Anda di halaman 1dari 12

1. Tujuan anestesi?

Menilai, merancang,menyiapkan pasien untuk anestesi Membantu pasien menghilangkan nyeri pada saat pembedahan, persalinan, atau pada saat dilakukan tindakan diagnostic terapeutik Memantau dan memperbaiki homeostasis pasien perioperatif dan pada pasien dalam keadaan kritis Mendiagnosis dan mengobati sindroma nyeri Mengelola dan mengajarkan Resusitasi Jantung Paru (RJP) Membuat evaluasi fungsi pernapasan dan mengobati gangguan pernapasan Mengajarkan, memberi supervise dan mengadakan evaluasi tentang penampilan personel paramedic dalam bidang anestesi, perawatan pernapasan dan perawatan pasien dalam keadaan kritis Mengadakan penelitian tentang ilmu dasar dan ilmu klinik untuk menjelaskan dan memperbaiki perawatan pasien terutama tentang fungsi fisiologis dan respon terhadap obat Melibatkan diri dalam administrasi RS, pendidikan kedokteran dan fasilitas rawat jalan yang diperlukan untuk implementasi pertanggung jawaban 2. Premedikasi? Pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi 3. Tujuan premedikasi? -Meredakan kecemasan dan ketakutan -Memperlancar induksi anesthesia -Mengurangi sekrtesi kelenjar ludah dan bronkus -Meminimalkan jumlah pobat anestetik -Mengurangi mual muntah pasca bedah -Menciptakan amnesia -Mengurangi isi cairan lambung -Mengurangi refleksi yang membahayakan 4. Induksi? Tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anesthesia dan pembedahan 5. STATICS? S: Scope Stetoscope, untuk mendengarkan suara paru dan jantung

Laringo-scope, Pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang T: Tubes Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia <5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan balon (cuffed) A: Airway Pipa mulut-faring (Guedel, Orotracheal airway), atau pipa hidungfaring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas. T: Tape Plester. Untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut. I: Introducer Mandrin atau Stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan C: Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anesthesia S: Suction Penyedot lender, ludah, dan lainnya 6. Fungsi hati? A. Regulasi metabolic -Regulasi karbohidrat, menjaga agar kadar glukosa darah + 90 mg/dl -Regulasi lemak -Regulasi asam amino, trigliserida, asam lemak, kolesterol -Membersihkan sisa produk, ammonia, urea, toksin, sisa obat -Penyimpanan vitamin larut lemak (A, D, E, K) dan vitamin B12 -Penyimpanan mineral -Inaktivasi obat B. Regulasi hematologic -Fagositosis dan pembersihan antigen -Sintesis protein plasma -Pembersihan antibody -Pembersihan toksin -Sintesa dan produksi empedu -Regulasi sirkulasi jormon C. Produksi empedu D. Proses emulsifikasi 7. Mallampati (1-4) Kesulitan intubasi dikatakan dapat terjadi bila seorang dokter anestesi tidak dapat memasukan endotracheal tube pada waktu dan cara yang tepat. Dapat dikatakan bahwa dibutuhkan lebih dari satu kali percobaan untuk melakukan intubasi. Bagaimanapun juga sulit intubasi dapat dihubungkan dengan derajat terlihat atau tidaknya penglihatan dari laringoskop. Dikatakan sulit intubasi apabila pada penglihatan terlihat derajat III atau IV. Derajat I : Pita suara terlihat Derajat II : Hanya sebagian pita suara terlihat.

Derajat III : Hanya epiglottis yang terlihat. Derajat IV : Epiglottis tidak terlihat samasekali. Dengan menggunakan bantuan skor Mallampati, dapat ditentukan derajat penyempitan anatomis orofaringeal. Pada skor Mallampati kelas (1), palatum mole, isthmus faucium, uvula dan pilar-pilar terlihat jelas. Pada kelas (2), palatum mole, isthmus faucium dan sebagian uvula terlihat. Pada kelas (3), palatum mole dan basis uvula terlihat. Dan pada kelas (4), hanya palatum durum yang terlihat.

8. Anestesi intravena Propofol: - Dosis: untuk induksi 2-2,5 mg/KgBB. Rumata untuk anesthesia IV total 4-12 mg/KgBB/jam. Sedasi untuk perawatan intensif 0,2 mg/Kg - Onset: 4-5 menit - Efek samping: o Menimbulkan depresi respirasi yang beratnya sesuai dengan dosis yang diberikan o Henti napas sesaat o Tekanan darah turun yang segera diikuti dengan kompensasi peningkatan denyut nadi. Midazolam Dosis : Dosis premedikasi dewasa 0,07-0,10 mg/kgBB, disesuaikan dengan umur dan keadaan pasien. Dosis lazim adalah 5 mg. pada orang tua dan pasien lemah dosisnya 0,025-0,05 mg/kgBB. Onset : 2 menit Efek samping : Efek sampingnya terjadi perubahan tekanan darah arteri, denyut nadi dan pernafasan, umumnya hanya sedikit Ketamin

Dosis : 1-2 mg/kgBB pelan-pelan. Pada seksio sesaria dosis dikurangi, yaitu 0,5-1,0 mg/kgBB. Pada anak-anak balita, untuk induksi diberikan secara intramuscular (tanpa pengenceran) dengan dosis 5-10 mg/kgBB. Onset : secara intramuscular 5-8 menit. Efek samping : o Pada susunan saraf pusat, akibat efek disosiasinya menimbulkan halusinasi, mimpi buruk dan kadang-kadang terjadi gaduh gelisah. o Pada respirasi sering timbul spasme laring akibat rangsangan pada jalan napas atas. o Pada kardiovaskular, terjadi hipertensi dan takikardi o Pada endokrin terjadi peningkatan kadar gula darah o Pada otot rangka terjadi rigiditas o Meningkatkan konsumsi oksigen jaringan o Meningkatkan jumlah perdarahan pada luka operasi.

Fentanil - Dosis: o Untuk analgesia 1-2 ug/kgBB, diberikan intramuscular o Untuk induksi anesthesia 100-200 ug/kgBB intravena o Untuk suplemen analgesia 1-2 ug/KgBB intravena. - Onset : cepat - Efek samping o Menurunkan kesadaran pasien o Depresi pusat napas dan kesadaran pasien turun sampai koma o Depresi pusat napas

9. Inhalasi Yang umum digunakan N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran dan sevofluran - N2O = (N2O/gas gelak). N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, tidak iritatif, tidak berasa, lebih berat dari udara, tidak mudah terbakar/meledak, dan tidak bereaksi dengan soda lime absorber (pengikat CO2). Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi N2O:O2 yaitu 60% : 40%, 70% : 30%, dan 50%: 50%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan 20% : 80%, untuk induksi 80% : 20%, dan pemeliharaan 70% : 30%. N2O sangat berbahaya bila digunakan pada pasien pneumotoraks, pneumomediastinum, obstruksi, emboli udara, dan timpanoplasti. - Halotan = Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, mudah menguap, tidak mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime, dan mudah diuraikan cahaya. Halotan merupakan obat anestetik dengan kekuatan 4-5 kali eter atau 2 kali kloroform. Keuntungan penggunaan halotan adalah induksi cepat

dan lancar, tidak mengiritasi jalan napas, bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi terhadap syok, jarang menyebabkan mual/muntah, tidak mudah terbakar dan meledak. Kerugiannya adalah sangat poten, relatif mudah terjadi overdosis, analgesi dan relaksasi yang kurang, harus dikombinasi dengan obat analgetik dan relaksan, harga mahal, menimbulkan hipotensi, aritmia, meningkatkan tekanan intrakranial, menggigil pascaanestesi, dan hepatotoksik. Overdosis relatif mudah terjadi dengan gejala gagal napas dan sirkulasi yang dapat menyebabkan kematian. Dosis induksi 24% dan pemeliharaan 0,5-2%. Enfluran= Enfluran merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan soda lime. Induksi dengan enfluran cepat dan lancar. Obat ini jarang menimbulkan mual dan muntah serta masa pemulihannya cepat. Dosis induksi 2-4,5% dikombinasi dengan O2 atau campuran N2-O2. Dosis rumatan 0,5-3 % volume. Sevafluran = Obat anestetik ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling disukai untuk induksi inhalasi. Induksinya enak, dan cepat terutama pada anak. Dosis induksi 6-8 vol%. Dosis rumatan 1-2 vol%. Isofluran = Isofluran merupakan eter berhalogen, berbau tajam, dan tidak mudah terbakar. Keuntungan penggunaan isofluran adalah irama jantung stabil dan tidak terangsang oleh adrenalin serta induksi dan masa pulih anestesi cepat. Namun, harga obat ini mahal. Dosis induksi 3-3,5% dalam O2 atau kombinasi N2-O2. Dosis rumatan 0,5-3%.

10. Lumpuh otot: dapat dicapai dengan mendalamkan anesthesia umum inhalasi, melakukan blockade saraf regional dan memberikan pelumpuh otot Rokuronium -Dosis awal: 0,6-1,0 mg/Kg, dosis rumatan: 0,1-0,15 mg/Kg -Durasi: 30-60 menit -Efek samping: Atrikurium -Dosis awal: 0,5-0,6 mg/Kg, dosis rumatan: 0,1 mg/Kg -Durasi: 20-45 menit -Efek samping: aman untuk hepar, ginjal Vekuronium -Dosis awal: 0,1-0,2 mg/Kg, dosis rumatan: 0,015-0,02 mg/Kg -Durasi: 25-45 menit -Efek samping: 11. Obat-obat analgesic - Opioid Berdasarkan struktur kimia, analgesic narkotikatau opioid, dibedakan menjadi 3 kelompok:

1) Alkaloid opium (natural): morfin dan kodein 2) Derivate semisintetik : diasetilmorfin (heroin), hidromorfin, oksimorfon, hidrokodon dan oksikodon. 3) Derivate sintetik: o Fenilpiperidine : petidin, fentanil, sulfentanil dan elfentanil. o Benzmorfans : Pentazosin, fenazosin dan siklazosin. o Morfinans : Lavorvanol o Propionanilides : Metadon o Tramadol Sebagai analgeti, opioid bekerja secara sebtral pada reseptor-reseptor opioid yang diketahui ada 4 reseptor, yaitu: 1. Reseptor MU Morfin bekerja secara agonis pada reseptor ini. Stimulasi pada reseptor ini akan menimbulkan analgesia, rasa segar, euphoria dan depresi respirasi. 2. Reseptor Kappa Stimulasi reseptor ini menimbulkan analgesia, sedasi dan anesthesia. Morfin bekerja pada reseptor ini. 3. Reseptor Sigma Stimulasi reseptor ini menimbulkan perasaan disforia, halusinasi, pupil midriasis dan stimulasi respirasi. 4. Reseptor Delta Pada manusia peran reseptor ini belum diketahui dengan jelas. Diduga memperkuat reseptor MU. Golongan narkotik yang sering digunakan sebagai obat premedikasi adalah: petidin dan morfin. Sedangkan fentanil digunakan sebagai suplemen anesthesia. A. Efek farmakologis a. Terhadap susunan saraf pusat Sebagai analgetik, obat ini bekerja pada thalamus dan substansia gelatinosa medulla spinalis, disamping itu narkotik juga mempunyai efek sedasi. b. Terhadap respirasi Menimbulkan depresi pusat napas terutama pada bayi dan orang tua. Namun efek ini dapat dipulihkan dengan nalorpin atau nalokson. Terhadap bronkus, petidin menyebabkan dilatasi bronkus, sedangkan morfin menimbulkan konstriksi akibat pengaruh pelepasan histamine. c. Terhadap sirkulasi Pada kehamilan, narkotik dapat melewati barier plasenta sehingga bisa menimbulkan depresi nafas pada bayi baru lahir. d. Terhadap system lain

Merangsang pusat muntah, menimbulkan spasme spinter kandung empedu sehingga menimbulkan kolik abdomen. Morfin merangsang pelepasan histamine sehingga bisa menimbulkan rasa gatal seluruh tubuh atau minimal pada daerah hidung, sedangkan petidine, pelepasan histamine nya bersifat local ditempat suntikan. B. Penggunaan klinik Morfin mempunyai kekuatan 10 (sepuluh) kali dibandingkan petidin, ini berarti bahwa dosis morfin sepersepuluh dari petidin, sedangkan fentanil 100 kali dari petidin. Analgetik narkotik digunakan sebagai: a. Premedikasi: petidin diberikan intramuscular dengan dosis 1 mg/kgBB, sedangkan morfin sepersepuluhnya dari petidin, sedangkan fentanil seperseratus dari petidin. b. Analgetik untuk pasien yang menderita nyeri akut/kronis, diberikan sistemik atau regional intratekal/epidural. c. Suplemen enestesia atau analgesia d. Analgetik pada tindakan endoskopi atau diagnostic lain e. Suplemen sadasi dan analgetik di Unit Terapi Intensif. C. Kontraindikasi Tidak boleh diberikan pada pasien yang mendapatkan preparat penghambat monoamine oksidase, pasien asma dan penderita penyakit hati. D. Efek samping atau tanda-tanda intoksikasi 1. Memperpanjang masa pulih anesthesia 2. Depresi pusat nafas sehingga pasien bisa henti napas 3. Pupil miosis 4. Spasme bronkus pada pasien asma terutama akibat morfin 5. Kolik abdomen akibat spasme sfingter kandung empedu. 6. Mual muntah dan hiperventilasi 7. Gata-gatal seluruh tubuh. E. Sediaan a. Petidin dalam bentuk ampul 2 ml yang mengandung 50 mg/ml tidak berwarna. b. Fentanil dalam bentuk ampul 2 dan 10 ml, tiap ml mengandung 50 g. c. Morfin dalam bentuk ampul 1 ml yang mengandung 10 atau 20 mg, tidak berwarna dan bisa dicampur dengan obat lain. - Non-opioid o Jenis obat : Asam asetil salisilat Asam asetil salisilat (aspirin) digunakan untuk mengurangi nyeri ringan atau sedang dan biasanya dikombinasi dengan analgetik lain untuk 3-4 hari. Aspirin lebih bersifat anti piretik. Dosis oral tablet 250-500 mg/8-12 jam. Indometasin Indometasin (confortid) 25 mg/8-12 jam bermanfaat untuk mengobati arthritis. Diklofenak

Diklofenak (voltaren): Dosis awal oral 50-100 mg/8-12 jam Suntikan: 75 mg Suppositoria 50-100 mg/jam Ketorolak Ketorolak (toradol) dapat diberikan secara oral, intramuscular atau intravena. Tidak dianjurkan untuk intratekal atau epidural. Setelah suntikan intramuscular atau intravena efek analgesinya dicapai dalam 30 menit, maksimal setelah 1-2 jam dengan lama kerja sekitar 4-6 jam dan penggunaannya dibatasi untuk 5 hari. Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Untuk pasien normal dosis sehari dibatasi maksimal 90 mg dan untuk berat <50 kg, manula atau gangguan faal ginjal dibatasi maksimal 60 gram. Sifat analgetik ketorolac setara dengan opioid, yaitu 30 mg ketorolak = 12 mg morfin = 10 mg petidin, sedangkan sifat anti piretik dan anti inflamasinya rendah. Ketorolak dapat digunakan secara bersamaan dengan opioid. Cara kerja ketorolak ialah menghambat sintesis prostaglandin di perifer tanpa mengganggu reseptor opioid di system saraf pusat. Seperti NSAID lain tidak dianjurkan untuk wanita hamil, menghilangkan nyeri persalinan, wanita sedang menyusui, usia lanjut, anak usia <4 tahun, gangguan perdarahan dan bedah tonsilektomi. Ketoprofen Ketoprofen (profenid) dapat diberikan secara oral kapsul atau tablet 100-200 mg setiap hari, per rectal 1-2 suppositoria setiap hari, suntikan intramuscular 100-300 mg perhari atau intravena perinfus dihabiskan dalam 20 menit. Piroksikam Piroksikam (feldane) dapat diberikan secara oral kapsul, tablet, flash, suppositoria atau ampul 10-20 mg. Tenoksikam Tenoksikam (tilcotil) biasanya diberikan secara suntikan intramuscular, intravena ampul 20 mg setiap hari yang dilanjutkan dengan oral. Hasil metabolisme dibuang lewat ginjal dan sebagian lewat empedu. Meloksikam Meloksikam (movicox) adalah inhibitor selektif Cox-2 dengan efektifitas sebanding diklofenak (voltaren) atau piroksikam (feldane) dalam mengurangi nyeri, tetapi dengan efek samping minimal. Dosis perhari satu tablet 7,5 mg atau 15 mg. Acetaminophen Acetaminophen (paracetamol, panadol) tidak punya sifat anti inflamasi dan sifat inhibitor terhadap sintesis prostaglandin sangat lemah, karena itu tidak

digolongkan sebagai NSAID. Biasanya untuk nyeri ringan dan dikombinasi dengan analgetik lain. Dosis oral 500-1000 mg.4-6 jam Dosis maksimal 4000 mg/hari Dosis toksis dapat menyebabkan nekrosis hati, karena dirusak oleh enzim mikrosomal hati. Acetaminophen lebih disukai disbanding aspirin, karena efek samping terhadap lambung dan gangguan pembekuan darah minimal. o Efek samping golongan NSAID 1. Gangguan system saluran cerna Lambung merasa nyeri, panas, kembung, mual-muntah, konstipasi, diare, dyspepsia, perdarahan tukak lambung, ulserasi mukosa lambung dan perforasi. 2. Hipersensitivitas kulit a. Ringan: gatal, pruritus, erupsi, urtikaria. b. Berat: sindroma Steven-Jhonson, sindroma Lyell (jarang) 3. Gangguan fungsi ginjal Terjadi penurunan aliran darah ginjal, penurunan lajufiltrasi glomerulus, retensi natrium, hiperkalemia, peningkatan ureum, kreatinin, prerenal azotemia, nekrosis papil ginjal, nefritis, sindroma nefrotik. 4. Gangguan fungsi hepar Peningkatan kadar SGOT, SGPT, gamma-globulin, bilirubin, ikterus hepatoseluler. 5. Gangguan system darah Terjadi trombositopenia, leukemia, anemia aplastik. 6. Gangguan kardiovaskular Akibat retensi air dapat menyebabkan edema, hipertensi dan gagal jantung. 7. Gangguan respirasi berupa tonus otot bronkus meningkat, asma. 8. Keamanannya belum terbukti pada wanita hamil, wanita menyusui, proses persalinan, anak kecil dan manula. 12. Koreksi cairan - Hipokalium K< 3 mEq/L, gejala: aritmia (ventricular tachycardia, supraventricular tachycardia, bradycardia, conduction delay), ECG abnormal (U wave, GT interval prolongation, flat or inverted T), otot lemah atau paralise, parestesia, ileus, kramp perut, mual-muntah. K< 2 mEq/ L fatal Penyebab :

Pergeseran transeluler: alkalosis, hiperventilasi, insulin, adrenergic agonist. Kehilangan melalui ginjal: dieresis, alkalosis metabolic, gangguan tubuli ginjal, diabetic ketoasidosis, obat (diuretika, aminoglikosida), hipomagnesemia, muntah, cushings disease, hiperaldosteronisme. Kehilangan diluar ginjal: diare, keringat berlebihan, nasogastric suction Asupan kurang, malnutrisi, alkoholisme, anoeexia nervosa. Terapi : K+ >3 mEq/L oral atau via NGT : 20-40 mmol K+ < 3 mEq/kg (4,5 X ) x BB x 0,3 = .mEq. kecepatan: 0,5 mEq/kg/jam; pediatric: 0,2-0,3 mEq/kg/jam. Hiperkalium K+ > 6 mEq/L, timbul gejala: arrhythmia, heart block, bradikardia, konduksi dan kontraksi terbatas, ECG abnorman (diffuse peaked T wave, PR prolongation, QRS widening, diminished P wave, sine waves), kelemahan otot, paralise, parestesia, reflex hipoaktif. K+ > 7 mEq/L fatal Penyebab : disfungsi ginjal, asidemia, hipoaldosteronisme, obat (potassium sparing diuretic, ACE inhibitor, succinylcholine, NSAIDs), kematian sel (rhabdomyolysis, tumorlysys, hemolisis, luka bakar), asupan berlebohan. Terapi : ECG abnormal: CaCl 10% 5-10 ml pelan-pelan Redistribusi Kalium: Insulin 10 unit dan 5 % Dextrose 500 ml i.v ; natrium bikarbonat 1 mEq/kg i.v pelan-pelan; 2 agonist albuterol inhaled ; 10-20 mg Ekskresi Kalium: Loop diuretic (lasix), dialisa. Hiperventilasi, sehingga CO2 turun alkalosis respiratorik K+ masuk intrasel. Hiponatremia <120 mg/L, timbul gejala disorientasi, gangguan mental, letargi, irritability, lemah dan respiratory arrest <110 mg/L, timbul gejala: kejang, koma. Penyebab: o Euvolemia : SIADH, polidipsi psikogenik. o Hipovolemia : disfungsi tubuli ginjal, diare, muntah, thitd space losses, diuretika. o Hipervolemia : cirrhosis, nephrosis.

Terapi : o Na+ 125 mg/L restriksi cairan o Na+ < 120 mg/L NaCl 3 % : (140-X) x BB x 0,6 = mg o Pediatric : 1,5-2,5 mg/kg - Hipernatremia Natrium > 160 mg/L, gejala: perubahan mental, letargi, kejang, koma, lemah. Penyebab: o Kehilangan cairan: diare, muntah, dieresis, diabetes insipidus, keringat berlebihan o Asupan air kurang: tidak ada rasa haus, salah akses o Asupan berlebihan: salt tablet, saline hypertonic, bik-nat Terapi : Kelebihan Natrium : (X-140) x BB x 0,6 = . Mg Deficit cairan : {(X-140) x BB x 0,6} : 140 = ..L, berikan 5% Dextrose in water. - Biknat Actual Bikarbonat adalah jumlah bikarbonat dalam darah yang sesuai dengan tekanan parsial CO2 yang diperiksa. Bersama-sama dengan standard bikarbonat, digunakan untuk menilai gangguan keseimbangan asam-basa. Nilai normal = 24 mEq/L - PRC - Magnesium Berfungsi untuk transver energy dan elektrik Penyebab : o Kehilangan lewat ginjal: diuretic, disfungsi tubuli ginjal, hipokalemia, obat (Ampoterisin, aminoglycoside) o Kehilangan lewat gastrointestinal : diare, malabsorbsi, nasogastric suction. o Pergeseran transselular o Pulih dari hipotermia, refeeding. o Asupan kurang o Malnutrisi, alkoholisme, nutrisi parenteral. Manifestasi klinis: overlap antara hiperkalemia dan hipomagnesemia, terjadi: gangguan kardiovaskular (QT prolongation, arrhythmia, vasospasme, myocardial ischemia) neuromuskuler abnormal (lemah, tremor, tetani, kejang), koma, hipokalemia, hipokalsemia. Terapi Emergensi (arrhythmia): MgSO4 10% 0,2 ml/kg/dose i.v pelan-pelan. 13. Macam-macam cairan

-koloid Cairan yang mengandung zat dengan BM tinggi ( > 8000 dalton), missal : protein. Tekanan onkotik tinggi, sehingga sebagian besar akan tetap tinggal diruangan intravaskuler. Termasuk golongan ini : Albumin Blood product : RBC Plasma protein fraction : plasmanat Koloid sintetik : dextran, hetastarch Berdasarkan tujuan pemberian cairan, ada 3 jenis : Cairan Rumatan. Cairan hipotenis : D5%, D5%+1/4NS dan D5%+1/2NS Cairan pengganti. Cairan isotonis : RL, NaCI 0,9%, koloid. Cairan khusus. Cairan hipertonik : NaCI 3%, mannitol 20%, bic-nat. -kristaloid Cairan yang mengandung zat dengan BM rendah ( < 8000 Dalton ) dengan ata tanpa glukosa. Tekanan onkotik rendah, sehingga cepat terdistribusi keseluruh ruang ekstraseluler. Ringer laktat. Ringer NaCI 0,9% (Normal Saline) Dextrose 5% dan 10% Darrow. D5%+NS dan D5%+1/4NS.

Anda mungkin juga menyukai