Anda di halaman 1dari 19

Intoksikasi Insektisida

Kelvin Jan Sutrisna Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara no.6 Kebon Jeruk, Jakarta

PENDAHULUAN Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama (insekta, jamur dangulma). Sehingga pestisida dikelompokkan menjadi Insektisida (pembunuh insekta), Fungisida ( pembunuh jamur), Herbisida (pembunuh tanaman pengganggu). Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, kecoa dan berbagai serangga penganggulainnya. Dilain pihak pestisida ini secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada manusia. Kematian yang disebabkan oleh keracunan pestisida banyak dilaporkan baik karena kecelakaan waktu menggunakannya, maupun karena disalah gunakan (untuk bunuh diri). Dewasa ini bermacam-macam jenis pestisida telah diproduksi dengan usaha mengurangi efek samping yang dapat menyebabkan berkurangnya daya toksisitas pada manusia, tetapi sangat toksik pada serangga. Diantara jenis atau pengelompokan pestisida tersebut diatas, jenis insektisida banyak digunakan dinegara berkembang, sedangkan herbisida banyak digunakan dinegara yang sudah maju. Dalam beberapa data Negara-negara yang banyak menggunakan pestisida adalah sebagai berikut : Amerika Serikat 45%, Eropa Barat 25%, Jepang 12%, Negara berkembang lainnya 18%. Dari data tersebut terlihat bahwa negara berkembang seperti Indonesia, penggunaan pestisida masih tergolong rendah. Bila dihubungkan dengan pelestarian lingkungan maka penggunaan pestisida perlu diwaspadai karena akan membahayakan kesehatan bagi manusia ataupun makhluk hidup lainnya.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Telepon : 08989157563, Email : greensplantez@yahoo.com Nim : 10-2009-093, Kelompok : D1

Definisi Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai manusia untuk membasmi hama yang merugikan manusia . Termasuk peptisida ini adalah insektisida. Ada 2 macam insektisida yang paling banyak digunakan dalam pertanian : 1. Insektisida hidrokarbon khorin ( IHK=Chlorinated Hydrocarbon ) 2. Isektida fosfat organic ( IFO =Organo Phosphatase insectisida ) Paling sering digunakan adalah IFO yang pemakaiannya terus menerus meningkat. Sifat dari IFO adalah insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya adalah Tabundan Sarin. Bahan ini dapat menembus kulit yang normal (intact) juga dapat diserap diparu dan saluran makanan, namun tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti golongan IHK. Macam-macam IFO adalah malathion ( Tolly ) Paraathion, diazinon, Basudin, Paraoxon dan lain-lain. IFO ada 2 macam adalah IFO Murni dan golongan carbamate. Salah satu contoh gol.carbamate adalah baygon.1,2
Gambar 1.1. contoh insektisida

Anamnesis (Alloanamnesis) Penyebab keracunan seringkali dapat ditentukan melalui anamnesis perjalanan penyakit melalui keluarga, teman, personel ambulan, atau orang lain yang terakhir kontak dengan pasien dengan menanyakan : 1. Kejadian terakhir 2. Riwayat medis pasien 3. Riwayat psikiatrik 4. Obat-obatan 5. Penyalah gunaan obat-obatan atau alkohol 2

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan tanda vital o Hipertensi & takikardi : amphetamin, kokain,antikolinergik

o Hipotensi & bradikardi : nifedipin, propanolol,barbiturat o Hipotensi & takikardi : phenotiazine, teophilin o Nafas cepat : CO, salisilat o Hipertermi : obat antikolinergik, salisilat, obat yg menimbulkan seizure (kekakuan otot) o Hipotermi : ethanol, phenotiazine

Mata o Miosis : opioid, klonidin, phenotiazine, insektisidaorganofosfat (penghambat kolinesterase), komadalam akibat obat sedatif o Midriasis : amphetamine, kokain, atropin o Nistagmus horisontal : phenitoin, alkohol,barbiturat o Nistagmus horisontal & vertikal : phencyclidine(PCP) o Ptosis & ophtalmoplegi : botulisme

Mulut o Tanda terbakar : unsur korosif/abu darihirupan asap o Bau alkohol, jengkol, amonia, almond (sianida) o Bau bawang putih : arsen, organofosfat(baygon)

Kulit o Kering, kemerah-merahan, panas : atropine o Keringat berlebihan : baygon, nikotin, o Sianosis : hipoksemia (CO, CN) o Ikterus : nekrosis hati karena asetaminofen, jamur Amanita phalloides

Perut o Ileus : opioid, hipnotik-sedatif o Bunyi isi perut yang hiperaktif, kejang abdomen, diare : baygon, arsen, Amanita phalloides.2,3

Tanda - tanda khusus pada keracunan tertentu

BAU: Aceton : Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid Coal gas : Carbon monoksida Buah per : Chloralhidrat Bawang putih : Arsen, fosfor, thalium, organofosfat Alkohol : Ethanol, methanol Minyak : Minyak tanah atau destilat minyak

KULIT: Kemerahan : Co, cyanida, asam borax, anticholinergik Berkeringat : Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturat Kering : Anticholinergik Bulla : Barbiturat, carbonmonoksida Ikterus : Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur Purpura : Aspirin, warfarin, gigitan ular Sianosis : Nitrit, nitrat, fenacetin, benzocain

SUHU TUBUH : Hipothermia : Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida, clonidin, fenothiazin Hiperthermia : Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain, fenothiazin,theofilin

TEKANAN DARAH : Hipertensi : Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin Hipotensi : Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-blocker

NADI: Bradikardia : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol, cokain,aspirin, theofilin

Arithmia : Anticholinergik, organofosfat, fenothiazin, carbonmonoksida, cyanida, betalocker

SELAPUT LENDIR : Kering : Anticholinergik Salivasi : Organofosfat, carbamat Lesi mulut : Bahan korosif, paraquat.4

Pemeriksaan Penunjang Laboratorik Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik (Menurun sekian %dari harga normal ). o Keracunan akut : Ringan : 40 - 70 % Sedang : 20 - 40 % Berat : <> o Keracunan kronik . Bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap individu yangberhubungan dengan insektisida ini harus segara disingkirkan dan baru diizinkanbekerja kemballi kadar KhE telah meningkat > 75 % N Patologi Anatomi ( PA ) Pada keracunan acut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas. Sering hanya ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi paru,otak dan organ-oragan lainnya.3

Working Diagnosis KERACUNAN INSEKTISIDA Seiring dengan semakin meningkatnya penggunaan insektisida dalam usaha intensifikasi pertanian maka kejadian keracunan insektisida juga semakin banyak dijumpai.Pembahasan disini akan dibatasi lebih banyak pada keracunan organofosfatyang lebih banyak dipakai dan dijumpai. Racun serangga organofosfat sering dicampur dengan bahan pelarut minyak tanah sehingga pada keracunan organofosfat harus pula diperhatikan tanda-tanda dan penatalaksanaan keracunan minyak tanah selain organofosfatnya sendiri.

ORGANOFOSFAT Organofosfat menyebabkan fosforilasi dari ester acetylcholine esterase (sebagai choline esterase inhibitor) yang bersifat irreversibel sehingga enzim ini menjadi inaktif dengan akibat terjadi penumpukan acetylcholine. Efek klinik yang terjadi adalah terjadi stimulasi yang berlebihan olehacetylcholine. Gejala klinis : 1. SLUDGE : salivasi, lakrimasi, urinasi, diare, gejala GI tract danemesis 2. Miosis 3. Bronchokonstriksi dengan sekresi berlebihan, anak tampak sesak danbanyak mengeluarkan lendir dan mulut berbusa dan bau organofosfat yangtertelan ( bawang putih/garlic) 4. Bradikardia sampai AV block 5. Lain-lain : hiperglikemia,fasikulasi,kejang,penurunan kesadaransampai koma. 6. Depresi pusat pernafasan dan sistem kardiovaskular Penatalaksanaan : 1. Lepaskan baju dan apa saja yang dipakai, dicuci dengan sabun dansiram dengan air yang mengalir bahkan meskipun keracunan sudah terjadi sampai 6 jam. 2. Lakukan kumbah lambung,pemberian norit dan cathartic 3. Atropinisasi Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptormuscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik.Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan dengan dosis 0,05 mg/kg BB. Pelan - pelan dilanjutkan dengan 0,02 0,05mg/kg BB setiap 5 - 20 menit sampaiatropinisasi sudah adekwat atau dihentikan bila: Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan Pupil dilatasi Mukosa mulut kering Heart rate meningkat

Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan dengan respon penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinispenderita,atropine diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara bertahap. Meskipun atropine

sudah diberikan masih bisa terjadi gagal nafas karena atropin tidak mempunyai pengaruh terhadap efek nikotinik (kelumpuhan otot ) organofosfat. 4. Pralidoxim Bekerja sebagai reaktivator dari cholinesterase pada neuromuscular junction dan tidak mempengaruhi fungsi CNS karena tidak dapat melewati blood brain barrier. Diberikan sesudah atropinisasi dan harus dalam < 36 jam paparan. Dosis pada anak <12 tahun 25 - 50 mg/kgBB IV,diulangi sesudah 1 - 2 jam, kemudian diberikan setiap 6 - 12 jam bila gejala masih ada.

5. Tidak boleh diberi morphine ( depressi pernafasan ), Methylxanthine ( menurunkan ambang kejang ), loop diuretic. 6. Pemberian oksigen kalau ada distres nafas,kalau perlu denganpernafasan buatan. 7. Pengobatan supportif : Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV. Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB

CARBAMATE ( BAYGON ) Seperti organofosfat tetapi efek hambatan cholin esterase bersifat reversibel dan tidak mempunyai efek sentral karena tidak dapat menembus blood brain barrier.Gejala klinis sama dengan keracunan organofosfat tetapi lebih ringan danwaktunya lebih singkat. Penatalaksanaannya juga sama seperti pada keracunan organofosfat.3

Faktor Resiko Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Harold I, Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998). Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Budi Anna Kelihat, 1991)

Perlaku destruktif diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian (Gail Wiscara Stuart, dan Sandra, J. Sundeen, 1998). Ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif sering terjadi pada remaja ( Harold Kaplan, Sinopsis Psikiatri,1997). Bunuh diri adalah, perbuatan menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan oleh individu itu sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan orang lain. Misal : bila si korban meminta seseorang untuk membunuhnya, maka ini sama dengan ia telah menghabisi nyawanya sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa, menghabisi hidup atau membuat diri menjadi mati oleh sebab tangan kita atau tangan suruhan, adalah perbuatan-perbuatan yang termasuk dengan bunuh diri. Singkat kata, Bunuh diri adalah tindakan menghilangkan nyawa sendiri dengan menggunakan segala macam cara. Adapun beberapa factor lain Penyebab perilaku bunuh diri dapat dikategorikan sebagai berikut :

a.

Factor genetic Ada yang berpikir bahwa bawaan genetik seseorang dapat menjadi faktor yang tersembunyi dalam banyak tindakan bunuh diri. Memang gen memainkan peranan dalam menentukan temperamen seseorang, dan penelitian menyingkapkan bahwa dalam beberapa garis keluarga, terdapat lebih banyak insiden bunuh diri ketimbang dalam garis keluarga lainya Kondisi kimiawi otak pun dapat menjadi faktor yang mendasar. Dalam otak. miliaran neuron berkomunikasi secara elektrokimiawi. Di ujung-ujung cabang serat syaraf, ada celah kecil yang disebut sinapsis yang diseberangi oleh neurotransmiter yang membawa informasi secara kimiawi. Kadar sebuah neurotransmiter, serotonin, mungkin terlibat dalam kerentanan biologis seseorang terhadap bunuh diri. Buku Inside the Brain menjelaskan, Kadar serotonin yang rendah dapat melenyapkan kebahagiaan hidup, mengurangi minat seseorang pada keberadaanya serta meningkatkan resiko depresi dan bunuh diri.. Akan tetapi, faktor genetik tidak bisa dijadikan alasan yang mengharuskan seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri

b.

Factor keperibadian Salah satu faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu punya potensi untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah faktor kepribadian. Para ahli mengenai soal bunuh diri telah menggolongkan orang yang cenderung untuk bunuh diri sebagai orang yang tidak puas dan belum mandiri, yang terus-menerus meminta, mengeluh, dan mengatur, yang tidak luwes dan kurang mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang memerlukan kepastian mengenai harga dirinya, yang akhirnya menganggap dirinya selalu akan menerima penolakan, dan yang berkepribadian kekanak-kanakan, yang berharap orang lain membuat keputusan dan melaksanakannya untuknya (Doman Lum). Robert Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice menulis bahwa mereka yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bunuh diri, banyak yang lingkungan terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan keluarganya menolak dan tidak hangat, sehingga anak yang dibesarkan di dalamnya merasakan kebingungan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau ini disebut faktor predisposesi (faktor bawaan). Dengan memahami konteks yang demikian, dapatlah kita katakan bahwa akar masalah dari perilaku bunuh diri sebenarnya bukanlah seperti masalah-masalah yang telah disebutkan di atas (ekonomi, putus cinta, penderitaan, dan sebagainya). Sebab masalah-masalah tersebut hanyalah faktor pencetus/pemicu (faktor precipitasi). Penyebab utamanya adalah faktor predisposisi. Menurut Widyarto Adi Ps, seorang psikolog, seseorang akan jadi melakukan tindakan bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu (trigger)-nya, memungkinkan. Tidak mungkin ada tindakan bunuh diri yang muncul tiba-tiba, tanpa ada faktor predisposisi sama sekali. Akumulasi persoalan fase sebelumnya akan terpicu oleh suatu peristiwa tertentu.

c.

Factor psikologis Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah kurangnya dukungan sosial dari masyarakat sekitar, kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara yang menyebabkan trauma psikologis, dan konflik berat yang memaksa masyarakat mengungsi. Psikologis seseorang sangat menentukan dalam persepsi akan bunuh diri sebagai jalan akhir/keluar. Dan psikologis seseorang tersebut juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu juga.

d.

Factor ekonomi Masalah ekonomi merupakan masalah utama yang bisa menjadi faktor seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Ekonomi sangat berpengaruh dalam pemikiran dan kelakuan seseorang. Menurut riset, sebagian besar alasan seseorang ingin mengakhiri hidupnya/ bunuh diri adalah karena masalah keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan bahwa dengan mengakhiri hidup, mereka tidak harus menghadapi kepahitan akan masalah ekonomi. Contohnya, ada seorang ibu yang membakar dirinya beserta ananknya karena tidak memiliki uang untuk makan. Berdasarkan contoh tersebut, para pelaku ini biasanya lebih memikirkan menghindari permasalahan duniawi dan mengakhir hidup.

e.

Gangguan mental dan kecanduan Gangguan mental merupakan penyakit jiwa yang bisa membuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Mereka tidak memikirkan akan apa yang terjadi jika menyakiti dan mengakhiri hidup mereka, karena sistem mental sudah tidak bisa bekerja dengan baik.

Selain itu ada juga gangguan yang bersifat mencandu, seperti depresi, gangguan bipolar, scizoprenia dan penyalahgunaan alkohol atau narkoba. Penelitian di Eropa dan Amerika Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari 90 persen bunuh diri yang dilakukan berkaitan dengan gangguan-gangguan demikian. Bahkan, para peneliti asal Swedia mendapati bahwa di antara pria-pria yang tidak didiagnosis menderita gangguan apapun yang sejenis itu, angka bunuh diri mencapai 8,3 per 100.000 orang, tetapi di antara yang mengalami depresi, angkanya melonjak menjadi 650 per 100.000 orang! Dan, para pakar mengatakan bahwa faktor-faktor yang mengarah ke bunuh diri ternyata serupa dengan yang di negeri-negeri timur. Namun, sekalipun ada kombinasi antara depresi dan peristiwa -peristiwa pemicu, itu bukan berarti bunuh diri tidak bisa dielakan.

Jenis-jenis tentamen Suicide

Jenis tentamen suicide antara lain:

a.

Ancaman Bunuh Diri Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita

lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

b.

Upaya bunuh diri Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah kematian jika tidak dicegah.

c.

Bunuh diri Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.5

Klasifikasi/Penilaian Bunuh Diri

Variabel Sifat Dermografik dan social Usia Jenis kelamin Status marital Pekerjaan Hubungan interpersonal Latar belakang keluarga

Resiko Tinggi Lebih dari 45 Laki-laki Cerai atau janda Pengangguran Konflik Kacau atau konflik

Resiko Rendah Di bawah 45 Wanita Menikah Bekerja Stabil Stabil

Kesehatan Fisik Mental

Penyakit kronis hipokondriak Pemakaian obat yang berlebihan Depresi berat Psikosis

Kesehatan baik merasa sehat Penggunaan zat rendah Depresi ringan Kepribadian ringan

Gangguan kepribadian berat Penyalahgunaan zat Putus asa

Peminum sosial Optimisme

Aktivitas bunuh diri Ide bunuh diri

Sering, kuat, berkepanjangan

Jarang, intensitas rendah

Usaha bunuh diri

Berulang kali Direncanakan Penyelamatan tidak mungkin Keinginan yang tidak ragu-ragu untuk mati Komunikasi diinternalisasikan (menyatakan diri sendiri) Metode mematikan dan tersedia

Pertama kali Impulsi Penyelamatan tak terhindarkan Keinginan utama untuk berubah Komunikasi diinternaslisasikan (kemarahan) Metode dengan letalitas rendah dan tidak mudah didapat

Sarana Pribadi

Pencapaian buruk Tilikan buruk Afek tidak ada atau terkendali buruk

Pencapaian baik Penuh tilikan Afek tersedia dan terkendali dengan semestinya

Sosial

Support buruk Terisolasi sosial Keluarga tidak responsive

Support baik Terintegrasi secara sosial Keluarga yang memperhatikan

Penatalaksanaan Keracunan Tindakan emergensi a. Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi. b. Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau pernapasan tidak adekuat. c. Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan.

Identifikasi penyebab keracunan. Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.

Eliminasi racun.

a. Racun yang ditelan Rangsang muntah Akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah menelan bahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsang muntah kecuali bila bahan beracun tersebut mempunyai efek yang menghambat motilitas (memperpanjang pengosongan ) lambung. Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum mole atau dinding belakang faring,atau dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan: Sirup Ipecac - Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan. Pada anak usia 6 - 12 bulan 10 ml, 1- 12 tahun 15 ml, > 12 tahun 30 ml. Pemberian sirup ipecac diikuti dengan pemberian 200 ml air putih. Bila sesudah 20 menit tidak terjadi muntah pada anak diatas 1 tahun pemberian ipecac dapat diulangi. Apomorphine - Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%, dapat menyebabkan muntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan.

Kontraindikasi rangsang muntah : Keracunan hidrokarbon, kecuali bila hidrokarbon tersebut mengandung bahan-bahan yang berbahaya seperti camphor, produk-produk yang mengandung halogenat atau aromatik, logam berat dan pestisida. Keracunan bahan korossif Keracunan bahan-bahan perangsang CNS ( CNS stimulant , seperti strichnin ) Penderita kejang Penderita dengan gangguan kesadaran

Kumbah lambung Kumbah lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat pengosongan lambung. Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada : Keracunan bahan korosif Keracunan hidrokarbon Kejang

Pada penderita dengan gangguan kesadaran atau penderita - penderita dengan resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi dengan cara pemasangan pipa endotracheal Pemberian Norit ( activated charcoal ) Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 - 60 menit sesudah emesis. Dosis 1 gram/kg BB dan bisa diulang tiap 2 - 4 jam bila diperlukan, diberikan peroral atau melalui pipa nasogastrik. Indikasi pemberian norit untuk keracunan: Obat2 analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat, antiinflamasi nonsteroid, morphine, propoxyphene.

Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine, chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium valproate. Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis, quinine, theophylline, cyclic anti depressants

Norit tidak efektif pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat dan alkohol. Catharsis Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan bila ada gagal ginjal, diare yang berat ( severe diarrhea ), ileusparalitik atau trauma abdomen Diuretika paksa ( Forced diuretic ) Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital ( alkalinisasi urine ). Tujuan adalah untuk mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam, hati-hati jangan sampai terjadi overload cairan. Harus dilakukan monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa. Kontraindikasi : edema otak dan gagal ginjal Dialysis Hanya dilakukan bila usaha-usaha lain sudah tidak membawa hasil. Bermanfaat hanya pada bahan beracun yang bisa melewati filter dialisis ( dialysable toxin ) seperti phenobarbital, salisilat, theophylline, methanol, ethylene glycol dan lithium. Dialysis dilakukan bila : Asidosis berat Gagal ginjal Ada gejala gangguan visus Tidak ada respon terhadap tindakan pengobatan.

Hemoperfusi masih merupakan kontroversi dan jarang digunakan.

b. Racun yang disuntikkan atau sengatan Immobilisasi Pemasangan torniquet diproksimal dari suntikan Berikan antidotum bila ada c. Racun pada kulit dan mata Lepaskan semua yang dipakai kemudian bersihkan dengan sabun dan siramdengan air yang mengalir selama 15 menit. Jangan diberi antidotum. d. Racun yang dihisap melalui saluran nafas Keluarkan penderita dari ruang yang mengandung gas racun. Berikan oksigen. Kalau perlu lakukan pernafasan buatan. Pemberian antidotum kalau mungkin Pengobatan Supportif Pemberian cairan dan elektrolit Perhatikan nutrisi penderita Pengobatan simtomatik ( kejang, hipoglikemia, kelainan elektrolit dsb).3,4,5

Komplikasi Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko paling besar dari klien dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan bunuh diri, serta jika gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk mengulangi perbuatan tentamen suicide. Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya meninggal. Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan menyebabkan syok yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan terutama jaringan otak. Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan

darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.5,7

Upaya Pencegahan Memberikan informasi secara intensif kepada orang tua dan kepada masyarakat mengenai: o Keracunan, bagaimana terjadinya, akibat- akibat yang terjadi serta bagaimana mencegahnya. o Bahan-bahan yang potensial dapat menyebabkan keracunan yang terdapatdidalam atau sekitar rumah yang seringkali tidak diketahui oleh orang tua. o Pengetahuan sederhana bagaimana memberikan pertolongan pertama bila terjadi keracunan. Produsen bahan-bahan beracun o Para produsen bahan-bahan yang potensial dapat menyebabkan keracunan agar membuat label dan keterangan serta peringatan yang jelas mengenai isi, bahaya, gejala klinis yang timbul dan tindakan yang harus segera dilakukan bila ada tanda-tanda keracunan Menjauhkan semua bahan-bahan yang potensial beracun terutama dari jangkauan anakanak : o Menyimpan obat-obatan serta bahan berbahaya ditempat khusus yang terkunci dan tidak bisa dijangkau anak-anak. o Bahan-bahan beracun dan obat-obatan jangan diletakkan dalam satu tempat dengan makanan. o Obat-obatan dan bahan beracun harus mempunyai label yang jelas. Bila tidak berlabel atau bila sudah tidak diperlukan lagi sebaiknya dibuang. o Selalu harus dilihat kembali label obat-obatan sebelum diminum. o Jangan meletakkan larutan-larutan berbahaya dalam gelas minum. o Bahan-bahan rumah tangga seperti minyak tanah, detergent, semir cair, cairan pembersih kaca, obat pemutih, dsb, jangan diletakkan disembarang tempat yang mudah dijangkau anak-anak. 75% dari keracunan bahan-bahan rumah tangga terjadi karena kelalaian mengembalikan bahan-bahan beracun atau obat-obatan ketempat semula.6,7

Prognosis Prognosis baik bila pertolongan terutama pertolongan pertama dilakukan dalam waktu 16 jam pertama, kemudian disusul penatalaksanaan sesuai indikasi. Kesimpulan Intoksikasi Insektisida dapat mengenai siapa saja secara disengaja ataupun tidak disengaja. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus terhadap penggunaan zat zat tersebut. Ada baiknya kita mengenal betul sebab akibat penggunaan zat tersebut terhadap lingkungan maupun tubuh kita sendiri. Juga pada proses penggunaan diharapkan menggunakan sebaik mungkin, gunakan alat pelindung dan cuci tangan setelah menggunakan.

Kesimpulan

1. Jay Michael, George L. Sternbach :Manual kedokteran darurat ed 6 . ahli bahasa , y .joko suyono : editor edisi bahasa Indonesia : ECG 2006 2. E.wayne massey, A.Barnad Pleet, Barbara J.S.,alih bahasa A.Petrus, Tes-tes diagnostik dalam neurologi bimbingin foto bagi teknik di samping ranjang, Jakarta; Hipokrate, 1990 3. Mansjoer arif ; kapita sleekta ed III , jakarta : media aesculapius , 1999 4. Idrieas, AM, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Ed . Pertama, Jakarta: Binarupa Aksara, 2007, Hal : 259 263 5. Frank, C. Lu, Toksikologi Dasar, Ed. Kedua ( Terj ), Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2008, Hal : 328 329 6. Gani, MH, Catatan Materi Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Universitas Andalas, Padang, 2001, Hal : 111 139 7. Junandi, Purnawan: Kapita Selekta Kedokteran edisi 2, Penerbit Medica Aesculapius FK UI, Jakarta, 2006, Hal : 196 197

Anda mungkin juga menyukai