Anda di halaman 1dari 31

Rayendra Apriansyah (03111004074)

Memperkokoh konstruksi bangunan dan menambahkan alat pendeteksi gelombang besar Pada PLTGL

PROPOSAL TUGAS AKHIR OLEH : Rayendra Apriansyah 03111004074

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013


1

Rayendra Apriansyah (03111004074)

Kata Pengantar
Alhamdulillah puji syukur yang sebesar-besarnya kita panjatkan kehadirat Tuhan yang mahaEsa atas rahmat dan karunianya atas selesainya proposal research yang berjudul Memperkokoh konstruksi bangunan dan menambahkan alat pendeteksi gelombang besar Pada PLTGL. Riset proposal ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penulisan Ilmiah. Proposal ini membahas mengenai bagaimana sebaiknya agar kontruksi bangunan pada PLTGL lebih kokoh lagi, dan PLTGL tersebut sebaiknya juga dilengkapi suatu system proteksi untuk mengetahui adanya bahaya seperti badai dan gelombang besar yang dapat memberi peringatan kepada masyarakat luas. Selama ini penulis sering mengalami kendala pada proses penyelesaian proposal riset ini. Kendala itu dikarenakan lebih kepada hal non teknis, yaitu kurang paham pada struktur proposal riset yang benar, tapi kendala tersebut dapat diatasi berkat bantuan, dan bimbingan dari dosen pengajar, mencari referensi buku, dan bantuan dari teman-teman. Terima kasih buat semuanya, dan hanya Tuhan yang maha Esa yang bisa membalas semua kebaikan kalian. Pada proposal ini penulis yakin sangat banyak kekurangan, maka dari itu penulis minta kritik, dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan proposal riset ini..Terimakasih.

Palembang, 10-12-2013

Penulis

Rayendra Apriansyah (03111004074)

DAFTAR ISI

1) COVER..........................................................................................................................1. 2) KATA PENGANTAR...................................................................................................2. 3) DAFTAR ISI.................................................................................................................3. 4) ABSTRAK.....................................................................................................................4. 5) BAB 1.........................................................................................................................5-6. 6) BAB 2........................................................................................................................7-20 7) BAB 3...........................................................................................................................21 8) DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................22

Rayendra Apriansyah (03111004074)

Abstrak
Krisis energi telah diprediksikan akan melanda dunia pada tahun 2015. Hal ini dikarenakan semakin langkanya minyak bumi dan semakin meningkatnya permintaan energi. Untuk itu diperlukan sebuah terobosan untuk memanfaatkan energi lain, selain energi yang tidak terbarukan. Karena kalau kita tergantung pada energi tidak terbarukan, maka di masa depan kita juga akan kesulitan untuk memanfaatkan energi ini karena keterbatasan populasi dari energi tersebut. Untuk itu akan dicoba untuk menggali informasi tentang tenaga ombak yang sebenarnya sudah dimanfaatkan oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pemerintah Norwegia sejak tahun 1987, terlihat bahwa banyak daerah-daerah pantai yang berpotensi sebagai pembangkit listrik bertenaga ombak. Ombak di sepanjang Pantai Selatan Pulau Jawa, di atas Kepala Burung Irian Jaya, dan sebelah barat Pulau Sumatera sangat sesuai untuk menyuplai energi listrik. Kondisi ombak seperti itu tentu sangat menguntungkan, sebab tinggi ombak yang bisa dianggap potensial untuk membangkitkan energi listrik adalah sekitar 1,5 hingga 2 meter, dan gelombang ini tidak pecah hingga sampai di pantai.

Rayendra Apriansyah (03111004074)

BAB I. Pendahuluan
I.I Latar Belakang.
Kita tahu bahwa Krisis energi dan musibah bencana alam melanda Negara kita Indonesia, adapun dampak yang akan terjadi adalah terhambatnya pembangunanan nasional atau menimbulkan kerugian material maupun imaterial, oleh karena itu suatu terobosan yang dapat meminimalisir aspek pembangunan nasional yang diakibatkan oleh krisis energi dan musibah bencana alam adalah dengan konversi energi dan mitigasi bencana alam. Salah satunya PLTGL

Pembangkit listrik tenaga ombak merupakan suatu proses konversi energy sekaligus sebagai mitigasi bencana alam tsunami ,dan mencegah abrasi air laut .banyak keuntungan yang di dapat dari pembangkit ini yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk menjadi alternatif mengganti sumber energy pokok atau baku ,selain itu pula pembangkitan energi ini juga dapat menjadi pendeteksi bencana tsunami dan pemecah ombak air laut yang besar agar ombak yang besar tidak mengikis

I.2 Perumusan Masalah


Pada dasarnya kelemahan utama dari suatu system PLTGU adalah terletak pada gelombang laut itu sendiri. Pasang surut gelombang laut adalah penyebab utamanya. Untuk mendapatkan energy yang besar, diperlukan gelombang yang besar pula. Karena gelombang yang pasang surut merupakan masalah utama, maka hendaknya apabila terjadi gelombang besar (tsunami), atau badai yang besar yang terjadi di laut, PLTGU selain fungsi utama sebagai pembangkit, juga dilengkapi suatu alat pendeteksi untuk bisa memberi tahu masyarakat secara dini agar cepat mengetahui adanya bencana yang akan terjadi. Dan dari alat tersebut akan ada sirine peringatan kepada masyarakat akan adanya bencana. Dan disini juga, selain dapat membahayakan manusia, hewan, gelombang besar juga dapat menghancurkan suatu bangunan, tak terkecuali bangunan PLTGL itu sendiri. Dari sini hendaknya pihak PLTGU merangcang bangunan tersebut lebih kokoh lagi agar tidak terjadi kerusakan pada saat terjadi gelombang besar.

Rayendra Apriansyah (03111004074)

I.3 Pembatasan Masalah


Disini saya tidak akan membahas tentang system kerja maupun hal yang mendetail tentang PLTGU.

I.4 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan proposal ini adalah : 1). Kita dapat mengetahui Prinsip kerja dan komponen pembuatan PLTGL 2). Kita dapat mengetahui Prinsip kerja pendeteksi Tsunnami pada PLTGL

I.5 Kontribusi
Selain dapat menghasilkan energy alternative yang dapat di gunakan masyarakat luas, PLTGL ini diharapkan mampu berfungsi sebagai pendeteksi Tsunami.

I.6 Sistematika Penulisan


Gambaran singkat sistematika penulisan yang diajukan dalam proposal penilitian ini, disajikan dalam 3 (tiga) bab, di mana disetiap bab dipaparkan dalam sub-sub berikut:

Rayendra Apriansyah (03111004074)

BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Dalam bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian, hipotesis dan kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN


Dalam bab ini berisikan Obyek penelitian, metode yang digunakan, jenis data, metode dalam pengambilan data, metode sampling, operasionalisasi variabel, dan metode analisis.

Rayendra Apriansyah (03111004074)

BAB II.Tinjauan Pustaka

BAB II PEMBAHASAN

A.Gelombang.Laut Gelombang laut merupakan salah satu bentuk energi yang bisa dimanfaatkan dengan mengetahui tinggi gelombang, panjang gelombang, dan periode waktunya. Ada 3 cara untuk menangkap energi gelombang, yaitu : 1. Pelampung: listrik dibangkitkan dari gerakan vertikal dan rotasional pelambung 2. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column): listrik dibangkitkan dari naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya

Rayendra Apriansyah (03111004074)

kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan menggerakkan turbin. . 3. Wave Surge. Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang, membawanya ke dalam kolam penampung yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari kolam penampung ini yang digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar hydropower. Energi ini dapat dikonversi ke listrik lewat 2 kategori yaitu off-shore (lepas pantai) and on-shore (pantai). Kategori lepas pantai (off-shore) dirancang pada kedalaman sekitar 40 meter dengan menggunakan mekanisme kumparan seperti Salter Duck yang diciptakan Stephen Salter (Scotish) yang memanfaatkan pergerakan gelombang untuk memompa energi. Sistem ini memanfaatkan gerakan relatif antara bagian/pembungkus luar (external hull) dan bandul didalamnya (internal pendulum) untuk diubah menjadi listrik. Peralatan yang digunakan yaitu pipa penyambung ke pengapung di permukaan yang mengikuti gerakan gelombang. Naik turunnya pengapung berpengaruh pada pipa penghubung selanjutnya menggerakan rotasi turbin bawah laut. Di Amerika Serikat, telah ada perusahan yang mengembangkan untaian buoy pelampung plastik yang mendukung penghasil listrik ini. Setiap Buoy pelampung bisa menghasilkan 20 kW listrik dan saat ini telah dikembangkan untuk mengisi ulang energi (recharge) bagi robot selam angkatan laut AS dan digunakan bagi komunitas kecil. Cara lain untuk menangkap energi gelombang lepas pantai adalah dengan membangun tempat khusus seperti sistem tabung Matsuda, metodenya adalah memanfaatkan gerak gelombang yang masuk di dalam ruang bawah dalam pelampung dan sehingga timbul gerakan perpindahan udara ke bagian atas pelampung. Gerakan perpindahan udara ini menggerakkan turbin. Pusat Teknologi Kelautan Jepang telah mengembangkan prototype jenis ini yang disebut Mighty Whale berupa peralatan penangkap gelombang yang di tempatkan di dasar laut (anchored) dan di** SENSOR ** dari pantai untuk kebutuhan listrik di pulau-pulau kecil. Sistem on-shore mengkonversi gelombang pantai untuk menghasilkan energi listrik lewat 3 sistem: channel systems, float systems dan oscillating water column systems. Prinsipnya energi mekanik yang tercipta dari sistem-sistem ini secara langsung mengaktifkan generator dengan mentransfer gelombang pada fluida, air atau udara penggerak yang kemudian
9

Rayendra Apriansyah (03111004074)

mengaktifkan turbin generator. Pada channel systems gelombang disalurkan lewat suatu saluran kedalam bangunan penjebak seperti kolam buatan (lagoon). Ketika gelombang muncul, gravitasi akan memaksa air melalui turbin guna membangkitkan energi listrik. Pada float systems yang mengatur pompa hydrolic berbentuk untaian rakit-rakit dihubungkan dengan engsel-engsel (Cockerell) bergerak naik turun mengikuti gelombang. Gerakan relatif menggerakkan pompa hidrolik yang berada di antara dua rakit. Tabung tegak Kayser juga dapat digunakan dengan pelampung yang bergerak naik turun didalamnya karena adanya tekanan air. Gerakan antara pelampung dan tabung menimbulkan tekanan hidrolik yang diubah menjadi energi listrik. Oscillating water column systems menggunakan gelombang untuk menekan udara diantara kontainer. Ketika gelombang masuk ke dalam kolom kontainer berakibat kolom air terangkat dan jatuh lagi sehingga terjadi perubahan tekanan udara. Sirkulasi yang terjadi mengaktifkan turbin sebagai hasil perbedaan tekanan yang ada. Beberapa sistem ini berfungsi juga sebagai tempat pemecah gelombang breakwater seperti di pantai Limpit, Scotlandia dengan energi listrik yang dihasilkan sebesar 500 kW. Ada empat teknologi energi gelombang yaitu sistem rakit Cockerell, tabung tegak Kayser, pelampung Salter, dan tabung Masuda. Sistem rakit Cockerell berbentuk untaian rakit-rakit yang saling dihubungkan dengan engselengsel dan sistem ini bergerak naik turun mengikuti gelombang laut. Gerakan relatif rakitrakit menggerakkan pompa hidrolik yang berada di antara dua rakit. Sistem tabung tegak Kayser menggunakan pelampung yang bergerak naik turun dalam tabung karena adanya tekanan air. Gerakan relatif antara pelampung dan tabung menimbulkan tekanan hidrolik yang dapat diubah menjadi energi listrik. Sistem Pelampung Salter memanfaatkan gerakan relatif antara bagian /pembungkus luar (external hull) dan bandul didalamnya (internal pendulum) untuk diubah menjadi energi listrik. Pada sistem tabung Masuda metodenya adalah memanfaatkan gerak gelombang laut masuk ke dalam ruang bawah dalam pelampung dan menimbulkan gerakan perpindahan udara di bagian ruangan atas dalam pelampung. Gerakan perpindahan udara ini dapat menggerakkan turbin udara.Lokasi potensial untuk membangun sistem energi gelombang adalah di laut lepas, daerah lintang sedang dan di perairan pantai. Energi gelombang bisa dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Cara kerja pembangkit listrik baru ini sangat sederhana. Sebuah tabung beton dipasang pada suatu ketinggian tertentu di pantai dan ujungnya dipasang dibawah permukaan
10

Rayendra Apriansyah (03111004074)

air laut. Tiap kali ada ombak yang datang ke pantai, air di dalam tabung beton itu akan mendorong udara yang terdapat di bagian tabung yang terletak di darat. Pada saat ombak surut, terjadi gerakan udara yang sebaliknya dalam tabung tadi. Gerakan udara yang bolakbalik inilah yang dimanfaatkan untuk memutar turbin yang dihubungkan dengan sebuah pembangkit listrik. Sebuah alat khusus dipasang pada turbin itu supaya turbin hanya berputar satu arah, walaupun arah arus udara dalam tabung beton itu silih berganti.

Kolom Air Bergerak kesana kemari ( Owc): Kolom Air yang bergerak kesana kemari dan diteliti yang dikembangkan dari semua alat garis pantai. Kolom Air bergerak kesana kemari menggunakan suatu struktur yang secara parsial menyelam untuk memanfaatkan tenaga potensial dan kinetik meliputi suatu gelombang samudra. Untuk membangun OWC yang diperlukan adalah suatu perhatian utama sebab keseluruhan lokasi harus kering. Suatu dinding penghalang pada umumnya dibangun pada atas/sisi samudra area konstruksi. Walaupun alat ini adalah lebih mudah untuk mengakses dibanding generator lepas pantai ongkos bangunan suatu dinding penghalang adalah penting. Bagian yang atas struktur adalah berongga dengan suatu pelabuhan pada bagian belakang turbine/generator baik ( gambar 1). Dinding Medan meluas ke dalam air dan perlu untuk secara penuh menyelam terus menerus. Dalam kaitan dengan keperluan ini fluktuasi yang pasang surut harus dibandingkan secara relatif kecil kepada ukuran struktur [itu]. Asumsikan garis yang merah membujuk untuk terus gambar 1 adalah permukaan air diwakili. Jika ini adalah kasus, ketika gelombang yang datang/berikutnya menyalurkan ke dalam struktur, sebagian dari airflow akan lepas kebalikan arah gelombang sebab akan tidak ada segel memaksa angkasa sampai pelabuhan pada atas dinding belakang struktur . Seperti itu, fluktuasi yang pasang surut harus tidak menetes jatuh di bawah tepi alas dinding medan dalam rangka memelihara parameter operasional. Ketika gelombang mendekati, itu menyebabkan udara untuk memaksa supaya ruang/daerah dan ke luar dari pelabuhan, dekat dinding belakang. Ketika gelombang mundur arah kebalikan, udara ditarik dari pelabuhan pada dinding belakang sampai turbin dan ke luar dekat pintu masuk dinding medan. Turbin baik dengan sendirinya adalah terobosan yang utama di dalam implementasi OWC , pemanfaatan dua cara perputaran generator searah. Walaupun OWC mempunyai potensi maha besar ketika diterapkan dengan energi samudra mempunyai beberapa kelemahan. Awal ongkos dinding penghalang dan lampiran adalah sangat tinggi sebab kebanyakan penempatan
11

Rayendra Apriansyah (03111004074)

adalah jalan masuk ke alat berat. Pada umumnya pantai lokasi sukar untuk diperoleh, tergantung pada penetapan wilayah. Lagipula lokasi karang ini adalah pantas untuk penempatan berbagai jenis hidup samudra dan kadang-kadang yang dilindungi di depan hukum. Seperti tersebut sebelumnya, masalah utama dengan OWC sedang memanfaatkan bidirectional arus udara itu menyajikan. Penggunaan suatu Mekanik Turbin menggabungkan dengan suatu generator induksi adalah bentuk wujud khas dari suatu OWC. Keuntungan pemanfaatan energi gelombang ini adalah: 1. Sebagai sumber Energi Alternatif menggantikan energi yang telah ada ,dan membantu penyaluran energi untuk disalurkan kepada konsumen (agar tidak terjadi krisis ).Kecendrungan sutu pembangkitan di Indonesia hanya tergantung kepada pembangkitan yang telah ada oleh karena itu solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan krisis ini adalah dengan mencari sumber energi alternatif ramah linkungan dan dapat memesok energi dalam jangka waktu yang lama (berkesinambungan)

Faktor faktor yang mengakibatkan krisis energi di Indonesia : A. Faktor internal : 1) manajemen departemen pembangkitan yang kurang solid dan professional dalam menjalankan tugas . 2) pemeliharaan yang tidak efektif 3) finansial (dana ) 4) ketergantungan kepada pihak luar 5) kurangnya kesejahtraan pegawai 6) tidak berani untuk mencoba energi alternatif yang terbarukan

12

Rayendra Apriansyah (03111004074)

B. faktor eksternal : 1) kebutuhan konsumen yang boros 2) banyaknya pencurian perlengkapan pembangkitan yang mengakibatkan kerusakan sistem pembangkitan dan saluran transmisi sehingga berdampak pada pendistribusian energi 3) bencana alam

2. Sebagai mitigasi bencana tsunami (gelombang pasang ) Pembangkit listrik tenaga ombak adalah salah satu pembangkitan yang mana dapat memitigasi bencana tsunami (gelombang pasang ),dengan adanya piston hidrolik dan rekonstruksi generator di tengah permukaan air laut otomatis gelombang laut yang dating ke tepi pantai akan kecil ,selain pada itu rekonstruksi pada piston hidrolik juga di lenkapi dengan sensor pendeteksi tsunami yang mana pada saat kecepatan air atau ketinggian air laut tinggi melebihi standar tinggi / kecepatan normal maka otomatis alaram yang terdapat di pesisir laut akan berbunyi dan penduduk disekitar pantai dapat mengungsi ke tempat yang tinggi dan aman dari jangkauan gelombang pasang tersebut .

3. Meminimalisir abrasi air laut Abrasi adlah pengikisan air laut yang disebabkan oleh gelombang laut yang datang dengan kecepatan tertentu dating ke pesisir pantai dan mengakibatkan pengikisan permukaan tanah pesisir pantai mejadi terkikis (erosi )dengan adanya pembangkit listrik tenaga ombak otomatis kecepatan laju ombak ke pesisir pantai menjadi lemah dan efek erosi yang diakibatkan gelombang ombak laut dapat diminimalisir .

4. Pengembangan iptek (mampu bersaing dengan era globalisasi )

13

Rayendra Apriansyah (03111004074)

Dengan kemajuan iptek sutu negara dapat dikatakan mampu bersaing dengan negara lainya .Pembangkit Listrik Tenaga ombak Merupakan sutu usaha pengembangan iptek dalam usaha untuk menjamin pasokan energi agar dapat menunjang kesejahtraan rakyat negara tersebut ,dan dapat menjadikan suatu usaha mandiri agar tidak tergantung dengan pasokan energy yang diimpor dari luar (menghemat anggaran belanja negara )

5. Sebagai sumber energi yang ramah lingkungan ,tidak mengakibatkan efek rumah kaca dan emisi gas karbon. Banyaknya pembangkitan yang menggunakan bahan bakar minyak yang mana menghasilkan emisi atau polusi gas karbon yang mengakibatkan efek rumah kaca ,oleh karena itu pembangkitan energi harus ramah lingkungan agar aman untuk kehidupan lingkungan kita dan dunia.

6. sebagai objek wisata Dengan dibangunya pembangkit listrik tenaga ombak otomatis banyak orang yang ingin mengetahui langsung ke tempat pembangkitan tersebut (wisata) dan penduduk di sekitar pembangkitan pun akan dapat meningkatkan kesejahtraan ekonomi (khusunya penduduk yang bermata pencaharian pedagang )dan meningkatkan pendapatan pemerintah daerah setempat. 7. meningkatkan devisa Negara Sesuai dengan Undang undang dasar 1945 : pasal 33 ayat 2 : Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Maka dengan itu pembangkitan listrik tenaga ombak dikuasai negara ,dijadikan suatu objek untuk meningkatkan devisa negara tersebut 8. meningkatkan kesejahtraan rakyat banyak (konsumen )

14

Rayendra Apriansyah (03111004074)

Pasal 33 ayat 3 : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dengan adanya pembangkit listrik tenaga ombak maka penyaluran distribusi energy listrik dapat lancar dan krisis energy dapat ditanggulangi (kesejahtraan rakyat pun akan terpenuhi )

Sedangkan kelemahannya adalah: 1. Sangat tergantung dengan karakteristik gelombang, kadang-kadang bisa menghasilkan energi yang besar, kadang-kadang tidak ada. 2. Perlu satu lokasi yang tepat dimana gelombangnya konsisten besar. 3. Alatnya harus kokoh sehingga tahan terhadap kondisi cuaca yang jelek

Turbin baik : Salah satu permasalahan yang paling besar yang menyertakan generasi tenaga gelombang adalah fakta keadaan laut yang sederhana adalah suatu unsur yang sangat bersifat menghancurkan, terutama ketika dalam hubungan dengan bagian mekanis untuk menentukan jangka waktu. Ini telah dipecahkan di dalam disain OWC dengan penggunaan udara dipaksa sebagai ganti seawater untuk memutar generator. Masalah yang berikutnya ditemui yaitu usaha untuk menggunakan kedua arus udara yang disajikan oleh OWC. Turbin baik telah dirancang oleh Alan Well pada tahun 1980. Pumpun primernya adalah untuk kembangkan suatu turbin yang bisa menerima dua jalan/cara searah yang mengalir hanya memutar satu arah, dengan mengabaikan arah air atau airflow. Seperti ditunjukkan gambar 2-b, perancangan mata pisau diri mereka adalah inovasi turbin baik.

15

Rayendra Apriansyah (03111004074)

Mata pisau adalah serupa untuk suatu kerjang udara kalau tidak mereka adalah simetris tentang poros yang horisontal, yang secara khas kerjang udara adalah berbentuk lonjong dalam keadaan dan tidak simetris. Suatu kerjang udara hanya menggunakan dan mengangkat kekuatan menyajikan, sedang turbin baik menggunakan itu untuk mengangkat dan kakas seret untuk memperoleh suatu yang self-rectifing yang searah perputaran generator. Ketika angkasa pindah ke hal positif atau hal negatif yang arah mata pisau berputar ke arah yang sama ( gambar 2-a). Kelemahan pada jenis ini adalah kerugian aerodinamika yang terjadi. Kebanyakan turbin beroperasi pada 85% dan di atas untuk efisiensi tetapi turbin baik hanya beroperasi pada 80% efisiensi . Lagipula ketika ukuran ombak adalah yang terlalu kecil turbin benarbenar melepaskan tenaga generator untuk tinggal pada beroperasi kecepatan. Selama kondisikondisi badai ketika angkasa percepatan menjadi ekstrim dan pergolakan kembangkan di sekitar mata pisau dan efisiensi secara dramatis berkurang. Pada intinya beroperasi toleransi untuk kondisi-kondisi gelombang adalah sangat sempit. TAPCHAN: TAPCHAN adalah suatu singkatan untuk saluran yang diruncingkan dan telah dirancang dan diterapkan oleh peneliti orang Norwegia pada tahun 1985 . Lokasi yang menghadap samudra dan dikelilingi oleh dinding beton tinggi adalah suatu bentuk setengah bola pada sisi masing-masing ( gambar 3 ). Air masuk kepada struktur adalah suatu nilai/kelas sedikit [sebagai/ketika] didekati dari pantai dengan suatu reservoir pada sisi yang jauh. Saluran yang sangat lebar/luas terdekat ke laut dan meruncingkan bagi suatu lebar lebih kecil ketika mendekati reservoir. Ketika reservoir mengisi air yang mendesak ke arah saluran reservoir, yaitu suatu turbin yang memondokkan. Turbin Pemintalan menghasilkan listrik, yang mana adalah sangat serupa dengan suatu pembangkit tenaga listrik listrik tenaga air. Susunan ini memerlukan yang sempurna rata-rata tenaga getaran dalam rangka mempunyai cukup kekuatan untuk mendorong kebanyakan dari air ke dalam reservoir. Lagipula perubahan yang pasang surut dapat tidak ada lagi 1m dari tinggi ke air surut untuk memastikan bahwa korset reservoir itu penuh. Potensi Daya
16

Rayendra Apriansyah (03111004074)

Untuk memprediksi daya yang dapat dibangkitkan di pantai dilakukan dengan memanfaatkan data angin. Angin yang bertiup dipermukaan laut merupakan faktor utama penyebab timbulnya gelombang laut. Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar gelombang yang terbentuk. Menurut teori Sverdrup, Munk dan Bretchneider (SMB) kecepatan angin minimum yang dapat membangkitkan gelombang adalah sekitar 10 knot atau setara dengan 5 m/det. Untuk mengkonversi tinggi dan perioda gelombang digunakan persamaan gelombang untuk perairan dangkal (CERC,1984). Sejarah Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dan Cara Kerjanya Selama ini kita mengenal pembangkit tenaga listrik hanya ada di darat, tapi ternyata tidak, laut pun punya potensi untuk menghasilkan listrik melalui gelombang nya.Lebih dari 70% bagian permukaan bumi adalah lautan, sedangkan Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi sumber energi alternatif yang melimpah, yaitu energi yang terbarukan dan tak terbarukan. Sumber energi yang terbarukan dari laut adalah energi gelombang, pasang surut, energi yang timbul akibat perbedaan suhu antara permukaan air dan dasar laut (OTEC), serta energi arus laut. Pada tahun 1799 di Paris, tercatat atas nama Girad yg bersama putranya mengembangkan tenaga gelombang menjadi listrik . Setelah itu ada Yosihio Masuda pada tahun 1940an yang mengembangkan berbagai eksperimen di lautan untuk merubah energi gelombang. Saat terjadi krisis minyak tahun 1974 , sejumlah peneliti mulai mengembangkan lagi potensi gelombang laut ini diantaranya Profesor Stephen Salter dari University of Edinburgh, Skotlandia, yang mengembangkan Salters Duck, sebuah perangkat sederhana yg mampu merubah energi gelombang menjadi listrik . Setelah harga minyak kembali stabil, peneliti banyak yang menghentikan penelitian nya terhadap gelombang laut, tapi sekarang dengan isu perubahan iklim yg beredar, disertai dengan mulai menipisnya sumber-sumber energi dari sektor migas, mulai banyak yang bergerak di bidang ini. Di Indonesia sendiri sudah mulai banyak para peneliti maupun mahasiswa yang mengembangkan device pengubah gelombang menjadi listrik ini, baik dalam skala alat yang besar maupun yang sederhana.

17

Rayendra Apriansyah (03111004074)

Berikut akan dijelaskan cara kerja sederhana dari pembangkit listrik tenaga gelombang laut Gelombang Laut Gelombang laut merupakan salah satu bentuk energi yang bisa dimanfaatkan dengan mengetahui tinggi gelombang, panjang gelombang, dan periode waktunya. Ada 3 cara untuk menangkap energi gelombang, yaitu : : 1. Pelampung: listrik dibangkitkan dari gerakan vertikal dan rotasional pelambung 2. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column): listrik dibangkitkan dari naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan menggerakkan turbin. . 3. Wave Surge. Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang, membawanya ke dalam kolam penampung yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari kolam penampung ini yang digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar hydropower. Energi ini dapat dikonversi ke listrik lewat 2 kategori yaitu off-shore (lepas pantai) and onshore (pantai). Kategori lepas pantai (off-shore) dirancang pada kedalaman sekitar 40 meter dengan menggunakan mekanisme kumparan seperti Salter Duck yang diciptakan Stephen Salter (Scotish) yang memanfaatkan pergerakan gelombang untuk memompa energi. Sistem ini memanfaatkan gerakan relatif antara bagian/pembungkus luar (external hull) dan bandul didalamnya (internal pendulum) untuk diubah menjadi listrik. Peralatan yang digunakan yaitu pipa penyambung ke pengapung di permukaan yang mengikuti gerakan gelombang. Naik turunnya pengapung berpengaruh pada pipa penghubung selanjutnya menggerakan rotasi turbin bawah laut.Di Amerika Serikat, telah ada perusahan yang mengembangkan untaian

18

Rayendra Apriansyah (03111004074)

buoy pelampung plastik yang mendukung penghasil listrik ini. Setiap Buoy pelampung bisa menghasilkan 20 kW listrik dan saat ini telah dikembangkan untuk mengisi ulang energi (recharge) bagi robot selam angkatan laut AS dan digunakan bagi komunitas kecil. Cara lain untuk menangkap energi gelombang lepas pantai adalah dengan membangun tempat khusus seperti sistem tabung Matsuda, metodenya adalah memanfaatkan gerak gelombang yang masuk di dalam ruang bawah dalam pelampung dan sehingga timbul gerakan perpindahan udara ke bagian atas pelampung. Gerakan perpindahan udara ini menggerakkan turbin. Pusat Teknologi Kelautan Jepang telah mengembangkan prototype jenis ini yang disebut Mighty Whale berupa peralatan penangkap gelombang yang di tempatkan di dasar laut (anchored) dan dikontol dari pantai untuk kebutuhan listrik di pulau-pulau kecil.Kenyataan yang ada bahwa kecepatan ombak selalu berubah sepanjang waktu. Untuk itu dalam menentukan besarnya energi yang tersedia di lokasi ditentukan kecepatan ombak rata-rata dengan menggunakan rumus berikut : V1 = 1 / t ( | v1 (t) dt) Formulasi diatas bisa digunakan untuk menghitung kecepatan rata-rata bulanan atau tahunan tergantung pada periode yang ditetapkan. Dengan mengetahui kecepatan ombak yang ada, selanjutnya bisa ditentukan besarnya energi yang bisa dihasilkan di suatu lokasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Es = 0.693 Pw * T = 0.296 p * a * A * V3 * Dt kWH dimana : pa = rapat masa udara (Kg/m3 ) A = luas penampang sapuan (m2) V = kecepatan ombak (m/s) Dt = selisih waktu (jam) Pemakaian rumus diatas untuk data ombak yang tercatat dengan anemometer counter (Wind Run Three Cup) dengan selisih waktu pencatatan selama Dt dalam jam. Sedangkan untuk
19

Rayendra Apriansyah (03111004074)

menghitung energi ombak dari kecepatan ombak (dalam m/s), yang terukur di lokasi digunakan rumus berikut : E = k * 0.5 * p* a* A * V3 kW Dengan k adalah suatu konstanta yang bisa berharga 16/27 yakni efisiensi maksimum kecepatan ombak yang mampu dirubah menjadi energi. Sistem on-shore mengkonversi gelombang pantai untuk menghasilkan energi listrik lewat 3 sistem: channel systems, float systems dan oscillating water column systems. Prinsipnya energi mekanik yang tercipta dari sistem-sistem ini secara langsung mengaktifkan generator dengan mentransfer gelombang pada fluida, air atau udara penggerak kemudian mengaktifkan turbin generator. Pada channel systems gelombang disalurkan lewat suatu saluran kedalam bangunan penjebak seperti kolam buatan (lagoon).Ketika gelombang muncul, gravitasi akan memaksa air melalui turbin guna membangkitkan energi listrik. Pada float systems yang mengatur pompa hydrolic berbentuk untaian rakit-rakit dihubungkan dengan engsel-engsel (Cockerell) bergerak naik turun mengikuti gelombang. Gerakan relatif menggerakkan pompa hidrolik yang berada di antara dua rakit. Tabung tegak Kayser juga dapat digunakan dengan pelampung yang bergerak naik turun didalamnya karena adanya tekanan air. Gerakan antara pelampung dan tabung menimbulkan tekanan hidrolik yang diubah menjadi energi listrik.Oscillating water column systems menggunakan gelombang untuk menekan udara diantara kontainer. Ketika gelombang masuk ke dalam kolom kontainer berakibat kolom air terangkat dan jatuh lagi sehingga terjadi perubahan tekanan udara. Sirkulasi yang terjadi mengaktifkan turbin sebagai hasil perbedaan tekanan yang ada. Beberapa sistem ini berfungsi juga sebagai tempat pemecah gelombang breakwater seperti di pantai Limpit, Scotlandia dengan energi listrik yang dihasilkan sebesar 500 kW.

Ada empat teknologi energi gelombang yaitu sistem rakit Cockerell, tabung tegak Kayser, pelampung Salter, dan tabung Masuda.

20

Rayendra Apriansyah (03111004074)

1. Sistem rakit Cockerell berbentuk untaian rakit-rakit yang saling dihubungkan dengan engsel-engsel dan sistem ini bergerak naik turun mengikuti gelombang laut. Gerakan relatif rakit-rakit menggerakkan pompa hidrolik yang berada di antara dua rakit 2. Sistem Tabung Tegak Kayser menggunakan pelampung yang bergerak naik turun dalam tabung karena adanya tekanan air. Gerakan relatif antara pelampung dan tabung menimbulkan tekanan hidrolik yang dapat diubah menjadi energi listrik. 3. Sistem Pelampung Salter memanfaatkan gerakan relatif antara bagian /pembungkus luar (external hull) dan bandul didalamnya (internal pendulum) untuk diubah menjadi energi listrik. 4. Sistem Tabung Masuda metodenya adalah memanfaatkan gerak gelombang laut masuk ke dalam ruang bawah dalam pelampung dan menimbulkan gerakan perpindahan udara di bagian ruangan atas dalam pelampung. Gerakan perpindahan udara ini dapat menggerakkan turbin udara. Lokasi potensial untuk membangun sistem energi gelombang adalah di laut lepas, daerah lintang sedang dan di perairan pantai. Energi gelombang bisa dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Prinsip kerja pembangkitan : Ombak turbin generator listrik saluran distribusi konsumen Ombak mengalir melaju menggerakan turbin (gaya mekanik ),turbin menggerakan generator ,generator merubah energy mekanik turbin dan memutarkan rotor dalam generator

21

Rayendra Apriansyah (03111004074)

maka akan terjadi perpotongan garis magnet maka akan muncul fluksi magnetic dan fluksi menghasilkan ggl (gaya gerak listrik)lalu listrik yang dihasilkan di distribusikan melalui penghantar kabel dan disalurkan kepada konsumen . komponen utama pembangkit listrik tenaga ombak : 1)Piston Hidrolik Piston hidrolik adalah bagian yang berfungsi menjaga keseimbangan generator agar kedudukanya tidak terpengaruh oleh laju ombak yang bergerak .piston hidrolik bekerja berdasarkan hokum archimides Kalau suatu benda dicelupkan ke dalam suatu zat cair, maka benda itu akan mendapat tekanan ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang terdesak oleh benda tersebut. 2) turbin Turbin adalah bagian converter yang merubah energi mekanik ombak menjadi energy mekanik (gerak )yang mana menggerakan generator adapun turbin impuls 3) Generator Generator adalah mesin listrik yang prinsip kerjanya berdasarkan prinsip elektromagnetik yang merubah energy mekanik menjadi listrik ,adapun generator yang digunakan adalah generator 3 fasa dengan frekuensi 50-60Hz dengan kapasitas daya yang di hasilkan adalah 2.25MW. 3) Submarine towers Submarine towers adalah menara pemantau yang mana di dalamnya terdapat jaringan interkoneksi dari generator menuju gardu induk atau kendali .terdapat beberapa ruangan yaitu ruangan pemantau ombak dan ruangan pemeliharaan jaringan interkoneksi .selain dari itu ruangan ini pun memiliki fungsi sebagai mercusuar pengawas pelayaran kapal penyebrangan atau nelayan 4) Pipa kabel bawah tanah

22

Rayendra Apriansyah (03111004074)

Pipa kabel bawah tanah adalah suatu komponen yang berfungsi melindungi sambungan interkoneksi dari submarine towers menuju gardu induk atau kendali agar tidak terjadi gangguan mekanis dan lebih efesien dalam penyaluran energy ke gardu induk .

5) Gardu induk atau kendali Gardu induk adalah tempat kendali dimana energy yang didapatkan ditransformasikan ke grid conection atau saluran transmisi ,didalam gardu induk terdapat : a) kapasitor arus : kapasitor yang digunakan adalah kapasitor non polar yang memiliki kapasitansi tinggi yang berfungsi menyimpan arus agar stabil jugga sebagai penguat sebelum dihungkan ke saluran grid conection . b) auto transformator:suatu mesin listrik yang berfungsi mentransformasikan arus agar stabil dan tidak terjadi rugi-rugi dalam penyaluran energi ke grid conection c) trafo step up :mesin listrik yang berfungsi mentransformasikan tegangan yang mana pada mesin ini tegangan dinaikan .

d) trafo step down : mesin listrik yang berfungsi mentransformasikan tegangan yang mana pada mesin ini tegangan diturunkan.Trafo pemakaian sendiri mesin listrik yang berfungsi menyalurkan energy pada daerah area pembangkitan

6) Grid conection Grid conection :sutu proses pentransmisian energy dari gardu induk ke saluran distribusi yang mana selanjutnya akan disalurkan kepada konsumen Secara umum, sistem kerja pembangkit listrik tenaga gelombang laut sangat sederhana. Sebuah tabung beton dipasang pada ketinggian tertentu di pantai dan ujungnya dipasang di bawah permukaan air laut. Ketika ada ombak yang datang ke pantai, air dalam tabung beton tersebut mendorong udara di bagian tabung yang terletak di darat. Gerakan yang sebaliknya terjadi saat ombat
23

Rayendra Apriansyah (03111004074)

surut. Gerakan udara yang berbolak-balik inilah yang dimanfaatkan untuk memutar turbin yang dihubungkan dengan sebuah pembangkit listrik. Terdapat alat khusus yang dipasang pada turbin sehingga turbin berputar hanya pada satu arah walaupun arus udara. Ada 2 cara untuk mengkonversi energi gelombang laut menjadi listrik, yaitu dengan sistem off-shore (lepas pantai) atau on-shore (pantai): Sistem Off - Shore Dirancang pada kedalaman 40 meter dengan mekanisme kumparan yang memanfaatkan pergerakan gelombang untuk memompa energi. Listrik dihasilkan dari gerakan relatif antara pembungkus luar (external hull) dan bandul dalam (internal pendulum). Naik-turunnya pipa pengapung di permukaan yang mengikuti gerakan gelombang berpengaruh pada pipa penghubung yang selanjutnya menggerakkan rotasi turbin bawah laut. Cara lain untuk menangkap energi gelombang laut dengan sistem off-shore adalah dengan membangun sistem tabung dan memanfaatkan gerak gelombang yang masuk ke dalam ruang bawah pelampung sehingga timbul perpindahan udara ke bagian atas pelampung. Gerakan perpindahan udara inilah yang menggerakkan turbin. Sistem On Shore Sedangkan pada sistem on-shore, ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu channel system, float system, dan oscillating water column system. Secara umum, pada prinsipnya, energi mekanik yang tercipta dari sistem-sistem ini mengaktifkan generator secara langsung dengan mentransfer gelombang fluida (air atau udara penggerak) yang kemudian mengaktifkan turbin generator. a. Float System Alat ini akan membangkitkan listrik dari hasil gerakan vertikal dan rotasional pelampung dan dapat ditambatkan pada untaian rakit yang mengambang atau alat yang tertambat di dasar laut dan dihubungkan dengan engsel Cockerell. Gerakan pelampung ini menimbulkan tekanan hidrolik yang kemudian diubah menjadi listrik. Menurut penelitian, deretan rakit sepanjang 1000 km akan mampu membangkitkan energi listrik yang setara dengan 25000 MW.

24

Rayendra Apriansyah (03111004074)

b. Oscillating Water Column System Alat ini membangkitkan listrik dari naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan menggerakkan turbin. Sederhananya, OWC merupakan salah satu sistem dan peralatan yang dapat mengubah energi gelombang laut menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC ini akan menangkap energi gelombang yang mengenai lubang pintu OWC, sehingga terjadi fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC, kemudian tekanan udara ini akan menggerakkan balingbaling turbin yang dihubungkan dengan generator listrik sehingga menghasilkan listrik. c. Channel System (Wave Surge atau Focusing Devices) Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang dan menyalurkannya melalui saluran ke dalam bangunan penjebak seperti kolam buatan (lagoon) yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari kolam penampung ini yang digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar hydropower. Krisis energi membuat sejumlah ahli berpikir untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Pembangkit yang mengutamakan uranium untuk menghasilkan daya ini dipandang mampu untuk menjawab tantangan energi nasional. Namun, pascaledakan PLTN Fukushima Jepang akibat gempa dan tsunami yang melanda kawasan tersebut, penolakan akan pembangkit nuklir kembali bermunculan. Risikonya dinilai terlalu besar bagi Indonesia. Fakta tersebut yang menyurutkan minat sejumlah politisi untuk membatasi atau menunda pembangunan PLTN di Jawa dan Sumatera. Konsekuensinya, ketersediaan energi nasional kembali menjadi pertanyaan mendasar. Sebenarnya, peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan PT Perusahaan Listrik Negara, Zamrisyaf, telah menemukan sumber energi baru yang terbarukan berupa tenaga gelombang laut. Potensi ini diyakininya mampu mengatasi krisis listrik nasional. Hal terpenting, Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang-Sistem Bandul (PLTGL-SB) ini ramah lingkungan.

25

Rayendra Apriansyah (03111004074)

Jika 20 persen saja panjang Pantai Selatan [Jawa] dimanfaatkan untuk PLTGL, maka didapat daya sekitar 6.500 Mega Watt, ujar Zamrisyaf dalam wawancara tertulis, Kamis, 28 April 2011. Kalkulasi tersebut berdasarkan potensi energi di Pantai Selatan yang rata-rata mencapai 40 kilo watt per meter lebar gelombang. Dibanding dengan PLTN, daya yang dihasilkan tidak jauh berbeda. Seperti dimuat dalam pemberitaan VIVAnews.com sebelumnya, satu gram uranium menghasilkan 1.000 megawatt (MW) listrik setahun. Setara dengan penggunaan 3 juta ton batu bara dan dua juta kilo liter bahan bakar minyak (BBM). Namun, biaya operasi dan konstruksi PLTN lebih mahal dibanding pembangkit lainnya. Setiap 1.000 MW daya PLTN membutuhkan US$4-6 miliar yang mampu membangun pembangkit listrik tenaga bayu berdaya 3.000-4.000 MW. Hal ini diperparah dengan masalah risiko radiasi yang bisa mengancam keselamatan manusia dan lingkungan.Sejauh ini, temuan Zamrisyaf telah mendapatkan penyempurnaan lewat kerjasama dengan Institut Teknologi Surabaya (ITS). Menurutnya, kerjasama dengan ITS telah mengasilkan ukuran- ukuran yang akurat untuk sebuah rancangbangun PLTGL- SB. Terutama ukuran-ukuran dimensi ponton, berat bandul, dan panjang lengan bandul serta daya dan RPM yang dihasilkan. Pada tahap awal, potensi maksimal dari satu unit PLTGL sekitar 125 kw. Bahkan diupayakan bisa mencapai mencapai 300kw. Ini berdasarkan perhitungan, berat bandul 10 kg; panjang lengan bandul 2 meter; periode gelombang laut rata-rata 3 detik mencapai ketinggian 1,5 meter; maka daya yang dihasilkan satu set bandul sekitar 25,2kw. Apabila satu unit ponton terdiri dari 5 set bandul, maka daya yang dihasikan oleh satu unit ponton mencapai sekitar 125 kw, ujarnya. Terkendala Dana Jika tak ada halangan, PLTGL-SB temuan Zamrsiyaf akan diluncurkan 2013 mendatang. Produksi massal pembangkit ini bisa dilakukan mengingat teknologi dan bahan baku yang digunakan mudah ditemukan di dalam negeri. Sebenarnya tahun 2013 PLTGL- SB sudah bisa diluncurkan, tapi tergantung pendanaan untuk penelitian dan pengembangan. Tahun ini anggaran penelitian PLTGL-SB di PLN tidak tersedia dengan berbagai alasan, ujar pemilik hak paten nomor HAKI P00200200854 atas pembangkit tersebut. Ia mengaku, temuannya ini bisa diproduksi secara masal di sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut-Sistem Bandulan (PLTG-SB). Pembangkit ini pernah diuji coba tahun 2007 di Pantai Ulak Karang Padang. Alat yang dibangunnya mampu menghasilkan listrik sebesar 300 watt meskipun belum bisa dikatakan berhasil. Cara kerja alat ini cukup menarik. Ponton yang berfungsi
26

Rayendra Apriansyah (03111004074)

sebagai kapal mengangkut bandul yang terintegrasi dengan dinamo. Untuk menghasilkan putaran dinamo yang maksimal, bandul dibantu dengan alat transmisi double-freewheel dan dintegrasikan dengan bantuan rantai. Setiap gerakan air laut akan menggoyangkan bandul sehingga menggerakkan double-freewheel untuk memutar dinamo menghasilkan listrik. Nilai investasi alat ini ditaksir setara dengan pembangunan PLTA. Pada PLTGL-SB temuan pegawai PLN ini, turbin maupun bandul yang terpasang pada ponton sebagai wadah pengapung pembangkit tersebut tidak terkena air laut. Sehingga dari segi ketahanan alat ini akan lebih terjamin. Bagaimana dengan PLTN? Seperti ditulis dalam laman ini sebelumnya, Dewan Energi Nasional (DEN) mensyaratkan tiga hal penting yang harus dipenuhi pemerintah jika tetap menjalankan rencana pembangunan PLTN. Tiga syarat itu yaitu aspek keselamatan dan lingkungan, partisipasi publik, dan aspek subsidi oleh publik yang harus dipenuhi agar PLTN bisa lebih pro masyarakat. Rencana Desain 2.1 Dasar Teori Dasar teori dari pembangkit listrik yang akan kami buat adalah linear generator. Linear generator adalah sistem generator yang menggunakan pergerakan linear untuk mengubah medan magnet sehingga menghasilkan listrik. Linear generator dapat dihasilkan dengan mudah dan ekonomis walau efisiensinya lebih kecil dari sistem turbin. Pada linear generator yang akan kami buat, magnet yang akan bergerak secara linear terhadap kumparan untuk menghasilkan listrik. Berdasarkan hukum induksi Faraday, listrik akan dihasilkan apabila terjadi perubahan medan magnet. Besarnya listrik yang dihasilkan dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

V= N x A x B N menunjukkan banyaknya gulungan pada kumparan, A menunjukkan luas penampang kumparan (m2), sedangkan B menunjukkan besarnya perubahan medan magnet (T/s).

27

Rayendra Apriansyah (03111004074)

Dari rumusan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa besarnya listrik yang dihasilkan akan bertambah seiring bertambahnya nilai N, A, dan B. Nilai N dan A dapat dengan mudah ditentukan sedangkani nilai B tergantung dengan seberapa besar medan magnet berubah. Pada pembangkit listrik tenaga gelombang yang menggunakan linear generator, tinggi gelombang dan periodenya merupakan hal yang dominan menentukan besarnya listrik yang dihasilkan. Pada satu gelombang air akan terjadi 4 kali puncak listrik yang dihasilkan. Semakin kecil periode gelombang, maka linear generator akan semakin efisien.

28

Rayendra Apriansyah (03111004074)

BAB III. Metodology Penulisan


3.1. Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Sesuai dengan pengertian tersebut kami menganalisis data dengan menggunakan pendekatan induktif. Selain itu kami juga memberikan data data yang sesuai dengan landasan teori yang kami gunakan. Sehingga penelitian kami dapat menjadi penelitian yang benar dan tepat.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2014 sampai selesai di kantor kereta api Palembang, dan stasiun kertapati Palembang untuk menganalisa cara kerja sistem telekomunikasi pada kereta api.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti dengan menggunakan teknik in-depth interview. Peneliti akan melakukan wawancara tatap muka secara mendalam kepada Seorang kepala stasiun tentang kereta api di statiun tersebut, 2 orang masinis untuk mengetahui cara kerja telekomunikasi atau cara kereta berkomunikasi pada stasiun atau post jaga saat kereta tersebut datang, penulis juga akan interview secara langsung kepada seorang ketua PJKA di kantor cabang Palembang, dan penulis juga akan melakukan interview langsung kepada 6 orang penumpang kereta api tentang aspek secara teknis tentang kereta api, contohnya: 1).Tentang kenyamanan mesin apakah sering mati 2).Apakah kereta selalu mengasi kode pada saat hampir sampai ke stasiun?

3.5. Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretsi in-depth interview yang dilakukan untuk
29

Rayendra Apriansyah (03111004074)

menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian. Peneliti akan melakukan dialog bebas dengan informan, yang nantinya jawaban informan tersebut akan diinterpretasikan oleh peneliti sesuai dengan landasan teori yang telah ditetapkan. Setelah itu akan ditarik kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA
No Name. 2012 (online). Research Proposal. http://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki /GSM&prev=/search%3Fq%3DGSM%26biw%3D1366%26bih%3D631. Diakses pada tanggal 10 Desember 2013 No Name. 2012 (online). GSM-R. http://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki /GSM-R&prev=/search%3Fq%3Dpengertian%2BGSMR%26biw%3D1366%26bih%3D631. Diakses pada tanggal 09 Desember 2013 No Name. 2011 (online). Jenis-Jenis Metode Penelitian. http://expresisastra.blogspot.com/2013/10/jenis-dan-teknik-atau-metode.html. Diakses pada tangggal 11 Desember 2013 No Name. 2010 (online). Proposal Penelitian. http://belajarpsikologi.com/contoh-proposal-penelitian-terbaru/. Diakses pada tanggal 08 Desember 2013 No Name. 2009 (online). Penutup Proposal. http://www.e-bookspdf.org/download/bagian-penutup-proposal.html. Diakses pada tanggal 10 Desember 2013

30

Rayendra Apriansyah (03111004074)

Kritik dan Saran

Bila terjadi bencana alam seperti Tsunami, Pembangkit Listrik

Tenaga

Gelombang Laut ini seharusnya bisa di jadikan sebagai alarm atau dapat memberikan peringatan bila terjadi Tsunami. Caranya PLTGL ini bisa dilengkapi dengan sensor pendeteksi Tsunami yang mana pada saat kecepatan air atau ketinggian air laut yang melebihi standard atau kecepatan normal maka otomatis alarm yang terdapat di pesisir laut akan berbunyi dan penduduk sekitar pantai dapat mengungsi ke tempat yang tinggi dan aman dari jangkauan tersebut. Untuk membuat PLTGL tahan terhadap bencana alam seperti ini, material pembuatanya harus kuat / kokoh terhadap hempasan Tsunami. Baik itu bandulan yang rancang bangunanya berbentuk ponton yang di tempatkan mengapung di atas permukaan air laut, atau pipa silindris yang berlubang.

31

Anda mungkin juga menyukai