Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak
dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat
mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu
diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional
bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak
memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk
mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang
baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat
yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang
bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, salah satu diantaranya adalah
penggaraman (Anonim, 2009).
Penggaraman adalah suatu cara pengawetan ikan yang telah lama
dilakukan orang. Banyak Negara yang menggunakan pengawetan ikan dengan
cara penggraman termasuk Indonesia. Pengawetan ini menggunakan garam
sebagai medianya. Baik yang berbentuk Kristal maupun yang berbentuk larutan.
Dalam proses penggaraman, terjadi penetrasi garam kedalam tubuh ikan dan
keluarnya cairan dari dalam tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentrasi
(Adawiyah, 2007).
Di Indonesia, bahkan ikan asin masih menempati posisi penting sebagai
salah satu bahan pokok kebutuhan hidup rakyat banyak walaupun terdapat
kecenderungan bahwa konsumsi ikan asin makin menurun. Cara pengawetan ini
merupakan usaha yang paling mudah dan murah dalam penanganan hasil
tangkapan oleh nelayan. Dengan penggaraman proses pembusukan dapat
dihambat sehingga ikan dapat disimpan lebih lama. Penggunaan garam sebagai
bahan pengawet terutama diandalkan pada kemampuannya menghambat
pertumbuhan bakteri dan kegiatan enzim penyebab pembusukan ikan yang
terdapat dalam tubuh ikan. Pengolahan ikan asin dijumpai di semua pusat
produksi hasil perikanan. Semua jenis ikan, ukuran dan mutunya dapat diolah
untuk ikan asin. Karena itu beragam jenis, ukuran, bentuk dan mutu ikan asin
dijumpai dalam pasar. Namun untuk mendapatkan mutu ikan asin yang baik
memerlukan beberapa persyaratan mengenai bahan yang digunakan (ikan,
garam) dan cara pengolahannya (Anonim, 2009).
A. Metode Penggaraman
Pengawetan ikan dengan cara penggaraman terdiri dari 2 proses yaitu,
proses penggaraman dan proses pengeringan. Adapun tujuan dari proses
penggaraman yakni untuk memperpanjang masa awet dan daya simpan ikan.
Ikan yang digarami dapat menghambat atau membunuh bakteri penyebab
kebusukan ikan (Adawiyah, 2007).
Secara tradisional, umumnya garam dibuat dengan cara mengalirkan air
laut kedalam petakan lahan tanah yang dasarnya sudah padat dan rata.
Kemudian air laut dibiarkan terkena sinar matahari dan menguap sampai habis.
Penguapan air akan menghasilkan endapan kristal garam. Garam yang
digunakan untuk mengawetkan ikan sebaiknya memakai garam murni yaitu
garam yang sebanyak mungkin mengandung NaCl dan sekecil mungkin
mengandung unsur lain seperti MgCl2, CaCl2, MgSO4, CaSO4, lumpur serta
kotoran lainnya. Unsur selain NaCl didalam garam mempunyai beberapa
kelemahan yaitu (Budiman, 2004) :
1) Garam yang mengandung Ca dan Mg lambat sekali menembus masuk ke
dalam daging ikan, sehingga memungkinkan proses pembusukan tetap
berjalan selama proses penggaraman. Selain itu produk ikan asin yang
dihasilkan bersifat higroskopis
2) Garam yang mengandung 0,5 % - 1 % , CaSO 4 menghasilkan produk
yang kaku dan warnanya pucat (putih)
3) Garam mengandung magnesium, sulfat dan klorida menyebabkan produk
agak pahit
4) Garam yang mengandung besi dan tembaga menyebabkan warna coklat,
kotor dan kuning
5) Garam mengandung CaCl2 menyebabkan ikan asin berwarna putih, keras
dan mudah pecah .
Garam yang baik dapat diperoleh dengan pengendalian waktu dalam
proses pengendapan garam. Tetepi cara ini sulit dilakukan untuk menghasilkan
garam berkualitas baik. Sehingga kristal garam hasil endapan biasanya diolah
lagi di pabrik pengolahan garam untuk menghilangkan unsur-unsur yang
merugikan seperti yang telah disebutkan diatas (Budiman, 2004).
Secara umum kandungan garam terdiri dari 39,39% Na dan 60,69% Cl,
bentuk Kristal seperti kubus dan berwarna putih. Dalam proses penggaraman,
penggunaan garam bertujuan sebagai bahan pengawet dan pemberi cita rasa.
Sebagai bahan pengawet, garam mempunyai tekanan osmosis yang tinggi
sehingga akibatnya menyebabkan adanya peristiwa osmosis dengan daging
ikan. Kecepatan penetrasi garam kedalam tubuh ikan dipengaruhi oleh
kemurnian garam itu sendiri (Adawiyah, 2007).
Kecepatan proses penyerapan garam kedalam tubuh ikan dipengaruhi
oleh beberapa faktor sebagai berikut (Budiman, 2004) :
1) Kesegaran tubuh ikan. Semakin segar ikan, maka proses penyerapan
garam kedalam tubuh ikan akan semakin lambat
2) Kandungan lemak. Lemak akan menghalangi masuknya garam kedalam
tubuh ikan, sehingga ikan yang kandungan lemaknya tinggi akan
mengalami penyerapan garam yang lambat.
3) Ketebalan daging ikan. Semakin tebal daging ikan maka proses
penggaraman semakin lambat
4) Kehalusan kristal garam. Garam yang halus akan lebih cepat larut dan
meresap kedalam tubuh ikan. Tetapi penyerapan yang terlalu cepat akan
mengakibatkan permukaan daging cepat mengeras (Salt burn) dan ini
akan menghambat keluarnya kandungan air dari bagian dalam tubuh
ikan.
5) Suhu. Semakin tinggi suhu larutan,
maka viskositas larutan garam
semakin kecil sehingga proses
penyerapan akan semakin mudah.
Pada dasarnya metode penggaraman
ikan dapat dibedakan menjadi tiga tahapan
yaitu :
a) Penggaraman Kering (Dry salting)
Metode penggaraman kering
menggunakan kristal garam yang
dicampurkan dengan ikan. Pada umumnya,
ikan yang berukuran besar dibuang isi perut
dan badannya dibelah dua. Dalam proses penggaraman ikan ditempatkan
didalam wadah yang kedap air. Ikan disusun rapi dalam wadah selapis demi
selapis dengan setiap lapisan ikan ditaburi garam. Lapisan paling atas dan paling
bawah wadah merupakan lapisan garam. Garam yang digunakan pada proses
penggaraman umumnya berjumlah 10 % - 35 % dari berat ikan yang digarami.
Pada waktu ikan bersentuhan dengan kulit / daging ikan (yang basah/berair),
garam itu mula-mula akan membentuk larutan pekat. Larutan ini kemudian akan
meresap kedalam daging ikan melalui proses osmosa. Jadi, kristal garam tidak
langsung menyerap air, tetapi terlebih dahulu berubah jadi larutan. Semakin lama
larutan akan semakin banyak dan ini berarti kandungan air dalam tubuh ikan
semakin berkurang (Budiman, 2004).
d) Penggaraman Kombinasi
Metode ini merupakan kombinasi penggaraman kering dan penggaraman
basah. Pertama kali ikan ditaburi dengan kristal garam seluruh permukaannya
lalu disusun dalam wadah. Bagian atas tumpukan dibebani dengan pemberat.
Setelah itu perlahan-lahan dituangi dengan larutan garam jenuh sampai ikan
tepat terendam permukaannya. Metode ini terutama banyak digunakan orang
kalau menginginkan ikan asin berkadar garam tinggi (Anonim, 2009).
B. Produk Penggaraman
Produk yang dihasilkan dari proses penggaraman terdiri atas bermacam –
macam tergantung proses selanjutnya. Misalnya saja setelah dilakukan
penggaraman baik itu penggaraman kering dan basah dilanjutkan dengan
pengeringan, maka hasilnya adalah ikan asin kering, apabila dilanjutkan dengan
perebusan maka hasilnya adalah ikan pindang atau cue, dan bila diteruskan
dengan proses fermentasi diperoleh beberapa produk fermentasi seperti peda,
terasi kecap, bekasam, dan wadi (Adawiyah, 2007).
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Proses penggaraman bertujuan untuk memperpanjang masa awet dan
daya simpan ikan dengan menggunakan garam, baik berupa kristal kristal
garam maupun larutan garam.
2. Garam yang digunakan untuk mengawetkan ikan sebaiknya memakai
garam murni yaitu garam yang sebanyak mungkin mengandung NaCl dan
sekecil mungkin mengandung unsur lain seperti MgCl2, CaCl2, MgSO4,
CaSO4, lumpur serta kotoran lainnya.
3. Metode penggaraman terdiri dari penggaraman kering (Dry salting),
penggaraman basah (Wet salting), penggaraman campuran (Kench
Salting), dan juga penggaraman kombinasi.
4. Produk penggaraman baik penggaraman kering maupun penggaraman
basah adalah ikan asin.
5. Produk lanjutan dari proses penggaraman yaitu, kecap ikan, terasi, ikan
pindang, ikan asap, dan juga ikan peda.
DAFTAR PUSTAKA