Anda di halaman 1dari 12

PERTEMUAN I

Sejarah Penemuan DNA

Sejarah Penemuan DNA (Deoxyribonucleic Acid) Sejarah Penemuan DNA (Deoxyribonucleic Acid)... Molekul Deoxyribonucleic Acid atau DNA pertama ditemukan oleh seorang ahli ilmu kimia berkebangsaan Jerman bernama Friedrich Miescher pada tahun 1869. Miescher menyelidiki susunan kimia dari nukleus sel. Ia mengetahui bahwa nukleus sel tidak terdiri dari karbohidrat, protein maupun lemak, melainkan terdiri dari zat yang mempunyai pengandungan fosfor sangat tinggi. Oleh karena zat itu terdapat di dalam nukleus sel, maka zat itu disebutnya nuklein. Nama ini kemudian diubah menjadi asam nukleat, karena asam ikut menyusunnya. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Fisher pada tahun 1880. Dari hasil risetnya ditemukan adanya zat-zat pirimidin dan purin di dalam asam nukleat. Temuan ini dikembangkan lagi oleh Albreent Kossel yang menghasilkan temuan dua pirimidin yaitu sitosin dan timin dan dua purin yaitu adenin dan guanin di dalam asam nukleat, sehingga atas penemuannya ia mendapatkan hadiah nobel pada tahun 1910. Pada tahun 1920-an, dengan pewarna ungu DNA yang khas, yang dikembangkan oleh ahli kimia Jerman, Robert Feulgen, DNA ditemukan terletak secara ekslusif pada kromosom. Karena itu, DNA merupakan lokasi yang diharapkan bagi suatu bahan genetik. Pada tahun yang sama Phoebus Levine dari Institut Rockefeller (seorang ahli biokimia kelahiran Rusia) mengungkapkan bahwa gula DNA adalah deoksiribosa (karena itu namanya asam deoksiribonukleat). Avery Machlead dan Mc Arthy (1944) memberi penegasan terhadap penemuan terdahulu bahwa DNA mempunyai hubungan langsung dengan keturunan. Selanjutnya penelitian Chargaff di tahun 1955, melalui hidrolisis DNA membuktikan bahwa pada berbagai macam makhluk ternyata banyaknya adenin selalu kira-kira sama dengan banyaknya timin (A=T), demikian pula dengan sitosin dan guanin (S=G). Dengan perkataan lain, aturan Ghargaff menyatakan bahwa perbandingan A/T dan S/G selalu mendekati satu. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh ahli biologi molekuler, James Dewey Watson dan Francis H.C. Crick pada tahun 1953. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa DNA tidak berdiri sendiri sebagai suatu rantai tunggal melainkan sebagai dua rantai

yang saling berpilin, dengan basa pada rantai yang satu melekat pada basa rantai yang lain. Dengan lain perkataan, DNA adalah suatu heliks ganda. Teori model ini dikukuhkan dan disempurnakan oleh M.A.F. Wilkins pada tahun 1961. Oleh karena penemuan ini mereka bertiga mendapat hadiah nobel pada tahun 1962 dalam kedokteran dan fisiologi. http://www.referensimakalah.com/2013/01/sejarah-penemuan-DNA-deoxyribonucleicacid.html Sejarah DNA 1865, Gregor Mendel menduga bahwa suatu bagian dari sel bertanggungjawab atas sifat yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya 1868, Friedrich Miescher menemukan senyawa kimia yang berasal dari inti sel . 1879, Albrecht Kossel menemukan asam nukleat Dengan penelitian lebih lanjut, diketahui bahwa asam nukleat tersusun atas nukleotida-nukleotida sehingga merupakan polinukleotida. Satu nukleotida terdiri atas nukleosida dan fosfat (PO4-). Sedangkan nukleosida terdiri dari sebuah gula pentose dan sebuah basa nitrogen berupa purin atau purimidin. Jadi, nukleosida adalah nukleotida tanpa fosfat, sedangkan nukleotida adalah nukleosida dengan fosfat. Asam deoksiribonukleat merupakan molekul kompleks yang dibentuk oleh 3 macam molekul, yaitu: 1. 2. 3. a. Gula pentose (deoksiribosa) Fosfat (PO4-) Basa nitrogen , terdiri dari: Purin : guanine (G) dan adenine (A)

b.

Pirimidin : timin (T) dan sitosin (C)

Gambar Asam deoksinukleat

Jadi, suatu molekul nukleotida yang terdiri dari ikatan gula basa dan fosfat yang menyusun DNA dapat berbentuk: 1. 2. 3. 4. Adenine nukleotida = adenin deoksiribosa fosfat Guanine nukleotida = guanine deoksiribosa fosfat Sitosin nukleotida = sitosin deoksiribosa fosfat Timin nukleotida = timin deoksiribosa fosfat 1882, Walther Flemming menemukan kromosom adalah bagian dari sel yang ditemukan Mendel

1887, Edouard-Joseph-Louis-Marie van Beneden menemukan bahwa suatu jasad memiliki jumlah kromosom tertentu 1902, Walter Stanborough Sutton menyatakan bahwa kromosom berpasangan 1910, Thomas Hunt Morgan menemukan bahwa bahan pembawa sifat adalah gen yang berada di dalam kromosom 1926, Hermann Muller menemukan bahwa sinar X dapat menginduksi mutasi 1928, Fred Griffith menemukan perubahan bentuk dinding sel Streptococcus

pneumoniae
Penemuan transformasi sel: Penelitian Griffith (1928)

Perubahan bentuk dinding sel Streptococcus pneumonia Penelitian Fred Griffith Dua galur: Smooth (S) Virulent (gel coat) Rough (R) Kurang Virulen

Tikus disuntik dengan galur R and galur S yang dimatikan melalui pemanasan Tikus mati dan ditemukan hanya mengandung bakteri galur S 1935, Andrei Nikolaevitch Belozersky berhasil mengisolasi DNA murni 1940, Erwin Chargaff menemukan bahwa organisme berbeda memiliki nisbah 4 basa penyusun DNA yang berbeda Organisme A 24,7 31,3 27,3 29,7 28,8 G 26,0 18,7 22,7 20,8 20,5 C 25,7 17,1 22,8 20,4 21,5 T 23,6 32,9 27,1 29,1 29,3

Escherichia coli
Khamir Gandum Salmon Ayam

Hasil Penelitian Chargaff: 1. DNA yang diisolasi dari berbagai jaringan organisme yang sama memiliki komposisi basa yang sama 2. 3. 4. Komposisi basa DNA beragam pada organisme yang berbeda Komposisi basa DNA suatu spesies tidak berubah oleh umur, nutrisi, dan lingkungan Jumlah residu adenin selalu setara dengan jumlah residu timin, sedangkan jumlah residu guaninn selalu setara dengan jumlah residu sitosin 1941, George Beadle dan Edward Tatum menemukan hubungan mutasi dengan kerusakan proses biokimia sel

1944, Oswald Theodore Avery, Colin MacLeod dan Maclyn McCarty yang melanjutkan pekerjaan Griffith menemukan bahwa DNA adalah bahan yang menyebabkan perubahan bentuk dinding sel Streptococcus pneumoniae Penelitian Avery, MacLeod, dan McCarty

1952, Alfred Hershey dan Martha Chase melalui penelitian menggunakan P dan S radioisotop membuktikan DNA sebagai bahan pembawa informasi genetika 1953, James Watson and Francis Crick menyatakan bahwa DNA adalah benang ganda anti paralel, berbentuk heliks yang saling berkomplemen . Penelitian Alfred Hershey dan Martha Chase :

Penelitian Watson dan Crick Dengan dukungan data difraksi sinar-X dari Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins Dengan dukungan data analisis kimia basa nitrogen dari Erwin Chargaff

Memformulasikan struktur DNA Mengelompokkan basa DNA menjadi purin dan pirimidin Memformulasikan model replikasi DNA Struktur kimia gen (DNA) menurut Watson-Crick yang berupa tangga berpilin tersusun atas:

1. 2.

Gula dan fosfat sebagai induk/ibu tangga Basa nitrogen, dengan pasangan tetapnya sebagai anak tangga: G dengan C dihubungkan oleh ikatan lemah 3 atom H (hydrogen) T dengan A dihubungkan oleh ikatan lemah 2 atom H (hydrogen)

http://zilazulaiha.blogspot.com/2012/02/sejarah-penemuan-dna.html Oleh Dr Ananya Mandal, MD Sejarah penyelidikan genetik dimulai dengan Gregor Mendel "Bapak genetika". Dia telah melakukan percobaan dengan tanaman tahun 1857 yang mengarah ke peningkatan minat dalam penelitian genetika.

Mendel Mendel yang menjadi seorang biarawan dari Gereja Katolik Roma pada tahun 1843, belajar di Universitas Wina dari mana ia belajar matematika, dan kemudian kemudian melaksanakan banyak eksperimen ilmiah. Eksperimen terlibat menanam tanaman kacang selama 8 tahun. Dia terpaksa menyerah eksperimen ketika ia menjadi pemimpin di biara. Ia meninggal pada tahun 1884, tapi percobaan masih membentuk dasar genetika dan memberikan ide yang adil dari warisan. Friedrich Miescher dan Richard Altmann Friedrich Miescher (1844-1895) menemukan suatu zat yang ia disebut "nuclein" pada tahun 1869. Kemudian dia terisolasi murni contoh bahan yang kini dikenal sebagai DNA dari sperma salmon, dan pada tahun 1889 murid-Nya, Richard Altmann, menamakannya "asam nukleat". Zat ini ditemukan hanya ada dalam kromosom. Frederick Griffith Frederick Griffith, seorang ilmuwan, bekerja pada sebuah proyek pada tahun 1928 yang membentuk dasar bahwa DNA adalah molekul warisan. Griffith ' s percobaan terlibat tikus dan dua jenis radang paru-paru-satu adalah virulen dan lain bebas-virulen. Ia disuntikkan virulen radang paru-paru ke mouse dan mouse meninggal. Selanjutnya ia disuntikkan bebas-virulen radang paru-paru ke tikus dan tikus yang selamat. Setelah ini, dia memanas penyakit virulen untuk membunuh itu dan kemudian disuntikkan ke mouse. Waktu ini binatang bertahan sebagai diprediksi. Terakhir ia disuntikkan bebas-virulen radang paru-paru dan virulen radang paru-paru yang telah dipanaskan dan dibunuh, ke mouse. Kali ini mouse meninggal. Griffith berspekulasi bahwa membunuh bakteri virulen berlalu pada karakteristik yang bebas-virulen untuk membuatnya virulen. Ia percaya karakteristik ini dalam molekul warisan. Ini lewat pada molekul warisan adalah apa yang disebut transformasi.

Oswald Avery Oswald Avery dilanjutkan dengan percobaan Griffith di sekitar satu dekade kemudian untuk melihat apa molekul warisan. Dalam percobaan ini, ia menghancurkan lipid, asam ribonukleat, karbohidrat, dan protein virulen radang paru-paru. Transformasi masih terjadi setelah ini. Selanjutnya ia menghancurkan Asam deoksiribonukleat.

Transformasi tidak terjadi. Dia telah menemukan dasar warisan. Phoebus Levene Pada tahun 1929 Phoebus Levene di Rockefeller Institute diidentifikasi komponen yang membentuk molekul DNA. Komponen-komponen adalah: 1. Empat basa a. Adenina (A) b. Sitosina (C) c. Guanina (G) d. Timina (T) 2. Gula 3. Fosfat Dia menunjukkan bahwa komponen DNA terkait dalam urutan fosfat-gula-basis. Dia mengatakan bahwa masing-masing unit adalah sebuah nukleotida dan menyatakan molekul DNA terdiri dari serangkaian unit nukleotida yang dihubungkan bersama-sama melalui gugus fosfat. Ia menyarankan bahwa ini membentuk ' tulang punggung ' molekul. Namun, Levene berpikir rantai pendek dan dasar diulang dalam urutan tetap sama. Itu Torbjorn Caspersson dan Einar Hammersten yang menunjukkan bahwa DNA adalah polimer.

Erwin Chargaff dan Chargaff's aturan Untuk memahami lebih baik molekul DNA, ilmuwan berusaha untuk membuat model untuk memahami cara kerjanya dan apa yang dilakukannya. Pada 1940 ilmuwan lainnya yang bernama Erwin Chargaff menemukan pola dalam jumlah dari empat basa: adenina, guanina, sitosina, dan timina. Ia mengambil sampel DNA dari sel yang berbeda dan menemukan bahwa jumlah adenina adalah hampir sama dengan jumlah timina, dan bahwa jumlah guanina adalah hampir sama dengan jumlah sitosina. Dengan demikian Anda bisa mengatakan: A = T, dan G = C. Penemuan ini kemudian menjadi Chargaff's aturan. Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins Kemudian dua peneliti Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins mencoba membuat kristal molekul DNA. Mereka ingin mengambil gambar X ray DNA untuk memahami bagaimana DNA bekerja. Ini dua ilmuwan yang sukses dan memperoleh pola x-ray. Pola yang muncul untuk mengandung janjang, seperti orang-orang di tangga antara ke helai yang berdampingan. Mereka menemukan bahwa DNA memiliki bentuk helix. Watson dan Crick Pada tahun 1953, dua ilmuwan, James d. Watson dan Francis Crick, mencoba untuk menempatkan bersama-sama sebuah model DNA. Mereka mengambil melihat Franklin dan Wilkin ' s gambar X-ray dan membuat model mereka. Mereka menciptakan model yang tidak berubah banyak sejak itu. Model mereka

menunjukkan heliks ganda dengan sedikit janjang menghubungkan strands dua. Janjang ini adalah Basa nukleotida. Mereka juga menemukan bahwa jika mereka dipasangkan timina dengan adenina dan guanina dengan DNA sitosina akan terlihat seragam. Pasangan ini adalah juga sesuai dengan Chargaff ' s aturan.

Mereka juga menemukan bahwa ikatan hidrogen yang dapat terbentuk antara dua pasangan basa. Selain itu, setiap sisi adalah pelengkap yang lengkap yang lain. Alec Jeffreys Pemrofilan DNA dikembangkan beberapa tahun kemudian pada tahun 1984 oleh genetikawan Inggris Alec Jeffreys dari Universitas Leicester, dan pertama kali digunakan untuk mendakwa Colin Pitchfork pada 1988 dalam kasus pembunuhan Enderby di Leicestershire, Inggris. Jadi mulai perjalanan penelitian DNA. http://www.news-medical.net/health/History-of-DNA-Research%28Indonesian%29.aspx

Anda mungkin juga menyukai