Oleh :
Wisudarahman As Sidiqi
NIM AIE005005
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
Banyumas.
Banyumas.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bencana alam sebenarnya tidak terjadi begitu saja, bencana alam tersebut
terjadi akibat kegagalan pembangunan yang menyebabkan tingginya kerawanan
terhadap resiko-resiko bencana. Kegagalan institusi-institusi yang menatakelola
pembangunan terjadi di semua tingkatan mulai dari lokal hingga nasional yang
diperburuk dengan minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bencana yang dipicu oleh resiko bahaya dari alam (natural hazards) juga
merupakan suatu konsekuensi atas kegagalan pembangunan. Sebagian besar
bencana alam, atau bahaya yang menyebabkan bencana tidak dapat dicegah,
tetapi efek dari bencana tersebut dapat dimitigasi.
Kebijakan pembangunan pada level nasional maupun daerah dapat
menimbulkan resiko bencana melalui berbagai mekanisme, dalam rangka
mengatasi kerawanan dan kerentanan terhadap bencana alam bagi semua
kelompok masyarakat sehingga untuk meminimalkan bencana dan dampaknya
diperlukan perencanaan dan pembangunan yang sistematis terhadap opsi-opsi
kebijakan pembangunan.
Identifikasi kawasan lindung merupakan suatu proses pengumpulan data
aspek fisiografi tercantum pada PP No 47 Tahun 1997, meliputi :
a. Untuk kawasan hutan lindung :
1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan
intensitas hujan masing-masing dikalikan dengan angka penimbang
mempunyai jumlah nilai (skor) 175 atau lebih.
2. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih.
3. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut
2000 m atau lebih.
b. Untuk kawasan bergambut memiliki tanah bergambut dengan ketebalan 3
meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa.
c. Untuk kawasan resapan air :
1. Berada pada kawasan bercurah hujan yang tinggi.
2. Mempunyai struktur tanah yang mudah meresapkan air.
3. Mempunyai geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara
besar-besaran.
d. Untuk kawasan sempadan sungai :
1. Memiliki garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas
lebar sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul.
2. Memiliki garis sempadan sungai tidak bertanggul ditetapkan
berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomis oleh Pejabat yang
berwenang.
3. Memiliki garis sempadan sungai yang bertanggul dan tidak be rtanggul
yang berada di wilayah perkotaan dan sepanjang jalan ditetapkan
tersendiri oleh pejabat yang berwenang.
e. Untuk kawasan mata air berada pada di sekitar mata air dengan jari-jari
sekurang-kurangnya 200 meter.
Menurut Perda Kabupaten Banyumas No 18 Tahun 2005, kawasan lindung
diluar kawasan hutan yang mempunyai kriteria fisiografi seperti hutan lindung
terletak di kecamatan-kecamatan :Lumbir, Wangon, Jatilawang, Rawalo,
Kebasen. Kemranjen. Sumpiuh, Tambak. Somagede, Banyumas, Patikraja,
Purwojati, Ajibarang, Gumelar, Pekuncen, Cilongok, Karanglewas,
Kedungbanteng, Baturraden, dan Sumbang.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor, 309 hal.
Hardjowigeno, Sarwono Dr, Ir, M.Sc. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana
Perkasa, Jakarta, 218 hal.
M, Suripin, Dr, Ir, M.Eng. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi,
Yogyakarta, 210 hal.