DISUSUN OLEH : Nama NIM Prodi : Lilik Andriyani : 13/348106/GE/07576 : Pembangunan Wilayah
Jadwal Praktikum : Kamis, 11.00 13.00 WIB Asisten : 1. Gerry Kristian 2. Inneke K. Haryana
LABORATURIUM PENGINDERAAN JAUH DASAR FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
MODUL 4
LATIHAN INTERPRETASI PENUTUP/PENGGUNAAN LAHAN SECARA MONOSKOPIS DENGAN FOTO UDARA INFRAMERAH BERWARNA
I.
TUJUAN Melatih keterampilan mahasiswa dalam melakukan interpretasi foto udara secara monoskopis, khususnya untuk tema penutup/penggunaan lahan. ALAT DAN BAHAN Alat : 1. Kertas transparansi 2. Kertas HVS 3. Spidol warna 4. OHP Marker Bahan : 1. Foto udara inframerah berwarna sebagian daerah Wonogiri skala 1:10.000
II.
III. DASAR TEORI Interpretasi citra merupakan pekerjaan yang menjawab pertanyaan : bagaimana cara mempergunakannya atau cara analisis data penginderaan jauh, agar dapat digunakan untuk keperluan daerah. Interpretasi citra telah diungkapkan dalam batasan merupakan kegiatan mengidentifikai obyek melalui citra pengindraan jauh. Oleh karena itu, terdapat beberapa cara untuk melalukan interpretasi, diantaranya dengan cara interpretasi manual yaitu dengan pengenalan karakteristik obyek secara keruangan mendasarkan pada unsur-unsur interpretasi citra penginderaan jauh ataupun interpretasi digital dengan bantuan komputer (Sri Hardiyanti Purwadhi, dkk. 2008). Dasar interpretasi citra penginderaan jauh secara manual dilakukan dengan memperhatikan unsur-unsur interpretasi yang telah diperkenalkan pada acara satu, identifikasi obyek berdasarkan jenis citranya, dan teknik interpretasi dan konvergensi bukti yang dilakukan dalam pengenalan obyek citra penginderaan jauh. Teknik interpretasi citra sebagai alat atau cara ilmiah untuk melaksanakan interpretasi citra penginderaan jauh, yang dapat dilakukan secara manual maupun secara digital. Cara pelaksanaan interpretasi diperlukan data acuan, kunci interpretasi, penanganan data, pengamatan stereoskopis, metode pengkajian, dan penerapan konsep multi. Pengenalan penutup lahan pada data penginderaan jauh diperlukan kunci, yang disebut kunci interpretasi. 1. Pembuatan kunci interpretasi dapat dilakukan dengan suatu perumusan (generalisasi) kunci yang mudah disusun untuk mengenali kenampakan obyek budidaya seperti rumah, jembatan, jalur-jalur jalan, saluran irigasi. 2. Pembuatan kunci untuk mengenali kondisi alam seperti vegetasi, tanah, air, dan penutup lahan lainnya.
Interpretasi penutup lahan dengan teknik analisis citra penginderaan jauh secara konseptual oleh Estes et al (1983) dalam Sutanto (1986) mengatakan bahwa pengenalan obyek permukaan bumi berdasarkan rona atau warna pada citra yang dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu : 1. Karakteristik obyeknya : kekasaran permukaan obyek yang mempengaruhi pantulan 2. Bahan perekaman data penginderaan jauh : jenis film yang digunakan serta kepekaan detektor perekam terhadap gelombang elektromagnetiknya. 3. Proses pengolahan data : pada citra fotografi jenis proses film atau secara kimia, dan hasil cetakan redup atau gilap. Sedangkan pada citra nonfotografi berupa digital tergantung proses koreksi dan restorasi citranya. 4. Cuaca pada saat pengambilan data : mempengaruhi kendala atmosfer pada citra 5. Letak obyek dan waktu pemotretan : letak obyek akan mempengaruhi sudut datang sinar matahari, sedangkan waktu akan mempengaruhi musim. Teknik interpretasi diartikan sebagai analisis citra seluruh pekerjaan interpretasi citra penginderaan jauh (Sri Hardiyanti Purwadhi , dkk. 2008). Analisis citra penginderaan jauh meliputi tiga kegiatan yaitu : 1. Deteksi : untuk menguraikan obyek-obyek penting yang tergambar pada citra penginderaan jauh. 2. Pengukuran : obyek kemudian diukur menggunakan instrumen-instrumen unsur interpretasi citra. 3. Pemecahan masalah : dilakukan berdasarkan hasil pengukuran dengan unsur interpretasi pada kegiatan sebelumnya. Interpretasi obyek juga dapat dilakukan dengan pengembangan hipotesis, untuk menjawab pertanyaan atau pemecahan masalah (Sri Hardiyanti Purwadhi, dkk. 2008). Hipotesis memerlukan dugaan ilmiah yang perlu diuji kebenarannya. Garis penalaran ialah pengembangan penalaran ke arah kesimpulan. Penyimpulan jenis obyek yang tergambar pada citra, dapat digunakan lebih dari satu unsur interpretasi, yang masing-masing mengarah ke satu kesimpulan, dan tidak bertentangan satu dengan yang lainnya. Azas ini disebut konvergensi bukti. Identifikasi obyek di citra penginderaan jauh, pada prinsipnya harus dibantu dengan unsur-unsur interpretasi tersebut. Penggunaan unsur interpretasi boleh satu, dua, atau lebih dari tiga unsur interpretasi, sehingga obyek dapat dikenali dengan benar. Semakin sulit kita mengenali obyeknya biasanya semakin banyak unsur interpretasi yang digunakan. Sebagai contoh kenampakan pada citra foto udara terlihat tumbuhan yang tajuknya berbentuk bintang. Deteksi citra tampak tumbuhan dengan tajuk berbintang, maka jelas bahwa obyek tersebut merupakan pohon jenis palma. Pertanyaan yang dapat diajukan : Tanaman apa itu? Identifikasi obyek berdasarkan konvergensi harus mengerucut.
Pekerjaan interpretasi citra penginderaan jauh secara manual dapat berhasil baik apabila interpreter memahami jenis citra penginderaan jauh yang digunakan, unsur interpretasi yang sesuai dengan jenis citranya, teknik interpretasi yang digunakan, serta tujuan melakukan interpretasi citra penginderaan jauh tersebut. Oleh karena itu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman interpreter dalam menginterpretasi obyek dari citra penginderaan jauh sangat menentukan keberhasilan penggunaan data penginderaan jauh sesuai tujuan pemanfaatannya. IV. CARA KERJA Menyiapkan alat dan bahan
Mengamati dan mengidentifikasi jenis penutup/penggunaan lahan yang ada di foto udara sebagian daerah Wonogiri
Mendeliniasi foto udara sebagian daerah Wonogiri pada kertas transparansi, kemudia pada kertas HVS, dengan layout dan warna
V.
HASIL PEMBELAJARAN Peta tentatif penutup lahan/penggunaan lahan sebagian daerah Wonogiri pada kertas transparansi (terlampir) Peta tentatif penutup lahan/penggunaan lahan sebagian daerah Wonogiri pada kertas HVS (terlampir) Tabel 4.1 : Tabel obyek yang dapat diinterpretasi dari foto udara inframerah berwarna sebagian daerah Wonogiri (terlampir) Tabel 4.2 : Tabel obyek yang sulit diinterpretasi dari foto udara inframerah berwarna sebagian daerah Wonogiri (terlampir) Tabel 4.3 : Tabel susunan obyek satu sama lain (terlampir)
LAMPIRAN
Tabel 4.1 : Tabel obyek yang dapat diinterpretasi dari foto udara inframerah berwarna sebagian daerah Wonogiri
UNSUR-UNSUR INTERPRETASI Rona/ Warna Gelap Agak cerah, warna keabuabuan Cerah Cerah Bentuk Garis berkelokkelok Ukuran Kecil, panjang Bayangan Tekstur Pola Tidak berpola Situs Asosiasi Sawah irigasi, lahan kosong
NO
JENIS OBYEK
Sungai Lahan kosong (Sedimentasi sekitar sungai) Jalan Pemukiman kerapatan rendah Pemukiman kerapatan tinggi Vegetasi kerapatan sedang Vegetasi kerapatan tinggi
Tidak ada
Halus
Perairan
Tidak ada
Halus
Tidak berpola Tidak berpola Tidak teratur Sangat teratur Tidak teratur
Daratan
Sungai
3 4
Daratan Daratan
Bangunan Jalan
Cerah Agak gelap Sangat gelap, warna merah tua Agak gelap, warna sangat merah Agak gelap, warna sangat merah Agak cerah, warna keabuabuan
Persegi
Kecil
Daratan
Irregular
Besar
Perbukitan
Irregular
Besar
Nyata, Tegas
Sangat kasar
Tidak teratur
Perbukitan
Tegalan, sungai
Sawah irigasi
Petak-petak
Besar
Tidak ada
Halus
Teratur
Daratan
Sungai
Petak-petak
Agak besar
Tidak ada
Halus
Teratur
Daratan
Permukiman
10
Tegalan
Pertakpetak
Kecil
Tidak ada
Halus
Tidak teratur
Daratan
Vegetasi
Tabel 4.2 : Tabel obyek yang sulit diinterpretasi dari foto udara inframerah berwarna sebagian daerah Wonogiri
No. 1 OBYEK ALASAN Sulit diinterpretasi lebih lanjut karena bentuk dan polanya yang sama namun berbeda rona dan tekstur sehingga sulit diidentifikasi penggunaan lahannya Walaupun dapat diinterpretasi namun sulit dan lama dalam prosesnya dan perlu adanya pengamatan langsung di lapangan, karena pada citra foto udara sangat berdekatan dengan vegetasi.
Vegetasi
Permukiman