Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Di Indonesia wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun mempunyai risiko menderita kekurangan energi kronik (KEK). Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan standar pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan ukuran batas normal > 28,5 cm. dari hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000-2005, diperoleh gambaran risiko pada WUS menderita KEK berdasarkan pada pengukuran LILA menurut kelompok umur. Hasil pengukuran ini dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Hasil Susenas tahun 2001 menunjukkan 21,53%, WUS mempunyai risiko KEK. Di perkotaan persentase WUS yang mempunyai risiko KEK lebih rendah (19,39%) dibandingkan di pedesaan (23,36%). Pesentase WUS yang mempunyai risiko KEK terbesar berturut-turut di Provinsi Nusa Tenggara Timur (44,03%). Provinsi Nusa Tenggara Barat (29,69%) dan Provinsi Papua (27,86%). Persentase WUS yang mempunyai risiko KEK terendah berturut-turut di Provinsi Sulawes Utera (12,64%), Provinsi Riau (14,45%) dan Provinsi Sumatera Utara (14,94%). Hal ini menunjukkan bahwa Kawasan Timur Indonesia (KTI) masih memerlukan perhatian yang lebih besar dalam upaya peningkatan gizi masyarakat. Hasil Susenas tahun 2002 menyatakan bahwa persentase pasangan usia subur (PUS) yang pernah mengugnakan alat/cara KB adalah 68,93%. Perbandingan antar provinsi untuk persentase PUSyang pernah ikut KB tersebut sangat bervariasi, dengan persentase tertinggi di Sulawesi Utara (79,76%) dan terendah di Nusat Tenggara Timur (46,53%). Secara nasional, persentase PUS yang sedang menggunakan alat/cara KB (peserta KB aktif) sebesar 54,19%. Persentase tertinggi di Sulawesi Utara (68,02%), kemudian Bali (65,96%) dan Bengkulu (64,14%). Yang terendah

terdapat di Nusa Tenggara Timur (30,46%), lalu Sulawesi Selatan (35,26%), dan Sumatera Utara (39,81%). Persentase peserta KB aktif di perkotaan (55,18%) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pedesaan (53,44%). Dari PUS yang sedang ber-KB tersebut, hampir separuh (49,09%) diantaranya menggunakan cara KB suntikan, yaitu 25,49% menggunakan pil dan 10,93% menggunakan AKDR/IUD. Untuk tempat memperoleh alat/cara KB, pesentase tertinggi adalah bidan praktik (43,34%), kemudian Puskesmas/Puskesmas Pembantu (23,24%) dan Polindes (12,29%).

B. Tujuan 1. Memberikan informasi tentang pelayanan kesehatan reproduksi pada PUS 2. Memberikan informasi tentang pelayanan kesehatan reproduksi pada WUS

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada WUS 1. Pengertian WUS (Wanita Usia Subur) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an presentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminya dengan rajin

membersihkannya. Oleh karena itu WUS dianjurkan untuk merawat diri. Untuk mengetahui tanda-tanda wanita subur antara lain dengan melihat siklus haidnya. 2. Siklus Haid Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur. Satu putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari sebelum haid datang kembali, yang biasanya berlangsung selama 28-30 hari. Oleh karena itu siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks, panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara.

3. Pembekalan pengetahuan untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita a. Personal Hygiene, misalnya : 1) Mandi 2x sehari 2) Ganti pakaian dalam setiap hari 3) Hindari keadaan lembab di vagina 4) Mamakai pembalut yang tidak mengandung zat berbahaya (berbahaya ditandai dengan mudah rusaknya pembalut jika terkena air) 5) Ganti pembalut maksimal tiap 6 jam atau bila sudah penuh oleh darah haid 6) Cebok dari arah depan ke belakang 7) Hindari penggunaan sabun/cairan pembersih vagina. b. Gizi 1) Hindari 5 P (Pewarna, pengawet, penyedap, pengenyal, 2) Konsumsi buah dan sayuran. c. Perilaku seks Hindari perilaku seks bebas diluar nikah. Pelayanan kesehatan reproduksi pada pasangan usia subur dan wanita usia subur sangat penting. Pasangan usia subur, yaitu pasangan yang berusia 20-35 tahun, sedangkan wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang sudah mengalami menstruasi. Strategi atau langkah-langkah untuk mengurangi kehamilan dini pada wanita usia subur (WUS) atau remaja : 1. Mendeteksi kelompok risiko tinggi dan kelompok tertentu terlebih kaum muda, kemungkinan lebih besar hamil pada usia remaja sehingga mereka dapat dipilih untuk menjadi sasaran. 2. Meningkatkan pendidikan seks. Tujuan pendidikan seks adalah

menginformasikan masa transisi seksual dari anak menjadi dewasa hamil. Para WUS perlu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pada beberapa area penting dalam kesehatan reproduksi. a. Hubungan baik sosial dan seksual

b. Negosiasi dalam hubungan termasuk mereka sendiri dan ikut bertanggung jawab terhdap kesehatan orang lain c. Seks dan perilaku seks d. Bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan orang lain e. Kesuburan dan kontrasepsi Dengan memberikan pendidikan seks kepada kaum muda terutama WUS, diharapkan dapat menimbulkan efek positif pada masyarakat secara keseluruhan berupa berkurangnya prasangka dan praduga mengenai seksualitas dan terciptanya lingkungna seksual yang positif.

B. Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada PUS 1. Definisi dan pengertian dasar Fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu menghamilinya. Pasangan Infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologis yang tidak mampu menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup. Infertilitas Primer adalah jika istri belum berhasil hamil walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan pada kemuungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut. Infertilitas Sekunder adalah jika istri pernah hamil akan tetapi tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut. Etiologi dan Epidemiologi Infertilitas Persyaratan kehamilan : a. Hubungan seksual yang normal b. Analisis sperma yang normal c. Ovulasi yang normal d. Uterus dan endometrium yang normal e. Tuba fallopi yang normal.

2. Etiologi Infertilitas dapat disebabkan oleh : a. Gangguan pada hubungan seksual b. Jumlah sperma dan transportasinya yang abnormal c. Gangguan ovulasi dan hormonal yang lain, termasuk gangguan pada tingkat reseptor hormon reproduksi. d. Kelainan tempat implantasi (endometrium) dan uterus e. Kelainan jalur transportasi (tuba fallopi) f. Gangguan peritoneum g. Gangguan imunologik. 3. Gangguan hubungan seksual yang dapat menyebabkan infertilitas a. Kesalahan teknik senggama : penetrasi tidak sempurna ke vagina b. Gangguan psikososial : impotensi ejakulasi prekoks, vaginismus c. Ejakulasi abnormal : kegagalan ejakulasi akibat pengaruh obat, ejakulasi retrogard ke dalam vesika urinaria pasca prostatektomi d. Kelainan anatomi : hipospadia, epispadia, penyakit pyeroni. 4. Gangguan produksi dan transportasi sperma Parameter analisis semen normal a. Volume 2-5 cc b. Jumlah sperma > 20 juta/ml c. Motilitas 6-8 jam > 40% d. Bentuk sperma yang abnormal < 20% e. Kandungan kadar fruktosa 120-450 mikrog/ml. 5. Gangguan ovulasi Ovarium memiliki dua peran utama, yaitu : sebagai penghasil gamet, sebagai organ endokrin karena menghasilkan hormon seks (estrogen dan progesteron). Kegagalan ovulasi dapat berasal primer dari ovarium, misalnya penyakit ovarium polikistik atau kegagalan yang bersifat sekunder akibat kelainan pada poros hipotalamus hipofisis dan kelainan pada pusat opionid dan reseptor steroid di hipotalamus, atau tumor hipofisis serta hipofungsi hipofisis.

6. Pemeriksaan pasangan infertil Sekitar 1 dari 5 pasangan akan hamil dalam 1 tahun pertama pernikahan dengan senggama yang normal dan teratur. a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan b. Analisis sperma c. Uji pasca senggama (UPS) d. Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi e. Uji pakis f. Suhu Basal Badan (SBB) g. Sitologi vagina atau endoserviks h. Biopsi Endometrium i. Laparaskopi. 7. Pemeriksaan uterus dan tuba fallopi a. Biopsi Endometrium b. Hydrotubasi c. Hidrosalpingogram d. Histeroskopi e. Laparaskopi f. Ultrasonografi dan Endosonografi. 8. Pengobatan infertilitas pasangan Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa optimis bagi kebanyakan dokter yang mencoba menangani pasangan infertil. Selama kurun waktu pemeriksaan

pengobatan, baik oleh dokter umum maupun klinik infertilitas, umumnya pasien tetap peka terhadap perubahan emosional akibat kegagalannya untuk hamil. Oleh karena itu kontak yang teratur dengan mereka senantiasa dibutuhkan, untuk memberikan kesempatan kepada mereka melakukan ventilasi. Tindakan-tindakan diagnostik seringkali juga merupakan

rangsangan pengobatan. Pemeriksaan vaginal dan sondase uterus, misalnya dapat menaikkan laju konsepsi.

9. Penyakit Menular Seksual Cara penularan PMS termasuk HIV/AIDS, dapat melalui : a. Hubungan seksual yang tidak terlindung, baik melalui vagina, anus, maupun oral. Cara ini merupakan cara paling utama (lebih dari 90%) b. Penularan dari ibu ke janin selama kehamilan (HIV/AIDS, Herpes, Sifilis), pada persalinan (HIV/AIDS, Gonorhoe, Klamidia), sesudah bayi lahir (HIV/AIDS) c. Melalui tranfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah (HIV/AIDS).

Cara pencegahan PMS : a. Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan yang setia b. Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual c. Bila terinfeksi PMS mencari pengobatan bersama pasangan seksual d. Menghindari hubungan seksual bila ada gejala PMS, misalnya borok pada alat kelamin, atau keluarnya duh (cairan nanah) dari tubuh. PUS perlu dianjurkan untuk mengikuti program pemerintah, misalnya KB. Kebijakan pokok yang perlu dilakukan adalah : 1. Pengendalian pertumbuhan penduduk melalui pengaturan kehamilan (PUS dan WUS) 2. Peningkatan kualitas keluarga 3. Peningkatan kemandirian keluarga 4. Peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat 5. Peningkatan operasional 6. Pendekatan wilayah paripurna serta pemantapan komitmen politis dan komitmen

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan reproduksi pada pasangan usia subur dan wanita usia subur sangat penting. Pasangan usia subur, yaitu pasangan yang berusia 20-35 tahun, sedangkan wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang sudah mengalami menstruasi. Strategi atau langkah-langkah untuk mengurangi kehamilan dini pada wanita usia subur (WUS) atau remaja adalah dengan cara mendeteksi kelompok risiko tinggi terlebih kaum muda dan meningkatkan pendidikan seks pada masyarakat khususnya para remaja.

B. Saran Diharapkan kepada Wanita Usia Subur (WUS) untuk menjaga kebersihan dirinya dan diharapakan kepada masyarakat khususnya para remaja untuk menghindari perilaku seks bebas diluar nikah.

DAFTARA PUSTAKA

Manuaba, 1999. Buku Acuan Pelayanan Maternal Neonatal dan Keluarga Berencana. Jakarta : Balai Pustaka Purwandari, Atik, 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Saifuddin, AB, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sundquist, K, 1998. Kontrasepsi Apa Yang Terbaik Untuk Anda. Jakarta : Arcan

10

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PADA PASANGAN USIA SUBUR

Pokok Bahasan Sub Bahasan Penyuluh Hari Tanggal Waktu Tempat Sasaran

: Keluarga Berencana : KB : Mahasiswa Jurusan Kebidanan STIKES YARSI Mataram : Rabu, 12 Maret 2014 : jam 09.00 WIB : Dasan Kolo : Ibu-ibu usia subur.

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Ibu mengetahui macam-macam metode kontrasepsi yang dapat digunakan pasangan usia subur. B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. Ibu mengetahui pengertian KB 2. Ibu mengetahui manfaat KB 3. Ibu mengetahui macam-macam metode alat kontrasepsi C. STRATEGI 1. Ceramah. 2. Tanya jawab. 3. Demonstrasi. D. MEDIA 1. Leaflet. 2. Alat-alat kontrasepsi (mini pil, suntikan KB, implant, AKDR) E. MATERI Terlampir F. KEGIATAN 1. Pembukaan 5 menit dan Mengucap salam Memperkenalkan diri, Menjawab salam dan mendengarkan

11

2. Isi 10 menit a. Menjelaskan tentang pengertian KB b. Menjelaskan manfaat KB c. Menjelaskan tentang macam-macam metode KB d. Mendengarkan dan memperhatikan. 3. Diskusi 15 menit Tanya jawab 4. Penutup 5 menit a. Menyimpulkan hasil penyuluhan. b. Memberi saran-saran. c. Memberi salam menjawab salam.

KB PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) 1. Pengertian Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan, atau salah satu usaha untuk membantu keluarga termasuk individu merencanakan kehidupan berkeluarga dengan baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. 2. Manfaat Keluarga Berencana a. Perbaikan kesehatan badan ibu b. Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anaak, beristirahat, dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan-kegiatan lain. c. Perkembangan fisik, mental dan sosial anak lebih sempurna. d. Perencanan kesempatan pendidikan yang lebih baik. 3. Macam-Macam Metode Kontrasepsi a. Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI). MAL sebagai kontrasepsi bila: 1) Menyusui secara penuh 2) Belum haid 3) Umur bayi kurang dari 6 bulan

12

Cara kerja: 1) Penundaan/penekanan ovulasi. 2) Keuntungan kontrasepsi: 3) Efektivitas tinggi 4) Tidak mengganggu senggama 5) Tidak ada efek samping secara sistemik 6) Tidak perlu obat atau alat 7) Tanpa biaya

Keterbatasan: 1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan. 2) Tidak melindungi terhadap IMS.

Cara pemakaian: 1) Bayi disusui menurut kebutuhan bayi (ngeksel). 2) Biarkan bayi menghisap sampai melepaskan sendiri hisapannya. 3) Susui bayi anda juga pada malam hari, karena menyusu pada waktu malam membantu mempertahankan kecukupan kebutuhan ASI. 4) Bayi terus disusukan walau ibu atau bayi sedang sakit. 5) Ketika mendapat haid pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera mulai metode KB lainnya. b. PIL. Cocok untuk ibu menyusui, tidak menurunkan produksi ASI, dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat. Efek samping: gangguan perdarahan (perdarahan bercak atau perdarahan tidak teratur) Cara kerja: 1) Menekan ovulasi. 2) Rahim tidak bisa menerima hasil pembuahan. 3) Mengentalkan lendir servik. 4) Mengganggu transportasi sperma.

13

Keuntungan: 1) Tidak mengganggu hubungan seksual. 2) Tidak mempengaruhi ASI. 3) Kesuburan cepat kembali. 4) Dapat dihentukan setiap saat. Keterbatasan: 1) Mengganggu siklus haid. 2) Peningkatan atau penurunan berat badan. 3) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama. 4) Bila lupa 1 pil saja kegagalan menjadi lebih besar. 5) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, jerawat. Cara pemakaian: 1) Mulai hari pertama sampai hari kelima siklus haid. 2) Diminum setiap hari pada saat yang sama. 3) Bila lupa 1 atau 2 pil minumlah segera pil yang terlupa dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan. 4) Bila tidak haid, mulailah paket baru 1 hari setelah paket terakhir. c. Suntik Progestin. Sangat efektif dan aman. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reprroduksi. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan. Cocok untuk masa menyusui, karena tidak menekan produksi ASI. Cara kerja : 1) Mencegah ovulasi. 2) Mengentalkan lendir servik. 3) Menghambat transportasi sperma. Keuntungan : 1) Sangat efektif 2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri 3) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai pre menopause

14

4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah Keterbatasan : 1) Gangguan siklus haid 2) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya 3) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, jerawat Cara pemakaian : 1) Setiaap saat selama siklus haid, asal tidak sedang hamil 2) Mulai hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid 3) Selama 7 hari setelah suntikan pertama tidak boleh melakukan hubungan seksual 4) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM dalam didaerah pantat. suntikan diberikan setiap 90 hari d. Kontrasepsi IMPLAN Efektif selama 5 tahun, untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, dan Implanon. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan. Kesuburan segera kembali setelah implant di cabut. Aman dipakai saat laktasi. Cara Kerja: 1) Lendir serviks menjadi kental 2) Menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. 3) Mengurangi transportasi sperma 4) Menekan ovulasi Keuntungan: 1) Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun) 2) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.

15

3) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam 4) Bebas pengaruh estrogen 5) Tidak mengganggu senggama 6) Tidak mengganggu produksi ASI 7) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan

Keterbatasan: 1) Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorhea, atau

meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea. 2) Timbul keluhan-keluhan seperti: nyeri kepala, nyeri dada, perasaan mual, pening/ pusing kepala, peningkatan/ penurunan berat badan. 3) Membutuhkan tindak pembedahan minor. Cara Pemakaian: 1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7, atau 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, pasca keguguran. 2) Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal atau AKDR dan ingin menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat. 3) Daerah pemasangan atau insersi pada lengan kiri atas bagian dalam (sub kutan). 4) Daerah insersi harus tetap kering dan bersih selama 48 jam pertama (untuk mencegah infeksi pada luka insisi) 5) Balutan penekan tetap ditinggalkan selama 48 jam, sedangkan plester dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari) 6) Setelah luka sembuh daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan wajar. 7) Bila ditenmukan adanya tanda-tanda infeksi seperti demam

peradangan, atau bila ada rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik. 8) Setelah masa pemakaian habis, implan harus segera dilepas. e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). 1) Sangat efektif, reversibel, dan berjangka panjang.

16

2) Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak 3) Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan 4) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi 5) Tidak boleh dipakai oleh wanita yang terpapar Infeksi Menular Seksual 6) Ada beberapa jenis : CuT-380A, NOVA-T, Lpez Loops. Cara Kerja : 1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi. 2) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri. 3) Mencegah sperma dan ovum bertemu atau membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurang kemampuan sperma untuk fertilisasi 4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus Keuntungan : 1) Efektifitas tinggi ( 0,6-0,8 kehamilan/ 100 wanita dalam 1 tahun pertama, 2) 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan ). 3) Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti). 4) Tidak mempengaruhi hububungan seksual, dan meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. 5) Tidak mempengaruhi kualitas dan produksi ASI. 6) Dapat dipasang segera setelah melahirkan dan sesudah abortus ( apabila tidak terjadi infeksi ) 7) Dapat digunakan sampai menoupouse ( 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir ). 8) Tidak ada interaksi dengan obat-obat. Kerugian : 1) Efek samping yang umum terjadi : perubahan siklus haid ( umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan ), haid lebih lama dan banyak, perdarahan spooting antar menstruasi, saat haid lebih sakit.

17

2) Komplikasi lain : merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan perforasi dinding uterus, perdarahan berat pada waktu haid yang memungkinkan penyebab anemia. 3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. 4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti-ganti pasangan. Cara Pemakaian : 1) Setiap waktu dalam siklus haid, dan dipastikan klien tidak hamil. 2) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid. 3) Segera setelah melahirkan (4 minggu pasca persalinan ) dan setelah 6 bulan dengan metode MAL. 4) Setelah abortus (bila tidak ada gejala infeksi ) 5) Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi 6) AKDR dipasang di dalam rahim. 7) Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu setelah pemasangan. 8) Selama bulan pertama pemakaian AKDR, periksa benang secara rutin terutama setelah haid. 9) Segera kembali ke klinik apabila: tidak dapat meraba benang AKDR, merasakan bagian yang keras dari AKDR, AKDR terlepas, siklus haid terganggu atau meleset, terjadi pengeluaran cairan vagina yang mencurugakan, adanya infeksi. 10) Setelah masa pemakaian habis, AKDR harus segera dilepas. Evaluasi : 1) Ibu dapat menjelaskan kembali pengertian KB dan manfaat KB 2) Ibu dapat menyebutkan macam-macam metode kontrasepsi untuk ibu menyusui. 3) Ibu dapat menyebutkan beberapa keuntungan pemakaian alat kontrasepsi. 4) Ibu dapat memilih atau menentukan metode kontrasepsi yang biasa cocok bagi dirinya

18

Anda mungkin juga menyukai