Berlaku adil terhadap orang kafir "Allah tiada melarang kamu untuk berlaku adil terhadap orang orang (kafir)yang tidak memerangi kamu dalam urusan dhin/agama dan tidak mengusirmu dari kampung halamanmu, sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang berlaku adil."(60.Al.Mumtahanah:8) 2.Jangan berteman dengan orang kafir yang memusuhi dirimu / saudaramu seiman "Sesungguhnya Allah melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang orang(kafir harbi) yang memerangi kamu dalam urusan Dhin/agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu orang lain mengusirmu, Barang siapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang yang Dzalim." (60.Al.Mumtahanah:9)
192 0
Segala puji bagi Allah subhanahu wataala sholawat dan salam atas Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam, keluarga serta para shohabatnya dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya, Amma badu. Di antara pokok aqidah Islamiyah adalah wajib atas setiap muslim untuk mencintai orang yang seaqidah dan memusuhi orang yang memusuhi aqidah Islam serta menyelisihi mereka terhadap apa yang bertentangan dengan aqidah Islam dan tidak mengikutinya. Mencintai dan berloyalitas kepada orang yang ikhlas dan bertauhid, serta membenci ahli syirik dan memusuhi mereka. Itu adalah termasuk millah Ibrahim alaihissalam dan orang-orang yang bersamanya dan kita diperintah untuk bertauladan dengan mereka, sebagaimana Allah subhanahu wataala berfirman : Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Kami ingkari (kekafiran)mu, dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kamu untuk selama-lamanya hingga kamu beriman kepada Allah semata. [Al-Mumtahanah: 4] Dan juga merupakan agama Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, Allah subhanahu wataala berfirman: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [QS. Al Maidah : 51] Ini adalah pengharaman khusus dalam berwala (berkasih sayang) kepada Ahlu Kitab. Allah subhanahu wataala juga mengharamkan berwala (berkasih sayang) dengan semua orang kafir secara umum walaupun mereka itu orang yang paling dekat nasabnya, sebagaimana dalam firman-Nya:
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. [QS. At-Taubah: 23] Allah subhanahu wataala juga berfirman : Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. [QS Al Mujadalah: 22] Kebanyakan orang tidak tahu tentang pokok agama yang agung ini, hingga ada orang yang menisbahkan dirinya kepada ilmu agama dan dawah berkata tentang Nashara atau Yahudi bahwasanya mereka adalah saudara-saudara kita, atau permusuhan kita dengan mereka bukan karena perkara agama tetapi karena mereka merebut tanah Palestina. Betapa bahayanya kalimat mereka ini!!! Asy-Syaikh Shalih bin Abdullah bin Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menyebutkan di antara ciri (tanda/bentuk) wala kepada orang kafir, yaitu : 1.Tasyabbuh (menyerupai) mereka dalam berpakaian, berbicara dan selainnya. Karena tasyabbuh (menyerupai) mereka dalam berpakaian, berbicara dan selainnya menunjukkan kecintaan kepada orang yang ditirunya, oleh karena itu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
Barangsiapa yang menyerupai satu kaum maka ia termasuk golongan kaum tersebut Haram hukumnya menyerupai orang kafir dalam perkara yang merupakan kekhususan mereka baik tasyabbuh berupa adat, ibadah, tingkah laku ataupun akhlaq mereka (seperti: mencukur jenggot, memanjangkan kumis), membiasakan diri menggunakan bahasa mereka kecuali jika ada hajat -, dalam tata cara berpakaian, makan, minum dan selainnya. 2.Menggunakan kalender mereka, khususnya kalender yang menggambarkan perayaan dan hari raya mereka seperti kalender yang disusun berdasarkan kelahiran Isa AlMasih (menurut mereka, pent.). Yakni kalender yang mengingatkan (memperingati) lahirnya Al-Masih alaihissalam yang mereka ada-adakan dari diri mereka dan bukan dari agama Isa Al-Masih alaihissalam. Menggunakan kalender ini berarti turut serta menghidupkan syiar dan ied (hari raya) mereka. Dalam rangka menjauhi hal inilah para shohabat radhiyallahu anhum membuat kalender Muslimin pada zaman Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. Mereka berpaling dari tanggalan orang kafir dan membuat tanggalan berdasarkan hijrahnya Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam. Ini menunjukkan wajibnya menyelisihi orang kafir dalam masalah ini dan lainnya yang merupakan kekhususan mereka. Wallahul mustaan. 3.Turut serta bersama mereka dalam perayaan ied (hari raya) mereka, membantu dalam merayakannya, mengucapkan ucapan selamat ketika hari perayaan atau menghadiri perayaannya. Dan orang-orang yang tidak menghadiri zur [QS. Al Furqan: 72] Yakni di antara sifat-sifat hamba Allah subhanahu wataala adalah tidak menghadiri harihari ied (hari raya) orang kafir, (dan masih banyak lagi yang Beliau hafizhahullah sebutkan, namun kami cukupkan dengan penyebutan 3 poin ini karena keterbatasan tempat dan yang berkenaan dengan keadaan kaum Muslimin di hari-hari ini). Berikut tanya jawab dengan Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah kaitannya dengan perkara tersebut. Apakah kita diperbolehkan memberikan sikap loyal (dukungan) kepada orang kafir? Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa ber-wala` kepada orang kafir dengan memberikan rasa cinta, bantuan atau pertolongan (kepada mereka) serta menjadikan mereka sebagai teman dekat adalah haram dan dilarang, sebagaimana telah berlalu pendalilannya dalam surah Al-Mujadilah ayat 22. Dan Allah subhanahu wataala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. [Ali-Imran:118] Dan tidak semestinya seorang mukmin percaya dengan selain mukmin (kafirin) bagaimanapun ia menampilkan kecintaan dan menampakkan niat baik, karena Allah subhanahu wataala telah mengatakan tentang mereka:
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. [QS.An-Nisa`:89]
Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. [QS.Al-Baqarah:120] Yang wajib dilakukan seorang mukmin adalah agar bersandar kepada Allah subhanahu wataala dalam melaksanakan syariat-Nya dan jangan peduli dengan cemoohan orang dan tidak takut kepada musuh-musuhnya. Berikut ini hal-hal yang wajib bagi kaum muslimin untuk menyelisihi kaum kuffar sebagaimana dijelaskan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Iqtidho Shirothal Mustaqim di antaranya: 1.Tidak membangun/mendirikan masjid yang ada kuburan di dalamnya atau mendirikannya di atas kuburan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasululah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Laknat Allah terhadap Yahudi dan Nashrani yang telah menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid. [H.R. Bukhari dan Muslim ] Dalam riwayat lain, dari Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Mereka adalah kaum yang apabila meninggal di antara mereka hamba yang sholeh, maka mereka bangun di atas kuburannya masjid dan menggambar dalam masjid tersebut gambargambar. Merekalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah subhanahu wataala . [H.R. Bukhari dan Muslim] 2.Fanatisme dan taashshub kepada pemimpin/tokoh serta mentaatinya terhadap apa-apa yang diperintahkan walaupun menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, sebagaimana Yahudi dan Nashrani menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib sebagai sesembahan selain Allah subhanahu wataala. Allah azza wa jalla berfirman yang artinya: Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al- Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Rabb yang Esa, tidak ada Rabb (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. [QS. At-Taubah: 23]
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menafsirkan ayat di atas kepada Adi bin Hatim radhiyallahu anhu bahwasanya pendeta-pendeta dan rahib-rahib menghalalkan kepada pengikutnya apa-apa yang diharamkan atas mereka (ummatnya), maka merekapun mengikuti dan mentaatinya, dan ketika pendeta-pendeta dan rahib-rahib tersebut mengharamkan apa-apa yang dihalalkan atas mereka, maka merekapun mengikuti dan mentaatinya. [Hadits Dhoif]. Walaupun kedudukan hadits di atas dhoif (lemah), akan tetapi para ahli tafsir dari kalangan shohabat dan generasi setelah mereka menafsirkan ayat tersebut dengan menggunakan makna hadits dhoif tersebut. 3.Menyembunyikan kebenaran dan al-haq serta tidak menyampaikannya kepada ummat, atau menyampaikan sebagiannya dan menyembunyikan yang lainnya. Maka ini sesungguhnya perbuatan Ahlul Kitab dari kalangan Yahudi dan Nashara. Allah azza wa jalla berfirman: . dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. [QS. At-Taubah: 23] Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu): Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya, lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima. [QS. Ali-Imran: 187] Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati. Kecuali mereka yang telah bertaubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang. [QS. AlBaqarah: 159-160] Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, [QS. Al-Baqarah:174] Kami berdoa memohon kepada Allah azza wa jalla untuk memberikan manfaat dengan kandungan risalah kecil dan ringkas ini bagi kami, para pembaca, dan seluruh kaum muslimin, kemudian memberikan taufik kepada kita semua untuk dapat mengamalkan. Sesungguhnya Dia Maha Dermawan lagi Pemurah. Dan akhir dawah kita adalah segala puji bagi Allah azza wa jalla Raja yang Maha Tahu pemilik segala keutamaan, kebaikan, kemuliaan, dan keagungan. Sholawat dan salam bagi Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam, keluarga dan para shohabat Beliau radhiyallahu anhum.
******
Sumber: Booklet Dakwah Al-Ilmu. Edisi: Jumat, 26 Muharram 1430H / 23 Januari 2009M. Diterbitkan oleh: Pondok Pesantren Minhajus Sunnah Kendari. Jl. Kijang (Perumnas Poasia) Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia, Kota Kendari.