Anda di halaman 1dari 3

Horas…!!!

Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

Sepatutnyalah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang


Maha Penyayang karena atas rahmat dan berkat-Nyalah kita dapat berkumpul pada
kesempatan ini dalam keadaan sehat walafiat. Perkenalkan, nama saya Annie Maria
Napitupulu perwakilan dari Kabupaten Toba Samosir, asal sekolah dari SMA Negeri
2 Balige. Sungguh merupakan suatu kebanggaan bagi saya dapat berdiri di hadapan
Bapak/Ibu serta teman-teman sekalian untuk menyampaikan orasi singkat saya.

Bapak/Ibu dan teman-teman sekalian,


Pada kesempatan ini izinkanlah saya menyampaikan topik sederhana namun
tentunya sangat berkenaan dan sangat penting bagi kita yaitu tentang Peran Siswa
dalam Menjaga dan Melestarikan Alam dan Lingkungan. Sebuah topik yang menurut
saya sangat pas bagi kita sebagai kaum pelajar untuk lebih mengetahui bagaimana
dan apa yang harus kita lakukan pada alam dan lingkungan kita.

Teman-teman sekalian,
Secara sederhana lingkungan adalah ruang tempat kita hidup. Karena di
dalam lingkungan, kita dapat berlari, kita dapat berjalan, kita makan dan kita bisa
melakukan segala aktivitas dan rutinitas kita sehari-hari. Namun lingkungan tentu
tidak hanya sebatas manusia sebagai makhluk hidup saja tetapi ada juga makhluk
tidak hidup atau yang sering kita sebut dengan abiotik. Mereka saling berinteraksi
dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya sehingga ketika satu komponen
lingkungan rusak maka akan mempengaruhi komponen yang lainnya. Hal inilah yang
menjadi alasan mengapa keseimbangan dan interaksi menjadi parameter utama
dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Masih ingatkah teman-teman akan pernyataan yang menyebutkan bahwa


hutan Indonesia pernah dinobatkan menjadi ”paru-paru dunia”? Entahlah masih tetap
seperti itu atau tidak. Yang jelas saya ingin bertanya, masih pantaskah negara kita
disebut-sebut sebagai paru-paru dunia? Saya rasa kita semua sependapat bahwa
hutan Indonesia yang tercipta begitu sempurna sudah banyak dirusak oleh aktor-
aktor perusak lingkungan yang kebanyakan di antara mereka hanya memikirkan
dirinya sendiri (self-interest) tanpa memikirkan kepentingan masyarakat banyak.

Sesungguhnya banyak pelajaran yang telah kita dapatkan di sekolah tentang


cara menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan. Masih terbayang mungkin
ketika kita masih duduk di Sekolah Dasar atau bahkan di Taman Kanak-Kanak,
Bapak/Ibu guru selalu mengajarkan kepada kita cara-cara sederhana untuk menjaga
lingkungan. Saat itu mungkin kita tidak terpikir bahwa hal-hal besar selalu berawal
dari sesuatu yang kecil. Saat itu mungkin kita menjaga lingkungan hanya karena
sebatas disuruh saja bukan karena menganggap hal itu sebagai suatu kewajiban.
Meskipun sebenarnya alam juga menuntut kita untuk memiliki kesadaran sendiri
untuk menjaga dan melestarikannya.
Salah satu contoh, kita mungkin sudah sangat sering bahkan sudah bosan
mendengar nasihat Bapak/Ibu guru untuk ”membuang sampah pada tempatnya”.
Sebenarnya jika dipikirkan, apa susahnya membuang sampah pada tempatnya.
Namun sesering kita mendengar nasihat itu sesering itu pulalah kita
menyepelekannya. Bayangkan saja jika hal-hal kecil dan sederhana sudah berani
kita sepelekan, bagaimana dengan hal-hal yang lebih besar. Mungkin bertambah
besar pula sikap apatis kita. Padahal kita mungkin tidak tahu bahwa hal-hal kecil itu
bisa saja berpengaruh sangat besar.
Teman-teman,
Saya pernah membaca sebuah koran yang memuat berita tentang kejadian
longsor sampah yang terjadi di Leuwi Gajah Bandung pada Maret 2005. Hal ini
disebabkan oleh penumpukan sampah. Dan parahnya kejadian ini banyak memakan
korban jiwa. Coba bayangkan bagaimana mungkin sampah, yang kadang-kadang
kita anggap sebagai sesuatu yang tidak berguna setega itu menghilangkan nyawa
manusia. Mungkin kita tidak habis pikir tapi memang itulah yang terjadi. Ini menjadi
bukti nyata bagaimana sesuatu yang kecil jika disepelekan akan membawa
pengaruh yang sangat besar. Dari kejadian ini kita bisa memetik hikmah bahwa lebih
baik mencegah daripada mengobati.

Masih banyak lagi yang seharusnya bisa kita lakukan. Contohnya melakukan
peremajaan kembali dengan cara yang sederhana seperti menanam pohon di
lingkungan sekitar kita. Hal ini sangat membantu kita untuk mendapatkan udara yang
bersih. Kedua, bagi teman-teman yang sekolahnya jauh dari rumah, selagi masih
bisa dijangkau dengan naik sepeda, bersepedalah! Hal itu justru sangat
menguntungkan kita. Selain untuk olahraga, hal itu juga membantu mengurangi
polusi udara.
Ketiga, jangan membakar sampah karena akan mengakibatkan pencemaran
udara. Mulailah melakukan pemilahan antara sampah-sampah organik dan
anorganik. Untuk sampah organik, kita bisa saja mengolahnya kembali, dibuat
menjadi makanan ternak, komposting atau pengomposan dan juga biogas. Untuk
sampah anorganik, kita bisa menjual ke pasar loak tergantung apa jenisnya atau bisa
juga di daur ulang.

Teman-teman sekalian,
Mungkin sebagian besar orangtua kita seperti orangtua saya juga kurang
mengerti mengenai maksud pemilahan sampah organik dan anorganik. Nah, untuk
itulah kita sangat dibutuhkan. Kita sebagai kaum terpelajar yang sudah dibekali ilmu
oleh bapak dan ibu guru kita seharusnya bisa mensosialisasikan hal tersebut. Kalau
bisa tidak hanya kepada orangtua, kepada tetangga-tetangga atau kepada teman-
teman yang belum tahu perlu kita beritahukan. Karena itulah manfaat dan tugas kita
sebagai siswa atau kaum terpelajar yang peduli pada lingkungan. Kita harus bisa
menyadarkan mereka bahwa kita adalah bagian dari lingkungan dan lingkungan
adalah bagian dari alam. Kita semua berada dalam satu lingkaran yang berputar
yang akan saling menguntungkan jika sama-sama menjaga dan akan memusnahkan
jika dirusak. Namun tetap manusia adalah makhluk paling dominan, yang paling
menentukan bagaimana nasib lingkungan selanjutnya.

Namun di samping itu semua, saya perlu tegaskan sekali lagi. Jika
membuang sampah pada tempatnya pun masih belum bisa kita lakukan dengan
baik, bagaimana mungkin kita juga bisa menyadarkan orang lain? Artinya jika hal-hal
kecil saja belum bisa kita lakukan, mustahil kita bisa melakukan hal-hal yang besar.
Jawabannya hanya satu yaitu ”perubahan tak datang sendiri, kita yang memulainya.”
Lalu kapan akan kita mulai? Jawabannya adalah sekarang!!! Memang terkadang
memulai ini sesuatu yang teramat sangat sulit. Namun jika kita sudah berani
memulai pasti ada keinginan untuk melanjutkan. Kesadaran adalah awal dari
kepedulian.

Jika kesadaran kita akan lingkungan sudah tumbuh, maka kita akan dengan
mudah membuang sampah pada tempatnya, menanam pohon di lingkungan sekitar,
tidak membakar sampah, memilah sampah organik dan anorganik, dan akhirnya
mampu menjadi duta lingkungan dalam masyarakat yang akan menyadarkan
masyarakat betapa pentingnya menjaga lingkungan.

Teman-teman, saya sangat terkesan dengan sebuah lagu Barat yang


dibawakan oleh seorang yang bisa dikatakan legend yaitu Michael Jackson yang
judulnya Heal The World.
”Heal the world, make it a better place
For you and for me and the entire human race
There are people dying
If you care enough for the living
Make it better place for you and for me”

Yang artinya kurang lebih mengajak kita untuk memulihkan dunia atau bumi kita
untuk saya, untuk kamu, dan semua makhluk. Kita diajak untuk lebih peduli pada
kehidupan, menjadikan bumi sebagai tempat yang lebih baik lagi.
Save it for our children. Menjaganya untuk generasi selanjutnya.

Oleh karena itu, marilah mulailah bersahabat dengan alam, menyatulah


dengan alam. Perubahan itu tidak akan pernah terjadi jika bukan kita yang
memulainya sendiri. So, let’s start from the small thing, from our selves, and since
now!
Atau dalam bahasa yang sering digunakan di kampung saya yaitu” Antong taulahon
ma sian akka ulaon na metmet, sian dirinta be, jala sian sadarion!
Mari kita mulai dari hal yang paling kecil, dari dalam diri kita sendiri dan dari
sekarang. Tidak ada kata terlambat! Ingat, where there is a will there is a way.
Mari kita syukuri, kita hargai dan kita jaga apa yang telah Tuhan ciptakan lewat alam
kita.

Bapak/Ibu dan teman-teman sekalian,


Demikianlah yang dapat saya sampaikan. Semoga apa yang saya sampaikan
membawa manfaat bagi kita semua. Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Saya
mohon maaf jika terdapat kata-kata atau sikap saya yang kurang berkenan di hati
Bapak/Ibu dan teman-teman semuanya.

Sekian dan terima kasih.


Horas...horas...horas...

Anda mungkin juga menyukai