Data Analysis Competition 2014 Applying Statistics To Explore Indonesia's Economy (Semi-Final)
Data Analysis Competition 2014 Applying Statistics To Explore Indonesia's Economy (Semi-Final)
37.6 37.4 37.2 37.0 36.8 2007 2008 2009 Tahun 2010 2011 2012
Correlations: Penduduk, Tahun Pearson correlation of Penduduk and Tahun = 1.000 P-Value = 0.000
Dari scatterplot di atas ddapat bahwa dari tahun ke tahun jumlah penduduk di Jawa Timur makin tinggi. Sekarang akan dicari juga hubungan antara jumlah penduduk dengan konsumsi beras. Namun data yang diketahui dalam soal sudah berupa konsumsi beras per kapita. Sehingga dapat diberikan plot konsumsi beras dari tahun ke tahun:
96
Kg/Kapita
94
92
90
Correlations: Tahun, Kg/Kapita Pearson correlation of Tahun and Kg/Kapita = 0.754 P-Value = 0.084
Dengan menggunakan , Karena P-Value< 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi dari konsumsi beras per kapita dengan tahun adalah 0.754 (korelasi bertipe sedang dan positif). Dari kedua grafik di atas,dari tahun ke tahun, dapat disimpulkan terdapat jumlah penduduk yang meningkat dan juga konsumsi beras per kapita yang meningkat. Karena telah diketahui bahwa konsumsi beras menjadi esensial, artinya beras merupakan barang yang tidak elastis di Jawa Timur (tidak elastis artinya kenaikan harga terhadap beras tidak akan mengurangi permintaan beras). Hal ini juga didukung oleh data sebagai b erikut:
8000
H Beras
7000
6000
Correlations: Tahun, H Beras Pearson correlation of Tahun and H Beras = 0.964 P-Value = 0.002
Scatterplot of Kg/Kapita vs H Beras
98
96
Kg/Kapita
94
92
90
Correlations: H Beras, Kg/Kapita Pearson correlation of H Beras and Kg/Kapita = 0.716 P-Value = 0.109
Dengan menggunakan , dapat dilihat dari grafik pertama di atas dan koefisien korelasi di atas, bahwa dari tahun ke tahun harga beras makin tinggi. Dari grafik kedua, didapat pula bahwa semakin tinggi harga beras, maka tidak mempengaruhi konsumsi beras. Hal ini didukung dari P-Value > 0.1 sehinga H0: tidak ditolak. Karena beras tidak elastis, sulit untuk mengganti beras dengan komoditas lain dari analisis perilaku konsumen beras di Jawa Timur di atas. Sehingga mau tidak mau, pemerintah Jawa Timur harus menambah produksi beras seiring berjalannya waktu (dari tahun ke tahun). Menurut soal, sudah digalakan program untuk menambah produksi dari tahun ke tahun. Namun dijelaskan pula bahwa terdapat kendala yakni lahan yang semakin berkurang dari tahun ke tahun, sehingga dilakukan program lain yaitu mengimpor beras agar ketersediaan konsumsi beras terjaga.
ANALISIS PERILAKU PRODUSEN BERAS (PETANI PADI) Dinyatakan pula bahwa impor beras mempengaruhi kesejahteraan petani. Namun tidak diketahui pengaruh yang diberikan merupakan dampak positif atau dampak negatif terhadap kesejahteraan petani. Oleh karena itu, akan dianalisis pengaruh seperti apa yang diberikan impor terhadap kesejahteraan petani. Perhatikan grafik berikut:
Scatterplot of NTP Tanaman Pangan vs Jumlah Import
102
100
98
96
94
Pearson correlation of NTP Tanaman Pangan and Jumlah Import = 0.792 P-Value = 0.060 Dengan menggunakan , dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang positif antara jumlah impor dengan NTP Tanaman Pangan. Artinya, semakin banyak impor yang dilakukan, kesejahteraan petani makin baik. Hal ini tentunya dapat dijelaskan lebih lanjut dalam ilmu ekonomi. Karena menurut ilmu ekonomi, semakin banyak impor yang dilakukan pada perekonomian 3 sektor (net ekspor = 'jumlah ekspor'-'jumlah impor' semakin rendah) pendapatan nasional (Y = C+G+I+net ekspor) akan semakin kecil. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah harus menarik pajak yang tinggi dari penduduk ataupun mengeluarkan obligasi ke masyarakat. Hal ini akan menyebabkan uang yang beredar dimasyarakat semakin sedikit. Akan tetapi, untuk membayar utang yang ada dimasyarakat pemerintah umumnya akan mencetak uang dalam jumlah banyak sehingga inflasi pun terjadi. Hal ini didukung dari data price index sebagai berikut:
Scatterplot of Indeks diterima Tanaman Pangan vs Tahun
150
Indeks diterima Tanaman Pangan
140
130
120
110
Correlations: Indeks diterima Tanaman Pangan, Tahun Pearson correlation of Indeks diterima Tanaman Pangan and Tahun = 0.978 P-Value = 0.001
150 140 130 120 110 100 2007 2008 2009 Tahun 2010 2011 2012
Correlations: Tahun, Indeks dibayar Tanaman Pangan Pearson correlation of Tahun and Indeks dibayar Tanaman Pangan = 0.996 P-Value = 0.000
Dari kedua grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun, terdapat indeks harga yang semakin tinggi relatif terhadap harga pada tahun 2007. Ini menandakan terjadinya inflasi di Jawa Timur dari tahun 2007-2012. Untuk menghadapi perdagangan bebas nantinya, saran dan kesadaran generasi muda seharusnya tetap mengkonsumsi beras lokal (beras yang dihasilkan petani Indonesia) dan menolak penawaran dari barang substitusinya yang lain. Caranya dengan menaikkan bea cukai untuk barang substitusi tersebut sehingga barang tersebut less preferable dibanding beras lokal. Mengapa hal ini harus dilakukan? Supaya beras lokal makin inelastis dan akhirnya penggalaan produksi beras lokal terus diimpor dan akhirnya menaikkan NTP Tanaman Pangan. Kebutuhan protein masih dapat dicukupi dengan konsumsi ikan dari nelayan lokal ataupun barang lokal lainnya.
Catatan: Analisis ekonomi di atas dilakukan dengan prinsip Ceteris Paribus (faktor lain dianggap tetap untuk memudahkan analisis). Sehingga tim tidak menganalisis komoditas alternatif
yang lain karena tidak ada data konsumsi komoditas tersebut per kapita dan telah dipaparkan bahwa beras merupakan komoditas yang inelastis di Jawa Timur.
KESIMPULAN Untuk menyejahterakan konsumen (tujuan ekonomi pada umumnya), pemerintah seharusnya tetap memproduksi padi karena beras merupakan komoditas inelastis. Untuk menyejahterakan produsen (petani), saran yang ditujukan kepada pemerintah adalah terus melakukan impor beras selama tidak terjadi pengangguran yang hebat di Indonesia. Untuk menghadapi perdagangan bebas nantinya, saran dan kesadaran generasi muda seharusnya tetap mengkonsumsi beras lokal (beras yang dihasilkan petani Indonesia) dan menolak penawaran dari barang substitusinya yang lain. Caranya dengan menaikkan bea cukai untuk barang substitusi tersebut sehingga barang tersebut less preferable dibanding beras lokal. Mengapa hal ini harus dilakukan? Supaya beras lokal makin inelastis dan akhirnya penggalaan produksi beras lokal terus diimpor dan akhirnya menaikkan NTP Tanaman Pangan. Kebutuhan protein masih dapat dicukupi dengan konsumsi ikan dari nelayan lokal ataupun barang lokal lainnya.