KELOMPOK 2
DEFINISI
Struktur Ekonomi Yaitu komposisi peranan masingmasing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder, dan tersier
Gambaran kondisi struktur ekonomi Indonesia dapat dilihat melalui kontribusi setiap sektor ekonomi terhadap pembentukan PDB. Struktur ekonomi dikatakan berubah apabila kontribusi /pangsa PDB dari sektor ekonomi yang mulanya dominan digantikan oleh sektor ekonomi lain. Sektor Ekonomi Indonesia di bagi menjadi 9 sektor, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pertanian Pertambangan Industry Pengolahan Listrik, Gas, Air minum Bangunan Transportasi dan Komunikasi Perdagangan
8.
9.
2. TINJAUAN KERUANGAN
Perbedaan kondisi tenaga kerja, tingkat upah dan tingkat produktivitas ini, menyebabkan adanya perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di pedesaan ke sektor industri di perkotaan dimana tingkat upah bisa mencapai lebih tinggi sekitar 30 persen. Perpindahan tersebut tidak akan mengurangi produktivitas di sektor pertanian karena tenaga kerja di sektor pertanian surplus. Perpindahan tersebut justru membuat tenaga kerja mendapatkan upah yang lebih tinggi di sektor industri. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan pendapatan negara. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan peningkatan permintaan bahan makanan, hal ini mnejadi pendorong utama pertumbuhan outout di sektor bahan makanan dan dalam jangka panjang pertumbuhan di sektor pertanian akan meningkat. Di lain sisi, masyarakat perkotaan mulai mengalami perubahan pola konsumsi dimana mereka mulai menyisihkan sebagian pendapatan untuk membeli produk industrial dan produk jasa. Permintaan ini juga menjadi pendorong naiknya prtumbuhan output.
modal
Penerimaan pemerintah
lanjutan
Alokasi Struktur domestik permintaan Struktur internasional perdagangan Struktur produksi Investasi domestik/PDB (%) Konsumsi swasta/PDB (%) Konsumsi Pemerintah/PDB (%) Konsumsi makanan/PDB (%) Konsumsi nonmakanan/PDB(%) Ekspor/PDB (%) Ekspor barang primer/PDB (%) Eksor barang manufaktur/PDB (%) Ekspor jasa/PDB (%) Impor/PDB (%) Produksi sektor primer/PDB (%) Produksi sektor manufaktur/PDB (%) Produksi sektor jasa/PDB (%) Persentase konsumsi makanan thd PDB seharusnya mengalami penurunan sementara indikator yang lain meningkat
Persentase ekspor barang primer thd PDB seharusnya mengalami penurunan, sementara indikator-indikator yang lain mengalami peningkatan Persentase produksi sektor primer seharusnya mengalami penurunan sementara indikator lain mengalami peningkatan
lanjutan
Distribusi pendapatan dan Penduduk Alokasi tenaga kerja Tenaga kerja sektor primer/total tenaga kerja (%) Tenaga kerja sektor manufaktur/total tenaga kerja (%) Tenaga kerja sektor jasa/total tenaga kerja (%) Persentase penduduk perkotaan terhadap total penduduk Koefisien Gini Persentase tenaga kerja sektor primer thd total tenaga kerja seharusnya mengalami penurunan sedangkan indikator yang lain mengalami peningkatan Persentase penduduk perkotaan thdp total penduduk akan meningkat Terjadi ketimpangan
Urbanisasi
Distribusi Pendapatan
Kurva Kuznets
Perbedaan insentif
Kebijakan pemerintah
Dampak Negatif
Hilangnya lahan pertanian (sawah dan non sawah), yang mengakibatkan para petani dan buruh penggarap kehilangan mata pencaharian Munculnya pengangguran struktural yang tidak mungkin tertampung seluruhnya pada sektor industri dan jasa
Tingginya laju urbanisasi yang menjadikan beban kota semakin berat serta menimbulkan masalah-masalah sosial lainnya
Pergeseran Struktur PDB pada Sektor Pertanian , Pertambangan, Industri dan Jasa Periode Tahun 1960-Sekarang
Tahun 1970 : Struktur Perekonomian Indonesia masih di dominasi oleh sektor Pertanian Tahun 1970-1985 : Struktur perekonomian Indonesia di dominasi oleh sektor pertambangan Tahun 1990-2000 : Struktur perekonomian Indonesia di dominasi oleh sektor industri Tahun 2000-sekarang : Struktur perekonomian Indonesia didominasi oleh sektor Jasa
Pendapatan Perkapita
Dengan semakin meningkatnya PDB indonesia dalam sepuluh tahun terakhir kemampuan indonesia untuk meningkatkan produktivitasnya pun akan semakin meningkat. Tercerimin pada peningkatan pendapatan per kapita masyarakat dan meningkatkanya jumlah kelas menengah di tanah air.
PROSES AKUMULASI
Proses Akumulasi yaitu penggunaan sumber daya untuk memningkatkan kapasitas produksi suatu perekonomian. 3 jenis modal yang dibutuhkan dalam proses akumulasi untuk mendongkrak kapasitas produksi perekonomian nasional: 1. Stock Modal fisikal (capital stock), terlihat dari rasio pembentukan modal tetap bruto terhadap produk domestik bruto (PMTB/PDB) 2. Modal Insani (Human Capital), tercermin dari angka partisipasi sekolah dan pengeluaran pendidikan 3. Modal Sosial (Social Capital)
PERKEMBANGAN FISKAL
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah pengeluaran untuk barang modal yang mempunyai umur pemakaian lebih dari satu tahun dan tidak merupakan barang konsumsi. Rasio PMTB terhadap PDB Indonesia 2000-2012
Dari grafik diatas terlihat rasio pembentukan modal tetap bruto terhadap PDB mengalami kenaikan. Pada 2000, rasio PMTB/PDB masih 22 persen, namun pada 2012 sudah mencapai 35 persen.
Dampak terhadap peningkatan angka Partisipasi Sekolah : Meningkatkan keterampilan atau skill tenaga kerja. Meningkatkan penguasaan, penggunaan, dan pengembangan teknologi.
PROSES ALOKASI
Proses Alokasi : penggunan sumberdaya untuk kegiatan produksi maupun konsumsi. Menurut Chenery & Syrquin (1975) terdapat asumsi yang mendasari perubahan struktur yang diakibatkan oleh proses alokasi yaitu : (1) Permintaan; (2) Produksi; (3) Perdagangan Internasional (ekspor-impor). Esensi dari proses alokasi adalah keterkaitan antara perubahan keunggulan komparatif dengan perubahan permintaan suatu negara. Interaksi kedua faktor inilah yang menentukan alokasi sumber daya pada suatu negara.
Ekspor
pengeluaran konsumsi untuk makanan dan bukan makanan. mengenai pengeluaran konsumsi makanan dan bukan makanan, hal ini tidak dapat dilepaskan dari hasil penelitian empiris Engel pada 1857 yang dikenal sebagai Engels Law. Esensi dari Engels Law menyebutkan bahwa peningkatan pendapatan per kapita biasanya disertai dengan perubahan pola konsumsi rumah tangga, baik makanan maupun bukan makanan.
Terlihat proporsi pengeluaran rumah tangga untuk makanan di Indonesia mengalami penurunan dari 62,9 persen pada 1999 menjadi 47,7 persen pada 2012. Sebaliknya proporsi pengeluaran untuk bukan makanan meningkat dari 37,1 persen menjadi 52,3 persen pada periode waktu yang sama.
PROSES DISTRIBUSI
Proses Distribusi : Pemerataan pendapatan Menurut Chenery & Syrquinn (1975), distribusi pendapatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, struktur produksi dan ketersediaan anggaran pemerintah untuk redistribusi Proses distribusi dipengaruhi oleh : 1. Pertumbuhan sektoral secara relatif modal produksi (modern atau tradisional) 2. Pertumbuhan pada jumlah, tingkat pendidikan, dan distribusi sektoral angkatan kerja 3. kepemilikan aset pada tingkat tabungan secara relatif dari setiap kelompok yang berbeda 4. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung mekanisme pemerataan (subtitusi faktor produksi, pendidikan, dan redistribusi asset)
PROSES DEMOGRAFI
Proses Demografi : Perkembangan kependudukan senantiasa diiringi oleh adanya
urbanisasi. Adanya urbanisasi secara langsung akan memperburuk kesenjangan struktural antara desa dan kota dari sisi penawran dan permintaan. Indonesia merupakan negara terpadat ke empat di dunia karena berpenduduk lebih dari 310 juta orang. Penyebaran penduduk tidak merata (2/3 tinggal di P. Jawa), sebagian besar hidup di pedesaan (pertanian), bermata pencairan sebagai petani kecil dan burah tani dengan upah sangat rendah.
Mutu SDM rendah : 80% angkatan kerja berpendidikan SD. Produktivitas rendah
karena taraf hidup yang rendah: konsumsi rata-rata penduduk Indonesia RP 82.226 per bulan (1993), namun 82% penduduk berpendapatan di bawah RP 60.000 per bulan per kapita (Sjahrir, 1996).
RASIO GINI
ANGKATAN KERJA
Keempat proses tersebut tidak harus terjadi secara berurutan, dan suksesnya proses proses tersebut sangat ditentukan oleh : - Initial endowment - Jangka waktu pembangunan yang dijalankan - Kebijakan-kebijakan yang dibuat, dll.
lanjutan
lanjutan
lanjutan
1. Sektor pertanian 2. Sektor peternakan, kehutanan dan perikanan 3. Sektor pertambanga n dan penggalian
1. sektor industri pengolahan 2. sektor listrik, gas dan air 3. sektor konstruksi
1 Aceh 2 Suma tera Uta ra 3 Suma tera Ba ra t 4 Ria u 5 Ja mbi 6 Suma tera Sela ta n 7 Bengkulu 8 La mpung 9 Kepula ua n Ba ngka Belitung 10 Kepula ua n Ria u Sumatera 11 DKI Ja ka rta 12 Ja wa Ba ra t 13 Ja wa Tenga h 14 DI. Yogya ka rta 15 Ja wa Timur 16 Ba nten Jawa 17 Ba li Jawa & Bali 18 Ka lima nta n Ba ra t 19 Ka lima nta n Tenga h 20 Ka lima nta n Sela ta n 21 Ka lima nta n Timur Kalimantan 22 Sula wes i Uta ra 23 Sula wes i Tenga h 24 Sula wes i Sela ta n 25 Sula wes i Tengga ra 26 Goronta lo 27 Sula wes i Ba ra t Sulawesi 28 Nus a Tengga ra Ba ra t 29 Nus a Tengga ra Timur 30 Ma luku 31 Ma luku Uta ra 32 Pa pua Ba ra t 33 Pa pua Nusa Tenggara, Maluku & Papua Jumlah 33 Provinsi
2.28 5.34 1.69 5.17 0.84 2.91 0.37 1.63 0.53 1.66 22.41 16.99 13.83 8.75 1.00 15.43 3.33 59.32 1.31 60.63 1.35 0.83 1.27 6.05 9.49 0.71 0.66 2.02 0.46 0.13 0.17 4.16 1.00 0.59 0.18 0.11 0.30 1.12 3.30 100.00
2.13 5.23 1.67 5.21 0.84 3.05 0.38 1.53 0.53 1.54 22.12 16.25 14.58 8.78 0.95 15.11 3.17 58.84 1.27 60.11 1.27 0.79 1.19 6.75 10.00 0.70 0.64 1.94 0.49 0.13 0.17 4.07 0.96 0.55 0.17 0.10 0.30 1.63 3.71 100.00
2.22 5.14 1.70 5.36 0.84 3.08 0.37 1.58 0.51 1.48 22.27 16.09 15.17 9.04 0.94 15.09 3.14 59.48 1.20 60.68 1.21 0.79 1.11 6.40 9.51 0.68 0.62 1.95 0.49 0.13 0.16 4.04 0.92 0.54 0.16 0.09 0.29 1.50 3.50 100.00
2.00 5.11 1.68 5.91 0.90 3.09 0.36 1.71 0.50 1.46 22.73 15.93 14.80 8.79 0.93 15.10 3.45 58.99 1.24 60.23 1.22 0.79 1.11 6.26 9.38 0.68 0.65 1.95 0.50 0.13 0.17 4.09 0.94 0.54 0.16 0.09 0.29 1.56 3.58 100.00
1.72 5.01 1.66 6.47 0.96 3.13 0.35 1.73 0.50 1.37 22.90 15.85 14.83 8.60 0.89 14.55 3.27 57.99 1.22 59.21 1.15 0.77 1.07 7.37 10.36 0.67 0.67 1.99 0.52 0.14 0.19 4.19 0.83 0.51 0.15 0.09 0.33 1.44 3.34 100.00
1.55 5.08 1.65 6.39 0.95 2.95 0.35 1.91 0.49 1.37 22.69 16.28 14.82 8.55 0.89 14.76 3.28 58.58 1.30 59.88 1.17 0.80 1.11 6.14 9.21 0.71 0.70 2.15 0.55 0.15 0.20 4.46 0.95 0.52 0.15 0.10 0.39 1.65 3.76 100.00
1.49 5.19 1.65 6.53 1.02 2.98 0.35 2.05 0.50 1.35 23.12 16.28 14.57 3.24 8.40 0.86 14.70 58.06 1.27 59.33 1.14 0.80 1.13 6.08 9.15 0.70 0.70 2.23 0.54 0.15 0.21 4.52 0.94 0.52 0.15 0.10 0.51 1.66 3.88 100.00
1.46 5.22 1.64 6.86 1.05 3.03 0.35 2.12 0.50 1.33 23.57 16.30 14.29 3.19 8.28 0.86 14.68 57.59 1.23 58.81 1.11 0.81 1.13 6.49 9.55 0.69 0.74 2.28 0.53 0.15 0.21 4.61 0.81 0.52 0.16 0.10 0.60 1.27 3.46 100.00
1.43 5.22 1.64 6.97 1.08 3.07 0.36 2.15 0.51 1.36 23.77 16.40 14.07 3.16 8.27 0.85 14.88 57.62 1.25 58.87 1.11 0.83 1.13 6.23 9.30 0.70 0.76 2.37 0.54 0.15 0.21 4.74 0.74 0.52 0.17 0.10 0.64 1.16 3.32 100.00
2010
72.84
2011
65.78
2012
63.53
5.29
5.72
0.71
21.87
28.50
35.76
Sektor Pertanian
Pertanian merupakan kegiatan yang melibatkan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi serta untuk mengelola lingkungan hidupnya
Tanaman Pangan
Perikan an
SEKTOR PERTANIAN
Perkebu nan
Peternak an
Kehutan an
KEHUTANAN Penebangan liar; Semakin meluasnya hutan gundul; Semakin banyak lahan yang digunakan untuk industri.
PETERNAKAN Kurangnya pengetahuan masyarakat akan teknologi pengolahan hasil peternakan; Kurangnya modal; Lahan peternakan yang semakin sedikit; Penyakit pada hewan ternak.
PERIKANAN Sarana yang kurang memadai; Larangan mengoperasikan pukat harimau; Adanya pencurian ikan secara besarbesaran oleh kapal asing; Rendahnya produktivitas lahan perikanan darat.
Rendahnya produktivitas lahan; Rendahnya tingkat penggunaan lahan; Semakin berkurangnya lahan untuk pertanian; Standar mutu benih/bibit masih kurang baik; Pengelolaan yang masih tradisional; Kegagalan panen; Kegagalan intensifikasi pertanian; Tingginya tingkat susutan pasca panen.
Regulasi konversi lahan dengan ditetapkannya kawasan lahan abadi yang eksistensinya dilindungi oleh undang-undang
Perbaikan infrastruktur pertanian dan peningkatan teknologi tepat guna Peningkatan mutu dan kesejahteraan penyuluh pertanian Mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia
Sektor Industri
Industri merupakan suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah
jadi untuk menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan Faktor-faktor yang mendorong proses industrialisasi (Chenery & Syrquin, 1975) :
Segi Organisasi
Masalah organisasi, hukum, dan GCG Masalah biaya dan pendanaan Masalah kemampuan penguasaan cross funtional area
Memperkuat keterkaitan antara industri hulu dan hilir maupun antara industri besar dengan industri kecil menengah. Meningkatkan value added dari sector industri Meningkatkan sumber daya yang digunakan industri Menumbuhkembangkan industri kecil dan menengah
Menumbuhkembangkan lingkungan bisnis yang nyaman dan kondusif Penetapan prioritas industri dan penyebarannya Pengembangan industri dilakukan dengan pengembangan cluster. Pengembangan kemampuan inovasi teknologi.
Sektor Jasa
Jasa (Payne, Adrian) merupakan aktifitas ekonomi yang mempunyai sejumlah elemen (nilai atau manfaat) integibel yang berkaitan dengannya yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer kepemilikan Perubahan dalam kondisi bisa saja muncul dan produksi suatu jasa dapat memiliki atau bisa juga tidak mempunyai kaitan dengan produk fisik
Secara spasial, perekonomian Indonesia telah bergeser dari semula berstruktur pedesaan/ tradisional menjadi kini berstruktur kekotaan/ modern. Jumlah penduduk yang tinggal di kawasan pedesaan menjadi lebih sedikit bukan sematamata karena urbanisasi, akan tetapi juga karena pemekaran dan perkembangan kota-kota. Kehidupan sehari-hari yang semakin modern tercermin tidak hanya dari perilaku konsumsi masyarakat, tetapi juga dari tekhnologi produksi yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan.
Bila dilhat secara politik, sejak awal orde baru hingga pertengahan dasawarsa 1990-an perekonomian Indonesia berstruktur etatis. Pemerintah atau Negara, dengan BUMN-BUMN dan BUMD-BUMD sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah merupakan pelaku utama dari perekonomian di Indonesia. Namun semenjak era reformasi, peran pemerintah dalam perekonomian mulai berkurang dan kalangan swasta mulai mendominasi
Sektor Primer
kontribusi sektor primer terhadap PDB pada tahun 1983 adalah sebesar 43,64 persen dan pada tahun 2010 tinggal 26,49 persen.
Sektor Sekunder
kontribusi sektor sekunder yang semula hanya sebesar 19,08 persen pada tahun 1983 menjadi sekitar 35,89 persen pada tahun 2010.
Sektor Tersier
sektor tersier mengalami perubahan yang relatif konstan, kontribusi sektor ini terhadap PDB pada tahun 1983 sebesar 37,29 persen dan pada tahun 2010 sebesar 37,62 persen, tidak jauh berbeda dengan tahun 1983.
Kesimpulan
Terlihat bahwa telah terjadi perubahan pada struktur ekonomi Indonesia. Hal ini terlihat dari semakin menurunnya pangsa sektor primer dan semakin meningkatnya pangsa sektor nonprimer terhadap PDB dari periode 1983-2010. Perkembangan kontribusi sektor ekonomi terhadap PDB pada periode sebelum krisis ekonomi (1983-1996) menunjukkan bahwa dominasi produk yang dihasilkan perekonomian Indonesia mulai bergeser dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.