Anda di halaman 1dari 2

Syarah: Inilah prinsip pertama dan tugas utama yang diemban Nabi saw.

Beliau pun menyingsingkan lengan baju dan mulai mengajak manusia kepada tauhid dan beribadah kepada Allah yang Esa. Oleh karena itu di dalam surat ini Allah memerintahkan beliau agar mengatakan, Katakan, Dialah Allah yang Esa. Katakan kepada mereka, ya Muhammad, Berita ini benar karena didukung oleh kejujuran dan bukti yang jelas. Dialah Allah yang Esa. Dzat Allah satu dan tiada berbilang. Sifat-Nya satu dan selain-Nya tidak memiliki sifat yang sama dengan sifat-Nya. Satu perbuatan dan selain-Nya tidak memiliki perbuatan seperti perbuatan-Nya. Barangkali pengertian kata ganti dia pada awal ayat adalah penegasan di awal tentang beratnya ungkapan berikutnya dan penjelasan tentang suatu bahaya yang membuatmu harus mencari dan menoleh kepadanya. Sebab kata ganti tersebut memaksamu untuk memperhatikan ungkapan berikutnya. Jika kemudian ada tafsir dan penjelasannya jiwa pun merasa tenang. Barangkali Anda bertanya, tidakkah sebaiknya dikatakan, Allah yang Esa sebagai pengganti dari kata, Allah itu Esa. Jawabannya, bahwa ungkapan seperti ini adalah untuk mengukuhkan bahwa Allah itu Esa dan tiada berbilang Dzat-Nya. Kalau dikatakan, Allah yang Maha Esa, tentu implikasinya mereka akan m eyakini keesaan-Nya namun meragukan eksistensi keesaan itu. Padahal maksudnya adalah meniadakan pembilangan sebagaimana yang mereka yakini. Oleh karena itu Allah berfirman, Dia-lah Allah, Dia itu Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Artinya tiada sesuatu pun di atas-Nya dan Dia tidak butuh kepada sesuatu pun. Bahkan selain-Nya butuh kepada-Nya. Semua makhluk perlu berlindung kepadaNya di saat sulit dan krisis mendera. Maha Agung Allah dan penuh berkah semua nikmat-Nya.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2010/11/01/9768/tafsir-surat-alikhlash/#ixzz2z0hsLW2g Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Tafsir Ayat Allah SWT berfirman: Qul huwal-Lh Ahad (Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa.). Perintah Qul dalam ayat ini ditujukan kepada Rasulullah saw. Apabila dikaitkan dengan sabab nuzlnya, perkataan itu merupakan jawaban atas pertanyaan kaum musyrik mengenai sifat Tuhan yang beliau dakwahkan. Perintah itu juga berlaku bagi seluruh umatnya, sebab khithb al-Rasl

khithb li ummatihi(seruan kepada Rasul, juga seruan kepada


umatnya). Dalam ayat ini, beliau dan umatnya diperintahkan untuk mengatakan: Huwal-Lh Ahad; bahwa Tuhan yang mereka tanyakan itu adalah Allah dan Allah itu hanya satu. Sebab, kata ahad bermakna whid (satu).2 Bahkan ditegaskan alBaghawi, tidak ada perbedaan makna antara ahad dengan whid.3 Kendati sama-sama menunjuk pada jumlah satu, menurut sebagian mufassir ada perbedaan di antara keduanya. Dinyatakan oleh al-Azhari bahwa sifat ahadiyyahhanya digunakan untuk Allah. Sebagai buktinya, tidak dikatakan rajul ahad wa dirhm

ahad, tetapi dikatakan rajul whid wa dirhm whid.4 Pendapat


senada juga dikemukakan Tsalab.5 Mengenai pengertian ayat ini secara keseluruhan, Ibnu Katsir memaparkan, Dialah al-Whid al-Ahad; tidak ada yang setara dan pembantu; tidak ada sekutu, yang serupa dan sepadan dengan-Nya. Ungkapan ini tidak diucapkan kepada siapa pun kecuali Allah Azza wa Jalla. Sebab, Dia Mahasempurna dalam semua sifat dan perbuatan-Nya.6

Anda mungkin juga menyukai