A. Latar Belakang Indonesia berlokasi di wilayah rawan terhadap berbagai kejadian bahaya alam, yaitu bencana geologi (gempa, gunung api, longsor, tsunami dan sebagainya) dan hidro meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan sebagainya). BAKORNAS PB mencatat antara tahun 2003-2005 telah terjadi 1.429 kejadian bencana di Indonesia. Sebagian dari kejadian bencana tersebut (53,3%) merupakan bencana hidrometeorologi. Dari total bencana hidrometeorologi, yang paling sering terjadi adalah banjir (34,1 persen dari total kejadian bencana di Indonesia) di ikuti oleh tanah longsor (16 persen). Kondisi morfologi Indonesia yaitu relief bentang alam yang sangat bervariasi dan banyaknya sungai yang mengalir diantaranya, menyebabkan selalu terjadi banjir di Indonesia pada setiap musim penghujan. Banjir umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian Barat yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian Timur. Faktor kondisi alam tersebut diperparah oleh meningkatnya jumlah penduduk yang menjadi faktor pemicu terjadinya Banjir secara tidak langsung. Tingkah laku manusia yang tidak menjaga kelestarian hutan dengan melakukan penebangan hutan yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan peningkatan aliran air permukaan yang tinggi dan tidak terkendali sehingga terjadi kerusakan lingkungan di daerah satuan wilayah sungai. Bencana banjir di Indonesia yang terjadi setiap tahun terbukti menimbulkan dampak pada kehidupan manusia dan lingkungannya terutama dalam hal korban jiwa dan kerugian materi. Sebagai contoh pada tahun 2006 banjir bandang di daerah Jember Jawa Timur telah menyebabkan 92 orang meninggal dan 8.861 orang mengungsi serta didaerah Trenggalek telah menyebabkan 18 orang meninggal. Di Manado (Provinsi Sulawesi Utara) juga terjadi banjirdisertai tanah longsor yang menyebabkan 27 orang meningal dengan jumlah pengungsi mencapai 30.000 orang. Banjir disertai tanah longsor juga melanda Sulawesi Selatan pada
bulan Juni 2006 dengan korban lebih dari 200 orangmeninggal dan puluhan orang dinyatakan hilang (data BAKORNAS PB, 23 Juni 2006 dalam RAN PRB). Melihat jumlah korban dan kerugian yang timbul akibat banjir tersebut, maka penting bagi kita untuk melakukankesiapan dan pencegahan terhadap bencana banjir ini. Salah satu yang dapat dilakukan adalah mengenal bencanabanjir, fenomenanya serta bagaimana upaya upaya untuk menghadapi bencana banjir. B. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui manajemen bencana banjir 2. Tujuan khusus a. Mengetahui konsep bencana banjir b. Mengetahui kesiapsiagaan bencana banjir
BAB II PEMBAHASAN
A. Bencana Banjir dan Penyebabnya Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air di suatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi. Sumber-sumber banjir adalah : 1. Curah hujan tinggi, baik di suatu kawasan maupun di hulu sungai 2. Luapan air sungai akibat tingginya curah hujan di hulu sungai 3. Runtuhnya bendungan 4. Naiknya air laut (pasang/rob) 5. Tsunami Selain itu, faktor kerentanan di suatu daerah juga akan mempengaruhi terjadinya banjir. Faktor kerentanan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Prediksi yang kurang akurat mengenai volume banjir. 2. Rendahnya kemampuan sistem pembuangan air. 3. Turunnya kapasitas sistem pembuangan air akibat rendahnya kemampuan pemeliharaan dan operasional. 4. Deforestasi. 5. Turunnya permukaan tanah akibat turunnya muka air tanah (land subsidence). 6. Perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global.
B. Kategori Jenis Banjir Kategori atau jenis banjir terbagi berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya dan berdasarkan mekanisme terjadinya banjir. 1. Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya: a. Banjir kiriman (Banjir Bandang): Banjir yang diakibatkan oleh tingginya curah hujan di daerah hulu sungai. b. Banjir lokal: Banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang melebihi kapasitas pembuangan di suatuwilayah.
2. Berdasarkan mekanisme terjadinya banjir: a. Regular flood : banjir yang diakibatkan oleh hujan. b. Irregular flood : banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti tsunami, gelombang pasang, danhancurnya bendungan
C. Bahaya Sekunder Banjir Terjadinya banjir dapat menimbulkan bahaya lainnya yaitu bahaya sekunder berupa gangguan-gangguan pada: 1. Kesehatan masyarakat Penyakit kulit, demam berdarah, malaria, influenza, gangguan pencernaan seperti diare dsb merupakanpenyakit yang umum terjadi pada saat banjir. Hal ini dikarenakan air bersih untuk berbagai keperluan
(minum,memasak, mandi dan mencuci) sudah tercemar akibat banjir. Selain itu, genangan air banjir juga menjaditempat berkembang biaknya nyamuk yang menjadi penyebab timbulnya penyakit demam berdarah dan malaria. 2. Penyediaan air bersih Berbagai bahan dan zat yang membawa berbagai jenis bakteri, virus, parasit dan bahan penyakit lainya saatterjadi banjir, dapat mencemari sumur warga dan cadangan air tanah lainnya. Oleh karenanya sumur warga dancadangan air tanah yang terkena banjir untuk sementara waktu tidak dapat digunakan. 3. Cadangan pangan
Di daerah pertanian, banjir dapat menyebabkan gagalnya panen, rusaknya cadangan pangan di gudang, dankemungkinan juga rusaknya persediaan benih. Tergenangnya kolam akibat banjir juga dapat
mengakibatkanhilangnya ikan. Selain itu banjir juga mengakibatkan rusaknya lahan pengembangan dan ketersediaan pakanternak.
D. Bahaya Kajian Banjir Bahaya atau dalam bahasa Inggris Hazard diartikan sebagai suatu kejadian yang memiliki potensi dapat menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya bila terjadi di suatu lingkungan permukiman, budidaya atau industri. Kajian bahaya dilakukan untuk menentukan karakteristik/ciri ciri dari potensi bahaya dan ancaman-ancaman yang mungkin dihadapi oleh masyarakat. Untuk memahami hal ini, kita perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan bahaya. Dalam kajian bahaya banjir misalnya, maka kita perlu mengidentifikasi hal-hal seperti curah hujan di suatu wilayah, tinggi permukaan tanah (kondisi topografi) serta kondisi fisik sungai dan alirannya. Untuk wilayah yang sering dilanda banjir, maka faktor-faktor yang berhubungan dengan bahaya banjir berikut ini harus selalu diingat yaitu : 1. Frekuensi banjir 2. Tinggi permukaan tanah (topografi) 3. Kemampuan tanah untuk menyerap air 4. Bentangan daerah seputar sungai (kontur sekitar sungai) 5. Catatan pasang surut dan gelombang laut serta kondisi geografi (untuk wilayah pantai/pesisir)
E. Kerentanan dan Kajian Kerentanannya Apa itu kerentanan? Kerentanan atau dalam bahasa Inggris vulnerability merupakan rangkaian kondisi yangmenentukan apakah suatu bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan bencana. Banjir menjadi bencana jika terjadi pada kondisi daerah yang rentan. Oleh karena itu, perludilakukan pula kajian mengenai kerentanan akan bencana banjir. Kerentanan ini dapat berupa :
1. Fisik seperti permukiman penduduk yang berada di dataran rendah (topografi rendah); kondisi sungai yangdangkal, berkelok-kelok, dan sempit; kondisi saluran drainase 2. Sosial ekonomi seperti jumlah dan kepadatan penduduk, mata pencaharian penduduk, dan kondisi perekonomian
3.
Menyediakan barang-barang kebutuhan darurat saat memasuki musim penghujan seperti radio, obat obatan, makanan, minuman, baju hangat dan pakaian, senter, lilin, selimut, pelampung, ban dalam mobil atau barang-barang yang bisa mengapung, tali dan korek api.
4.
Pindahkan barang-barang rumah tangga seperti furniture ke tempat yang lebih tinggi.
5.
Menyimpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan aman
G. Latar Belakang Perlunya Langkah-Langkah Kesiapsiagaan Sebagai bagian dari PRB, kegiatan kesiapsiagaan tetap perlu dilakukan walaupun sudah ada tindakan tindakan Pencegahan dan Mitigasi. Ini disebabkan karena:
1. Efektivitas tindakan Pencegahan dan Mitigasi baru akan terlihat saat ancaman
bahaya benar benar terjadi. Bila upaya tersebut tidak efektif, misalnya ada variabel dampak yang belum diperhitungkan maka akan sangat terlambat bila kita tidak punya rencana untuk kesiapsiagaan. Karena itu dalam hal ini kesiapsiagaan bisa dikatakan sebagai rencana kontinjensi, sebuah sikap antisipatif kita terhadap terjadinya ancaman bahaya.
2. Walaupun kita siap dengan tindakan Pencegahan dan Mitigasi, kita tidak
pernah benar benar tahu besaran (magnitude) dari ancaman bahaya yang akan terjadi. Kita tidak bisa memperkirakan seberapa kuat, seberapa lama dan seberapa luas ancaman bahaya yang akan datang berikutnya. Misalnya jika kita tahu bahwa gempa bumi pasti akan terjadi, dan sudah banyak upaya mitigasi yang kita lakukan, namun kita tidak akan pernah benar-benar tahu : berapa besar, berapa lama dan berapa dekat kekuatan gempa bumi berikutnya.
H. Mendalami Pengertian Kesiapsiagaan: Siap-Siaga Dan Waspada Bila dilihat dari istilahnya dan berdasarkan pada jenis, waktu dan tujuan aktivitasnya, kesiapsiagaan merupakan gabungan dari dua istilah yang berbeda. Karena itu untuk bisa memahami Kesiapsiagaan dengan lebih baik lagi, kita dapat mendalami dua istilah tersebut, yaitu: 1. Ke-siap-an (Preparedness) Masa kesiapan terjadi saat kita menyadari adanya potensi ancaman bahaya sampai masa tanda-tanda munculnya ancaman bahaya sudah nampak. Lamanya masa ini berbeda pada tiap ancaman juga tergantung pada jelas tidaknya tanda tanda munculnya bahaya. Fokus utama pada masa ini adalah pembuatan Rencana untuk menghadapi Ancaman Bahaya (Bencana). Ada dua rencana (Plan) yang dibuat pada masa ini, yaitu:
Rencana persiapan untuk menghadapi ancaman bahaya/bencana (PLAN A) Rencana SAAT ancaman bahaya/bencana terjadi (PLAN B)
2. Ke-siaga-an (Readiness) Kesiagaan adalah masa yang relatif pendek, dimulai ketika muncul tanda tanda awal akan adanya ancaman bahaya. Pada masa ini, rencana B (PLAN B) mulai dijalankan dan semua orang diajak untuk siap sedia melakukan peran yang sudah ditentukan sebelumnya.
3. Ke-waspada-an (Alertness) Kata ini lebih menunjuk ke sebuah momen/saat tertentu, yaitu ketika sebuah ancaman bahaya pasti dan segera terjadi. Pada masa inilah semua hal yang berhubungan dengan kesiapsiagaan akan diuji, apakah semua berjalan sesuai dengan rencana ataukah ada hal-hal baru yang muncul dan perlu ditangani dengan segera. Masa ini tidak bisa direncanakan, karena itu semua yang terjadi pada masa ini sifatnya sangat darurat. Antisipasi kita akan datangnya masa inilah yang menentukan rencana kesiapsiagaan kita. Gambar dibawah ini adalah contoh untuk menjelaskan posisi ketiga kata diatas. Sebagaimana sebuah dinamit, bila sumbu sudah dinyalakan (dan tanda peringatan diberikan), maka kita tahu dengan pasti bahwa suatu saat dinamit akan meledak.
Saat inilah kita ada pada masa kesiapan untuk menuju tempat perlindungan dan menjauh dari dinamitnya. Saat sumbu tinggal pendek, dan saat hitungan mundur dimulai, inilah saatnya masuk masa kesiagaan, kita mengantisipasi ledakan, kita siap-siap dalam posisi berlindung dan menjauhkan diri dari benda benda yang mungkin melukai kita bila ada ledakan. Kewaspadaan muncul beberapa saat sebelum dinamit meledak, pada hitungan mundur terakhir, saat itulah kita akan menutup mata dan telinga kita sehingga ledakan tidak terlalu berdampak pada kita.
PREPAREDNESS READINES
SALERTNESS
I. Aktivitas Pokok Terkait Kesiapsiagaan Aktivitas pokok dalam kesiapsiagaan yang dapat menjadi syarat dan harus ada dalam kegiatan Kesiapsiagaan dapat dikelompokan dalam 3 kelompok besar aktivitas sebagai berikut: 1. Adanya Rencana Untuk Menghadapi Bencana/Bahaya Baik rencana sebelum terjadi bahaya/bencana maupun rencana saat terjadinya bahaya). Termasuk aktivitas Kajian Risiko Bencana (Kajian Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas) yang akan menjadi dasar pembuatan rencana kesiapsiagaan. Rencana saat terjadinya bahaya juga meliputi rencana evakuasi, sistem peringatan dini, manajemen informasi dan komunikasi. 2. Adanya Pembagian Peran Yang Jelas (Koordinasi, Teknis, Support) Untuk Melaksanakan Rencana Tersebut Baik Untuk Sebelum Maupun Saat Bahaya/Bencana. Termasuk memastikan bahwa semua orang tahu/mampu
saling menggantikan (sebagai sebuah rencana kontinjensi), misalnya orang yang bertanggung jawab tidak berada di tempatsaat ancaman bahaya muncul, atau justru menjadi korban saat bahaya muncul. Dalam hal ini juga harus dipikirkan support untuk orang-orang yang bertanggung jawab ini, termasuk di dalamnya support secara psikologis saat ancaman bahayaterjadi. 3. Adanya Upaya Peningkatan Kapasitas Berupa Pelatihan Dan Simulasi. Melakukan Kajian Kapasitas yang diperlukan untuk rencana kesiapsiagaan, baikyang sudah dapat dilakukan maupun belum, juga latihan latihan untuk mencapaikapasitas dan ketrampilan yang belum dimiliki serta melakukan banyak simulasibahaya. Tanpa latihan dan simulasi, semua rencana yang telah dibuat tidak akanberguna, melalui pelatihan dan simulasi yang terus menerus dan ajeg kapasitasakan meningkat dan mengetahui apa saja yang masih perlu dan dapat ditingkatkan.Kita juga mungkin akan mendapatkan masukan baru untuk hal hal yang belumterpikirkan dan direncanakan.
J. Macam-Macam Aktivitas Kesiapsiagaan Secara keseluruhan, Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dapat dikategorikan dalam beberapa aspek berupa sembilan aktivitas sebagai berikut (disertai contoh dengan ilustrasi anak sekolah): 1. Pengukuran Awal (Contohnya: anak mengenali kemampuan dan kesulitan belajarnya, waktu yang tepat untuk belajar, cara belajar yang efektif). Proses yang dinamis antara masyarakat dan lembaga yang ada untuk: a. Melakukan pengukuran awal terhadap Risiko Bencana (bahaya dan kerentanan) b. Membuat sumber data yang fokus pada bahaya potensial yang mungkin memberikan pengaruh c. Mengantisipasi kebutuhan yang muncul dan sumber daya yang tersedia 2. Perencanaan (Contohnya: anak memiliki rencana dan strategi untuk belajar). Merupakan proses untuk:
a. Memperjelas tujuan dan arah aktivitas kesiapsiagaan b. Mengidentifikasi tugas-tugas maupun tanggungjawab secara lebih spesifikbaik oleh masyarakat ataupun lembaga dalam situasi darurat c. Melibatkan organisasi yang ada di masyarakat (grassroots), LSM, pemerintahanlokal maupun nasional, lembaga donor yang memiliki komitmenjangka panjang di area yang rentan tersebut 3. Rencana Institusional (Contohnya: anak melakukan belajar kelompok, cari sumber belajar lain, buatwaktu belajar dan berjanji sama orang tua untuk menepatinya) Koordinasi baik secara vertikal maupun horizontal antara masyarakat dan lembaga yang akan menghindarkan
pembentukan struktur kelembagaan yang baru dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana, melainkan saling bekerjasama dalam
mengembangkan jaringan dan sistem. a. Mengukur kekuatan dari komunitas dan struktur yang tersedia b. Mencerminkan tangungjawab terhadap keahlian yang ada c. Memperjelas tugas dan tanggungjawab secara lugas dan sesuai 4. Sistem Informasi (Contohnya: selalu berhubungan dan tukar informasi dengan teman serta menguasai semua media untuk komunikasi) Mengkoordinasikan peralatan yang dapat mengumpulkan sekaligus menyebarkan
peringatan awal mengenai bencana dan hasil pengukuran terhadap kerentanan yang ada baik di dalam lembaga maupun antar organisasi yang terlibat kepada masyarakat luas. 5. Pusat Sumber Daya (Contohnya: mempersiapkan bahan-bahan belajar, buku-buku dan catatan-catatan sekolah juga kemampuan mengakses sumber belajar seperti internet atau bertanya pada orang yang tahu misalnya saudara, orang tua atau guru). Melakukan antisipasi terhadap bantuan dan pemulihan yang dibutuhkan secara terbuka dan menggunakan pengaturan yang spesifik. Perjanjian atau pencatatan tertulis sebaiknya dilakukan untuk memastikan barang dan jasa yang dibutuhkan memang tersedia, termasuk:
a. Dana bantuan bencana b. Perencanaan dana bencana c. Mekanisme kordinasi peralatan yang ada d. Penyimpanan 6. Sistem Peringatan (Contohnya: membuat jadwal yang jelas untuk belajar sesuai jadwal ujian dan punya mekanisme yang jelas dengan teman teman untuk saling mengingatkan). Harus dikembangkan sebuah cara yang efektif dalam menyampaikan peringatan kepada masyarakat luas meskipun tidak tersedia sistem komunikasi yang memadai. Sebagai pelengkap, masyarakat internasional juga harus diberikan peringatan mengenai bahaya yang akan terjadi yang memungkinkan masuknya bantuan secara internasional. 7. Mekanisme Respon (Contohnya: mengenali respon terhadap tekanan akan ujian dan bagaimana mengatasinya, misalnya membuat manajemen stress yang baik). Respon yang akan muncul terhadap terjadinya bencana akan sangat banyak dan datang dari daerah yang luas cakupannya sehingga harus dipertimbangkan serta disesuaikan dengan rencana
kesiapsiagaan. Perlu juga dikomunikasikan kepada masyarakat yang akan terlibat dalam koordinasi dan berpartisipasi pada saat munculnya bahaya. 8. Pelatihan Dan Pendidikan Terhadap Masyarakat (Contohnya: mengikuti les tambahan atau belajar tambahan dan bergabung dengan lembaga bimbingan belajar). Dari berbagai jenis program pengetahuan mengenai bencana, mereka yang terkena ancaman bencana seharusnya mempelajari dan mengetahui hal-hal apa saja yang diharapkan dan apa yang harus dilakukan pada saat bencana tiba. Sebaiknya fasilitator program pelatihan dan pendidikan sistem peringatan ini juga mempelajari kebiasaan serta permasalahan yang ada dimasyarakat setempat serta kemungkinan munculnya
(Contohnya: selalu berlatih dengan mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas tugas yang diberikan oleh guru/dosen). Kegiatan mempraktikkan hal-hal yang sudah dipersiapkan dalam rencana kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dibutuhkan untuk menekankan kembali instruksiinstruksi yang tercakup dalam program, mengidentifikasi
kesenjanganyang mungkin muncul dalam rencana kesiapsiagaan tersebut. Selain itu, agar didapatkan informasi tambahan yang berhubungan dengan perbaikan rencana tersebut.
BIRU Banjir Pedagang kecil, tinggal di kampung padat di tepi sungai, dataran rendah, punya peliharaan 20 ayam petelur, 4 sapi perah dan 2 anjing, akses jalan terbatas, lewat jembatan kecil diatas sungai, sehingga sedikit terisolir dari mayoritas warga (terletak di dusun kecil seberang sungai)
Kondisi Masyarakat
Desa di dataran rendah, daerah pertanian, dekat dengan sungai besar yang sering meluap saat hujan deras, mayoritas pedagang dan petani. Ada beberapa peternakan ayam dan sapi perah di daerah sekitar, akses jalan cukup bagus tapi sering terputus kalau banjir, transportasi, listrik dan komunikasi lancar. Di pusat desa ada pasar desa yang buka seminggu dua kali. Banyak warga yang sudah lanjut usia dan dalam kondisi sakit sakitan, ada juga beberapa ibu hamil.
1. KELUARGA
2. MASYARAKAT
Peran Sebagai
A. LEMBAR KERJA 1
Perencanaan Kesiapsiagaan Rencana Untuk Keluarga Nama Desa : BIRU Kondisi Keluarga : Pedagang kecil, tinggal di kampung padat di tepi sungai, dataran rendah, punya peliharaan 20 ayam petelur, 4 sapi perahdan 2 anjing, akses jalan terbatas, lewat jembatan kecil di atas sungai, sehingga sedikit terisolir dari mayoritas warga (terletak di dusun kecil seberang sungai). Ancaman:Banjir
RENCANA DILAKUKAN
YANG
AKAN
YANG
BERTANGGUNG JAWAB
Warning System dan cara Bapak pembuatannya Alat : cat, meteran 1 cat kaleng
2) Membersihkan
Yang
Pengetahuan
tentang bertanggungjawab
3) Menempatkan barang-barang Yang dibutuhkan : berharga( ijazah, sertifikat Alat : Tas khusus tanah, dll ) dan barang-barang elektronik di tempat yang tinggi yang sulit terjangkau oleh banjir. -
dan untuk
meletakkan barang-barang elektronik Biaya : Yang pihak bertanggungjawab: dapat Bapak dan Ibu dimintai
4) Menyiapkan alamat/no. telp Yang dibutuhkan : yang penting untuk dihubungi Informasi mengenai mana saja yang untuk
dihubungi
5) Menyediakan
barang-barang Yang dibutuhkan : keperluan seperti senter, lilin, Biaya :baju, selimut, pelampung makanan, baju minuman, hangat,
Yang
RencanaKesiagaan/Readiness Saat air sudah mencapai titik darurat, maka keluarga harus : 1) Mempersiapkan mengamankan surat atau Yang dibutuhkan : dan tas khusus Yang bertanggungjawab: Ibu
barang-barang penting
3) Menuntun
nenek
4) Mengamankan peliharaan
B. LEMBAR KERJA 2
Perencanaan Kesiapsiagaan Rencana Untuk masyarakat Kondisi masyarakat : Desa di dataran rendah, daerah pertanian, dekat dengan sungai besar yang sering meluap saat hujan deras, mayoritas pedagang dan petani. Ada beberapa peternakan ayam dan sapi perah di daerah sekitar, akses jalan cukup bagus tapi sering terputus kalau banjir, transportasi, listrik dan komunikasi lancar. Di pusat desa ada pasar desa yang buka seminggu dua kali. Banyak warga yang sudah lanjut usia dan dalam kondisi sakit-sakitan, ada juga beberapa ibu hamil.
APA DIBUTUHKAN
YANG SIAPA
YANG
BERTANGGUNGGJAWAB
Rencana Kesiapan/Preparedness
1. Membuat tanggul.
Pasir,
batu
(tanggul dibuat di kayu/bamboo. area sungai) bantaran Biaya yang dibutuhkan : kurang lebih Rp 500.000,(sumber dari iuran warga)
2. Gotong
royong -
Alat
untuk
sampah di sungai dan alat- seluruh warga (baik pemuda kerja alat kebersihan. maupun orang tua).
dilaksanakan - Konsumsi untuk pekerja - Konsumsi disiapkan oleh rutin bakti (sumber dana dari ibu-ibu PKK sekali sukarela warga)
dan
Dengan (kendaraaan milik tim siaga peta bencana dan milik warga) dalam
tanggapdarurat bencana
4. Mendata untuk
(selebaran) informasi
pencegahan banjir.
early system, Kayu untuk kentongan warning biaya: berupa 50.000/kentongan. yang didapat dari kas RT Rp Biaya pemuda
diletakan
di
pos
rondaatau di setiap RT
7. Menyiapkan tempat pengungsian darurat Biaya yang dibutuhkan : sewa tempat untuk warga dan uang tempat yang aman pengungsian Rp 50.000 bagi daerah tinggi tanda Bambu untuk membuat Tim siaga bencana pada plang peringatan yang Biaya yang dibutuhkan : ternak di
tim siaga bencana
dataran
antara satu dengan yang lainnya, siapa melakukan apa pada saat keadaan darurat
11. Menempelkan stiker Stiker pada setiap rumah Biaya didapat dari kas ibu yang terdapat PKK
ibu-ibu PKK
dievakuasi dahulu
terlebih Mobil
kendaraan
untuk mengevakuasi ternaknya. Tempat 13. Sosialisasi para tidak petani bertani untuk makanan ringan agar biaya didapaat dari kas ibu saat PKK sosialisasi, Ibu-ibu PKK
memasuki penghujan
musim karena
Rencana Kesiagaan Menggerakan 1. Mengoperasikan early system Obat-obatan, 2. Pemenuhan kebutuhan makanan, warning bencana tim siaga
Ibu PKK dan tim siaga bencana
pakaian, tempat evakuasi Tim siaga bencana, pemuda saat khusus untuk lansia dan ibu
selimut, evakuasi
alat-alat seperti
3. Membuka evakuasi
jalur Kendaraan
ditepi sungai.
Tim siaga bencana
yang utk
C. LEMBAR KERJA 3
Pendalaman Aspek-Aspek Kesiapsiagaan Ancaman Banjir Pengukuran Awal Rencana Institusional Melakukan analisis ancaman, kerentanan dan kapasitas Mempelajari sejarah kebencanaan di daerah tersebut Perencanaan Membuat rencana evakuasi Membuat perencanaan manajemen posko Pengungsian Membentuk forum koordinasidengan dan antar institusi pemerintahan daerah,
organisasi masyarakat, dinas-dinas terkait, dan LSM juga bisa dilaksanakan dalam pertemuan ini. Sistem Informasi Menyelenggarakan pertemuan berkala secara rutin untuk membahas pengalaman banjir terakhir dan melakukan perencanaan untuk menghadapi banjir yang akan datang Saling bertukar informasi Menyusun Rencana Terpadu Ciptakan sistem informasi yang mudah diakses, dimengerti dan disebarluaskan. Informasi yang disampaikan harus:
Akurat (accurate) Tepat waktu (timely) Dapat dipercaya (reliable) Mudahdikomunikasikan (communicable) Kesiapsiagaan harus punya sistem informasi. untuk bencana lambat, sistem informasi harus selalu diperbarui untuk deteksi dini. Pada bencana tiba-tiba, komunikasi dibangun untuk memperkuat prakiraan, deteksi dan peringatan dini. Pusat Sumber Daya Pemenuhan kebutuhan dasar merupakan
sistem komunikasi, pakaian Aturan main mobilisasi sumber daya (piagam kemanusiaan, do no harm) Inventarisasi semua sumber daya yang
dimiliki oleh Daerah/Sektor Identifikasi sumber daya yang tersedia dan siap digunakan Identifikasi sumber daya dari luar yang dapat dimobilisasi untuk keperluan darurat Sistem Peringatan Sistem peringatan dini harus spesifik atas setiap jenis ancaman, untuk yang dibangun dalam
komunitas
membantu
mengambil keputusan mengenai tindakan yang perlu, tepat pada saat ancaman datang sistem peringatan yang tepat dan
komunikatif akan meyelamatkan banyak jiwa peringatan dini harus: 1. Menjangkau sebanyak mungkin anggota masyarakat 2. Tegas, jelas dan tidak membingungkan
3. Bersifat resmi atau disepakati/dipercaya oleh semua pihak 4. Dapat dikelola komunitas agar selalu siaga Mekanisme Respon Pelatihan dan Pendidikan Terhadap Masyarakat Tentukan lokasi penampungan sementara (darurat) Rencanakan dan umumkan rute-rute evakuasi Tentukan sumberdaya darurat makanan, air, obat-obatan Tentukan rantai komando Bangun prosedur komunikasi/koordinasi Melatih personalia untuk menangani tanggap darurat Lakukan penerangan tentang langkah-
langkah tanggap darurat Menyiapkan Posko Menyiapkan Tim Reaksi Cepat Mempunyai Prosedur Tetap Menentukan Incident Commander Melakukan upaya penanganan di luar
prosedur rutin Pelatihan dan pendidikan diperlukan untuk menjaga kemampuan masyarakat dan
semua faktor yang terlibat secara teoritis maupun praktis. Melakukan pendidikan di sekolah-sekolah dan Melakukan pelatihan secara kontinyu: Manajerial Teknis operasional Praktek Untuk menguji tingkat kesiapsiagaan, perlu dilakukan uji lapangan berupa gladi atau simulasi.
Praktek simulasi harus dilakukan secara berkala, agar masyarakat dapat membiasakan diri.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
untuk mengambil tindakan-tinjdakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan banjir.
B. Saran Bagi Pembaca Diharapkan tugas ini dapat menjadikan tambahan referensi untuk mempelajari manajemen bencana banjir lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
http://pusdiklat.bnpb.go.id/home/Downloads/modul/BUKU%20BNPB%20bahan% 20bacaan%20preview%2001-02-2012.pdf http://4cardio.files.wordpress.com/2013/11/kesiapsiagaan-dan-mitigasibakornas.ppt http://geoupn.org/downlot.php?file=7%20konsep%20kesiapsiagaan.pdf www.pusdiklat.bnpb.go.id www.bpbd.go.id