LATAR BELAKANG
Di Indonesia penyakit Tifoid merupakan masalah kesehatan masyarakat yang bersifat endemik dan salah satu penyakit yang berpotensi menyebabkan KLB ( UU No.4/1984 dan Kep.Dirjen PPM & PLP No.451/PD.03.04/1991). Telaah kasus Tifoid di R.S. di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun rata2 kesakitan 500/100.000 penduduk dg kematian antara 0,6-5 %. Sedangkan kasus Tifoid di Propinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut : - Tahun 2008 sebanyak 26169 penderita (IR= 3,43/1000 pddk) - Tahun 2009 sebanyak 17462 penderita (IR= 2,29/1000 pddk) - Tahun 2010 sebanyak 30245 penderita (IR= 3,85/1000 pddk)
Penyakit ini sangat erat kaitannya dg kualitas rendah dari hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan. Masalah : - Gejala klinik bervariasi - Komorbid at. Koinfeksi dg peny.lain - Resistensi meningkat - Meningkatnya kasus karier atau relaps - Vaksin efektif belum ada
TUJUAN
A. UMUM Meningkatkan upaya pencegahan, penemuan dini, pengobatan dan perawatan secara tepat, akurat dan berkualitas, shg mendapatkan angka kesembuhan yg tinggi dan menekan derajat endemisitas.
B.KHUSUS
Tersusunnya langkah2 kemitraan dalam pencegahan Meningkatkan penemuan penderita secara dini Meningkatkan mutu pengobatan dan perawatan Penanggulangan komplikasi dan karier Tatalaksana pengobatan dan
pencegahan
KEBIJAKAN PROGRAM
1. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit Tifoid diarahkan pada klp penduduk yg rawan ( termasuk penduduk miskin ) penyakit Tifoid 2. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit Tifoid dilaksanakan melalui pemutusan mata rantai penularan dan penaggulangan faktor resiko
3. Upaya pengobatan penderita penyakit Tifoid dilaksanakan dengan pemberian antibiotika & khemoterapi yg sensitif. 4. Upaya pencegahan peny.dilaksanakan dengan pembudayaan PHBS serta perbaikan sarana kes.ling. 5. Upaya pencegahan peny. dilaksanakan dengan melibatkan peran serta masyarakat secara aktif. 6. Upaya pencegahan dan pemberantasan peny. dilaksanakan secara lintas sektor & lintas program
STRATEGI
1. Penemuan penderita secara dini 2. Pencegahan dan penanggulangan KLB 3. Tatalaksana standard pengobatan & perawatan penderita 4. Pelaksanaan sistem rujukan kasus & lab 5. Peningkatan pengetahuan masy.tentang peny. Tifoid 6. Pengendalian faktor resiko
INDIKATOR PROGRAM
A. Indikator Input 1. Tersedianya tenaga pengelola di UPK yang terlatih 2. Tersedianya obat-obatan dan reagensia yg cukup 3. Tersedianya biaya operasional
B. Indikator Proses 1. Terlaksananya penemuan dan pengobatan penderita 2. Terlaksananya rujukan kasus & spesimen 3. Terlaksananya penanggulangan KLB 4. Terlaksananya promosi kesehatan 5. Terlaksananya monev 6. Terlaksananya pendidikan dan pelatihan petugas
C. Indikator Output 1. Jumlah kasus yang ditemukan dan diobati 2. Jumlah kasus dan spesimen yg dirujuk 3. Jumlah KLB yang ditanggulangi
HAL-HAL YG MENUNJANG TERJADINYA CARIER, RELAPS & RESISTENSI : Pemakaian Antibiotik yang bebas oleh masyarakat (tanpa resep) Pemakaian antibiotik oleh Dokter tanpa pedoman dan kontrol Pilihan antibiotik lini pertama yang kurang cepat Dosis yang tidak tepat Lama pemberian yg kurang tepat Ada penyakit lain (Komorbid) yg menurunkan imunitas
Peningkatan Higiene Makanan dan Minuman Perlu diingat Golden rules of WHO, dalam Promosi Kebersihan Makanan bahwa : Hati-hati pilih makanan yg sdh diproses, demi keamanan Panaskan kembali scr benar makanan yg sdh dimasak Hindarkan kontak antara makanan mentah dg yg sdh dimasak
- Mencuci tangan dg sabun. - Permukaan dapur dibersihkan dengan cermat. - Lindungi makanan dari serangga, binatang lainnya - Menggunakan cara yg cermat, bersih dl. pengolahan sampai dg. Penyajian makanan. - Penggunaan ASI yang baik, benar dan teratur. - Mendidihkan semua mak.d.air yg akan digunakan u/Bayi.
- Memasak d pasteurisasi susu serta produk lainnya. - Melaksanakan Quality controle terhdp semua hsl pertanian yg dimakan diminum - Kebun sayur mayur jangan dipupuk disiram dg air yg terkontaminasi dg tinja manusia. - Pengawasan terhdp restoran dan industri. - Pendidikan kes.masy. Ttg tatacara hidup bersih d sehat cuci tangan yg benar
A.
Perawatan Umum & Nutrisi Tujuan : - Optimalisasi pengobatan dan mempercepat penyembuhan - Observasi terhadap perjalanan penyakit - Minimalisasi komplikasi - Isolasi untuk menjamin pencegahan terhadap penularan
1. Tirah baring : Penderita yg dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk mencegah komplikas 2. Nutrisi : - Cairan ( infus ) - Diet Mengandung kalori dan protein yg cukup rendah selulose (rendah serat ) diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa
- Terapi Simptomatik :diberikan u. perbaikan keadaan umum 1. Robonsia/vitamin 2. Antipiretik : untuk anak-anak 3. Anti emetik : diperlukan apabila penderita muntah hebat
3 . Kontrol dan Monitor Dalam Perawatan. Yg perlu di kontrol: ~ Suhu tubuh, seperti: suhu, nadi, napas tekanan darah diukur ~ Keseimbangan cairan ~ Deteksi dini terhadap timbulnya komplikasi ~ Adanya koinfeksi atau komorbid dengan penyakit lain
Efek samping dan atau efek toksik obat ~ Resistensi anti mikroba ~ Kemajuan pengobatan secara umum Disamping mengetahui keberhasilan pengobatan,kontrol monitor sgt diperlukan o/dr.at.perawat sampai tahap indikasi pulang.
B. Anti Mikroba
Kebijakan Dasar Pemberian Anti Mikroba 1. Anti Mikroba segera diberikan bila diagnosis klinis demam tifoid baik dalam bentuk diagnosis konfirmasi, probable maupun suspek 2. Sebelum anti mikroba diberikan harus diambil specimen darah untuk pemeriksaan biakan kuman salmonella
Pengobatan dan perawatan : Pada pel.kes.ini telah ada perawatan rawat inap, sehingga manajemen pengobatan dapat dilaksanakan semaksimal mungkin.