Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Portofolio untuk Penilaian merupakan bagian dari pembelajaran dan memiliki hubungan yang positif dengan pencapaian ranah kognitif dan afektif. Oleh karena, di samping penggunaan instrument jenis lain, penggunaan portofolio cocok untuk menilai pencapaian atau perkembangan siswa dalam pendidikan berbasis kompetensi atau dalam rangka pelaksanaan Kurikulum BerbasisKompetrensi. Evaluasi hasil pembelajaran lazimnya dilakukan oleh pihak dalam (guru). Akan tetapi, mungkin pula evaluasi dilakukan oleh pihak luar (misalnya pemerintah), Pihak luar perlu menilai untuk keperluan penentuan mutu dan untuk kriteria penyaringan. Di samping itu, guru memerlukan dukungan dari pihak luar untuk menentukan ukuran atau standar kompetensi, dalam rangka menyesuaikan pembelajarannya dengan kebutuhan masyarakat luas. Pihak dalam perlu mengadakan penilaian untuk membuat keputusan tentang pembelajaran; misalnya: dalam hal apa pembelajaran perlu diperbaiki, siswa mana yang memerlukan tambahan bantuan, seberapa jauh hasil pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dalamPedoman Pengembangan kurikulum, dirumuskan dalam rencana pembelajaran, dan sebagainya. Dengan kata lain, penilaian oleh pihak guru harus menghasilkan tindakan untuk meningkatkan pembelajaran atau hasil belajar. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dingkat dalam penulisan makalah ini yakni: 1.2.1 Apa pengertian dari portofolio dan penilaian portofolio? 1.2.2 Bagaimana fungsi dan tujuan penilaian potofolio? 1.2.3 Bagaimana prinsip penilaian portofolio? 1.2.4 Bagaimana karkteristik penilaian portofolio? 1.2.5 Bagaimana keunggulan dan kelemahan penilaian portofolio? 1.2.6 Apa perbedaan tes dengan penilaian portofolio?

1.3 Tujuan Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu: 1.3.1 Mengetahui pengertian dari portofolio dan penilaian portofolio. 1.3.2 Mengetahui fungsi dan tujuan penilaian portofolio. 1.3.3 Mengetahui prinsip dari penilaian portofolio. 1.3.4 Mengetahui karakteristik dari penilaian portofolio. 1.3.5 Mengetahui keunggulan dan kelemahan penilaian portofolio. 1.3.6 Mengetahui perbedaan tes dan penilaian portofolio. 1.4 Manfaat Adapun manfaat yang bisa di dapat dari penulisan makalah ini sebagai berikut. 1.4.1 Bagi penulis Manfaat untuk penulis adalah memberikan pengalaman dalam

menulis makalah secara umum. Memberikan pengalaman dalam membuat sistematika karya tulis ilmiah yang baik dan benar. Serta memiliki tambanhan pengetahuan tentang penilaian portofolio 1.4.2 Bagi Pembaca Manfaat untuk pembaca adalah memberikan pengetahuan mengenai penilaian portofolio yang mencangkup tentang pengertian,

karekteristik, fungs, tujuan, prinsip, kelemahan keunggulan, serta perbedaan tes dengan penilaian portofolio.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Portofolio Istilah portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective. Sebagai suatu wujud benda fisik portofolio itu adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre-test), tugas-tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post-test), dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), ketrampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Hermana dalam Ine Kusuma Ariyani mengemukakan bahwa portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur, maka portofolio sangat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa serta memberikan gambaran mengenai sikap dan minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan. Diungkapkan oleh Dasim Budimansyah kata kunci dari portofolio adalah hasil karya terpilih siswa. Maknanya adalah bahwa yang harus menjadi akumulasi dari segala sesuatu yang ditemukan para siswa dari topik mereka harus memuat bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup

pertimbangan terbaik tentang bahan-bahan mana yang paling penting. Oleh karena itu, portofolio bukanlah kumpulan bahan yang tidak memperlihatkan signifikasi sama sekali. Yang demikian bukanlah portofolio, tetapi hanya kumpulan bahanbahan lepas yang tidak tampak validiatasnya. Portofolio dengan demikian bukan keranjang sampah (garbage collector).Portofolio menyimpan sejumlah informasi tentang diri siswa secara lengkap dan menyeluruh termasuk kenerja siswa. Dokumen ini dicatat secara sistematis yang bersifat relatif, sehingga merupakan metode utama yang profesional dalam melihat ketrampilan dan prestasi

belajarsiswa. Secara substansial portofolio siswa dapat dilihat sebagai gambaran dari hasil- hasil tulisan, interpretasi, maupun aktifitasnya di dalam kelas atau di luar kelas. Dalam pengertian lain, penilaian dengan portofolio dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Portofolio dalam bacaan (portofolio in reading) dan 2. Portofolio dalam tulisan (portofolio in writing) Ada satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa portofolio tidak hanya merupakan satu alat untuk menyimpan data yang autentik guna penilaian, lebih dari itu portofolio merupakan suatu metode pendekatan model penilaian dan pengajaran.Portofolio bukan merupakan sesuatu yang baru atau konsep yang tidak berarti, karena menggunakan portofolio sangat ditentukan oleh siapa yang melakukannya dan apa harapan atau tujuannya. Sejumlah bukti fisik tentang kemajuan belajar siswa terdapat didalamnya, sehingga portofolio bagi guru merupakan investasi berharga tentang kinerja siswa dalam semua peristiwa yang pernah terjadi dan dialami oleh siswa. Koleksi ini menunjukkan cakupan partisipasi mereka dalam menyeleksi bahan kajian belajar, penentuan kriteria bahan yang bermanfaat dan buktibukti dari refleksi mereka sendiri. Pengertian portofolio berarti mengandung proses mengoleksi, menyeleksi, dan merefleksi. Johston dalam Johar Permana. Kumpulan bukti-bukti tersebut dapat dikatakan portofolio bila sudah dirancang secara berencana dan disengaja melalui pengalaman langsung siswanya. Dengan kata lain, bahwa portofolio dapat dikatakan sebagai prosedur penilaian hasil belajar melalui pengalaman, yang dikenal dengan istilah hasil belajar melalui pengalaman atau HBMP (assesssment of experiential learning). Maka portofolio identik dengan berita acara tentang kemajuan belajar siswa. Pengertian Penilaian Portofolio Penilaian portofolio merupakan satu metode penilaian berkesinambungan, dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan seseorang (Pomham, 1984). Aspek yang diukur dalam penilaian portofolio adalah tiga

domain perkembangan psikologi anak yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Penilaian Portofolio Portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai ajektif. Sebagai suatu wujud benda fisik portofolio adalah bundel, yaitu kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre-test), tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post-test) dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun sikap (afektif). Adapun sebagai suatu ajektif portofolio seringkali dihubungkan dengan konsep pembelajaran atau penilaian yang dikenal dengan istilah pembelajaran berbasis portofolio atau penilaian berbasis portofolio. 1. Portofolio Sebagai benda fisik (bundle atau dokumen) 2. Portofolio Sebagai suatu proses social 3. Portofolio portofolio) Portofolio sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. Portofolio dalam arti ini, dapat digunakan sebagai instrument penilaian atau salah satu komponen dari instrument penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai hasil belajar siswa. Portofolio demikian disebut juga portofolio untuk penilaian atau asesmen portofolio. Berdasarkan pengertian tentang evaluasi, penilaian, asesmen dan portofolio, maka dapat disimpulkan bahwa asesmen portofolio dalam Sebagai adjective (Pembelajaran portofolio, assesmen

pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses, hasil pertumbuhan, perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumen pengalaman belajarnya di dalam pembelajaran. Dalam konteks penilaian, asesmen portofolio juga diartikan sebagai upaya menghimpun kumpulan karya atau dokumen peserta didik yang

tersusun secara sistematis dan terorganisir yang diambil selama proses pembelajaran, digunakan oleh guru dan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu (Surapranata S dan Hatta M, 2004 dalam Nahadi danCartono, 2007). Portofolio siswa untuk penilaian atau assesmen portofolio merupakan kumpulan produksi siswa, yang berisi berbagai jenis karya seorang siswa, misalnya: 1. Hasil proyek, penyelidikan, atau praktik siswa yang disajikan secara tertulis atau dengan penjelasan tertulis. 2. Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa, dalam rangka melaksanakan tugas untuk mata pelajaran yang bersangkutan. 3. Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan. 4. Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah dalam mata pelajaran yang bersangkutan. 5. Laporan hasil penyelidikan tentang hubungan antara konsep-konsep dalam mata pelajaran atau antar mata pelajaran. 6. Penyelesaian soal-soal terbuka. 7. Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas, misalnya dengan cara yang berbeda dengan cara yang diajarkan di sekolah, atau dengan cara yang berbeda dari cara pilihan teman-teman sekelasnya. 8. Laporan kerja kelompok. 9. Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam vidio, alat rekam audio dan computer. 10. Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh siswa yang bersangkutan. 11. Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan, yang tidak ditugaskan oleh guru (atas pilihan siswa sendiri, tetapi relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan). 12. Cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan.

13. Cerita tentang usaha siswa sendiri dalam mengatasi hambatan psikologis, atau usaha peningkatan diri, dalam mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan. 14. Laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran. Untuk menerapkan asesmen portofolio dibutuhkan suatu rubrik atau pedoman terperinci penilaian. Asesmen portofolio hendaknya tidak hanya ditekankan kepada keberhasilan siswa dalam memperoleh jawaban yang diinginkan oleh guru, tetapi lebih ditekankan pada proses berfikir siswa yang terdapat atau tersirat dalam isi portofolio. Penilaian berbasis kompetensi mempunyai prinsip belajar tuntas (mastery learning), siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik. Salah satu model yang cocok dengan prinsip tersebut adalah model asesmen portofolio. Model asesmen portofolio menggunakan acuan penilaian kriteria, yang intinya adalah bahwa: 1. Semua anak memiliki kemampuan yang sama dan bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan tertentu berbeda. 2. Standar ketuntasan harus ditentukan terlebih dahulu. 3. Hasil penilaian;lulus atau tidak lulus. Aspek yang diukur dalam asesmen portofolio adalah tiga ranah perkembangan psikologi anak yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1. Prilaku kognitif Berdasarkan taksonomi kognitive Bloom, terdapat enam tingkatan kognitif berfikir: a. Pengetahuan (knowledge) : kemampuan mengingat (misal mengingat rumus) b. Pemahaman (comprehension) : (menyimpulkan suatu paragraph) c. Aplikasi (application) : kemampuan penerapan (misalnya kemampuan memahami

menggunakan informasi atau pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah).

d. Analisis (analysis) : kemampuan menganalisis suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil (misalnya menganalisis bentuk, jenis atau arti) e. Sintesis (synthesis) : kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi kesimpulan (misalnya memformulasikan hasil penelitian). f. Evaluasi (evaluation) : kemampuan mempertimbangkan mana yang baik untuk mengambil tindakan tertentu. 2. Prilaku afektif Mencakup penilaian perasaan, tingkah laku, minat, kesukaan, emosi dan motivasi. 3. Prilaku psikomotorik Mencakup penilaian keahlian. Penilaian psikomotorik adalah penilaian pembelajaran yang banyak menggunakan praktek seperti agama, kesenian, olahraga, sains dan bahasa, sementara itu untuk mata pelajaran yang tidak terdapat kegiatan praktek, tidak terdapat penilaian

psikomotoriknya. Bentuk instrument dan jenis tagihan yang digunakan untuk assesmen portofolio adalah tes tertulis (obyektif dan non-obyektif), tes lisan (wawancara), tes perbuatan (lembar pengamatan), non-tes (angket, kuisioner), dan hasil karya (daftar cek, produk dan laporan. 2.2 Fungsi dan Tujuan Penilaian Portofolio Fungsi Asesmen Portofolio Portofolio tidak hanya merupakan tempat penyimpanan hasil pekerjaan peserta didik, tetapi merupakan sumber informasi untuk guru dan peserta didik. Portofolio berfungsi untuk mengetahui perkembangan pengetahuan peserta didik dan kemampuan dalam mata pelajaran tertentu, serta pertumbuhan kemampuan peserta didik. Hal ini nampak pada ciri-ciri portofolio yaitu: 1) Disusun oleh siswa, artinya semua berkas hasil kerja / karya siswa

didokumentasikan siswa itu sendiri, 2) Portofolio memberikan secara rinci latar pengalaman hasil belajar

yang jelas sehingga tidak diperlukan lagi informasi tambahan,

3) Portofolio disusun terdiri dari: a. Biodata, b. Paparan umum mengenai persepsi siswa tentang tujuan belajar yang ingin dicapainya, serta upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, c. Rincian kronologi proses pengalaman belajar atau kinerja yang telah dilaluinya, d. Rincian pengalaman belajar (kinerja) yang secara eksplisit dikaitkan dengan butir-butir HPMB yang telah diperoleh, baik yang bersifat konseptual maupun terapan, Lampiran bukti-bukti yang relevan. Dopham, Ross dan Faichney, mengemukakan lebih rinci tentang ciri-ciri portofolio yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) Ada keterlibatan langsung hasil kerja/karya siswa secara nyata, Mengumpulkan beberapa hasil kerja/karya yang terbaik, Mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa, Memilih kriteria untuk menilai portofolio hasil kerja siswa, Mengharuskan siswa untuk menilai sirinya sendiri secara terus menerus berdasarkan hasil portofolionya, 6) 7) Menentukan waktu untuk membahas portofolio, Melibatkan orang tua dalam proses penilaian portofolio.

Dari uraian tersebut Nampak tiga hal yang menjadi ciri utama portofolio yaitu: Adanya nilai kejujuran yang dimiliki oleh siswa dalam menentukan sesuatu yang terbaik, Terdapat alokasi waktu yang jelas dan manusiawi, Menjadikan penghubung yang sangat berarti bagi guru, siswa dan orang tua/masyarakat. Dalam penilaian portofolio, mengharuskan peserta didik untuk mengkoleksi dan menunjukkan hasil kerja mereka. Karena itu portofolio dapat dijadikan sebagai salah satu alat penilaian autentik (authentic assessment). Asesmen autentik sebagai salah satu hasil dari pendekatan dari asesmen dapat dijadikan

alternatif solusi dalam menilai perkembangan belajar siswa secara lebih komprehensif dan objektif mengingat asesmen autentik yang lebih menekankan pada pengembangan alat asesmen yang lebih secara akurat mencerminkan dan mengukur apa yang kita nilai dalam pendidikan. Tujuan dan Manfaat Asesmen Portofolio Tujuan digunakannya portofolio dalam proses penilaian adalah untuk mengumpulkan informasi secara apa adanya tentang hasil belajar siswa, pengetahuan, dan sikapnya secara nyata. Dikemukakan pula oleh Ross, bahwa portofolio bertujuan

mendokumentasikan berkas-berkas bukti kemajuan belajar secara lengkap. Nitko, mengungkapkan bahwa portofolio bertujuan untuk mengkoleksi bukti perkembangan dari kemajuan belajar siswa sebagai bahan untuk memberikan konstribusi terhadap penilaian yang sesungguhnya. Pendapat dan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa portofolio digunakan dengan tujuan untuk mendokumentasikan berkas-berkas pada proses dan hasil belajar siswa atau merupakan berkas-berkas hasil kerja/hasil karya siswa secara nyata dan autentik dapat dijadikan sebagai dasar penilaian perkembangan dan kemajuan belajar siswa. Manfaat yang dapat dirasakan sebagai dampak penggunaan portofolio dalam penilaian adalah: 1. Penilaian portofolio dapat memberikan gambaran yang utuh tentang perkembangan kemampuan siswa. Artinya melalui penilaian portofolio, informasi yang didapatkan bukan hanya sekedar pengetahuan saja, akan tetapi juga sikap dan ketrampilan, 2. Penilaian portofolio merupakan penilaian autentik, artinya penilaian portofolio memberikan gambaran nyata tentang kemampuan siswa yang sesungguhnya. Mengapa demikian? Karena portofolio adalah dokumen asli yang berisi tentang ekumpulan karya siswa. Melalui dokumen itulah tergambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya, 3. Penilaian portofolio merupakan teknik penilaian yang dapat mendorong siswa pada pencapaian hasil yang lebih baik dan lebih sempurna, siswa dapat belajar optimal, merasa tertekan. Hal ini dimungkinkan disebabkan

penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus. Setiap hasil kerja siswa dimonitor dan diberi komentar, 4. Penilaian portofolio dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, oleh sebab itu respon siswa dalam proses siswa pembelajaran akan segera diberikan mengetahui

reinforcement,

dengan

demikian

kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang dilakukannya, 5. Penilaian portofolio dapat mendorong para orang tua siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini disebabkan setiap perkembangan siswa yang digambarkan melalui hasil kerja siswa, orang tua dimintai komentarnya. Maka nampak jelas, bahwa asesmen portofolio adalah salah satu teknik menilai proses belajar yang mempertimbangkan variasi aspek kemampuan individual berdasarkan kumpulan bukti karya, usaha dan kemampuan siswa selama proses belajar berlangsung, sehingga diperoleh penilaian proses belajar sebagai hasil akhirnya, bukan sekedar penilaian hasil belajar yang cenderung menekankan kemampuan kognitif atau afektif semata.

2.3 Prinsip Penilaian Portofolio Berbeda dengan penilaian lainnya, keterlibatan peserta didik dalam penilaian portofolio merupakan sesuatu yang harus dikerjakan. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio, diantaranya adalah: 1. Saling percaya, Penilaian portofolio merupakan proses penilaian yang berlangsung dua arah antara guru dengan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik yang lainnya yang harus dibina secara sinergis. Dalam penilaian portofolio guru dan peserta didik ataupun antara peserta didik dengan peserta didik lainnya harus memiliki rasa saling mempercayai. Mereka harus merasa sebagai pihak-pihak yang saling memerlukan, dan memiliki semangat untuk saling membantu. Oleh karena itu, guru dn peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik lainnya harus saling terbuka dan jujur satu sama lain.

2. Kerahasiaan bersama, Kerahasian evidence peserta didik merupakan hal yang sangat penting dalam portofolio. Hasil pekerjaan peserta didik secara individu ataupun kelompok sebaiknya tidak diperlihatkan kepada peserta didik lain atau kelompok lain, sebelum diadakan eksebisi (pameran). Apalagi evidence tersebut masih mengandung kelemahan. Hal ini dilakukan agar peserta didik yang memiliki kelemahan tidak merasa dipermalukan. Penjagaan kerahasian ini akan memperbaiki evidence mereka. 3. Milik bersama, Semua pihak, guru maupun peserta didik harus menganggap bahwa semua evidence merupakan milik bersama yang harus dijaga secara bersama-sama pula. Oleh karena itu, semua evidence atau dokumenharus menjadi milik bersama antara guru dan peserta didik. Guru dan peserta didik perlu menyepakati bersama dimana evidence yang dihasilkan peserta didik akan disimpan. 4. Kepuasan dan kesesuaian, Hasil akhir portofolio adalah ketercapaian standar memotivasi peserta didik untuk

kopetensi,kopetensi dasar,dan indikator. Kepuasan semua pihak terletak pada tercapainya tindaknya standar kopeensi,kopetensi dasar, maupun indikator tersebut yang dimanifestasikan melalui evidence peserta didik. Kesesuaian ini akan menjamin ketercapaian kopetensi yang menjadi kriteria keberhasilan belajar peserta didik disekolah. Seluruh avidence mulai dari awal mereka belajar sampai pada akhir kurun waktu tertentu disimpan di tempat yang aman dan mudah diakses. Tidak semua evidence peserta didik dapat memuaskan guru maupun peserta didik. Tetapi, hasil kerja portofolio seyogyanya berisi keterangan-keterangan dan/atau buktibukti yang memuaskan bagi guru dan eserta didik. Portofolio hendaknya juga merupakan bukti presentasi cemerlang peserta didik dan keberhasilan pembinaan guru. 5. Penciptaan budaya mengajar,

Sebagian orang berpendapat bahwa portofolio adalah metoda pengajaran, sedangkan yang lainnya menganggap sebagai salah satu alat penilaian. Sebenarnya, antara pengajaran dan penilaian fortofolio tidak dapat dipisahkan. Penilaian fortofolio hanya dapat dilakukan jika pengajarnyapun menggunakan pendekatan fortofolio. Jika dalam mengajar guru hanya menuntut peserta didik untuk menghafal fakta atau pengetahuan pada taraf yang rendah, maka penilaian fortofolio tidak akan bermakna. Penilaian fortofolio akan efektif jika pengajaran menuntut peserta didik untuk menunjukan kemampuan aspek yang nyata sikap, yang dan

menggambarkan

pengembangan

pengetahuan,

keterampilan pada taraf yang lebih tinggi. 6. Refleksi bersama, Penilaian fortofolio memberikan kesempatan untuk melakukan refleksi bersama-sama, dimana peserta didik dapat merefleksikan tentang proses berfikir mereka sendiri, tentang kemampuan pemahaman mereka sendiri, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, dan mengamati pemahaman mereka tentang kompetensi dasar dan indikator yang telah mereka peroleh. Portofolio secara jelas mencerminkan hasil peserta didik yang dirumuskan dan didefinisikan dalam kopetensi dasar dan indikator yang diharapkan dipelajari oleh peserta didik. Portofolio difokuskan pada pengalaman belajar peerta didik dari apek pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam periode waktu tertentu ( misalnya dalam satu semester ). Jadi karya peserta didik dalam fortofolio tersebut bukan hanya diambil pada akhir semester saja. 7. Proses dan hasil. Penilaian fortofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan prilaku harian peserta didik (anecdot) mengenai sikapnya dalam belajar, antusiasi tidaknya dalam mengikuti pelajaran, dan sebagainya. Aspek lain dari penilaian fortofolio adalah penilaian hasil, yaitu menilai hasil akhir suatu tugas yang diberikan oleh guru. Dengan demikian penilaian fortofolio tidak sekedar menilai hasil akhir pembelajaran, melainkan juga perlu memberikan

penilaian terhadap proses belajar. Misalnya menilai kemampuan peserta didik dalam mata pelajaan pendidikan agama islam bukan hanya didasarkan pada nilai ulangan akhir saja, melainkan harus melihat proses belajar peserta didik yang terlihat dalam kemampuannya melakukan praktek shalat, berlaku baik terhadap sesama. Contoh lain misalnya menilai kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran IPS bukan hanya didasarkan pada nilai ulangan akhir saja, melainkan harus melihat proses belajar peserta didik yang terlihat dalam kemampuannya melakukan pengumpulan data, menganalisis data, dan memecahkan masalah-masalah sosial. 2.4 Karakteristik Penilaian Portofolio Evidence peserta didik yang dinilai pada umumnya dihasilkan dikelas, tidak dipisahkan dari kegiatan kelas. Dengan demikian evidence peserta didik yang dinilai senantiasa sesuai dengan program pengajaran dikelas. Tujuan penilaian fortofolio umumnya dinyatakan secara jelas oleh guru dan disepakati oleh peserta didik. Penilaian fortofolio memberikan profil kemampuan peserta didik khususnya dalam hal: 1. Memungkinkan peserta didik untuk bekerja seoptimal mungkin tanpa adanya tekanan dan batasan waktu, dengan tentunya pertolongan berbagai macam sumber, bahan, dan kerjasama satu sama lain antara peserta didik dengan peerta didik dan peserta didik dengan guru. 2. Mencakup kopetensi yang sangat luas dan kopetensi itu sesuai dengan tuntutan kurikulum. 3. Menunjukan usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan

kemampuan peserta dididk, dan pada akhirnya dapat mendemonstrasikan perkembangan dari waktu ke waktu. 4. Merupakan salah satu alat untuk mengukur berbagai macam kemampuan peserta didik. Kemampuan menulis, sebagaimana juga kemampuan berbicara lisan, dan kemampuan mengkreasikan gambar dapat dinilai melalui penilaian portofolio. Salah satu hal yang sangat penting dalam penilaian dan juga pembelajaran fortofolio adalah adanya rasa kepemilikan, yang tidak dapat kita jumpai dalam

penilaian tradisional. Peserta didik harus dapat merefleksikan perkembangan kemampuan meeka termasuk juga kualitas evidence mereka. Melalui prtofolio peserta didik dapat menunjukan evindece mereka sesuai dengan kemampuannya. Portofolio dapat menunjukan cara belajar yang berbeda antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya. Selain itu, fortofolio juga memungkinkan peserta didik dapat menunjukan kelebihan yang mereka miliki dalam kelas yang heterogen. Kerja peserta didik baik dalam penyelesaian tugas proyek ataupun tugas lainnya yang dilakukan secara kelompok merupakan suatu wahana yang sangat baik untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi dengan sesama peserta didik maupun dengan guru. Fortofolio merupakan salah satu kegiatan yang memungkinkan peserta didik untuk memilih dan menilai evidence mereka. Melaui fortofolio peserta didik dapat secara mandiri memantau perkembangan kemampuan mereka dan pada akhirnya peserta didik dapat mengatur cara belajar mereka. Dengan demikian peserta didik dapat belajar aktif untuk menentukan bagaimana mereka belajar. Karena dapat menentukan cara belajar sendiri dan dapat melihat perkembangan kemampuan yang dimiliki peserta didik, maka peserta didik lebih termotivasi untuk giat belajar dan

mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Fortofolio merupakan salah satu alat yang efisien dalam proses pembelajaran. Berbagai macam evidence peserta didik dapat dengan mudah dilihat dari waktu ke waktu. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh penilaian tradisional manapun. Portofolio merupakan salah satu kegiatan yang

memungkinkan peserta didik dan guru berdialog dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini memungkinkan peserta didik mengetahui secara lebih mendalam kemampuan masing-masing peserta didik. Guru dan peserta didik dapat berdiskusi tentang kelebihan dan kekurangan kemampuan yang peserta didik miliki. Menurut Barton & Collins (1997), terdapat beberapa karakteritik esensial dalam pengembangan berbagai bentuk portofolio, yaitu: 1. Multi Sumber Multi sumber artinya portofolio memungkinkan untuk menilai berbagai macam evidence. Multiple sumber antara lain mencakup orang ( pertanyaan dan observasi peserta didik, guru, program, orang tua, dan

anggota masyarakat ), evidence yaitu siapa saja yang akan dinilai seperti foto, rancangan, journal, audio, dan video tape. 2. Authentic Evidence peserta didik haruslah autentik, artinya ditinjau dari konteks manapun fakta harus saling berkaitan satu sama lain ( context and evidence are directly linked ). Evidence peserta didik yang dinilai haruslah berkaitan dengan program pengajaran, kriteria, kegiatan, standar kopetensi, kopetensi dasar, dan indikator yang hendak dicapai. Ketika portofolio digunakan untuk menilai pengaruh suatu program pada peserta didik atau anggota masyarakat, maka evidence peserta didik haruslah merefleksikan program kegiatan ketimbangan kemampuan yang diperoleh diluar kelas. Contoh sederhana misalnya, jika kemampuan peserta didik dalam bermain piano diperoleh dari hasil les, bukan karena diperoleh dari belajar musik disekolah, maka kemampuan yang dihasilkan tentunya tidak relevan dengan portofolio musik disekolah, maka kemampuan yang dihasilkan tetntunya tidak relevan dengan fortofolio musik disekolah. 3. Dinamis Portofolio bersifat dinamis, artinya portofolio mencakup

perkembangan dan perubahan ( capturing growth and change ). Salah satu hal yang penting dalam portofolio adalah evidence yang ditambahkan dari waktu ke waktu, tidak hanya sebelum atau sesudah penilaian dilakukan. Sebagian ahli pendidikan memandang bahwa evidence yang dikumpulkan dalam penilaian portofolio sebaiknya hasil yang paling baik saja. Tetapi sebagai ahli lain berpendapat lain. Daripada hanya memasukan evidence yang terbaik, portofolio sebaiknya memasukkan semua evidence peserta didik dari berbagai tahapan. Paling tidak, apabila akan diseleksi maka beberapa evedence itu dipilih secara selektif sehingga dapat

menggambarkan perkembangan kompetensi peserta didik dari waktu ke waktu. Apabila hal ini dilakukan, maka guru akan lebih mudah melihat dan memahami perubahan kompetensi peserta didik yang terjadi. 4. Eksplisit

Portofolio harus jelas, artinya semua tujuan pembelajaran berupa kopetensi dasar dan indikator harus dinyatakan secara jelas. Selain itu, bagaiman standar kopetensi, kopetensi dasar, dan indikator tersebut dicpai perlu juga dinyatakan. Sebagai contoh, bisa saja indikator dicapai melalui pertolongan guru, dilakukan oleh seluruh peserta didik, dilakukan dalam kelompok kecil, atau bahkan dilakukan sendiri oleh peserta didik secara individu. Peserta didik harus mengetahui tujuan dilakukannya portofolio dan kopetensi yang hendak dicapai. Setelah peserta didik selesai melakukan suatu tugas misalnya, guru dapat melakukan penilaian misalnya kurang baik, baik, dan baik sekali. Guru juga perlu memberikan komentar terhadap hasil kerja yang telah dilakukan peserta didik. 5. Integrasi Fortofolio senantiasa berkaitan antara program yang dilakukan peserta didik dikelas dengan kehiduan nyata. Dengan demikian, portofolio tidak dapat terlepas dari kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik tidak jauh dari apa yang mereka alami. Contoh sederhana adalah bagi peserta didik atau sebagian besar peserta didik terbiasa menggunakan pertanian dalam kehidupan sehari-hari, maka kegiatan portofolio haruslah berkaitan dengan pertanian. Keteika peserta didik atau sebagian besar peserta didik lebih mengenal kehidupan nelayan misalnya, maka program yang dilakukan tentunya berkaitan dengan lingkungan nelayan. Maka kepada mereka haruslah diberikan portofolio yang sesuai dengan kebiasaan mereka yang tentunya harus sesuai dengan standar kopetensi, kopetensi dasar, dan indikator yang hendak dicapai. Peserta didik dengan demikian dapat dengan mudah menghubungkan antara kemampuan atau

pengetahuannya dengan kenyataan sehari-hari. 6. Kepemilikan Portofolio tidak hanya sekedar menilai atau membuat peringkat peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain, tetapi harus menyambung antara evidence peserta didik dengan standar kopetensi, kopetensi dasar, atau indikator pencapaian belajar. Penilaian fortofolio menekankan pada adanya rasa kepemilikan, yaitu adanya keterkaitan

antara evidence dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah ditentukan dalam rangka mencapai standar kopetensi tertentu. Peserta didik harus merasa memiliki semua evidence yang mereka hasilkan. Dengan demikian mereka diharapkan dapat menjaga dengan baik semua evidence tersebut. 7. Beragam Tujuan Portofolio dilaksanakan tidak hanya mengacu pada satu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar misalnya, tetapi juga mengacu ke bergagai tujuan misalnya berbagai indikator pencapaian hasil belajar. Sebagai salah satu yang bermanfaat dalam proses pembelajaran, portofolio juga dapat melihat keefektifan suatu program dan pada saat yang sama mengevaluasi perkembangan individu atau kelompok sebagai komunitas peserta didik. Portofolio juga dapat dijadikan sebagai alat komunikasi ketika peserta didik sharing pendapat dan pengetahuan dengan anggota keluarga, guru atau anggota masyarakat. 2.5 Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Portofolio Sebagai suatu paradigma baru, penilaian portofolio memiliki keunggulan dan tentunya kelemahan dalam penyelenggaraannya di kelas. Yang pasti, penilaian portofolio memerlukan waktu yang lebih dibandingkan dengan penilaian yang lain. Ada bebebrapa hambatan dalam penilaian portofolio disekolah. Kelebihan dan hambatan tersebut dapat terjadi dalam kondisi-kondisi, antara lain: 2.5.1 Keunggulan Asesmen Portofolio Adalah: a. Perubahan Paradigma Penilaian Perubahan paradigma penilaian adalah dengan adanya perubahan membandingkan kedudukan kemampuan peserta didik ( berdasarkan grade, persentil, atau skor tes ) kepada pengembangan kemampuan peserta didik melalui umpan balik dan refleksi diri. Penilaian portofolio juga dapat menolong peserta didik untuk lebih bertanggung jawab terhadap yang mereka kerjakan dikelas dan meningkatkan peranserta mereka dalam kegiatan pembelajaran.

Penilaian portofolio menyajikan pengertian yang lebih bermakna tentang perubahan prilaku peserta didik. Sebab, penilaian portofolio lebih menekankan pada proses perubahan kemampuan peserta didik. b. Akuntabilitas Penilaian ortofolio seyogyanya menekankan pada akuntabilitas. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab terhadap konstituen yaitu peserta didik, orang tua, sekolah, dan masyarakat. Portofolio adalah salah satu penilaian yang dapat dilaksanakan sebagai perwujudan penilaian yang bertanggung jawab kepada konstituen dimaksud diatas. Proses seleksi evidence, hasil kerja, ataupun dokumen yang telah dikerjakan peserta didik senantiasa melibatkan peserta didik dalam penilaian. Dengan demikian, pertanggung jawababn akak lebih mudah dilakukan

dibandingkan dengan penilaian bentuk lainnya, yang terkadang tidak pernah melibatkan peserta didik. Penilaian portofolio dapat mengatasi kelemahan yang terjadi pada penilaian secara tradisional. Penilaian ini memungkinkan penilaian yang lebih kompleks dibandingkan dengan apa yang dapat dilakukan oleh penilaian secara tradisional. c. Peserta didik sebagai individu dan peran aktif peserta didik Ciri khas penilaian portofolio adalah memungkinkan guru untuk melihat peserta didik sebagai individu, yang masing-masing memiliki karakteristik, kebutuhan, dan kelebihan tersendiri. Ciri khas ini merupakan keunggulan dimana penilaian portofolio sangat berguna manakala program evaluasi sangat fleksibel dan lebih menekankan pada tujuan individual. Sebagai contoh misalnya tujuan umum pendidikan adalah meningkatkan kemampuan sosial peserta didik, beberapa peserta didik, mungkin memerlukan tindakan yang lebih dibandingkan dengan peserta didik yang lainnya. Salah satu kelebihan portofolio adalah memungkinkan peran aktif dalam proses penilaian, dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan mereka. Mengundang peserta didik untuk melihat

peningkatan kemampuan mereka sebagai pelajar. d. Identifikasi

Penilaian

portofolio

dapat

menolong

guru

untuk

mendokumentasikan kebutuhan dan aset komunikasi yang berminat. Penilaian portofolio juga dapat mengklarifikasi dan mengidentifikasi program pengajaran dan memungkinkan untuk mendokumentasikan pemikiran disamping pengembangan program. Idealnya, proses untuk menentukan kriteria untuk portofolio akan mengalir dengan sendirinya dari tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dalam program pembelajaran. Namun demikian, dalam program pembelajaran yang tujuan pembelajarannya tidak secara jelas dinyatakan, pengembanga pengajaran mungkin dapat mengklarifikasi tentang tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai, dan hasil kerja peserta didik yang bagaimana yang bisa diterima sebagai bahan portofolio. Dengan demikian, kriteria portofolio akan berpengaruh terhadap penentuan tujuan pembelajaran. e. Keterlibatan orang tuan dan masyarakat Salah satu kelebihan portofolio adalah sebagai alat komunikasi dngan adanya keterlibatan pihak luar seperti guru, orang tua, komite sekolah, dan masyarakat luas. Penilaian portofolio melibatkan orang tua dan masyarakat untuk berperan serta dalam melihat pencapaian kemampuan peserta didiknya yang berkaitan dengan konteks kurikulum dibandingkan dengan hanya melihat angka-angka tes selama ini dihasilkan. Penilaian portofolio lebih bermakna dibandingkan dengan bentuk penilaian lainnya mengingat adanya keterlibatan orang tua, komite sekolah, dan masyarakat luas. f. Penilaian diri Salah satu kelebihan penilaian portofolio adalah pengukuran dilakukan berdasarkan evidence peserta didik yang asli. Portofolio memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri sendiri ( selfevaluation ), refleksi, dan pemikiran yang keritis ( critical-thinking ). g. Penilaian yang fleksibel Penilaian portofolio memungkinkan pengukuran yang pleksibel yang bergantung kepada indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan.

h. Tanggung jawab bersama Penilaian portofolio memungkinkan guru dan peserta didik secara bersama-sama bertanggung jawab untuk merancang proses pembelajaran dan mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. i. Keadilan Portofolio adalah salah satu alat penilaian yang ideal untuk kelas yang heterogen, yang sangat terbuka bagi guru untuk menggambarkan kelebihan dan kekurangan peserta didik dan memantau perkembangan mereka. Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dapat dengan mudah menunjukan kemampuan mereka, sedangkan peserta didik yang memiliki kelemahan dapat ditolong untuk meningkatkan kemampuan mereka dan menunjukan usaha mereka segera mungkin. j. Kriteria penilaian Dalam penilaian portofolio peserta didik diberikan penghargaan atas usaha mereka. Salah satu kekuatan penilaian portofolio adalah memungkinkan hadiah bagi usaha dan perkembangan kemampuan mereka, dimana tes tradisional tidak dapat dilakukan. Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa peserta didik yang sudah berusaha keras, berpenampilan kurang baik, lalu memperoleh nilai yang bagus, dimana usaha mereka merupakan satu-satunya kriteria penilaian. Hasil pekerjaan peserta didik akan dinilai semata-mata berdasarkan kriteria yang relevan dengan penampilan mereka ( misalnya dengan skala rating = rating scale ). Peserta didik yang kurang akan tetap memperoleh penghargaan ( credit ), sedangkan pencapaian keberhasilan yang optimal menjadi tujuan dari penilaian portofolio ini. Kelemahan dari Asesmen portofolio adalah: a. Waktu ekstra Penilaian portofolio memerlukan kerja ekstra dibandingkan dengan penilaian lain yang biasa guru lakukan. Tetapi usaha guru yang menggunakan penilaian portofolio akan sangat dihargai dan terutama dikenang baik oleh peserta didik. Sebab, melaui penilaian portofolio

peserta didik dapat meningkatkan motivasi, partisipasi aktif dalam proses pembelajaran, bahkan meningkatkan kemampuan mereka. Hal yang terpenting dalam penilaian portofolio adalah adanya pertemuan antara guru dengan peserta didik yang dilakuakan secara rutin. Pertemuan semacam ini kan sulit dilakukan jika guru melakukan secara frontal, tetapi akan sangat mungkin apabila dilakukan sering dan menjadi kebiasaan diskusi dengan peserta didik secara individu maupun kelompok. Tahapan ini sangat penting untuk mengembangkan dan menilai kemampuan peserta didik, tetapi haruslah dilakukan dengan hati-hati khususnya dalam pemberian nilai kepada peserta didik dan harus dilakukan sesegera mungkin. b. Reliabilitas Penilaian portofolio nampak agak kurang reliabel dan kurang siap dibandingkan dengan penilaian lain yang menggunakan angka seperti ulangan harian, ulangan umum maupun ujian akhir nasional yang menggunakan tes. Dengan demikian tidak diragukan lagi memang penilaian portofolio dianggap kurang reliabel dibandingkan dengan penilaian bentuk lainnya. Penilain yang dilakukan sendiri oleh peserta didik (self asessment) maupun oleh kelompok peserta didik agak urang reliabel. Oleh karena itu, latihan penilaian yang dilakukan oleh peserta didik maupun kelompok peserta didik sangat diperlukan. Dengan adanya latihan yang terus menerus, terutama lagi dipahami peserta didi, maka penilaian yang reliabel akan diperoleh, dan peserta didik akan berlatih bagaimana menjadi penilai untuk pekerjaannya sendiri. c. Pencapaian Akhir Guru memiliki kecenderungan unruk memperhatikan hanya pencapaian akhir. Jika hal ini terjadi, berarti proses penilaian portofolio tidak mendapat perhatian sewajarnya. Dengan demikian, peserta didikpun akan hanya berorientasi pada pencapaian akhir semata, dengan kecenderungan melakukan berbagai upacya dan strategi, dan bahkan mungkin dengan menghalalkan segala cara. Dengan demikian,

penggunaan penilaian protofolio dalam hal ini tidak dapat mengubah sikap

dan perilaku peserta didik, yang sebenarnya diharapkan dapat terjadi dengan menjalani dan mengalami proses pembelajarannya. d. Top-Down Guru dan peserta didik biasanya terjebak dalam suana hubungan topdown, yaitu guru menganggapsegala tahu dan peserta didik selalu dianggap sebagai objek yang harus dididik dan diberi tahu. Dnegan demikian proses pembelajaran menjadi satu arah, yaitu peserta didik sebagai objek yang diberi pengajaran sedangkan guru adalah sebagai subjek yang memberi pelajaran (pendidikan). Apabila kondisi ini terwujud, maka inisiatif dan kreativitas peserta didik yang akhirnya peserta didik hanya akan menjadi manusia penurut bergairah.segala suesuatu yang berlangsung dalam kelas akan sangat bergantung kepada guru. Pada akhirnya, pendidikan hanya akan menghasilkan manusia-manusia pasif, yang tidak memiliki inisiatif dan kreativitas. e. Skeptisme Masyarakat, khususnya orang tua peserta didik selama ini hanya mengenal keberhasilan anakanya hanya pada angka-angka hasil tes akhir, peringkat, dan hal-hal yang bersikaf kuantitatif. f. Hal yang baru Penilaian portofolio adalah sesuatu baru dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin kebanyakan guru atau bahkan lembaga pendidikan tenaga kependidikan belum mengenal penilaian portofolio. Mereka lebih mengenal bentuk penilaian yang biasa dilakukan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pertemuan antara guru dan peserta didik, yaitu : a. Lakukan pertemuan yang cukup selektif b. Pengecekan secara selektif yang dilakukan oleh guru c. Pengkodean untuk menolong peserta didik melakukan pemerikasaan sendiri d. Sediakan peserta didik dengan alat yang memadai seperti kreteria penilaian yang mudah dipahami

Untuk mengetahui apakah portofolio yang dikerjakan oleh peserta didik adalah hasil pekerjaan mereka sendiri atau hasil kelompok dapat dengan mudah diketahui dengan : a. Portofolio peserta didik haruslah dikerjakan dikelas atau atas dasar pekerjaan yang ditugaskan dikelas. b. Yakinkan bahwa apa dituntut dari peserta didik adalah sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. c. Berilah petunjuk dengan sangat jelas, tidak mendua, sehingga peserta didik akan dengan mudah mengerjakan tugas yang diberikan. g. Kreteria penilaian dan analisis Kelemahan utama dalam penilaian portofolio adalah tidak tersedianya kreteria penilaian. Ketika guru selesai menentukan tujuan portofolio dan isi portofolio yang akan digunakan dalam penilaian, maka guru harus membuat langsung kreteria penilaiannya . h. Penerapan di sekolah Penilaian portofolio terkadang sulit untuk diterapkan disekolah yang lebih mengenal perbandidngan peserta didik melalui skor tes, peringkat dan yang lebih sering menggunakan tes yang usdah baku seperti ulangan umum bersama atau ujian akhir nasional. i. Format penilaian yang lengkap dan detail Penyedian format yang digunakan secara lengkap dan detail, dapat juga menjebak. Peserta didik akan terjerumus kedalamsuasana yang kakun dan mematikan, yang pada akibatnya juga akan mematikan inisiatif dan kreativitas. j. Tempat penyimpangan Penilain portofolio memerlukan tempat penyimpanan evidence yang memadai, apalagi bila jumlah peserta didik cukup besar. Oleh karena itu, gur perlu mewaspadai beberapa hambatan tersebut. Apabila kondisiini dapat prtofolio akan memanfaatkan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, sebagaimana yang kita harapkan. 2.6 Hakikat Asesmen Portofolio

Asesmen portofolio adalah suatu prosedur pengumpulan informasi mengenai perkembangan dan kemampuan siswa melalui portofolionya, dimana pengumpulan informasi tersebut dilakukan secara formal dengan menggunakan kriteria tertentu, untuk tujuan pengambilan keputusan terhadap status siswa. Dalam suatu portofolio terdapat paling sedikit tujuh elemen pokok, yaitu a) b) c) Adanya tujuan yang jelas, dan dapat mencakup lebih dari satu ranah, Kualitas hasil (outcome), Bukti-bukti otentik yang mencerminkan dunia nyata dan bersifat multi sumber, d) e) f) g) Kerjasama siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru, Penilaian yang integratif dan dinamis karena mencakup multidimensi, Adanya kepemilikan (ownership) melalui refleksi diri dan evaluasi diri, Perpaduan asesmen dengan pembelajaran. Salah satu alasan asesmen portofolio digunakan dalam dunia pendidikan dewasa ini adalah karena adanya ketidak puasan terhadap penggunaan tes-tes baku yang dianggap tidak mampu menampilkan kemampuan siswa secara menyeluruh. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan tes baku adalah testes yang secara tradisional digunakan untuk mengukur perkembangan belajar. Tes-tes tersebut kebanyakan berbentuk tes objektif dimana hanya ada satu pilihan jawaban yang benar. Tes-tes tersebut dikembangkan dalam format pilihan ganda, satu butir tes disediakan tiga hingga lima kemungkinan jawaban. Sebelum digunakan, tes-tes tersebut distandarisasi terlebih dahulu. Dalam perkembangan berikutnya, tes-tes di kelas pun, yang sifatnya formatif, juga menggunakan bentuk-bentuk tes baku tersebut. 2.7 Ciri-ciri dari Asesmen Portofolio dan Tes Baku De Fina, merangkum ciri-ciri dari asesmen portofolio dan tes baku sebagai berikut. No 1 2 ASESMEN PORTOFOLIO Terjadi pada situasi alamiah Memberi menunjukkan kesempatan kelebihan TES BAKU Situasi ujian, tidak alamiah siswa Menunjukkan kelemahan siswa

maupun dalam suatu hal tertentu

kelemahannya 3 Informasinya bersifat langsung, Tidak diagnostik memberikan informasi

pada saat itu (hands-on) 4

Asesmen dapat dilakukan bersama- Menunjukkan ranking sama antara guru, orangtua, dan bahkan siswa

Bersifat terus-menerus (ongoing), Kesempatan hanya sekali untuk sehingga memberikan kesempatan mengases kemampuan dalam suatu beragam untuk dilakukan asesmen hal tertentu

Mengases hal-hal secara realistis Mengases hal-hal secara artificial, dan bermakna tidak sesuai dengan keseharian yang ada

Memberi

kesempatan

siswa Mengharapkan hanya satu respons

melakukan refleksi terhadap karya yang benar dan pengetahuannya 8 Memberi kesempatan refleksi bagi Memberikan data-data numeric yang orang lain yang berkepentingan, kadangkala menakutkan dan secara mengenai pengetahuan siswa dan esensial tidak bermakna karya-karyanya 9 Mendorong temu wicara Mengharuskan pertemuan antara

(conference) antara guru dan siswa 10

guru dengan administrator kurikulum sebagai

Menempatkan siswa sebagai pusat Mendukung

proses pendidikan karena gambaran pusat proses pendidikan keadaannya perbaikan pembelajaran Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa asesmen portofolio menunjukkan beberapa kelebihan yang tidak diperoleh dari tes objektif, yaitu seperti adanya penilaian yang berkelanjutan, menghargai siswa sebagai individu dengan keunikan masing-masing, dan adanya pengembangan metakognisi melalui refleksi dan evaluasi diri. berguna kurikulum untuk dan

Kemp dan Toperoff, mengatakan dengan kelebihan-kelebihan ini portofolio dapat memacu keterlibatan (involvement) dalam belajar, meningkatkan motivasi, dan prestasi. Asesmen portofolio mengandung tiga elemen penting yaitu: 1. Sampel Karya Siswa Sampel karya siswa menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi guru, maupun preferensi siswa. Asesmen portoflolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena itu proses dan hasil sama pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat berkelanjutan, yang berarti proses mendapatkan porsi penilaian yang besar (bandingkan dengan asesmen konvensisonal yang hanya menilai hasil belajar) tetapi kualitas hasil sangat penting. Dan memang, penilaian proses yang dilakukan tersebut sesungguhnya memberi kesempatan. . Wyaatt III dan Looper, mengatakan ada tiga jenis portofolio berdasarkan teknik penyusunannya yaitu portofolio karya terbaik, portofolio perkembangan, dan portofolio berdasarkan topik. Portofolio karya terbaik adalah portofolio mengenai karya-karya terbaik yang dihasilkan oleh siswa. Mengingat portofolio bersifat kolaboratif sekaligus individual, pemilihan karya terbaik dilakukan siswa bersama dengan temannya (peer evaluation) maupun guru (dalam student-teacher conferences). Dalam konferensi dengan siswa, guru biasanya menanyakan kenapa dia memilih karya tersebut sebagi karya terbaiknya. Refleksi ini dapat pula dilakukan secara tertulis 2. Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio Evaluasi diri merupakan analisis terhadap sikap dan proses belajar siswa, dimana informasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan

perkembangan dan proses belajar yang berkelanjutan. Dalam asesmen portofolio, evaluasi diri merupakan komponen yang sangat penting. OMalley dan Valdez Pierce, mengatakan bahwa self-assessment is the key to portfolio. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri siswa dapat

membangun

pengetahuannya

serta

merencanakan

dan

memantau

perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri siswa dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian siswa lebih bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya.Refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership) siswa terhadap proses dan hasil belajarnya. Siswa akan mengerti bahwa apa yang dilakukannya dan dihasilkannya melalui proses belajar tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya. Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik untuk menunjukkan kontribusi evaluasi diri dalam proses belajar.

Model evaluasi diri mereka menekankan bahwa, ketika mengevaluasi sendiri performansinya, kegiatan ini mendorong siswa untuk menetapkan tujuan yang lebih tinggi (goals). Untuk itu, siswa harus melakukan usaha yang lebih keras (effort). Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan prestasi (achievement); selanjutnya prestasi ini berakibat pada penilaian terhadap diri (self-judgment) melalui kontemplasi seperti pertanyaan, Apakah tujuanku telah tercapai? Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti Apa yang aku rasakan dari prestasi ini? Goals, effort, achievement, self-judgment, dan self-reaction dapat terpadu untuk membentuk kepercayaan diri (self-confidence) yang positif. Kedua penulis menekankan bahwa sesungguhnya, evaluasi diri adalah kombinasi dari komponen self-judgment dan self-reaction dalam model di atas. Evaluasi diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar evaluasi dapat berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross menyarankan agar siswa dilatih untuk melakukannya. Kedua peneliti mengajukan empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu: 1) 2) Libatkan semua siswa dalam menentukan kriteria penilaian, Pastikan semua siswa tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya sendiri, 3) 4) Berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan Arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerjanya. Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian. Siswa diajak untuk menetapkan kriteria penilaian. Curah pendapat (brainstorming) sangat tepat dilakukan. Guru sebaiknya menyiapkan terlebih dahulu rambu-rambu criteria penilaian tersebut agar diskusi bias berjalan lancer dan terarah. Kriteria ini dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan hakikat kegiatan/tugas yang dilakukan

siswa tersebut dan bagaimana cara mencapainya. Langkah-langkah selanjutnya sudah jelas, dan guru sudah terbiasa melakukannya. 3. Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi rahasia guru atau pun tester, dalam asesmen portofolio justru harus disosialisasikan kepada siswa secara jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar penilaian. Para ahli menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan bersama-sama dengan siswa, atau paling tidak diumumkan secara jelas. Adanya kriteria penilaian terkait dengan tujuan pembelajaran. Dalam asesmen portofolio, yang mungkin ada adalah tujuan kelas dan individual. Karena itu, Salvia dan Ysseldyke mengatakan bahwa harus jelas tujuan dan ranah belajar yang hendak dicapai. McLaughin dan Voght (1996) mengatakan dengan asesmen portofolio dimungkinkan menetapkan lebih dari satu ranah secara bersama-sama dan multidimensi. yaitu asesmen pada proses maupun konstruk. Proses melibatkan siswa dan guru yang bekerja secara kolaboratif dalam membangun portofolio. Konstruk adalah folder, binder , atau pun kotak dimana bahan-bahan asesmen dikumpulkan. Seperti telah dikemukakan di atas, asesmen portofolio bersifat komprehensif dimana berbagai karya siswa yang mencerminkan kinerja belajarnya dapat ditelusuri disana. Berbagai strategi asesmen dapat masuk kedalam porofolio siswa, seperti asesmen kinerja, esai, projek, maupun hasil tes objektif (bila masih dilakukan). Dengan kata lain, asesmen portofolio dapat merupakan kumpulan (koleksi) kinerja siswa dari berbagai cara pengumpulan data tentang prestasi belajar siswa. Namun, cara-cara asesmen tersebut dapat pula dilakukan secara sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan. G. Model Asesmen Portofolio Berikut ini adalah modifikasi dari model asesmen portofolio oleh Moya dan OMalley, Model tersebut (Portfolio Assessment Model) disesuaikan dengan tiga komponen pembelajaran, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Analisis dan Pelaporan. 1. Perencanaan

a.

Menentukan tujuan dan fokus (standar kompetensi, kompetensi dasar, kriteria keberhasilan)

b.

Merencanakan isi portofolio, yang meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan isi/topik, dan menetapkan frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen.

c.

Mendesain cara menganalisis portofolio, yaitu dengan menetapkan standar atau kriteria penilaian, menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai sumber, dan menetapkan waktu analisis.

d.

Merencanakan penggunaan portofolio dalam pembelajaran, yaitu berupa pemberian umpan balik.

e.

Menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi, yaitu menetapkan cara mengetahui reliabilitas informasi dan validitas penilaian.

2. a. b. c.

Implementasi model (terpadu dengan pembelajaran) Mengumumkan tujuan dan fokus pembelajaran kepada siswa. Menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya. Mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil maksimal.

d. e. 3. a. b. c. d. e.

Melaksanakan asesmen portofolio (folder, evaluasi diri) Memberikan umpan balik terhadap karya dan evaluasi diri Analisis dan pelaporan Mengumpulkan folder Menganalisis berbagai sumber dan bentuk informasi Memadukan berbagai informasi yang ada Menerapkan kriteria penilaian yang telah disepakati Melaporkan hasil asesmen

Anda mungkin juga menyukai