositas intrinsik diperoleh dari kurva rasio antara viskositas spesifik dengan

konsentrasi yang diekstrapolasi hingga konsentrasinya mendekati nol. 0engan demikian pengaruh konsentrasi ditiadakan *H$ang et al. 566),. Hubungan 0erajat 0easetilasi, Biskositas ntrinsik dan "erat Molekul 1itosan Untuk mengamati hubungan antara perlakuan perendaman dengan 4a;H terhadap viskositas dan berat molekul, dipilih dua sampel yaitu kitosan hasil perendaman pada suhu .& o# dengan $aktu 5 dan % jam. 1edua sampel dipilih karena derajat deasetilasi yang tinggi *di atas )&(, dan adanya perbedaan yang signifikan antara keduanya dalam hal derajat deasetilasi dan kelarutan. 4ilai viskositas intrinsik kitosan sebelum dideasetilasi en+imatis meningkat 5' kali *dari 35.5) menjadi =66.&) ml8g, dengan meningkatnya derajat deasetilasi sebesar %..'( *dari )&.)( menjadi 66.3(,. 4ilai viskositas intrinsik dipengaruhi oleh derajat deasetilasi, konsentrasi, berat molekul, kekuatan ion, pH dan suhu saat pengukuran *0unn et al. 566),. Peningkatan viskositas intrinsik sebelum deasetilasi en+imatis sebesar 5' kali dapat meningkatkan berat molekul sekitar %& kali *Tabel =,. "erat molekul berhubungan dengan derajat polimerisasi. Polimer rantai lurus seperti kitosan akan menunjukkan peningkatan densitas jika derajat polimerisasi bertambah. 0engan demikian, viskositas intrinsik juga akan meningkat. Wang et al. *5665, menunjukkan hubungan linier antara nilai log viskositas intrinsik dengan nilai log berat molekul, untuk larutan kitosan dengan derajat deasetilasi sama. 2etelah deasetilasi en+imatis, derajat deasetilasi kitosan meningkat *dari .)..5( menjadi 66.3'(, tetapi menurunkan viskositas intrinsik *'.63 ml8g menjadi =..) ml8g, dan berat molekul *dari '.&/@5&3 menjadi =.53@5&3,. Penurunan viskositas hanya mungkin terjadi jika selama inkubasi dengan en+im terjadi degradasi rantai polimer atau depolimerisasi. 0ugaan ini dikonfirmasi oleh nilai berat molekul yang juga menurun selama deasetilasi en+imatis. Penurunan viskositas setelah deasetilasi en+imatis juga dilaporkan oleh 1olod+iejska et al *%&&&,. Biskositas larutan kitosan menurun sebesar satu log setelah inkubasi dengan en+im selama 5' jam. <kan tetapi 1olod+iejska et al. *%&&&, tidak melakukan penentuan berat molekul sehingga tidak dapat dilakukan pembandingan. ?n+im #0< yang digunakan telah diberi perlakuan pengendapan pada pH =. 0epolimerisasi diduga karena adanya en+im!en+im pendegradasi kitin dan kitosan yang lain di dalam ekstrak en+im #0< dari Bacillus

1%6!5=. Iahayu *%&&&, telah mengisolasi kitinase dari Bacillus 1%6!5= selain #0< dan mungkin juga terdapat kitosanase. "eberapa protease juga dapat menyebabkan depolimerisasi kitin dan kitosan *Mu++arelli 566),, dan bukan tidak mungkin disekresi juga oleh Bacillus 1%6!5=. 2ekresi protease mungkin terjadi karena diinduksi oleh adanya protein dalam medium pertumbuhan, yang dapat berasal dari komponen medium, seperti yeast extract, atau dari en+im!en+im yang disekresi oleh mikroba ke medium untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. 1itosan yang memiliki berat molekul yang lebih besar lebih sensitif terhadap depolimerisasi dan tidak terjadi perubahan struktur selama proses tersebut yang terdeteksi oleh spektrofotometer infra red dan proton nuclear ma netic resonance *Mao et al. %&&=,. Bariasi $aktu dan lama perendaman alkali terhadap kitin dapat menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi yang berbeda!beda. Proses yang dipilih akan tergantung pada tujuan aplikasi kitosan. Masing!masing bentuk aplikasi membutuhkan kitosan dengan karakteristik yang berbeda!beda. 1itosan dengan derajat deasetilasi tinggi, lebih dari ./(, dan berat molekul rendah dibutuhkan sebagai antibakteri, antifungi, antioksidan, antitumor dan immunoenhancin . Untuk aplikasi sebagai membran dan pengemas dibutuhkan kitosan dengan derajat deasetilasi sekitar )&( dan berat molekul tinggi. 1esimpulan Biskositas intrinsik kitosan menurun dari '.63 sampai =..) ml8g, demikian pula berat molekul kitosan dari '.&/ sampai =.53 @ 5& 3 karena deasetilasi en+imatis oleh kitin deasetilase berkekuatan &,&= U8mg isolat "acillus papandayan 1%6!5=. 0easetilasi en+imatis dapat meningkatkan derajat deasetilasi di atas 6&( apabila derajat deasetilasi a$al di atas )&(.

1.!.2. De/inisi pH

eter

pH meter adalah sebuah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH *keasaman atau alkalinitas, dari suatu cairan *meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk mengukur pH +at semi padat,. PH meter yang biasa terdiri dari pengukuran khusus probe *elektroda gelas, yang terhubung ke meteran elektronik yang mengukur dan menampilkan pH membaca.

2ejarah dalam mengukur kadar keasaman cairan secara elektris dimulai pada tahun 56&' ketika Ma@ #remer di dalam studinya tentang hubungan cairan *interaksi antara +at cair dan +at padat, dan ditemukan ternyata hubungan antara cairan bisa dipelajari dengan bertiupnya suatu gelembung dari kaca tipis satu cairan yang di tempatkan di dalam dan di luar. tu membuat suatu tegangan elektrik yang bisa diukur. Cagasan ini telah diambil lebih lanjut oleh Arit+ Haber *yang menemukan sintese amoniak dan tiruan fertiliser, dan Kygmunt 1lemsie$ic+ yang menemukan bah$a bohlam8gelembung kaca *yang ia namakan elektrode kaca, bisa digunakan untuk mengukur aktivitas ion hidrogen yang diikuti suatu fungsi logaritmis. Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas *membrane gelas, yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya relative kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hydrogen atau diistilahkan dengan potential of hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan suatu elektroda pembanding. 2ebagai catatan, alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan.

2kema elektroda pH meter pH meter akan mengukur potensial listrik *pada gambar alirannya searah jarum jam, antara merkuri #loride *Hg#l, pada elektroda pembanding dan

potassium chloride *1#l, yang merupakan larutan didalam gelas electrode serta potensial antara larutan dan elektroda perak. Tetapi potensial antara sampel yang tidak diketahui dengan elektroda gelas dapat berubah tergantung sampelnya, oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi dengan menggunkan larutan yang eEuivalen yang lainya untuk menetapkan nilai dari pH. ?lektroda pembanding calomel terdiri dari tabung gelas yang berisi potassium kloride *1#l, yang merupakan elektrolit yang mana terjadi kontak dengan mercuri chloride *Hg#l, diujung larutan 1#l. Tabung gelas ini mudah pecah sehingga untuk menghubungkannya digunkan ceramic berpori atau bahan sejenisnya. ?lektroda semacam ini tidak mudah terkontaminasi oleh logam dan unsure natrium. ?lektroda gelas terdiri dari tabung kaca yang kokoh yang tersambung dengan gelembung kaca tipis yang. 0idalamnya terdapat larutan 1#l sebagai buffer pH ). ?lektroda perak yang ujungnya merupakan perak kloride *<g#l%, dihubungkan kedalam larutan tersebut. Untuk meminimalisir pengaruh electric yang gak diinginkan, alat tersebut dilindungi oleh suatu lapisan kertas pelindung yang biasanya terdapat dibagian dalam elektroda gelas. Pada kebanyakan pH meter modern sudah dilengkapi dengan thermistor temperature yaitu suatu alat untuk mengkoreksi pengaruh temperature. <ntara elektroda pembanding dengan elektroda gelas sudah disusun dalam satu kesatuan. 1.!.!. pH pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam larutan berpelarut air. pH merupakan kuantitas tak berdimensi dengan aH adalah aktivitas ion hidrogen. <lasan penggunaan definisi ini adalah bah$a aH dapat diukur secara eksperimental menggunakan elektroda ion selektif yang merespon terhadap aktivitas ion hidrogen ion. pH umumnya diukur menggunakan elektroda gelas yang mengukur perbedaan potensial ? antara elektroda yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen dengan elektroda referensi.

0efinisi ini pada dasarnya tidak praktis karena aktivitas ion hidrogen merupakan hasil kali dari konsentrasi dengan koefisien aktivitas. 1oefisien aktivitas ion hidrogen tunggal tidak dapat dihitung secara eksperimen. Untuk mengatasinya, elektroda dikalibrasi dengan larutan yang aktivitasnya diketahui. 0efinisi operasional pH secara resmi didefinisikan oleh 2tandar nternasional 2; 35!. sebagai berikut> Untuk suatu larutan L, pertama!tama ukur gaya elektromotif ?L sel galvani elektroda referensi M konsentrasi larutan 1#l MM larutan L M H% M Pt dan kemudian ukur gaya elektromotif ?2 sel galvani yang berbeda hanya pada penggantian larutan L yang pHnya tidak diketahui dengan larutan 2 yang pH!nya *standar, diketahui pH*2,. pH larutan L oleh karenanya Perbedaan antara pH larutan L dengan pH larutan standar bergantung hanya pada perbedaan dua potensial yang terukur. 2ehingga, pH didapatkan dari pengukuran potensial dengan elektroda yang dikalibrasikan terhadap satu atau lebih pH standar. 2uatu pH meter diatur sedemikiannya pembacaan meteran untuk suatu larutan standar adalah sama dengan nilai pH*2,. 4ilai pH*2, untuk berbagai larutan standar 2 diberikan oleh rekomendasi UP<#.G)H -arutan standar yang digunakan sering kali merupakan larutan penyangga standar. 0alam prakteknya, adalah lebih baik untuk menggunakan dua atau lebih larutan penyangga standar untuk mengijinkan adanya penyimpangan kecil dari hukum 4erst ideal pada elektroda sebenarnya. ;leh karena variabel temperatur muncul pada persamaan di atas, pH suatu larutan bergantung juga pada temperaturnya. Pengukuran nilai pH yang sangat rendah, misalnya pada air tambang yang sangat asam, memerlukan prosedure khusus. 1alibrasi elektroda pada kasus ini dapat digunakan menggunakan larutan standar asam sulfat pekat yang nilai pH! nya dihitung menggunakan parameter Pit+er untuk menghitung koefisien aktivitas. pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. 1onsentrasi ion hidrogen dapat diukur dalam larutan non!akuatik, namun perhitungannya akan

menggunakan fungsi keasaman yang berbeda. pH superasam biasanya dihitung menggunakan fungsi keasaman Hammett, H&.Umumnya indikator asam!basa sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. 2elain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit 8 konduktivitas suatu larutan.

1.!.). In"ikator ndikator adalah senya$a organik yang dapat berubah $arna bila pH larutanya berubah. 2umber indikator alam, umumnya berasal dari tumbuhan *akar, daun, bunga, buah, atau biji, dan dapat dibuat ekstraksi dengan pelarutnya yang sesuai. 2elain indikator alam, kini dikenal dengan juga indikator sintesis *dibuat secara sintetik, tergolong golongan sulfonftalein dan ftalein. "ahkan indikator sintesis lebih unggul dari indikator alam karena memberikan perubahan $arna yang lebih jelas *cemerlang,. ndikator tidak berubah $arna dengan sangat mencolok pada satu pH tertentu *diberikan oleh harga p1ind!nya,. Malahan, mereka mengubah sedikit rentang pH.0engan mengasumsikan kesetimbangan benar!benar mengarah pada salah satu sisi, tetapi sekarang anda menambahkan sesuatu untuk memulai pergeseran tersebut. 2elama terjadi pergeseran kesetimbangan, anda akan memulai untuk mendapatkan lebih banyak dan lebih banyak lagi pembentukan $arna yang kedua, dan pada beberapa titik mata akan mulai mendeteksinya.2ebagai contoh, jika anda menggunakan jingga metil pada larutan yang bersifat basa maka $arna yang dominan adalah kuning. 2ekarang mulai tambahkan asam karena itu kesetimbangan akan mulai bergeser. Pada beberapa titik akan cukup banyak adanya bentuk merah dari jingga metil yang menunjukkan bah$a larutan akan mulai memberi $arna jingga. 2elama anda melakukan penambahan asam lebih banyak, $arna merah akhirnya

akan menjadi dominan yang mana anda tidak lagi melihat $arna kuning.Terjadi perubahan kecil yang berangsur!angsur dari satu $arna menjadi $arna yang lain, menempati rentang pH. 2ecara kasar Naturan ibu jariN, perubahan yang tampak menempati sekitar 5 unit pH pada tiap sisi harga p1in. Harga yang pasti untuk tiga indikator dapat kita lihat sebagai berikut> ndicator -akmus jingga metal Aenolftalein p1ind './ 3.) 6.3 pH rentang pH /O. 3.5 O =.= ..3 O 5&.&

Perubahan $arna lakmus terjadi tidak selalu pada rentang pH yang besar, tetapi lakmus berguna untuk mendeteksi asam dan basa pada lab karena perubahan $arnanya sekitar ). 9ingga metil atau fenolftalein sedikit kurang berguna.

1.!.0. Larutan Asam Dan Basa stilah NasamN merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam bahasa!bahasa ?ropa seperti acid *bahasa nggris,, +uur *bahasa "elanda,, atau 2Pure *bahasa 9erman, yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. 0alam kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia, yaitu definisi <rrhenius, "rQnsted!-o$ry, dan -e$is.

<rrhenius> Menurut definisi ini, asam adalah suatu +at yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium *H3;R, ketika dilarutkan dalam air. 0efinisi yang pertama kali dikemukakan oleh 2vante <rrhenius ini membatasi asam dan basa untuk +at!+at yang dapat larut dalam air.

"rQnsted!-o$ry> Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada basa. <sam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam!basa konjugat. "rQnsted dan -o$ry secara terpisah mengemukakan definisi ini, yang mencakup +at!+at yang tak larut dalam air *tidak seperti pada definisi <rrhenius,.

-e$is> Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa. 0efinisi yang dikemukakan oleh Cilbert 4. -e$is ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi* , klorida. 0efinisi -e$is dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. 2ecara umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah *-UM;, dari orbital terisi yang tertinggi *H;M;, dari suatu basa. 9adi, H;M; dari basa dan -UM; dari asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan.

Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi "rQnsted!-o$ry merupakan definisi yang paling umum digunakan. 0alam definisi ini, keasaman suatu senya$a ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senya$a tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. 2tabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senya$a bersangkutan yang lebih tinggi. 2istem asam8basa berbeda dengan reaksi redoks: tak ada perubahan bilangan oksidasi dalam reaksi asam!basa. 2ecara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut>

Iasa> masam ketika dilarutkan dalam air. 2entuhan> asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat.

1ereaktifan> asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.

Hantaran listrik> asam, $alaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit.

0alam air, reaksi kesetimbangan berikut terjadi antara suatu asam *H<, dan air, yang berperan sebagai basa, H< R H%; S <! R H3;R Tetapan asam adalah tetapan kesetimbangan untuk reaksi H< dengan air> <sam kuat mempunyai nilai 1a yang besar *yaitu, kesetimbangan reaksi berada jauh di kanan, terdapat banyak H3;R: hampir seluruh asam terurai,. Misalnya, nilai 1a untuk asam klorida *H#l, adalah 5&).<sam lemah mempunyai nilai 1a yang kecil *yaitu, sejumlah cukup banyak H< dan <! terdapat bersama!sama dalam larutan: sejumlah kecil H3;R ada dalam larutan: asam hanya terurai sebagian,. Misalnya, nilai 1a untuk asam asetat adalah 5,. T 5&!/. <sam kuat mencakup asam halida ! H#l, H"r, dan H . *Tetapi, asam fluorida, HA, relatif lemah., <sam!asam okso, yang umumnya mengandung atom pusat ber! bilangan oksidasi tinggi yang dikelilingi oksigen, juga cukup kuat: mencakup H4;3, H%2;=, dan H#l;=. 1ebanyakan asam organik merupakan asam lemah. 2ekitar tahun 5.&&, banyak kimia$an Prancis, termasuk <ntoine -avoisier, secara keliru berkeyakinan bah$a semua asam mengandung oksigen. -avoisier mendefinisikan asam sebagai +at mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam!asam okso dan karena ia tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asam!asam halida, H#l, H"r, dan H . -avoisier!lah yang memberi nama oksigen dari kata bahasa Uunani yang berarti Npembentuk asamN. 2etelah unsur klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam!asam halida ditemukan oleh 2ir Humphry 0avy pada tahun 5.5&, definisi oleh -avoisier tersebut harus ditinggalkan.

Teori asam basa -e$is <sam> +at yang dapat menerima pasangan elektron. "asa> +at yang dapat mendonorkan pasangan elektron. 2emua +at yang didefinisikan sebagai asam dalam teori <rrhenius juga merupakan asam dalam kerangka teori -e$is karena proton adalah akseptor pasangan elektron . 0alam reaksi netralisasi proton membentuk ikatan koordinat dengan ion hidroksida. HR R ;HO V H%; 2ituasi ini sama dengan reaksi fasa gas yang pertama diterima sebagai reaksi asam basa dalam kerangka teori "rWnsted dan -o$ry. H#l*g, R 4H3*g, V 4H=#l*s, 0alam reaksi ini, proton dari H#l membentuk ikatan koordinat dengan pasangan elektron bebas atom nitrogen. 1euntungan utama teori asam basa -e$is terletak pada fakta bah$a beberapa reaksi yang tidak dianggap sebagai reaksi asam basa dalam kerangka teori <rrhenius dan "rWnsted -o$ry terbukti sebagai reaksi asam basa dalam teori -e$is. 2ebagai contoh reakasi antara boron trifluorida "A3 dan ion fluorida AO. "A3 R AO V "A=O Ieaksi ini melibatkan koordinasi boron trifluorida pada pasangan elektron bebas ion fluorida. Menurut teori asam basa -e$is, "A3 adalah asam. Untuk membedakan asam semacam "A3 dari asam protik *yang melepas proton, dengan kata lain, asam dalam kerangka teori <rrhenius dan "rWnsted -o$ry,, asam ini disebut dengan asam -e$is. "oron membentuk senya$a yang tidak memenuhi aturan oktet, dan dengan demikian adalah contoh khas unsur yang membentuk asam -e$is. 1arena semua basa "rWnsted -o$ry mendonasikan pasangan

elektronnya pada proton, basa ini juga merupakan basa -e$is. 4amun, tidak semua asam -e$is adalah asam "rWnsted -o$ry sebagaimana dinyatakan dalam contoh di atas. . 1.!.1. Larutan Pen2an33a 4bu//er* -arutan penyangga atau yang lebih dikenal larutan buffer pada umunya terdiri dari asam lemah dan garamnya misalnya #H3#;;H O #H3#;;4a atau basa lemah dengan garamnya misalnya 4H3 O 4H=#-. #ara kerja larutan buffer berkaitan dengan pengaruh ion senama dalam larutan asam atau basa lemah menghasilkan pergeseran kesetimbangan ke arah molekul asam atau basa yang tidak terurai .dapat disimpulkan bah$a sifat larutan buffer yaitu mempunyai pH tertentu ,pH!nya relative tidak berubah jika ditambah sedikit asam atau basa dan pH!nya tidak berubah jika diencerkan. 1apasitas buffer yang juga disebut indeks buffer atau intensitas buffer yaitu suatu ukuran kemampuan buffer untuk mempertahankan pH ny yang konstan jika ditambahkan asam kuat atau basa kuat.biasanya larutan buffer dibuat dengan tiga cara > 5. 0engan mencampurkan asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya. %. Mencampur asam lemah berlebih dengan jumlah terbatas basa kuat. 3. Mencampur basa lemah berlebih dengan jumlah terbatas asam kuat

BAB II P%56EDU% KE%7A 2.1. A$at Dan Ba8an a. <lat yang digunakan > 5. "eaker glass %. -abu ukur 3. pH meter =. Tissue /. Pipet Bolum '. "ola 1aret b. "ahan yang digunakan > 5. -arutan standar pH ',.' %. -arutan standar pH =,&5 3. -arutan H%2;= &,&5 4 =. -arutan H%2;= &,&% 4 /. -arutan 1;H &,&5 4 '. -arutan 1;H &,&% 4 ). <Euadest 2.2. Prose"ur Kerja 5. 0ibuat larutan asam dan larutan basa dalam labu ukur. %. 0ituangkan larutan yang terdapat dalam labu ukur ke dalam beaker glass. 3. 0ihidupkan alat pH meter,kemudian pasanglah elektroda pH meter dan dicelupkan alat ini kedalam larutan H%; =. 0iangkat elektroda dan dicuci dengan menggunakan aEuades sampai bersih ,kemudian dikeringkan elektroda dengan tissue. /. 0imasukkan elektroda ke dalam beaker glass yang pertama yang berisi larutan 1;H &,&5 4 dan biarkan beberapa saat hingga akan terdeteksi pH

yang tepat * jika angkanya tidak berubah selama 3& detik maka dicatat sebagai nilai pH,. 2elain itu catat juga temperature yang tertera pada alat. '. 2etelah di dapat datanya, maka elektroda diangkat dan dicuci dengan aEuades serta dikeringkan dengan tissue dan masukkan ke dalam larutan lainnya. ). -akukan cara yang sama seperti no / dan catat data yang diperoleh.

BAB. III 9A BA% %AN9KAIAN


!.1 9ambar pera$atan

1.2 9ambar ran3kaian

<

"

!.!. Keteran3an 9ambar %an3kaian

< > "eaker glass untuk menampung aEuades sebagai pembilas elektroda " > ?lektroda kaca yang bermuatan negative *<noda,

# > ?lektroda kaca yang bermuatan positif *1atoda, 0 > Tombol untuk mengukur tegangan ? > Tombol untuk mengukur suhu A > Tombol untuk mengukur pH C > Tombol ;4!;ff perangkat pH meter H > layar yang menyatakan harga pH dan suhu *&#, suatu larutan

BAB I# DATA PEN9A ATAN pH 4o 5 % 3 = -arutan H%2;= H%2;= 1;H 1;H ETE% pH 3,%& %,=& 6, ) 3 55,%5 Temperature *X#, %. %. %. %.

1onsentrasi *4, &,&&5 &,&&/ &,&&5 &,&&/

BAB # PEN95LAHAN DATA 0.1 Per8itun3an asam 5. "uatlah larutan H%2;= &,&&5 4 dari larutan H%2;= &,&% 4 dalam 5&& mlY Penyelesaian. 0ik> B5 F 5&& ml 45 F &,&&5 4 4% F &,&% 4 0it> B%FZ[ 9a$ab. B5 L 45 &,5 ml B% Penyelesaian> 0ik> B5 F 5&& ml 45 F &,&&/ 4 4% F &,&% 4 0it> B%FZ[ 9a$ab. F B% L 4% F B% L &,&% F / m5&& ml L &,&&5 4 F B% L &,&% 4

%. "uatlah larutan H%2;= &,&&/ 4 dari larutan H%2;= &,&% 4 dalam 5&& mlY

B5 L 45 &,/ ml B%

F B% L 4% F B% L &,&% F %/ m-

5&& ml L &,&&/ 4 F B% L &,&% 4

0.2. Per8itun3an basa 5. "uatlah larutan 1;H &,&&5 4 dari larutan 1;H &,5 4 dalam 5&& mlY Penyelesaiaan> 0ik> B5 F 5&& ml 45 F &,&&5 4 4% F &,5 4 0it> B%FZ[ 9a$ab. B5 L 45 &,5 ml B% F B% L 4% F B% L &,5 F 5 m5&& ml L &,&&5 4 F B% L &,5 4

3. "uatlah larutan 1;H &,&&/ 4 dari larutan 1;H &,5 4 dalam 5&& ml Penyelesaian> 0ik> B5 F 5&& 4% F &,5 0it> B%FZ[ ml 4 45 F &,&&/ 4

9a$ab. B5 L 45 &,/ ml B% F B% L 4% F B% L &,5 F / m5&& ml L &,&&/ 4 F B% L &,5 4

0.!. Per8itun3an pH secara teori a. Perhitungan pH asam


% =

5. H 2; &,&&5 4
% = R = %!

H 2;
R

%H R 2;

F % @ &,&&5 F &,&&%
R

pH F ! -og *H , F ! -og &,&&%


!3

F ! -og % @ 5& F 3 O -og % F %,'6


% =

%. H 2; &,&&/ 4

%!

H 2;
R

%H R 2;

H F % @ &,&&/ F &,&5
R

pH F ! -og *H , F ! -og &,&5


!%

F ! -og 5& F %

b. Perhitungan "asa 5. 1;H &,&&5 4


R !

1;H

1 R ;H
!

p;H F ! -og *;H , F ! -og &,&&5


!3

F ! -og 5&

F 3 pH F 5= ! 3 F 55

%. 1;H &,&&/ 4
R !

1;H

1 R ;H
!

p;H F ! -og *;H , F ! -og &,&&/


!3

F ! -og / @ 5& F %,3& pH F 5= O %,3& F 55,)

0.). Per8itun3an Persen Error

a. Untuk H 2; &,&&5 4

( error F

Harga teori O Harga Praktek Harga teori

@ 5&& (

%,'6 O 3,%& %,'6

@ 5&& (

&,/5 %,'6

@ 5&&(

F F
% =

&,5. @ 5&& ( 5.,6/ (

b. Untuk H 2; &,&&/ 4

( error F

Harga teori O Harga Praktek Harga teori

@ 5&& (

% O %,=& %

@ 5&& (

&,=&

@ 5&&(

% F F &,% @ 5&& ( %& (

a. untuk 1;H &,&&5 4

( error F

Harga teori O Harga Praktek Harga teori

@ 5&& (

55 O 6,)3 55

@ 5&& (

5,%) 55

@ 5&&(

F F

&,55/= @ 5&& ( 55,/= (

b. untuk 1;H &,&&/ 4

( error F

Harga teori O Harga Praktek Harga teori

@ 5&& (

55,) O 55,%5 55,)

@ 5&& (

&,=6 55,)

@ 5&&(

F F

&,&=5. @ 5&& ( =,5. (

BAB #I KE6I PULAN DAN 6A%AN 1.1. Kesimpu$an 5. 2emakin kuat suatu asam , maka smakin besar kosentrasi ion HR dalam larutan itu berarti semakin kecil harga pH nya . 9adi semakin kuat suatu asam , maka semakin kecil pH nya . %. Makin besar suatu kosentrasi , akan makin besar pula laju reaksinya yang mengakibatkan semakin besar pula temperaturnya . 3. 2emakin lemah suatu basa , maka akan semakin kecil harga pH nya 2emakin lemah suatu asam , maka semakin besar harga pH nya .

=. pH dengan kosentrasi ion HR dihubungkan dengan tanda negative maka kedua besaran itu berbanding terbalik , artinya makin besa kosentrasi ion HR maka makin keil pH nya dan sebaliknya . 1.2. 6aran 0alam praktek pH meter , hendak nya diperhatikan alat dari pH meter apakah keadaan baik atau tidak .

DA:TA% PU6TAKA

0avrn Under$ood < . %&&% . <nalisis 1uantitatif edisi keenam . 9akarta >?rlangga "arus,adil.%&55. !imia analisa instrument.medan.Tim penyusun.%&5%.Penuntun pra!ti!um !imia analisa instrument.Medan http>88ekop&).student.ipb.ac.id8%&5&8&'8568spektrofotometri8 http>88repository.usu.ac.id8bitstream85%3=/').685=3&3858&6?&%=)'.pdf

http>88$ahyuriyadi.blogspot.com8%&&68&)8macam!spektrofotometri!dan perbedaannya.html

Anda mungkin juga menyukai