Anda di halaman 1dari 6

BAB II KAJIAN TEORI

Secara garis besar teori yang digunakan dalam penelitian ini bersifat ekletik, yaitu merupakan hasil penelaah teori dan pandangan dari beberapa pakar Jepang yang saling melengkapi. Penelitian ini melibatkan kajian sintaksis dan semantik. Menurut Dedi Sutedi (2008:63), sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur dan unsur-unsur pembentuk kalimat. Nitta dalam Dedi Sutedi (2008:63) menjelaskan bahwa bidang garapan sintaksis adalah kalimat yang mencakup jenis dan fungsinya, unsur-unsur pembentuknya, serta struktur dan maknanya. Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna (dedi sutedi : 111). Objek kajian semantik antara lain makna kata (go no imi), makna antarsatu dengan kata yang lainnya (go no imi kankei), makna frase (ku no imi), dan makna kalimat (bun no imi). Untuk mengkaji jenis-jenis kehadiran modalitas deontik dan modalitas dinamik dalam bahasa Jepangpenulis akan menerapkan teori yang bersifat eklektik, yaitu mengambil teori-teori dari pakar yang sesuai dengan ruang lingkup penelitian ini seperti pada bahasan berikut. 1) Masuoka Menurut Masuoka dalam Dedi Sutedi (2008:99), modalitas merupakan kategori gramatikal yang digunakan pembicara dalam menyatakan suatu sikap terhadap sesuatu kepada lawan bicaranya, seperti dengan menginformasikan, menyuruh, melarang, meminta dan sebagainya dalam kegiatan berkomunikasi. Masuoka menggolongkan modalitas bahasa Jepang kedalam 10 jenis, yaitu: 1.1 kakugen () kakugen adalah modalitas yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang dianggap pasi atas keyakinan pembicara. Biasanya diungkapkan dengan kalimat pernyataan.

1.2 meirei meirei adalah modalitas yang digunakan untuk memerintah lawan bicara agar melakukan sesuatu. Untuk mengungkapkannya, dalam bahasa lisan bisa

menggunakan verba bentuk perintah, verba bentuk MASU diganti dengan NASAI, verba bentuk TE dengan nada tinggi dan sebagainya. Dalam bahasa tulisan bisa digunakan verba bentuk biasa ditambah dengan KOTO atau YOUNI. 1.3 kinshi-kyoka () kinshi-kyoka, yaitu modalitas untuk menyatakan larangan dan izin untuk melakukan suatu perbuatan. Untuk menyatakan larangan biasanya digunakan bentu TE diikuti WA IKENAI atau DAME DA, verba bentu kamus (RU) ditambah dengan NA, verba bentuk NAI+KOTO dalam bahasa tulisan. Untuk menyatakan izin bisa digunakan verba bentuk TE+MO II/KAMAWANAI dan sejenisnya. 1.4 irai () irai adalah modalitas yang digunakan untuk menyatakan permohonan kepada orang lain, agar melakukan atautidak melakukan sesuatu. Untuk menyatakan modalitas ini, bisa digunakan verba bentuk TE, atau verba bentuk TE+KUDASAI, KURE, CHOUDAI, KURERU KA, KURENAI KA, MORAERU KA, MORAERAI KA,HOSHII, MORAITAI, KURERU TO II NA, dan sebagainya. 1.5 toui () toui adalah modalitas yang digunakan untuk menyatakan keharusan dan saran kepada seseorang. Untuk mnyatakan keharusan, bisa digunakan verba bentuk kamus ditambah BEKI, verba bentuk NAKEREBA NARANAI, NAKUTEWA NARANAI, NAI TO IKENAI, dan sebagainya. Untuk menyatakan saranbisa digunakan verba bentuk TA+HOU GA II dan lain sebagainya. 1.6 ishi-moushide-kanyuu ishi-moshike-kanyuu merupakan modalitas yang digunakan untuk menyatakan maksud melakukan sesuatu, menawarkan sesuatu, dan mengajak sesuatu kepada orang lain. Untuk menyatakan maksud (ishi), bisa digunakan verba bentuk kamus (RU)+ TSUMORI DA, verba bentuk OU/YOU +TO OMOU dan sebagainya.untuk menyatakan tawaran (moshide), bisa digunakan verba bentuk OU/YOU (MASHOU)

dan sejenisnya. Sedangkan untuk menyatakan ajakan (kanyuu) bisa digunakan verba bentuk OU/YOU,bentuk menyangkal ditambah KA dan sebagainya. 1.7 ganbou () modalitas yang digunakan untuk menyatakan keinginan, baik berupa perbuatan yang ingin dilakukan sendiri, maupun menginginkan orang lain melakukan suatu perbuatan. Untuk menyatakan hal ini bisa digunakan bentuk TAI (TAGARU), verba bentuk TE+HOSHI dan sebagainya. 1.8 gaigen () gaigen adalah modalitas yang digunakan untuk menyatakan dugaan atau suatu kemungkinan terhadap sesuatu hal, karena pembicara merasa tidak yakin ; atau menyampaikan sesuatu berita yang pernah didengarnya. Untuk menyatakan dugaan , bisa digunakan DAROU, MAI, RASHII, MITAI DA, HAZU DA, NI CHIGAINAI,, SOU DA, dan sebagainya. Sedangkan untuk menyampaikan berita denbunbisa digunakan SOU DA, TO NO KOTO DA, TO IU dans ebagainya. Biasanya diikuti pula dengan OSORAKU, TABUN, KITTO, SAZO, MAZU, MASAKA dan lain-lain. 1.9 setsumei () setsumei yaitu modalitas yang digunakan untuk menyatakan suatu alasan ketika menjelaskan sesuatu hal. Untuk menyatakan modalitass ini biasanya digunakan NO DA, WAKE DA dan lain-lain. 1.10 hikyou ()

hikyou adalah modalitas yang digunakan untuk menyatakan perumpamaan antara dua hal atau lebih yang memiliki kesamaan dalam sesuatu karakternya. Dalam bahasa Jepang biasanya ditandai dengan ungkapan YOU DA, MITAI DA serta ditandai dengan adverbia MARUDE, ATAKAMO dan sejenisnya.

2) Nitta Yoshio (1999) Modalitas adalah ekspresi gramatikal yang terkait dengan cara berucap dan sikap komunikatif pembicara mengenai makna kondisi yang sebenarnya dan situasi pembicara pada saat berbicara. Yoshio membagi Modalitas dalam dua tipe, yaitu:
3

2.1 Modalitas utsutsuomotejitai () Modalitas Utsutsuomotejitai adalah modalitas yang digunakan untuk menunjukkan ekspresi mengerti akan kondisi pembicara pada saat berucap. Modalitas ini mengabaikan karakteristik waktu ucapan, posisi pembicara dan lain-lain. Tipe-tipe modalitas utsutsuomotejitai

2.2 Modalitas hatsuwa dentatsu Modalitas hatsuwa dentatsu adalah ekspresi gramatikal yang menunjukkan ucapan atau sikap komunikatif pembicara pada saat mengucapkan kembali sebuah kalimat dengan kata lain, kalimat yang merupakan unit standar bahasa aktivitas yang menunjukkan pembicaraan yang mirip dan pembagian yang efektif atau fungsi. Bentuk ekspresinya. Modalitas ini menganggap waktu ucapan dan posisi pembicara sebagai syarat penting. 3.1.1 Hatarikake () Hatarakikake to wa hanashite ga aite taru kikite mazukara no youkyuu no genjitsu wo hatarakikake uttaekakeru to itta hatsuwa/ dentatsujitai wo arawashita mono dearu. Hatarikake adalah modalitas yang mengungkap ucapan atau sikap komunikatif pembicara terhadap lawan bicara untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Hatarakikake terdiri dari meirei( ), irai ( ), kinshi ( ), dan sasoikake () 3.1.2 Hyoushutsu

Hyoshutsu to wa hanashite no ishi ya, kibou to itta mizukara no shinteki jouhou wo toritatete tasha e no dentatsu wo ito suru koto naku hasssuru to itta hatsuwa / dentatsutekijitai wo arawashita mono dearu. Hyoushutshu adalah modalitas yang mengungkap ucapan atau sikap komunikatif pembicara untuk berkomunikasi dengan orang lain mengenai maksu, keinginan dan harapannya. Hyoshutsu terdiri dari Ishi () , kibou() dan ganbou ().

3.1.3 Noberutate () Noberutate to wa hanashite no shikaku ya choukaku nado wo tooshite toraerareta sekai wo gengohyougenka shite nobetari, aru kotogara ni tsuite no hanashite no kaisetsu / handan ya kaisetsu / handan e no ginen wo nobetaru to itta hatsuwa / dentatsujitai wo arawashita mono de aru. Nobetrutate adalah modalitas yang mengungkap sikap komunikatif atau ucapan yang menunjukkan kecurigaan terhadap suatu anggapan atau penafsiran pembicara terhadap suatu hal dan mengungkap perubahan ekspresi bahasa dunia yang ditangkap indra mata dan indra telinga. Noberutate terdiri dari genzoubyousyabun (), hanteibun ( ), utagaibun () 3..1.4 Toikake () Toikake to wa hanashite ga kikite ni jouhou wo motomeru to itta hatsuwa / dentatsutekitaido wo arawashitamono de aru.
5

Toikake adalah modalitas yang mengungkap sikap komunikatif atau ucapan permintaan informasi pembicara kepada lawan bicara. Toikake terdiri dari handan no Toikake () dan joui ( ).

Anda mungkin juga menyukai