Anda di halaman 1dari 66

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Pendidikan merupakan usaha manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses pembelajaran di sekolah, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU), maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), serta Perguruan Tinggi (PT), yang masing-masing memiliki visi, misi dan tujuan yang spesifik. Proses pendidikan tersebut akan banyak dinilai karena proses pendidikan adalah salah satu titik tolak keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara formal. Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga sebagai tempat berkumpul, bermain, dan berbagai keceriaan antara siswa hingga terjadi interaksi timbal balik yang secara psikologis sangat seimbang. Sekolah juga tempat dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung dan tempat terjadinya interaksi antara guru dan murid.

Dalam seluruh proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Untuk meningkatkan mutu dan hasil belajar dalam pengajaran seorang guru dituntut supaya menguasai dan menerapkan berbagai metode pengajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang dibutuhkan siswa. Oleh karena itu, sekolah dapat dikatakan baik bila di dalamnya terjadi proses pembelajaran yang baik, sehingga proses pembelajaran harus menjadi perhatian utama dalam setiap upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dengan kata lain, target akhir setiap upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah adalah terciptanya proses pembelajaran yang baik. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari diri seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya

terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekadar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa. Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolak ukur bahwa siswa telah belajar dengan baik ialah jika siswa itu dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari, sehingga indikator hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh siswa. Guru yang berhasil mengajar di suatu sekolah belum tentu berhasil di sekolah lain. Itulah sebabnya ada pendapat bahwa mengajar itu adalah suatu seni tersendiri. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan di SMA N 17 Medan pada tanggal 6 dan 7 januari 2014 dengan Ibu Dra. Suria Minda Purba sebagai guru geografi di sekolah tersebut didapatkan data bahwa pembelajaran di kelas terkendala oleh beberapa masalah. Dalam proses pembelajaran masih banyak siswa yang pasif dan tidak atunsias pada pelajaran. Hal ini turut dipengaruhi oleh rendahnya perhatian siswa dalam belajar. Fasilitas sekolah untuk mendukung pembelajaran geografi khususnya materi atmosfer juga masih kurang. Sekolah tidak memiliki alat seperti termometer misalnya, padahal alat tersebut dapat menunjang pembahasan mengenai suhu pada materi atmosfer. Selain itu, dalam proses pembelajaran guru tidak menerapkan model-model pembelajaran kooperatif melainkan mengajar dengan metode ceramah yang diselingi tanya jawab. Guru juga tidak menggunakan in focus untuk mendukung proses pembelajaran, walaupun sekolah telah memiliki alat tersebut.

Kondisi pembelajaran yang terus menerus seperti itu membuat banyak siswa tidak mampu mencapai kompetensi yang seharusnya dicapai. Siswa akan cenderung bosan dan jenuh dengan rutinitas yang itu-itu saja, tidak ada sesuatu yang bisa membuat mereka antusias terhadap pelajaran. Hal ini jelas dapat menghambat siswa dalam mengeksplorasi dirinya, menghambat mereka dalam menuangkan kreatifitasnya, dan masih banyak kerugian-kerugian yang lain yang dapat menghambat pertumbuhan kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa. Pada tahun ajaran 2012/2013 hasil belajar sebagian besar siswa pada materi atmosfer sangat rendah. Dengan KKM 65 hanya 35% saja siswa yang lulus. Pada tahun ajaran 2013/2014 ini KKM sudah dinaikkan menjadi 70 sehingga siswa semakin sulit untuk mencapai standar nilai tersebut. Dalam teori belajar, aktivitas belajar mengajar dapat ditingkatkan dengan menerapkan berbagai model pembelajaran, salah satunya model pembelajaran kooperatif. Pada model pembelajaran kooperatif siswa belajar secara kelompok, siswa diajak untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya dan saling mendiskusikan masalah-masalah yang ada dengan temantemannya. Dengan demikian kompetensi pembelajaran akan mereka dapatkan melalui berbagai aktivitas kerja kelompok tersebut, sedangkan guru bertindak sebagai mediator dan motivator terlaksananya pembelajaran secara baik. Untuk mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi guru geografi, penulis melakukan modifikasi proses pembelajaran dengan menerapkan dua model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Learning Cycle dan tipe Learning Starts With A Question pada materi atmosfer khususnya pada sub materi lapisan atmosfer serta unsur-unsur cuaca dan iklim . Kedua model ini dipilih karena salah

satu kompetensi yang ingin dicapai dalam materi atmosfer adalah kemampuan siswa untuk menganalisis materi. Menganalisis merupakan tingkatan kognitif yang keempat yang sulit untuk siswa capai. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang bersifat kooperatif karena pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis. Selain itu kedua model pembelajaran tersebut memiliki kelebihannya masing-masing. Adapun kelebihan model pembelajaran Learning Starts With A Question adalah akan mengundang siswa untuk berfikir, meningkatkan aktivitas belajar siswa, meningkatkan rasa ingin tahu siswa, penyajian materi akan semakin mendalam, dan pembelajaran akan lebih hidup. Sedangkan kelebihan model pembelajaran Learning Cycle yaitu dapat merangsang ingatan siswa, mendorong siswa untuk lebih aktif, melatih siswa belajar menemukan konsep dan menyampaikannya secara lisan. Dengan semua kelebihan dari model pembelajaran Learning Cycle dan Learning Starts With A Question, penulis tertarik untuk melihat perbedaan hasil belajar dari kedua model tersebut pada materi atmosfer. Hal ini tentunya sangat dibutuhkan guna memberikan referensi tentang model pembelajaran mana yang lebih baik kepada guru bidang studi geografi.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan sebelumnya, maka dapat teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran yang masih menggunakan metode ceramah dan tidak menerapkan model pembelajaran kooperatif 2. Kurangnya fasilitas untuk belajar geografi 3. Siswa pasif dan tidak atunsias dalam belajar 4. Hasil belajar geografi di sekolah yang masih rendah.

C. Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dan Learning Starts With A Question Medan tahun 2013/2014. pada materi atmosfer di kelas X SMA N 17

D. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle pada materi atmosfer di kelas X SMA N 17 Medan tahun 2013/2014? 2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Learning Starts With A Question pada materi atmosfer di kelas X SMA N 17 Medan tahun 2013/2014? 3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dan Learning Starts

With A Question pada materi atmosfer di kelas X SMA N 17 Medan tahun 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle pada materi atmosfer di kelas X SMA N 17 Medan tahun 2013/2014. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Learning Starts With A Question kelas X SMA N 17 Medan tahun 2013/2014. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dan Learning Starts With A Question pada materi atmosfer di kelas X SMA N 17 Medan tahun 2013/2014. pada materi atmosfer di

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa, dapat berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran geografi khususnya materi atmosfer . 2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dan Learning Starts With A Question dan sebagai bahan masukan

untuk merencanakan pembelajaran pada materi atmosfer. 3. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai pertimbangan dan referensi dalam memaksimalkan proses pembelajaran dan memotivasi guru untuk

melakukan proses pembelajaran yang efektif dan efisien dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Cycle dan Learning Starts With A Question . 4. Bagi penulis, dapat digunakan sebagai pengalaman untuk melaksanakan tugas kelak sebagai pendidik dan menambah pengetahuan mengenai pembelajaran kooperatif tipe Learning Cycle dan Learning Starts With A Question sekolah. 5. Bagi peneliti lainnya, dapat digunakan sebagai bahan referensi khususnya bagi peneliti yang ingin meneliti pada topik yang sama. dalam kegiatan pembelajaran yang akan diterapkan nantinya di

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pengertian Belajar Anthony Robbins dalam Trianto (2009:15) mendefenisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari defenisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, disini bukan berangkat dari sesuatu yang benarbenar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Belajar menurut Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:9) adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaiknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut: a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pembelajar b. Respon si pembelajar, dan c. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pembelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

10

Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi ingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. . Menurut Slameto (2003), belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Winkel (1998) belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Selanjutnya Purwanto (2011) menyatakan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Mc Mahon (1996), menyatakan dalam pandangan konstruktivisme Belajar bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru. Proses pembangunan ini bisa melalui asimilasi atau akomodasi.

11

Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar di sini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. 2. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Purwanto (2011) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak didik. Hasil belajar juga diperoleh oleh pemahaman dan penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari. Ini berarti guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kapasitas pemahaman anak dan pencapaian tujuan belajar dengan menggunakan bahan apersepsi yang telah dikuasai anak sebagai batu loncatan untuk menguasai bahan pelajaran baru. Menurut Sudjana (2005), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Setelah mengikuti proses belajar-mengajar, siswa mampu menyampaikan kembali

12

informasi yang diterima baik secara lisan maupun tulisan. Hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses belajar mengajar dapat diketahui melalui tingkah laku siswa yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yaitu dari teknik penilaian portopolio sebagai tugas individu, penilaian sikap sebagai tugas kelompok dan tes sebagai hasil akhir dari proses belajar mengajar. Dengan demikian hasil belajar merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan atau penguasaan suatu konsep yang telah dipelajari siswa. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku berupa kecakapan manusiawi yang meliputi: 1) informasi verbal, 2) intelektual, 3) kognitif, 4) afektif, 5) psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek saja. Pembelajaran belum dikatakan lengkap apabila hanya menghasilkan perubahan satu atau dua aspek saja. Menurut Nuraini (2003) ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yakni faktor internal atau faktor yang datang dari dalam dan faktor eksternal atau faktor yang datang dari luar. Faktor internal meliputi: kematangan untuk belajar, kemampuan dan keterampilan dasar untuk belajar, dorongan untuk berprestasi. Faktor eksternal meliputi: suasana tempat belajar yaitu suasana fisik (misalnya tempat belajar yang rapi, bersih dan menyenangkan), sikap guru selama mengajar dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, pelatihan dan, penguatan (reinforcement).

13

3. Pengertian Model Pembelajaran Soekamto, dkk dalam Trianto (2009: 22) mengemukaan maksud dari model pembelajaran adalah Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas belajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Arends (1997) menyatakan, The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environtment, dan management system. Istilah model pengajaran mengarah kepada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,

lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Menurut Nieveen (1999), suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut: pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu : (1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat; dan (2) apakah terdapat

konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika : (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek efektifitas ini, Nievenn memberikan parameter sebagai berikut: (1) ahli

14

dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif, dan (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Khabibah (2006), bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan untuk aspek kepraktisan dan efektifitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu

dikembangkan pula instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Arends (2001), menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. Arends dan pakar model pembelajaran yang lain berpendapat, bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik di antara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu. Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.

Pembelajaran ini muncul dari

konsep bahwa siswa akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 1995). Johnson dan Johnson (1994)

15

menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilanketerampilan proses kelompok dan pemecahan masalah (Louisell dan Descamps, 1992). Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen dan Kauchack, 1996). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis.

16

4. Model Pembelajaran Learning Cycle Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: eksplorasi (exploration), menjelaskan (explanation), dan memperluas

(elaboration/extention), yang dikenal dengan Learning Cycle 3E. Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami perkembangan menjadi lima tahap, yaitu: pembangkitan minat/mengajak (engagement),

eksplorasi/menyelidiki (exploration), menjelaskan (explanation), memperluas (elaboration/extention), dan evaluasi (evaluation), sehingga dikenal dengan Learning Cycle 5E. Dalam Fajaroh (2008) kelima tahap Learning Cycle 5E tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1) Engagement (mengajak), yaitu fase yang bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka, serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini minat dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan dipelajari berusaha dibangkitkan. Siswa juga diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. 2) Exploration (menyelidiki), pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan

17

serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur. 3) Explaination (menjelaskan), dalam fase ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. 4) Elaboration/Extention (memperluas), yaitu siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan memecahkan masalah. 5) Evaluation (evaluasi), dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep atau kompetensi siswa melalui pemecahan masalah dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut. Model pembelajaran Learning Cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study atau SCIS (Trowbridge & Bylee dalam Wena, 2009). Menurut Lorsbach (2006), Learning Cycle adalah sebuah model pembelajaran dalam ilmu pendidikan yang konsisten dengan teori-teori kontemporer tentang bagaimana individu belajar. Learning Cycle patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget (Renner et al, 1988), teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi: struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-

18

organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi. Marek dan Methven dalam Iskandar (2005) menyatakan bahwa siswa yang gurunya mengimplementasikan Learning Cycle mempunyai keterampilan menjelaskan yang lebih baik dari pada siswa yang gurunya menerapkan metode ekspositori. Cohen dan Clough dalam Soebagio (2000) menyatakan bahwa Learning Cycle merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sain di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Menurut Fajaroh (2008), model pembelajaran Learning Cycle 5E memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: 1) Merangsang kembali siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya. 2) Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan menambah rasa keingintahuan. 3) Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen. 4) Melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari. 5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari.

19

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran dengan model Learning Cycle. No Tahap siklus belajar 1 Tahap pembangkitan minat Mengajukan tentang dengan hari proses kehidupan (yang Membangkitkan minat dan Mengembangkan keingintahuan siswa minat/rasa ingin tahu Kegiatan guru Kegiatan siswa

terhadap topik bahasan pertanyaan Memberikan respon

faktual terhadap pertanyaan guru sehari-

berhubungan

dengan topik bahasan) Mengaitkan topik yang Berusaha mengingat sehari-hari

dibawa .dengan pengalaman pengalaman siswa. untuk pengalaman dan Mendorong

siswa dan menghubungkannya topik

mengingat dengan

sehari-harinya pembelajaran yang akan menunjukkan dibahas.

keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas. 2 Tahap eksplorasi Membentuk kelompok dan Membentuk memberi kesempatan untuk dan mengemukakan berusaha kelompok bekerja

gagasan dalam kelompok

20

serta

pertanyaan

dalam

kelompok kecil serta mandiri Mendorong siswa untuk Mencoba alternatif dengan sekelompok, pengamatan,

menjelaskan konsep dengan pemecahan kalimat mereka sendiri teman mencatat serta

mengembangkan

ide-ide baru Meminta bukti dan Menunjukkan bukti dan

klarifikasi penjelasan siswa, klarifikasi terhadap idemendengarkan secara kritis ide baru penjelasan siswa Memberi defenisi dan Mencermati dan memahami

penjelasan dengan memakai berusaha

penjelasan siswa terdahulu penjelasan guru sebagai dasar diskusi 3 Tahap penjelasan Mendorong siswa untuk Mencoba memberi terhadap

menjelaskan konsep dengan penjelasan kalimat sendiri Meminta bukti

konsep yang ditemukan dan Menggunakan pengamatan dan catatan dalam penjelasan memberi

klarifikasi penjelasan siswa

Mendengar

secara

kritis Melakukan

pembuktian

21

penjelasan antar siswa

terhadap diajukan

konsep

yang

Memandu diskusi 4 Tahap elaborasi

Mendiskusikan konsep dalam dan

Mengingatkan siswa pada Menerapkan penjelasan alternatif dan keterampilan situasi baru

mempertimbangkan data/bukti

saat menggunakan label dan defenisi formal mengusulkan membuat melakukan dan

mengeksplorasi situasi baru. Mendorong memfasilitasi mengaplikasi konsep/keterampilan konsep yang baru/lain 5 Tahap evaluasi Mengamati

dan Bertanya, siswa, pemecahan, keputusan, dalam percobaan pengamatan

pemahaman Mengevaluasi belajarnya dengan

siswa dalam hal penerapan sendiri konsep baru

mengajukan pertanyaan terbuka jawaban dan mencari yang

menggunakan observasi, bukti yang sebelumnya Mendorong siswa melakukan Mengambil evaluasi diri kesimpulan dan penjelasan diperoleh

lanjut atas situasi belajar

22

yang dilakukannya. Mendorong memahami siswa Melihat menganalisis dan

kekurangan/kelebihan dalam kekurangan/kelebihannya kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran Wina(2001) 5. Model Pembelajaran Learning Starts With A Question Model pembelajaran Learning Starts With A Question adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dimulai dari pertanyaan-pertanyaan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar karena siswa itu akan saling berkelompok, membuat pertanyaan dalam menyelesaikan tugas. Sedangkan menurut Howard (2008:63) Learning Starts With A Question (LSQ) adalah suatu metode pembelajaran aktif dalam bertanya. Agar siswa aktif bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajari yaitu dengan membaca terlebih dahulu, dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam membaca/membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Ada beberapa unsur penting yang menjadi ciri khas Learning Starts With A Question yaitu: a. Kemampuan individu dalam memahami informasi b. Kerjasama tim kecil kegiatan

23

c. Keterampilan membuat pertanyaan secara individu d. Kerjasama dalam tim yang lebih besar e. Menginventarisasi fokus pertanyaan/pertanyaan utama f. Tanggapan siswa terhadap pertanyaan utama g. Guru menjelaskan jawaban dari sisa pertanyaan yang belum terjawab. h. Siswa membuat kesimpulan Langkah-langkah pembelajaran dengan model Learning Starts With A Question dalam Istarani (2011:206) adalah sebagai berikut: 1) Pilih bahan bacaan yang sesuai kemudian bagikan kepada siswa. Dalam hal ini bacaan tidak harus difotokopi. Cara lain adalah dengan cara memilih satu topik atau bab tertentu dari buku teks. Usahakan bacaan itu bacaan yang memuat informasi umum atau bacaan yang memberi peluang untuk ditafsirkan berbeda-beda. 2) Mintalah kepada siswa untuk mempelajari bacaan secara sendirian atau dengan teman. 3) Mintalah kepada siswa untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami. Anjurkan kepada mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan, gabungkan pasangan belajar dengan pasangan yang lain, kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda. 4) Di dalam pasangan atau kelompok kecil, minta kepada siswa untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca. 5) Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh siswa. 6) Sampaikan pelajaran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

24

Kelebihan dari model Learning Starts With A Question yaitu sebagai berikut: a. Pertanyaan akan mengundang siswa untuk berfikir terhadap materi ajar yang akan disampaikan b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa, sebab ia kadang-kadang buka buku untuk mencari jawaban yang diinginkan c. Dengan bertanya berarti siswa semakin tinggi rasa ingin tahunya tentang pelajaran tersebut d. Penyajian materi akan semakin mendalam, karena materi disampaikan melalui pertanyaan yang dilontarkan siswa e. Pembelajaran akan lebih hidup karena materi disampaikan sesuai dengan keinginan dan kemampuan peserta didik Kelemahan dari model pembelajarn Learning Starts With A Question adalah sebagai berikut: a. Siswa kurang terbiasa membuat pertanyaan yang baik dan benar b. Siswa tidak tahu apa yang mau ditanyakan apa yang mau ditanyakan kepada gurunya c. Pertanyaan yang dibuat adakalanya hanya bersifat sekedar dibuat-buat saja, yang penting ada pertanyaannya dari pada tidak bertanya 6. Atmosfer A) Ciri-ciri Lapisan Atmosfer Dalam kehidupan sehari-hari, istilah atmosfer biasa dikenal sebagai udara yang berada di sekitar kita dengan ketinggian hingga 1.000 kilometer. Unsur di atmosfer yang jumlahnya banyak dan mempunyai kadar tetap antara lain:

25

Nitrogen (N2) Oksigen (02) Argon (Ar)

: 78,08% : 20,94% : 0,93%

Karbon dioksida (C02) : 0,03% Atmosfer mempunyai beberapa sifat antara lain sebagai berikut : Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak dapat dirasakan kecuali bentuk angin. Dinamis dan elastis atau dapat mengembang dan mengerut. Transparan terhadap beberapa bentuk radiasi. Mempunyai berat sehingga memiliki tekanan. a) Karakteristik Lapisan Atmosfer Atmosfer terdiri atas banyak lapisan. Tiap lapisan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Lapisan-lapisan atmosfer adalah :

Gambar 1. Lapisan atmosfer

26

1) Troposfer Merupakan lapisan atmosfer yang letaknya paling dekat dengan permukaan bumi yaitu 0-12 km. Di lapisan ini terjadi berbagai gejala cuaca dan iklim seperti hujan, badai, angin, dan sebagainya. Lapisan ini mempunyai ketebalan yang berbeda-beda di tiap wilayah di atas Bumi. Di atas kutub, tebal lapisan ini sekitar 9 km. Semakin dekat dengan daerah khatulistiwa lapisan ini semakin tebal hingga mencapai 12 km. Perbedaan ketebalan ini disebabkan oleh rotasi Bumi, akibatnya terjadi perbedaan kondisi cuaca antara kutub dan khatulistiwa. Yang istimewa, lapisan ini menjadi tempat terjadinya proses-proses cuaca, seperti awan, hujan, serta proses-proses pencemaran lainnya. Pada lapisan ini tinggi rendahnya suatu tempat di permukaan Bumi berpengaruh terhadap suhu udaranya. Hal ini mengikuti hukum gradien geothermis, yaitu semakin tinggi (tiap kenaikan 1.000 meter) suatu tempat di permukaan Bumi, temperatur udaranya akan turun rata-rata sekitar 6C di daerah sekitar khatulistiwa. Peralihan antara lapisan troposfer dengan stratosfer disebut tropopause.

Gambar 2. Gejala cuaca dan iklim

27

2) Stratosfer Lapisan di atas troposfer adalah lapisan stratosfer. Di lapisan ini tidak berlaku hukum gradien geothermis karena semakin tinggi posisi di tempat ini, suhu akan semakin naik. Hal ini disebabkan kandungan uap air dan debu hampir tidak ada. Karakteristik yang menarik pada lapisan ini adalah adanya lapisan ozon yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Ozon melindungi manusia dari radiasi sinar ultraviolet. Keberadaan ozon sekarang ini semakin menipis karena adanya pencemaran dari gas CFC (Chloroflourocarbons). Di atas lapisan stratosfer terdapat lapisan stratopause yang merupakan lapisan peralihan antara stratosfer dan mesosfer. Lapisan atmosfer yang berada pada ketinggian 12 50 km dari permukaan bumi.

Gambar 3. Lapisan Stratosfer

3) Mesosfer Merupakan lapisan atmosfer yang berada di atas lapisan stratosfer, pada ketinggian 50 80 km dari permukaan bumi. Pada lapisan ini, energi matahari yang diserap hanya sedikit sehingga temperatur turun

28

dengan sangat drastis, yaitu pada ketinggian 80 km suhunya mencapai 90 C. Lapisan mesosfer melindungi bumi dari meteor dan benda-benda luar angkasa yang menuju ke Bumi. 4) Termosfer Merupakan lapisan atmosfer yang berada pada ketinggian 80 500 km dari permukaan bumi. Pada lapisan ini terjadi penguraian gas menjadi atom-atom sebagai akibat dari radiasi ultra violet dan sinar X, serta berkurangnya daya campur antar gas. Di lapisan ini suhu udara mulai naik secara bertahap hingga mencapai 1000 C. Pada lapisan ini terdapat proses ionisasi. Ionisasi adalah proses dimana atom yang netral kehilangan sebuah elektron dan dari sebuah elekton akan menjadi elektron negatif, oleh sebab itu lapisan ini bermuatan listrik, sehingga lapisan ini dapat dimanfaatkan untuk bidang pantul gelombang radio.

Gambar 4. Lapisan termosfer

5) Eksosfer Merupakan lapisan atmosfer yang berada pada ketinggian di atas 500 km dari permukaan bumi, merupakan lapisan paling luar dari

29

atmosfer bumi yang menyatu dengan ruang hampa udara di angkasa luar. Batas atas lapisan ini adalah ruang antar planet. Pada lapisan ini molekul udara sudah sangat langka. Hal ini memungkinkan terlepasnya partikelpartikel netral terhadap pengaruh gravitasi bumi. Lapisan ini merupakan lapisan terluar yang mengandung gas hidrogen dan kerapatannya makin tipis sampai hampir habis di ambang angkasa luar. Cahaya redup yaitu cahaya zodiakal dan gegenschein muncul pada lapisan eksosfer yang sebenarnya merupakan pantulan sinar matahari oleh partikel debu meteor yang banyak jumlahnya dan bergelantungan di angkasa. B) Cuaca Dan Iklim Cuaca adalah keadaan udara pada suatu waktu dan pada suatu tempat atau daerah yang sempit. Sedangkan iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah yang relatif luas dengan waktu yang relatif lama. llmu yang mempelajari tentang cuaca disebut meteorologi, sedangkan ilmu yang mempelajari iklim disebut klimatologi. Kondisi cuaca harian diamati oleh suatu lembaga yang disebut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Unsur-unsur cuaca dan iklim antara lain sebagai berikut. 1) Suhu udara Suhu adalah derajat panas molekul-molekul di atmosfer. Tingkat suhu di permukaan bumi dipengaruhi oleh hal sebagai berikut.
a. Sudut datang sinar matahari

Yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar matahari pada bidang permukaan bumi. Sinar matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang bersifat lurus. Semakin tegak sudut datang sinar matahari maka

30

panas yang diterima akan semakin tinggi, semakin miring sudut datang sinar matahari maka panas yang diterima akan semakin rendah.

Gambar 5. Sudut datang sinar matahari


b. Lama penyinaran

Intensitas penyinaran matahari di belahan bumi bervariasi tergantung oleh letak lintang. Di daerah tropis seperti Indonesia, penyinaran matahari lebih lama dibanding daerah tropis dan subtropis.
c. Relief permukaan bumi

Semakin datar suatu wilayah maka panas yang diterima akan semakin besar. Semakin kasar relief permukaan bumi maka semakin sedikit jumlah panas yang diterima. Selain itu daratan lebih cepat menerima dan melepas panas, sedangkan lautan lebih lambat menyerap dan melepas panas.

31

Gambar 6. Penerimaan dan pelepasan panas


d. Topografi

Semakin tinggi letak suatu tempat maka suhu udara semakin rendah. Garis-garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai rata-rata suhu udara sama disebut isoterm. Kita tentu pernah merasakan perbedaan suhu udara di daerah dataran rendah dengan daerah dataran tinggi atau pegunungan. Suhu udara di daerah dataran rendah lebih tinggi daripada di daerah dataran tinggi atau pegunungan. Di troposfer berlaku gradien termis bahwa setiap kenaikan 100 m maka suhu turun rata-rata 0,6 derajat Celcius. Untuk lebih jelasnya dapat diplihat rumus sebagai berikut :

TB = TA + Keterangan : HB = Ketinggian tempat B HA = Ketinggian tempat A TB = Suhu di B TA = Suhu di A

HB HA X Gradien Adiabatis 100

32

e. Banyak sedikitnya awan

Awan berpengaruh pada penyerapan sinar matahari. Jika di atmosfer banyak terdapat awan maka panas yang diterima bumi akan lebih kecil karena terserap oleh awan. 2) Tekanan udara Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan udara setiap satuan luas bidang datar dari permukaan bumi sampai batas atmosfer. Makin tinggi suatu tempat makin rendah kerapatan udaranya. Oleh karena itu, tekanan udara makin ke atas makin rendah. Besarnya tekanan udara dinyatakan dengan milibar (mb). Alat untuk mengukur tekanan udara disebut barometer. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang bertekanan udara sama disebut isobar. Perbedaan tekanan antara dua tempat dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :

AB =
Keterangan : AB = Gradien adiabatis TU = Tekanan Udara

1 o (111 km) x TUMAX TUMIN Jarak A B

3) Angin Angin adalah aliran udara dari tempat satu ke tempat yang lain. Angin mempunyai arah dan kecepatan. Untuk mengetahui arah angin digunakan bendera angin atau kantong angin. Alat untuk mengukur kecepatan angin disebut anemometer. Hasil catatan anemometer disebut anemogram. Satuan

33

kecepatan angin adalah km/jam atau knot. Tekanan udara berbeda-beda antar tempat dan pada tempat tertentu dapat berubah secara dinamis. Perbedaan tekanan udara itu menyebabkan terjadinya angin. Oleh karena itu, angin sangat beragam bergantung tempatnya. Angin selalu diberi nama sesuai dengan arah asalnya. Ragam angin di bumi antara lain sebagai berikut. a. Angin Tetap/Permanen. Angin Barat Angin barat bertiup dari lintang 35 LU/LS menuju 60 LU/LS. Karena pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), angin barat mengalami pembelokan arah. Di belahan bumi utara angin itu menjadi angin barat daya, sedangkan di belahan bumi selatan menjadi angin barat laut. Angin Timur Angin kutub berembus dari daerah bertekanan tinggi di sekitar kurub ke arah daerah sedang. Di belahan bumi utara, angin tersebut berembus dari arah timur laut menjadi angin timur laut, sedangkan di belahan bumi selatan angin tersebut berembus dari arah arah tenggara menjadi angin tenggara. Angin Pasat Angin pasat berembus dari daerah sub tropik (30 LU/LS) menuju daerah khatulistiwa. Angin itu terbentuk karena adanya ruang kosong di daerah khatulistiwa akibat pengembangan udara oleh sinar matahari. Ruang kosong itu kemudian diisi udara yang bertekanan tinggi dari daerah subtropik. Karena pengaruh gaya coriolis, udara

34

yang bergerak dari belahan bumi utara dibelokkan ke kiri sehingga disebut angin pasat timur laut. Adapun udara yang bergerak dari arah belahan bumi selatan di belokkan ke kanan sehingga disebut angin pasat tenggara. Di Indonesia pada bulan Juli terjadi angin pasat tenggara dan pada bulan Januari terjadi angin pasat timur laut. Di daerah khatulistiwa, karena massa udara yang selalu tinggi akibat pengembangan udara, udara akan bergerak naik yang disebut angin anti pasat. Angin anti pasat kemudian turun sebagai angin kering di daerah lintang 25 LU/LS 30 LU/LS. Keadaan itulah yang menyebabkan terbentuknya gurungurun di daerah subtropis.

b. Angin Tidak Tetap/Musiman Angin Siklon Angin siklon terjadi jika suatu daerah yang bertekanan rendah dikelilingi oleh suatu daerah yang bertekanan tinggi. Akibatnya, udara akan mengalir dari daerah bertekanan udara tinggi menuju daerah yang bertekanan udara rendah. Karena pengaruh gaya coriolis, arah angin mengalami pembelokan. Jika angin siklon berada di belahan bumi utara, arah angin berputar searah dengan putaran jarum jam. Jika angin siklon terjadi di belahan bumi selatan, arah perputarannya berlawanan dengan putaran jarum jam. Angin Anti Siklon Angin anti siklon terjadi jika suatu daerah yang bertekanan udara tinggi dikelilingi oleh darah yang bertekanan udara rendah. Di

35

permukaan bumi daerah anti siklon terutama berada di atas laut atau lautan pada lintang 30 LU/LS. Karena pengaruh gaya coriolis, putaran angin anti siklon di belahan bumi utara searah dengan putaran jarum jam, sedangkan di belahan bumi selatan putaran angin anti siklon berlawanan dengan putaran jarum jam. Angin Musim Angin musim merupakan suatu angin regional yang bertiup di daerah tropis. Angin musim itu terjadi karena perbedaan suhu udara yang mencolok antara daratan dan lautan. Pada periode April Oktober, saat matahari di belahan bumi utara, Benua Asia mengalami pemanasan maksimal. Akibatnya, Benua Asia mempunyai tekanan udara rendah. Adapun di belahan bumi selatan (Benua Australia) mempunyai tekanan udara yang lebih tinggi sehingga angin bertiup dari Benua Australia menuju Benua Asia dan disebut angin muson tenggara. Angin itu hanya membawa sedikit uap air sehingga pada periode itu di Indonesia mengalami musim kemarau. Pada periode Oktober April, saat matahari berada di belahan bumi selatan, Benua Australia mengalami pemanasan maksimal. Akibatnya, Benua Australia mempunyai tekanan udara rendah. Adapun di belahan bumi utara (Benua Asia) mempunyai tekanan udara yang lebih tinggi sehingga angin bertiup dari Benua Asia menuju Benua Autralia dan disebut angin muson timur. Karena bertiup melalui Samudera Hindia, angin ini banyak mengandung uap

36

air sehingga pada periode tersebut di Indonesia mengalami musim hujan. Angin Darat dan Angin Laut Angin darat dan angin laut terjadi akibat adanya perbedaan sifat pemanasan antara daratan dan lautan. Pada malam hari karena temperatur laut lebih tinggi daripada daratan, tekanan udara di laut lebih rendah daripada tekanan udara di darat. Oleh karena itu, terjadi pergerakan udara dari darat menuju ke laut yang disebut angin darat. Pada siang hari karena temperatur daratan lebih tinggi daripada lautan, tekanan udara di daratan lebih rendah daripada tekanan udara di lautan. Oleh karena itu, terjadi pergerakan udara dari laut menuju ke darat yang disebut angin laut.

Gambar 7. Angin darat dan angin laut Angin Lembah dan Angin Gunung Angin lembah dan angin gunung terjadi karena adanya perbedaan pemanasan di daerah pegunungan. Perbedaan pemanasan itu disebabkan oleh perbedaan luas lereng gunung dan lembah sehingga

37

terdapat perbedaan jumlah panas yang diterima pada satu satuan waktu. Siang hari pemanasan lebih cepat terjadi pada lereng gunung sehingga temperaturnya lebih tinggi daripada di lembah. Oleh karena itu, tekanan udara di lereng gunung menjadi lebih rendah daripada di lembah sehingga terjadi pergerakan udara dari lembah menuju ke lereng gunung. Pergerakan udara itu disebut angin lembah. Malam hari terjadi keadaan sebaliknya, yaitu suhu udara di lereng gunung lebih rendah daripada di lembah sehingga tekanan udara di gunung lebih besar daripada di lembah. Oleh karena itu, terjadi pergerakan udara dari lereng dari gunung menuju lembah. Pergerakan udara itu disebut angin gunung.

Gambar 8. Angin lembah dan angin gunung

c. Angin Lokal Yaitu jenis angin yang berhembus hanya pada daerah tertentu. Contohnya adalah angin fohn. Angin fohn terjadi apabila ada gerakan massa udara yang menaiki suatu pegunungan dengan ketinggian lebih dari 2.000 meter. Massa udara yang sampai ke puncak gunung akan mengalami kondensasi dan akibatnya timbul hujan pada satu sisi lereng.

38

Adapun pada lereng yang lain tidak menjadi hujan karena terhalang tingginya pengunungan. Daerah yang tidak mengalami hujan disebut daerah bayangan hujan. Pada daerah bayangan hujan itu angin dari atas pegunungan akan bergerak menuruni lereng pegunungan dengan kecepatan tinggi. Hal itu menyebabkan naiknya suhu udara karena setiap turun 100 meter udara naik 1 C. Dengan demikian angin yang turun bersifat panas dan kering. Angin itulah yang disebut angin lokal atau angin fohn atau angin terjun. Angin fohn yang terjadi di Indonesia antara lain sebagai berikut: Angin Bohorok di Deli. Angin itu dapat merusak perkebunan tembakau. Angin Gending di Pasuruan Purbolinggo, Jawa Timur. Angin Berubu di Sulawesi Selatan. Angin Kumbang di Tegal dan Cirebon, bagi daerah tersebut angin kumbang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman bawang karena di daerah sekitarnya menjadi tidak lembab. Angin Wambraw di Biak, Papua.

Gambar 9. Daerah bayangan hujan

39

4) Kelembaban Udara Kelembaban udara adalah kandungan uap air dalam udara. Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut higrometer. Kelembaban udara dinyatakan dengan satuan gram per meter kubik (g/m3). Di dalam atmosfer senantiasa terdapat uap air. Uap air yang berada dalam bentuk gas. Banyaknya uap air yang dikandung oleh udara diukur dengan alat Hygrometer. Ada dua pengukuran kelembapan udara, yaitu :

a. Kelembaban Relatif (Nisbi)

KR

x 100%

b. Kelembapan Mutlak (Absolut)


uap air yang dikandung udara x1 gram Volume udara

KR=

5) Curah Hujan Hujan merupakan proses lanjutan dari naiknya massa udara/awan. Uap air yang terkandung dalam awan tersebut akan berubah menjadi butir-butir air yang besar dan akhirnya jatuh ke Bumi. Proses terjadinya hujan dan besarnya curah hujan tidak sama antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Wilayah yang memiliki curah hujan yang sama pada suatu peta ditunjukkan oleh garis isohyet. Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan menjadi sebagai berikut:

40

a. Hujan Orografis Hujan ini terjadi karena udara yang membawa uap air dari laut dipaksa naik karena adanya pegunungan. Wilayah yang tidak turun hujan di sisi lain gunung atau pegunungan dikenal dengan sebutan daerah bayangan hujan. b. Hujan Zenithal Hujan zenithal terjadi karena adanya pertemuan arus konveksi yang membawa uap air di daerah khatulistiwa. Dengan adanya pertemuan dua arus konveksi menyebabkan tabrakan dan kedua massa udara naik ke atas. c. Hujan Frontal Hujan frontal terjadi karena pertemuan dua massa udara yang berbeda suhunya. Perbedaan suhu ini menyebabkan massa udara yang panas dipaksa naik ke atas. 6) Awan Awan adalah kumpulan dari titik-titik air atau kristal es yang melayanglayang di angkasa, dan terjadi karena proses kondensasi maupun sublimasi. Berdasarkan konsensus internasional, awan dikelompokkan berdasarkan bentuknya yaitu : a. Awan Cirrus, bentuk halus seperti kapas b. Awan Cummulus, bentuk bergumpal-gumpal seperti bulu domba. c. Awan Stratus, bentuk tipis berlapis-lapis

41

Selain berdasarkan bentuknya awan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ketinggiannya yaitu : a. Awan tinggi, yaitu awan yang terletak pada ketinggian 6.000 12.000 m di atas permukaan laut, contohnya : Cirrus, Cirrostratus, Cirrocummulus. b. Awan pertengahan, yang terletak pada ketinggian 2.000 6.000 m di atas permukaan laut, contohnya : Altocummulus, Altostratus. c. Awan rendah, terletak pada ketinggian kurang dari 2.000 m di atas permukaan laut, contohnya : Cummulus, Stratus, Cummulonimbos, Nimbostratus, Stratocummulus. d. Apabila awan (kumpulan titik-titik air) ini sangat dekat permukaan bumi maka disebut kabut atau Fog.

B. Penelitian Yang Relevan Sebelumnya telah banyak penelitian dengan topik yang relevan dengan penelitian ini. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan tersebut. 1. Muhammad Aziz.2012. melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Think Pair Square Dan Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran TKJ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar TKJ siswa kelas X SMK Negeri 3 Malang melalui penerapan model pembelajaran model pembelajaran Kooperatif dengan strategi Think Pair Square dengan Learning Cycle. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara penerapan model Kooperatif dengan strategi Think Pair Square dan model Learning Cycle, dilihat dari perbedaan rata-rata

42

sebelum dan sesudah perlakuan meningkat sebesar 83,8% dengan rata-rata setelah diberi perlakuan sebesar 86 pada kelas eksperimen, sedangkan dengan penerapan model Learning Cycle pada kelas kontrol juga terdapat peningkatan sebesar 63,3% dengan rata-rata 82,5. 2. Dini Afriani.2012. melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle Dengan Problem Based Instruction Di SMA Negeri 1 Cigudeg. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan Hasil Belajar Biologi kelompok yang menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle (siklus belajar) dengan Problem Based Instruction dalam pembelajaran Biologi. Teknik analisis yang digunakan berupa perhitungan deskriptif, pengujian prasyarat analisis serta pengujian hipotesis dengan Uji-t terhadap skor hasil belajar Biologi. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara kelompok kelas Learning Cycle dan kelompok kelas Problem Based Instruction. Kelompok kelas yang mendapat perlakuan model Learning Cycle lebih baik dari model Problem Based Instruction. 3. Atikah Anastasya Nasution.2013. melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI Ak 1 SMK Nur Azizi T.Morawa T.P 2013/2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle dengan menggunakan strategi

pembelajaran Everyone Is A Teacher Here di kelas XI Ak 1 SMK Nur Azizi

43

T.Morawa T.P 2013/2014. Hasil perhitungan uji t menunjukkan thitung= 14,44> ttabel= 1,67 sehingga ada perbedaan yang signifikan dan positif pada hasil belajar antara siklus I dan siklus II. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle dengan menggunakan strategi pembelajaran Everyone Is A Teacher Here dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI Ak 1 SMK Nur Azizi T.Morawa T.P 2013/2014 pada standar kompetensi mengelola administrasi kas bank. 4. Yosi Febrianti dan Purwati Kuswarini Suprapto.2012. melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ) Pada Konsep Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 3 Panumbangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Starts With A Question (LSQ) pada konsep ekosistem di kelas VII SMP Negeri 3 Panumbangan. Dari hasil penelitian, pengolahan dan analisis data menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pretest kelas eksperimen diperoleh skor 16,42, hasil posttest diperoleh skor 26,15 dan skor N-gain diperoleh 0,56. Hasil pretest kelas kontrol diperoleh skor 19,83, hasil posttest diperoleh skor 22,75 dan skor N-gain diperoleh 0,44. Berdasarkan hasil penelitian dari pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Starts With A Question Negeri 3. (LSQ) pada konsep ekosistem di kelas VII SMP

44

5. Yuli Istiawati.2011. melakukan penelitian dengan judul Tingkat Aktivitas Dan Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Model Pembelajaran Learning Start With A Question (LSQ) Dan Model Pembelajaran Jigsaw Mata Pelajaran Geografi SMA Negeri 1 Lasem-Rembang Tahun Ajaran 2010/2011. Tujuan penelitian ini yaitu (1) mengetahui tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran geografi pada model pembelajaran LSQ dan model pembelajaran jigsaw, (2) mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada kelas model pembelajaran LSQ atau model pembelajaran jigsaw. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar antara model LSQ dan Jigsaw yang disebabkan oleh kondisi siswa yang mampu memahami materi namun kurang berani untuk mengajukan pendapat atau menjawab pertanyaan, dengan pembelajaran yang didahului tanya jawab akan menciptakan rasa ingin tahu siswa dan kesempatan untuk menjawab pertanyaan sedangkan pada model pembelajaran Jigsaw lebih rendah disebabkan penggunaan waktu yang kurang efektif sehingga materi yang diberikan kurang dipahami oleh siswa. Dari hasil penelitian juga diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa pada pembelajaran geografi dengan model pembelajaran LSQ dan jigsaw keduanya termasuk dalam kriteria aktif dan terdapat perbedaan hasil belajar di kedua model.

C. Kerangka Berpikir Kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Guru harus bisa menciptakan komunikasi yang memberikan kemudahan bagi siswa agar mampu menerima pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Kenyataannya komunikasi dalam proses pembelajaran tidak dapat berlangsung

45

seperti yang diharapkan. Guru masih menggunakan metode yang monoton sehingga siswa hanya menerima informasi saja yang mengakibatkan siswa tidak mempunyai kesempatan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, akibatnya aktivitas dan hasil belajar siswa rendah. Aktivitas belajar mengajar dapat ditingkatkan dengan menerapkan berbagai model pembelajaran, salah satunya model pembelajaran kooperatif. Pada model pembelajaran kooperatif siswa belajar secara kelompok, siswa diajak untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya dan saling mendiskusikan masalah-masalah yang ada dengan teman-temannya. Dengan demikian kompetensi pelajaran akan mereka dapatkan melalui berbagai aktivitas kerja kelompok tersebut. Apalagi jika kompetensi yang harus dicapai tersebut termasuk pada tingkat analisis seperti pada materi atmosfer. Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang memiliki lima tahap dalam pelaksanaannya, yaitu: pembangkitan minat/mengajak (engagement), eksplorasi/menyelidiki

(exploration), menjelaskan (explanation), memperluas (elaboration/extention), dan evaluasi (evaluation), sehingga dikenal dengan Learning Cycle 5E. Model pembelajaran Learning Cycle akan mengundang siswa untuk berfikir,

meningkatkan aktivitas belajar siswa, meningkatkan rasa ingin tahu siswa, penyajian materi akan semakin mendalam, dan pembelajaran akan lebih hidup. Learning Starts With A Question (LSQ) merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk mengajukan pertanyaan dari materi yang dipelajari. Agar siswa aktif bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajari yaitu dengan membaca

46

terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam membaca/membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Model pembelajaran Learning Starts With A Question dapat merangsang ingatan siswa, mendorong siswa untuk lebih aktif, melatih siswa belajar menemukan konsep dan menyampaikan secara lisan. Penerapan kedua model pembelajaran tersebut diharapkan dapat

memberikan pengalaman belajar yang dapat merangsang dan menumbuhkan kerjasama antar kelompok, mendengar, bertanya, memberikan tanggapan, mengemukakan pendapat, sehingga mampu meningkatkan semangat belajar. Kondisi ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka berfikir pada gambar berikut.

47

MATERI ATMOSFER

PRETEST

MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE Pembangkitan Minat (Engagement), Eksplorasi/Menyelidiki (Exploration), Menjelaskan (Explanation), Memperluas (Elaboration), Evaluasi (Evaluation)

LEARNING STARTS WITH A QUESTION Memilih materi ajar Siswa memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami. Siswa menuliskan pertanyaan bersama kelompoknya Mengumpulkan pertanyaan menyampaikan materi beranjak dari pertanyaan siswa Evaluasi

KELAS KONTROL

KELAS EKSPERIMEN

POSTTEST

HASIL BELAJAR

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MODEL LEARNING CYCLE DENGAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION Gambar 10. Skema Kerangka Berpikir

48

D. Hipotesis Ha : terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa menggunakan model Learning Cycle dengan model Learning Starts With A Question TA.2013/2014. Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa menggunakan model Learning Cycle dengan model Learning Starts With A Question 2013/2014. pada materi atmosfer di kelas X SMA N 17 Medan TA. pada materi atmosfer di kelas X SMA N 17 Medan

49

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 17 Medan yang berlokasi di Jln. Letjend Jamin Ginting Km 13,5 Kec. Medan Tuntungan. Penelitian akan dilakukan pada semester genap di kelas X tahun ajaran 2013/2014. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut adalah karena berdasarkan informasi dari guru bidang studi geografi bahwa di sekolah tersebut terdapat masalah dalam proses pembelajaran yang belum dapat teratasi yaitu rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada materi atmosfer. Selain itu sepengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan penelitian yang sama di sekolah tersebut.

B. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 17 Medan Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa 353 orang. Namun jumlah kelas X yang diampuh oleh guru yang menjadi narasumber adalah 5 kelas. Untuk pengambilan sampel dilakukan secara random sampling (acak) dari 5 kelas karena populasinya relatif homogen. Sehingga diperoleh sampel kelas yang terdiri dari 2 kelas, yakni kelas X2 dan kelas X3 yang berjumlah 88 siswa. Dari hasil undi diperoleh kelas X2 dengan jumlah siswa 44 orang sebagai kelas kontrol yang diajar dengan menggunakan model Learning Cycle dan kelas X3 dengan jumlah siswa 44 orang sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model Learning Starts With A Question.

49

50

C. Rancangan Penelitian dan Prosedur Penelitian 1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini melibatkan perlakuan yang berbeda yaitu antara kelompok-kelompok kelas yang diberi pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dan model Learning Starts With A Question Tabel 2. Rancangan Penelitian Kelas Tipe Learning Cycle Tipe Learning Starts With A T1 Question Y T2 Pretest T1 Perlakuan X Posttest T2

Keterangan: T1 T2 X Y : Pretest : Posttest : Perlakuan dengan menggunakan model Learning Cycle : Perlakuan dengan menggunakan model Learning Starts With A Question

51

2. Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu : a. Tahap persiapan penelitian 1) Memberi informasi kepada pihak SMA perihal kegiatan penelitian yang akan dilakukan. 2) Melakukan observasi awal ke sekolah untuk mengetahui masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran khususnya di kelas X tentang pelajaran geografi dan metode pembelajarannya. 3) Membuat jadwal penelitian 4) Menyusun RPP yang sesuai dengan silabus dan KTSP 5) Menyusun lembar kerja siswa (LKS) 6) Menyusun soal test 7) Memvalidkan soal test b. Tahap pelaksanaan penelitian 1) Melaksanakan Pretest kepada kelas Learning Cycle dan Learning Starts With A Question tanpa perlakuan terlebih dahulu untuk

mengetahui kemampuan awal siswa 2) Pelaksanaan pembelajaran pada kelompok sampel dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan 3) Melaksanakan Postest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kelas Learning Cycle dan Learning Starts With A Question c. Tahap akhir penelitian 1) Pengumpulan data siswa 2) Menganalisis data hasil penelitian

52

D. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat dengan model Learning Cycle dan model Learning Starts With A Question sebagai variabel bebas (X) dan hasil belajar siswa sebagai

variabel terikat (Y). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut . Variabel bebas (X) Model Learning Cycle Model Learning Starts With A Question Hasil belajar siswa Variabel terikat (Y)

Gambar 11. Variabel Penelitian 2. Defenisi Operasional a. Model Learning Cycle adalah model pembelajaran kooperatif yang memiliki 5 fase yaitu pembangkitan minat/mengajak (engagement), eksplorasi/menyelidiki (exploration), menjelaskan (explanation),

memperluas (elaboration/extention), dan evaluasi (evaluation). b. Model Learning Starts With A Question adalah model pembelajaran

yang kegiatan belajarnya dimulai dengan pemilihan materi, kemudian siswa membuat daftar pertanyaan mengenai materi ajar dalam kelompoknya dan selanjutnya guru menjelaskan materi beranjak dari pertanyaan siswa tersebut. c. Hasil belajar merupakan suatu skor/nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model Learning Cycle dan

53

model Learning Starts With A Question yang diketahui melalui penilaian aktivitas diskusi dan berbagai tugas yang diberikan oleh guru yakni tugas kelompok berupa LKS dan tugas mandiri berupa tugas rangkuman dan posttest yang dinyatakan dalam bentuk angka.

E. Teknik Pengumpulan Data 1) Tugas Kelompok Tugas kelompok dalam penelitian ini adalah diskusi kelompok untuk menyelesaikan lembar kerja siswa (LKS). Tabel 3. Kriteria penilaian LKS I dan II LEMBAR KERJA SISWA I No 1 Soal Tuliskanlah 3 ciri/karakteristik dari lapisan troposfer! Jawaban Terlampir Skor 15 10 5 0 Kriteria Penialaian a. Ketiga jawaban benar b. Hanya dua jawaban benar c. Hanya satu jawaban benar d. Jawaban salah atau tidak ada jawaban 2 Jelaskanlah fungsi Ozon Terlampir dan mengapa gas CO2 dapat merusak ozon yang ada di lapisan stratosfer? Tuliskan mengurangi pula cara 10 15 20 a. Jawaban benar dengan

analisa yang kritis b. Jawaban benar dengan

analisa yang dangkal c. Jawaban analisa 0 d. Jawaban salah atau tidak benar tanpa

kerusakan

ozon menurut kelompok

54

anda! 3 Lapisan mesosfer disebut Terlampir sebagai pelindung bumi dari jatuhan meteor. 15 20

ada jawaban a. Jawaban benar dengan

analisa yang kritis b. Jawaban benar dengan

Mengapa demikian? Lalu mengapa pula bumi 10

analisa yang dangkal c. Jawaban analisa 0 d. Jawaban salah atau tidak ada jawaban 20 a. Jawaban benar dengan benar tanpa

pernah kejatuhan meteor walaupun mesosfer? 4 Jelaskan yang dimaksud Terlampir dengan lapisan ionisasi ionosfer, pada dan bagi 10 15 ada lapisan

analisa yang kritis b. Jawaban benar dengan

kegunaannya manusia!

analisa yang dangkal c. Jawaban analisa 0 d. Jawaban salah atau tidak ada jawaban benar tanpa

Tuliskanlah 3 ciri/karakteristik dari lapisan eksosfer!

Terlampir

15 10 5 0

a. Ketiga jawaban benar b. Hanya dua jawaban benar c. Hanya satu jawaban benar d. Jawaban salah atau tidak ada jawaban

55

LEMBAR KERJA SISWA II No 1 Soal Jawaban Skor 20 a. Kriteria Penialaian Jawaban lengkap 15 b. Jawaban benar tetapi kurang lengkap 10 c. Jawaban benar tetapi tidak lengkap 0 d. Jawaban salah atau benar dan

Jelaskan perbedaan cuaca Terlampir dan iklim!

tidak ada jawaban 2 Mengapa tempat suhu tinggi suatu Terlampir 20 a. Jawaban benar dengan analisa yang kritis 15 b. Jawaban benar dengan analisa yang dangkal 10 c. Jawaban benar tanpa analisa 0 d. Jawaban salah atau

mempengaruhi udara di tempat

tersebut?

tidak ada jawaban 3 Jelaskan proses terjadinya Terlampir hujan orografis! 15 b. 20 a. Jawaban benar dengan analisa yang kritis Jawaban benar dengan analisa yang dangkal 10 c. Jawaban benar tanpa analisa

56

d.

Jawaban

salah

atau

tidak ada jawaban 4 Kota Medan pada suhu Terlampir 260C tiap 1 m3 10 b. 20 a. Keduanya dengan benar Hanya satu jawaban dijawab

mengandung uap air 20 gram, suhu sedangkan tersebut udara pada secara dapat

yang benar 0 c. Jawaban salah atau

maksimal

tidak dijawab

mengandung uap air 40 gram. kelembaban absolutnya! 5 Jelaskan bagaimana angin Terlampir darat terjadi! dan angin laut 15 b. 20 a. Jawaban benar dengan analisa yang kritis Jawaban benar dengan analisa yang dangkal 10 c. Jawaban benar tanpa analisa 0 d. Jawaban salah atau Hitunglah relatif dan

tidak ada jawaban

57

Penilaian diskusi dalam tugas kelompok menggunakan format penilaian sebagai berikut. Tabel 4. Kriteria Penilaian Diskusi Kelompok No 1 Aspek yang di nilai Kemampuan mengemukakan pendapat Kriteria a. Jelas dan mudah dipahami b. Kurang jelas dan agak sulit dipahami c. Tidak jelas dan sulit dipahami 2 Kemampuan a. Jelas dan sesuai dengan topik 3 2 Skor 3 2 1 Paraf

membuat pertanyaan b. Kurang jelas dan tidak sesuai atau bertanya dengan topik c. Tidak jelas dan tidak sesuai dengan topik 3 Kerjasama kelompok dalam a. Semua anggota bekerjasama b. Hanya beberapa siswa yang

3 2

bekerjasama c. Tidak adanya kerjasama Nilai rata-rata 1

2) Tugas Mandiri a. Rangkuman Materi Materi yang harus dirangkum oleh siswa sebagai tugas mandirinya adalah atmosfer serta unsur-unsur cuaca dan iklim. Tugas ini akan

58

diberikan setelah pembelajaran selesai. Jadi tugas tersebut akan menjadi pekerjaan rumah siswa. Adapun kriteria penilaian tugas rangkuman siswa adalah sebabgai berikut: Tabel 5. Kriteria Penilaian Rangkuman No 1 Aspek penilaian Kelengkapan tugas Kriteria penilaian a. Semua sub pokok bahasan dengan lengkap dirangkum. b. Tidak semua sub pokok bahasan lengkap dirangkum 2 Struktur tugas a. Semua tersusun dengan rapi sesuai sub pokok bahasan b. Tidak tersusun dengan rapi sesuai sub pokok bahasan 3 Susunan kalimat a. Semua kalimat disusun sesuai EYD b. Ditemukan 1-2 kalimat tidak sesuai EYD c. Ditemukan 3-4 kalimat tidak sesuai EYD d. Ditemukan >4 kalimat tidak sesuai EYD 1 4 10 7 5 10 5 Skor 10

59

b. Pretest dan Posttest Pretest dan posttest dalam penelitian ini adalah tes berbentuk soal objektif sebanyak 35 soal dan memiliki 5 pilihan jawaban yaitu a, b, c, d, dan e. Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 kepada kedua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penyusunan tes dilaksanakan berdasarkan penilaian aspek kognitif dan disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran, yaitu C1, C2, C3 dan C4. Tes ini dilaksanakan pada saat pembelajaran belum dimulai (pretest) dan setelah pembelajaran selesai (posttest). Adapun kisi-kisi soal dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Kisi-kisi test pada kompetensi menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di bumi Sub materi No pokok 1 Lapisan 1,3,7, atmosfer 2 Unsur-unsur 17,28,29, cuaca dan 31,32,33 iklim Jumlah soal Keterangan : Ranah kognitif menurut Bloom (Arikunto, 2009:117) adalah: C1 : Pengetahuan 9 15 2 9 35 24,25,27,34,35 22 26,30, 16,18,19,20,23, 21, 14,15, 22 2,4,6,10,11 12,13 C1 C2 C3 C4 5,8,9, 13 Ranah kognitif Jumlah

60

C2 C3 C4

: Pemahaman : Aplikasi : Analisis Untuk lebih meyakinkan kualitas dan kebenaran soal, terlebih dahulu

dilakukan uji coba instrumen tes di kelas XI IPS untuk mengetahui validitas dan reliabilitas sebelum tes digunakan nantinya. 1. Validitas Tes Validitas tes dilakukan untuk menguji kelayakan soal yang disusun. Untuk mengetahui validitas tes, penulis menggunakan rumus Korelasi Product Moment (Arikunto, S, 2009) sebagai berikut: * ( )( ) ( ) +* ( ) +

Dimana : N rxy X Y = Jumlah sampel = Koefisien validitas tes = Nilai untuk setiap soal = Nilai untuk total seluruh soal

xy = Jumlah perkalian X dengan Y

Menentukan tingkat validitas tes, digunakan kriteria dibawah ini: 0,80<rxy>1,00 0,60<rxy>0,80 0,40<rxy>0,60 0,20<rxy>0,40 0,00<rxy>0,20 : validitas sangat tinggi : validitas tinggi : validitas cukup : validitas rendah : validitas sangat rendah

61

Untuk menafsirkan harga validitas tiap soal, maka harga tersebut dikonsultasikan ke tabel kritik r product moment dengan kriteria rhitung>rtabel untuk taraf nyata = 0,05 maka korelasi tersebut dinyatakan valid. 2. Taraf kesukaran tes Taraf kesukaran tes dicari dengan persamaan sebagai berikut: (Arikunto,2009) Keterangan : P B JS = Indeks kesukaran = Banyaknya siswa yang menjawab benar pada soal tersebut = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran soal: P 0,00 - 0,30 : soal sukar P 0,31 0,70 : soal sedang P 0,71 1,00 : soal mudah 3. Daya pembeda tes Daya beda tes sicari dengan menggunakan rumus : (Arikunto, 2009) Keterangan : D BA JA BB JB = Daya pembeda = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar = Jumlah peserta kelompok atas = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar = Jumlah peserta kelompok bawah

Klasifikasi daya beda : 0,00 - 0,20 0,21 - 0,40 = daya beda jelek = daya beda cukup

0,41 0,70 = daya beda baik 0,71 1,00 = daya beda sangat baik

62

4. Reliabilitas tes Uji reliabilitas tes digunakan untuk menguji tingkat kepercayaan suatu instrument. Adapun rumus mencari reliabilitas sebagai berikut:

][

(Arikunto, S,2009)

Dimana : n = Jumlah butir soal = Varian total P q = Proporsi subjek yang menjawab soal dengan benar = Proporsi subjek yang menjawab soal dengan salah

Menentukan reliabilitas tes digunakan kriteria berikut: 0,00 - 0,40 0,41- 0,70 = reliabilitas rendah = reliabilitas sedang

0,71 0,90 = reliabilitas tinggi 0,91 1,00 = relaibilitas sangat tinggi

Untuk harga reliabilitas tes dibandingkan dengan harga kritik r11 dengan = 0,05. Jika kriteria rhitung>rtabel maka tes itu dinyatakan reliabel.

F. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa kuantitatif. Untuk mengetahui nilai akhir atau hasil belajar masingmasing siswa dilakukan perhitungan berikut:

63

Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya data penelitian. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors dengan prosedur sebagai berikut: (Sudjana,2005)

a. Menyusun skor siswa dari yang terendah ke skor yang tertinggi b. Pengamatan X1, X2, X3, Xn diubah kebentuk baku Z1, Z2, Z3,.Zn dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dengan : S = Rata-rata = Simpangan baku sampel

c. Untuk setiap angka baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Zi) = P (ZZ2) d. Menghitung proporsi Z1,Z2,Z3,,Zn, yang lebih kecil atau sama dengan Z. e. Jika proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi) maka : (Sudjana,2005) f. Menghitung selisih F (Zi) S (Zi) kemudian menentukan harga mutlaknya. g. Mengambil harga L hitung paling besar di antara harga-harga mutlak (sebut saja terbesar adalah L0), lalu membandingkan harga L Dengan kriteria penguji sebagai berikut : Jika L0 < Ltabel maka sampel berdistribusi normal Jika L0 > Ltabel maka sampel tidak berdistribusi normal 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk menghitung homogenitas digunakan rumus sebagai berikut:
tabel

yang

diambil dari daftar liliefors dengan taraf nyata signifikan 0,05 (5%).

64

(Sudjana, 2005)

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika Fhitung< Ttabel maka data mempunyai varians yang sama Jika Fhitung >TTabel maka data tidak mempunyai varians yang sama.

3. Uji Hipotesis Hipotesis yang diuji berbentuk : Ha : X1 = X2 Ho : X1 X2 Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik uji t dengan rumus

(Sudjana 2005)

Dengan : ( Dimana : = Standar deviasi kelas eksperimen = Standar deviasi kelas kontrol = Nilai rata-rata kelompok Learning Starts With A Question = Nilai rata-rata kelompok Learning Cycle = Jumlah sampel kelas Learning Starts With A Question = Jumlah sampel kelas Learning Cycle S = Varians kelompok Learning Starts With A Question dan Learning Cycle Kriteria pengujian Ho diterima jika thitung < t (1-) dan Ho ditolak jika thitung > t (1-). dk untuk daftar distribusi t adalah dk = n1+n2-2 dengan peluang (1-) pada taraf signifikansi = 0,05. ) ( )

65

DAFTAR PUSTAKA Hutauruk, Anita O.T. 2011. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Dengan Student Team Achievement Division (STAD) Pada Materi Biosfer Kelas XI SMA Negeri 1 Laguboti T.A 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Fakultas Ilmu Sosial UNIMED. Dimyati dan Mudjiono.2009.Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta:PT Rineka Cipta Daryanto. 1999.Evaluasi Pendidikan. Jakarta:PT. Rineka Cipta http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-28726 709341014%20ABSTRAK.pdf Diakses pada tanggal 18,1,2014 pukul 11.35 WIB http://eprints.uny.ac.id/2862/1/PENGARUH_PENGGUNAAN_MODEL_PEMB ELAJARAN_LEARNING_CYCLE_TERHADAP_HASIL_BELAJAR_SIS WA_XII_PROGRAM_KEAHLIAN_TEKNIK_MEKANIK_OTOMOTIF_ SMK_MUHAMMADIYAH_I_SALAM.PDF 18/1/2014 pukul 11.30 WIB http://jagoips.wordpress.com/2013/03/26/atmosfer-dan-hidrosfer/ Diakses tanggal 10 Januari 2014 pukul 12:24 WIB http://lib.unnes.ac.id/33/ Diakses pada tanggal 18,1,2014 pukul 11.45 WIB http://portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=55623 Diakses pada tanggal 18,1,2014 pukul 12.05 WIB Diakses pada tanggal

65

66

Istarani.2011.58 Model Pembelajaran Inovatif.Medan:Media Persada Simbolon,Roberto.Skripsi.2012.Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Geografi Materi

Hidrosfer Kelas X SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan T.A 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Fakultas Ilmu Sosial UNIMED. Tim BIMA.2002.Bank Soal Geografi 2222 SMU.Medan:BIMA Trianto.2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta:Kencana Prenada Media Group. Yani, Ahmad dan Mamat Ruhimat.2007.Geografi untuk kelas X

SMA/MA.Bandung:Grafindo Media Pratama

Anda mungkin juga menyukai