Anda di halaman 1dari 19

Teknik Mesin

Universitas Lampung

1

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya


I. PENDAHULUAN


Latar Belakang

Boiler (ketel uap) adalah suatu alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan uap
bertekanan tinggi, dimana alat ini berisi air. Air didalam boiler dipanaskan hingga
mendidih sampai menghasilkan uap, dan kemudian digunakan untuk mengerakkan
turbin selanjutnya diteruskan kegenerator untuk mengbangkit tenaga listrik. Uap
(steam) yang digunakan untuk menggerakan sudu turbin merupakan uap (steam)
yang tidak ada kadungan air atau disebut juga dengan uap kering, yang bertujuan
untuk memaksimalkan kinerja dari turbin dan untuk mencegah terjadinya korosi
pada komponen pembangkit listrik sehingga usia pakai komponen pembangkit
dapat dimaksimalkan.

Sehingga uap (steam) yang keluar dari steam drum setelah dipanaskan pada ketel
uap harus dilakukan proses pemasan kembali, karena uap (steam) yang keluar dari
steam drum masih memiliki kandungan air atau disebut dengan saturated vapor,
oleh karenanya sebelum uap (steam) digunakan untuk menggerakan sudu turbin
harus dirubah kondisi saturated vapor menjadi superheated dengan menggunakan
pemanas api langsung pada Superheater.
Teknik Mesin
Universitas Lampung

2

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya
Superheater adalah tempat sementara untuk memanaskan steam dengan
perubahan kenaikan temperatur dari kondisi saturated vapor menjadi superheated
di dalam suatu system boiler. Perubahan temperatur steam pada Superheater
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: perpindahan panas secara konveksi,
radiasi, kombinasi kedua-duanya (radiasi dan konveksi) dan konduksi [Ahusda
Prayunanta. 2008].

Peranan alat Superheater tersebut sangat vital, karena apabila performancenya
mengalami gangguan sehingga kinerjanya menurun, maka tingkat keadaan uap
yang dihasilkan menjadi lebih rendah sehingga daya yang dihasilkan oleh turbin
dapat menjadi lebih rendah. Pada umumnya penurunan kinerja alat tersebut, di
luar masalah gangguan pada sistem mekaniknya, disebabkan oleh menurunnya
efektifitas perpindahan panas yang terjadi di dalam alat tersebut akibat terjadinya
pengotoran permukaan baik oleh aliran fluida uap air di dalam pipa-pipanya
maupun oleh aliran fluida gas panas yang berasal dari proses pembakaran bahan
bakar di dalam boiler. Pengotoran permukaan (Fouling) terjadi, di satu sisi akibat
pengotoran oleh kandungan-kandungan senyawa garam yang terangkut di dalam
aliran uap air yang mengalir di permukaan dalam pipa-pipanya, dan pada sisi luar
pipa oleh partikel debu dan berbagai senyawa kimia yang terangkut di dalam
aliran gas panas hasil pembakaran bahan bakar. Tahanan termal akibat terjadinya
deposit di permukaan menyebabkan laju pertukaran energi panas antara gas panas
dengan aliran uap air menjadi menurun sehingga efektifitas perpindahan panasnya
lebih rendah dari seharusnya. Oleh karena peran yang penting tersebut super
heater harus beroperasi dengan baik [Sugiarto Tris. 2008].
Teknik Mesin
Universitas Lampung

3

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya


II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Superheater



Gambar 2.1. Superheater

Superheater merupakan bagian penting dalam sebuah konstruksi boiler, apapun
jenisnya boiler, pasti membutuhkan Superheater yang digunakan untuk
menjadikan uap basah yang keluar dari boiler menjadi uap kering yang
selanjutnya digunakan untuk memutar turbin. Hal ini dilakukan agar tidak ada sisa
air dari uap yang dapat menyebabkan kerak dan korosi pada kipas turbin. Selain
itu Superheater juga memberikan manfaat ekonomi dan mengubah jenis saturated
vapour menjadi superheated steam, sebagaimana telah dinyatakan, adalah uap
suhu yang melebihi dari uap jenuh pada tekanan yang sama. Hal ini dihasilkan
dengan penambahan panas ke uap jenuh yang telah dihapus dari kontak dengan air
Teknik Mesin
Universitas Lampung

4

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya
dari mana ia dihasilkan. Sifat dari superheated steam hampir menyerupai gas
sempurna. Uap jenuh tidak dapat menjadi superheated bila dalam kontak dengan
air yang juga dipanaskan, tidak dapat superheated steam di kondensasikan tanpa
terlebih dahulu dikurangi dengan suhu uap jenuh. Hanya selama temperaturnya
berada di atas uap jenuh pada tekanan yang sesuai itu superheated, dan sebelum
kondensasi dapat terjadi bahwa superheat pertama harus hilang melalui radiasi
atau beberapa cara lain.

Superheater dibagi menjadi dua tingkat, primary dan secondary. Primary
superheater berfungsi mengalirkan uap ke desuperheater, kemudian uap yang
telah dikabutkan disemprot kembali ke secondary superheater. Banyaknya air
yang akan disemprotkan dikontrol oleh valve sesuai dengan temperatur kontrol.
Pada package boiler, superheater terdiri dari tube, header, piping, support dan
spacer. Superheater terdiri dari tiga model yaitu, horizontal, vertikal dan inverted
loop. Model yang sering digunakan adalah model inverted loop, seperti tampak
pada gambar 2.2. Hal ini didasarkan pada lintasan tube yang dapat menghasilkan
efisiensi perpindahan panas yang baik dan juga tidak membutuhkan ruangan yang
luas

Gambar 2.2. Inverted loop superheater
Teknik Mesin
Universitas Lampung

5

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya
Panas spesifik uap superheated pada tekanan atmosfer dan titik jenuh dekat
ditentukan oleh Regnault pada 1862, yang memberi nilai 0,48. Regnault nilai
tersebut didasarkan pada empat serangkaian percobaan, semua pada tekanan
atmosfer dan dengan sekitar kisaran suhu yang sama, maksimum satunya adalah
231,1 derajat celcius. Selama lima puluh tahun setelah penentuan Regnault, nilai
ini diterima dan diterapkan pada tekanan tinggi dan suhu serta berbagai
eksperimennya. Penyelidikan lebih baru telah menunjukkan bahwa panas spesifik
tidak konstan dan bervariasi dengan kedua tekanan dan suhu. Sejumlah percobaan
telah

dilakukan oleh peneliti berbagai, hingga saat ini, yang paling terpercaya
tampaknya orang-orang dari Knoblauch dan Yakub. Tuan Marks dan Davis telah
menggunakan nilai-nilai yang ditentukan oleh Knoblauch dan Yakub dengan
sedikit modifikasi. Yang pertama terdiri dalam berbagai kurva pada tekanan
rendah dekat dengan kejenuhan karena bukti termodinamika dan mengingat
penentuan Regnault di tekanan atmosfer. Modifikasi kedua adalah pada derajat
yang tinggi untuk mengikuti superheat yang Holborn dan kurva Henning, yang
diterima sebagai otentik.

Uap yang berasal dari penguapan di dalam drum atas belum dapat dipergunakan
oleh turbin uap, oleh karenanya harus dilakukan pemanasan uap lanjut melalui
pipa uap pemanas lanjut (Superheater Pipe), hingga uap benar-benar kering
dengan temperatur 260 oC 340 oC. Pipa-pipa pemanas uap lanjut dipasang di
Teknik Mesin
Universitas Lampung

6

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya
dalam ruang pembakaran kedua, hal ini mengakibatkan uap basah yang dialirkan
melalui pipa tersebut akan mengalami pemanasan lebih lanjut.


2.2. Prinsip Kerja Superheater

Prinsip kerja Super Heater yaitu pada saat pemanasan, api harus diatur sehingga
suhu dari pipa Super Heater tidak melebihi batas keamanan yang diizinkan. Suhu
dari logam pipa pada waktu pemanasan ketel biasanya dijaga supaya berada di
bawah suhu pipa pada saat ketel berada pada kapasitas penuh. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan mengatur waktu dari saat pemanasan sampai saat tekanan
kerja tercapai, dengan maksud untuk membatasi suhu gas masuk ke Superheater
pada 5000C untuk Superheater dengan pipa baja biasa.

Superheater yang tdak dilengkapi dengan pembuangan atau drain akan selalu
menyimpan air condensate pada saat pembakaran dihentikan. Makin banyak
condensate yang terkumpul disitu, makin banyak pula panas yang dibutuhkan
untuk mendidihkan air dalam pipa Superheater, supaya pipa Superheater bebas
dari air. Pada saat pemanasan pertama, biasanya membutuhkan waktu yang lama
untuk membersihkan pipa Superheater dari air, karena banyak air yang terjebak di
pipa Superheater sesudah diadakan hydrostatis test.

Cara termudah untuk membuang air tersebut adalah dengan menguapkannya. Cara
ini mengkibatkan kontrol dari suhu gas selama penaikan tekana menjadi sangat
Teknik Mesin
Universitas Lampung

7

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya
penting, untuk mencegah panas berlebihan pada pipa yang tidak dilalui oleh uap
karena terhambat oleh air. Hal tersebut juga mengharuskan pembukaan penuh
katup pelepas (air vent) pada Superheater sebelum pemanasan ketel dumulai, dan
katub haruslah tatap terbuka sampai dicapai aliran uap dari ketel pada pipa utama
10% dari kapasitas ketel.

Yang menjadi catatan penting adalah bahwa ada uap mengalir memalui vent
tidaklah berarti bahwa semua pipa Superheater telah dilalui uap, beberapa
kemungkinan masih mengandung air yang terjebak di dalamnya dan bila
pemanasan berlangsung cepat, pada saat itu pipa dapat mengalami panas
berlebihan (pada bagian permukaan air yang terjebak) karena tidak ada aliran uap
didalamnya.

Pada saat penghentian operasi dai ketel katub pelepas Superheater harus dibuka
sebelum menutup katub uap utama dan juga pada setiap saat dimana dimana uap
yang melewati katub utama lebih kecil dari 10% dari kapasitas ketel, seperti yang
sudah tersebut diatas.

Kemungkinan pipa Superheater mengalami panas berlebihan pada saat katub uap
ditutub bila :
1. Ketel masih sangat panas, yaitu pada saat baru berhenti.
2. Ketel masih mengandung banyak abu panas diatas fire grate yang masih
dapat terbakar.

Teknik Mesin
Universitas Lampung

8

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya
Uap yang dipanaskan lanjut bila digunakan untuk melakukan kerja dengan jalan
ekspansi di dalam turbin atau mesin uap tidak akan segera mengembun, sehingga
mengurangi kemungkinan timbulnya bahaya yang disebabkan terjadinya pukulan
balik atau Back Stroke yang diakibatkan mengembunnya uap belum pada
waktunya sehingga menimbulkan vakum di tempat yang tidak semestinya di
daerah ekspansi.

Kemungkinan terjadinya pukulan balik atau back stroke ditempat yang belum
semestinya tersebut lebih mudah terjadi bila yang digunakan ialah uap basah
sebagai penggerak mesin uap ataupun turbin uap. Ada beberapa macam pemanas
lanjut, diantaranya :
2.2.1. Superheater Konveksi
Superheater Konveksi menerima panas secara konveksi dari api atau
gas asap. Jumlah gas asap yang lewat tergantung dari jumlah bahan
bakar yang dibakar. Makin banyak jumlah gas asap yang terbentuk dan
melewati superheater konveksi tersebut dan sebaliknya, makin
berkurang bahan bakar yang dibakar maka makin berkurang pula
jumlah pada gas asap yang terbentuk.

Gambar 2.3. Superheater Konveksi
Teknik Mesin
Universitas Lampung

9

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya

2.2.2. Superheater Pancaran atau Radiant Superheater
Superheater pancaran menerima panas dari pancaran. Temperatur api
hanya tergantung dari jenis bahan bakar yang dibakar dan temperatur
udara pembakaran yang dimasukkan kedalam tungku.

Gambar 2.4. Superheater Radiant

2.2.3. Superheater Kombinasi
Superheater Kombinasi merupakan kombinasi antara Superheater
Konveksi dan Superheater Pancaran, maka karakteristik atau sifat-sifat
yang kurang baik dari superheater konveksi dan superheater pancaran
dapat dieliminasi sehingga yang tersisa ialah karakteristik yang baik
dari kedua superheater tersebut:
1. Dapat mengikuti beban.
2. Temperatur uap dapat tinggi.
3. Harganya mahal.


2.3. Uap (Steam)
Teknik Mesin
Universitas Lampung

10

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya

Uap atau steam merupakan gas yang dihasilkan dari proses yang disebut
penguapan. Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan steam adalah air
bersih. Air dari water treatment yang telah diproses dialirkan menggunakan
pompa ke deaerator tank hingga pada level yang telah ditentukan. Pemanasan
dalam deaerator adalah dengan menggunakan steam sisa yang berasal dari hasil
pemutar turbin.

Dengan meningkatnya suhu dan air telah mendekati kondisi didihnya, beberapa
molekul mendapatkan energi kinetik yang cukup untuk mencapai kecepatan yang
membuat sewaktu-waktu lepas dari cairan ke ruang diatas permukaan, sebelum
jatuh kembali ke cairan. Pemanasan lebih lanjut menyebabkan eksitasi lebih besar
dan sejumlah molekul dengan energi cukup untuk meninggalkan cairan jadi
meningkat. Dengan mempertimbangkan struktur molekul cairan dan uap, dapat
diambil kesimpulan bahwa densitas steam lebih kecil dari air, sebab molekul
steam terpisah jauh satu dangan yang lain. Ruang yang secara tiba-tiba terjadi
diatas permukaan air menjadi terisi dengan molekul steam yang padat.

Dalam hal ini pebakaran air dalam boiler adalah air yang melalui deaerator yang
telah melalui pemanasan didalamnya yang dialirkan ke drum boiler (penampung
steam) dan kemudian disuplai kedalam boiler untuk dipanaskan lebih lanjut
sehingga menjadi steam basah. Suhu didalam boiler ini adalah sekitar 400
o
C -
459
o
C. Setelah proses yang tejadi di dalam boiler ini, aliran steam dilanjutkan ke
superheater untuk menjadikan uap kering, suhu steam saat itu sekitar 520
o
C
600
o
C dan siap disalurkan untuk memutar turbin.
Teknik Mesin
Universitas Lampung

11

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya

Jika jumlah molekul yang meninggalkan permukaan cairan lebih besar dari yang
masuk kembali, maka air akan menguap dengan bebas. Pada keadaan ini air telah
mencapai titik didihnya atau suhu jenuhnya, yang dijenuhkan oleh energi panas.
Jika tekananya tetap penambahan lebih banyak panas tidak mengakibatkan
kenaikan suhu lebih lanjut namun menyebabkan air akan membentuk steam jenuh.
Pada tekanan atmosfir suhu jenuh air adalah 100 oC, tetapi jika tekananya
bertambah maka akan ada penambahan lebih banyak panas dan peningkatan suhu
tanpa perubahan fase. Oleh karena itu, kenaikan tekanan secara efektif akan
meningkatkan entalpi air dan suhu jenuhnya. Hubungan antara suhu jenuh dan
tekanan dikenal sebagai kurva steam jenuh.

Air dan steam dapat berada secara bersamaan pada berbagai tekanan dalam kurva
ini, keduanya akan berada pada suhu jenuh. Steam pada kondisi diatas kurva
jenuh dikenal dengan superheated steam (steam lewat jenuh), sedangkan air yang
berada pada kondisi dibawah kurva disebut air sub-jenuh. Jika steam mengalir
dari boiler pada kecepatan yang sama dengan yang dihasilkanya, penambahan
panas lebih lanjut akan meningkatkan laju produksinya. Jika steam yang sama
tertahan tidak meningalkan boiler, dan jumlah panas yang masuk dijaga tetap,
energi yang mengalir ke boiler akan lebih besar daripada energi yang mengalir
keluar. Energi yang berlebih ini akan menaikan tekanan, yang pada giliranya akan
menyebabkan suhu jenuh meningkat, karena suhu steam jenuh berhubungan
dengan tekananya.

Teknik Mesin
Universitas Lampung

12

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya


III. PERHITUNGAN SUPERHEATER


3.1. Energi uap kering yang terbentuk serta efisiensi pemanas lanjut dapat
dicari dengan persamaan sebagai berikut:
Energi bahan bakar (ES)
bb fs s
N m E . =
Dimana:
s
E = kalor hasil proses pembakaran bahan-bahan di pemanas (KW)
fs
m = massa bahan bakar (kg/dtk)
bb
N = nilai kalor bahan bakar (kj/kg)

3.2. Jumlah energi kalor yang dipergunakan untuk mengubah uap basah
menjadi uap.
Panas lanjut dapat ditentukan dengan persamaan :
) (
sl sl sl m
h h m E =
=
Dimana :
m
E = Kalor terpakai untuk menaikan kualitas uap (KW)
sl
m = laju uap lewat panas (Kg/s)
Teknik Mesin
Universitas Lampung

13

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya
sl
h = entalpi uap keluar (Kj/Kg)
sl
h = entalpi uap masuk (Kj/Kg)

3.3. Efisiensi
Efisiensi pemanas lanjut adalah perbandingan antara kalor yang terpakai
untuk mengubah uap basah menjadi uap panas lanjut dengan kalor hasil
proses pembakaran bahan bakar sehingga dapat dituliskan sebagai :
s
sts
s
E
E
= q
Dimana :
s
q : efisiensi pemanas lanjut (%)
sts
E : kalor terpakai untuk merubah uap basah menjadi uap Panas lanjut
(Kj/Ks)
s
E = kalor hasil proses pembakaran bahan bakar pemanas lanjut
(kJ/det)

3.4. Efisiensi pemanas lanjut (
s
q )
naslanjut imasukpema totalenerg
lehuap diperoleho energiyang
s
= q

3.5. Total energi =
bb bb
N m . (kJ/s)


Teknik Mesin
Universitas Lampung

14

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya
3.6. Energi yang diterima uap dari pemanas lanjut :
) (
fg u p s
h h h E =

3.7. Tekanan absolut
atm g abs
P P P + =
Dimana :
g
P =Tekanan Pengukuran (bar)
atm
P = tekanan atmosfir (bar)


Gambar 3.1. skematis instlasi pemanas lanjut (superheater)





Teknik Mesin
Universitas Lampung

15

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya
3.8. Perhitungan Perpindahan Panas dan Laju Aliran

3.8.1. Koefisien Perpindahan Panas
Aliran di dalam celah adalah tertutup sempurna, maka kesetimbangan energi
dapat digunakan untuk menentukan temperatur fluida yang bervariasi dan nilai
total transfer panas konveksi Q
conv
tergantng dari laju aliran massa. Jika perubahan
energi kinetik dan energi potensial diabaikan, maka pengaruh yang signifikan
adalah perubahan energi thermal dan fluida kerja. Sehingga kesetimbangan energi
tergantung pada 3 variable, yang dapat dirumuskan sebagi berikut :
) (
, , i f o f p
ch
conv
T T C m Q =
-
(3.1)
DImana Q
conv
= total transfer panas (W)
ch m
-
= aliran massa yang melalui celah (kg/s)

p
C = koefisien pepindahan panas (Kj/kg.K)

o f
T
,
= temperatur fluida keluar (
o
C)

i f
T
,
= temperatur fluida masuk (
o
C)


3.8.2. Bilangan Reynold
Setiap aliran fluida mempunyai nilai bilangan Reynolds yang merupakan
pengelompokan aliran yang mengalir, pada plat datar dapat dilihat pada gambar
berikut :

Teknik Mesin
Universitas Lampung

16

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya

Gambar 3.2. Daerah aliran lapisan batas plat rata

Pengelompokan aliran yang mengalir tersebut dapat diketahui dengan bilangan
Reynold, sebagai berikut :

u
X U X U
.
. .
Re

= = (3.2)
Dimana Re : Bilangan Reynold

U : Kecepatan aliran bebas


X : Jarak dari tepi depan
u = / : Viskositas kinematic

Transisi dari aliran laminar menjadi turbulen terjadi bila Re > 5.10
5
, untuk aliran
sepanjang plat rata, lapisan batas selalu turbulen untuk Re > 4.10
6
. Untuk aliran
dalam tabung dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


Gambar 3.3. Diagram aliran dalam tabung
Teknik Mesin
Universitas Lampung

17

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya
Pada aliran dalam tabung, aliran turbulen biasanya pada
2300
. .
Re
.
> = =

u
d U d U
m m



3.8.3. Bilangan Nusselt dan angka Prandtl

Parameter yang menghubungkan ketebalan relative antara lapisan batas
hidronamik dan lapisan batas termal adalah maksud dari angka prandtl, angka ini
dapat ditentukan dengan menggunakana tabel, maupun denganmenggunakan
persamaan, seperti berikut ini :

k
C
p
Cp
K

o
u

.
Pr
.
= = = (3.3)
Angka nuselt dirumuskan sebagai berikut :
k
X h
Nu
x
x
.
= (3.4)
Dimana Pr : Angka Prandtl

x
Nu : Angka Nusselt
h : Koefisien Perpindahan Panas Konveksi (W/m
2 o
C)
k : Konduktifitas Termal Fluida (W/m
o
C)

Untuk pat yang dipanaskan pada keseluruhan panjangnya, memiliki persamaan
Nusselt sebagai berikut :
2
1
3
1
Re 332 , 0
x r x
P Nu = (3.5)
Teknik Mesin
Universitas Lampung

18

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya
Persamaan diatas berlaku untuk fluida yang mempunyai angka Prandtl antara 0,6
50, sedangkan untuk angka Prandtl yang rendah memiliki persamaan Nusselt
sebagai berikut:
2
1
2
1
Re 530 , 0
x r x
P Nu = (3.6)
Pada angka Prandtl yang tinggi, memiliki persamaan nusselt sebagai berikut :
4
1
3
2
3 2
1
Pr
0468 , 0
1
Pr Re 3387 , 0
(
(

|
.
|

\
|
+
=
q
x
x
Nu (3.7)
Koefisien perpindahan kalor rata-rata dan angka Nusselt bias diperoleh dengan :
3
1
2
1
Pr Re 664 , 0 2
2
L x L
x
Nu Nu
h h
= =
=
(3.8)
Analisa diatas didasarkan atas pengandaian bahwa sifat-sifat fluida konstan di
seluruh aliran. Jika terdapat perbedaan menyolok antara kondisi dinding dan
kondisi aliran bebas, sifat-sifat tersebut dievaluasi pada suhu film, T
f
yaitu rata-
rata aritmatik antara suhu dinding dan suhu aliran bebas
2

+
=
T T
T
w
f
(3.9)
Beda suhu rata-rata sepanjang plat dapat dihitung dengan :
3
1
2
1
Pr Re 6795 , 0
/
L
w
w
k L q
T T =

(3.10)



Teknik Mesin
Universitas Lampung

19

KELOMPOK 3
Sistem Pembangkit Daya


DAFTAR PUSTAKA


Ahusda Prayunanta. 2008. Penerapan Kontrol Optimal LQG Pada Sistem
Kontrol Cascade PI &P Untuk Pengendalian Temperatur Steam di
Superheater. Surabaya: ITS.

Sugiarto Tris. 2008. Analisis Kinerja Alat Superheater Pada Instalasi
Pembangkit Tenaga Uap. Jakarta : Universitas Pancasila Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai