Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Oleh : Haifa Fawwaz Atmaya 15310082

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

FLUOROSIS YANG MENGANCAM NYAWA

Pada tanggal 9 Juli 1998, Manchester guardian melaporkan berita tentang air yang terkontaminasi Fluorida di India Tengah. Air itu berasal dari pengeboran sumur yang dilakukan tahun 1980-an namun tidak diuji terlebih dahulu. Air tersebut mengakibatkan puluhan juta orang menderita artritis parah dan fluorosis gigi sehingga digolongkan sebagai musibah nasional.

Sumber Fluorida terdapat dalam air permukaan maupun air tanah, namun konsentrasi fluor pada air permukaan biasanya lebih rendah yaitu 0.01 0.03 ppm. Dalam air tanah, konsentrasi fluor alami tergantung pada karakteristik geologi, kimia dan fisik dari akuifer, porositas, dan keasamaan dari tanah dari bebatuan, suhu kegiatan unsur kimia lain, dan kedalaman sumur. Sehingga konsentarsi fluor sangat bervariasi, berkisar antara 1 ppm 35 ppm. Selain itu fluor juga dapat mengkontaminasi kesehatan dari asap dan limbah industri, hal ini dapat menyebabkan penyebaran emisi dengan tipe area.

Lingkungan Fluor dapat menyebar lewat sumur yang digali di tanah yang banyak mengandung fluor, air kran, makanan yang dimasak dengan air kran atau air yang diberi fluor, pasta gigi, pop soda, dan pencuci mulut. Dapat disimpulkan bahwa fluor menyebar lewat media air dan udara dari limbah industri.

Agent Fluor adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang F dan nomor atom 9. Namanya berasal dari bahasa Latin fluere, berarti yang "mengalir". paling Dia merupakan secara kimia

gas halogen univalen beracun

berwarna

kuning-hijau

reaktif

dan elektronegatif dari seluruh unsur. Dalam bentuk murninya, dia sangat berbahaya, dapat menyebabkan pembakaran kimia parah begitu berhubungan dengan kulit. Fluorida adalah senyawa yang terbentuk secara alami, yang dapat membantu mencegah kerusakan gigi,. Ion fluorida berasal dari senyawa fluorin. Fluorin adalah unsur yang paling berlimpah pada kerak bumi dan merupakan gas yang tidak pernah terdapat di alam tetapi hanya dalam kombinasi dengan unsurunsur lain sebagai senyawa fluorida.

Uji Toksisitas Menurut pedoman WHO yang dikeluarkan tahun 1984, untuk wilayah yang beriklim hangat konsentrasi fluor optimal dalam air minum sebaiknya masih dibawah 1 mg/liter atau 1 ppm (parts per million). Sementara di wilayah yang iklimnya lebih dingin, konsentrasinya 1, 2 ppm. Mengapa perbedaan iklim mempengaruhi jumlah fluor yang sebaiknya dikonsumsi? Karena dalam cuaca panas, tubuh kita mengeluarkan lebih banyak keringat sehingga perlu minum lebih banyak, karena itu konsentrasi dalam air minum yang dikonsumsi seharusnya ditentukan lebih rendah. Berdasarkan pedoman WHO juga diketahui bahwa batas atas kandungan fluor dalam air minum yang diperbolehkan adalah 1,5 ppm, namun tidak bersifat universal. Di India, yang banyak dijumpai kasus fluorosis, pada tahun 1998 telah menetapkan batas atas yang diperbolehkan hanya 1 ppm.

Paparan Pada tahun 1999, HUMO membuat tulisan tentang bahaya fluorida (Nurno Nr,17/33059, April 20, 1999). Pada saat itu reaksinya cukup banyak, khususnya dari para dokter gigi yang meski tidak diragukan berniat baik, tetapi membeo argument para pendukung pemakai fluorida. Namun selama ini setidaknya dua belas pemenang Nobel di bidang kedokteran dan kimia telah memberi peringatan sehubungan risiko kesehatan yang ditimbulkannya. Memberikan fluorida kepada anak-anak bukan saja tidak

bermanfaat tetapi berbahaya. Fluorida sangat reaktif dan mampu menembus hingga ke dalam tulang dan set tempat substansi terakumulasi. Memang permukaan gigi menjadi lebih keras, namun gigi itu sendiri menjadi lebih rapuh. Sejauh ini fluor mengancam organisme yaitu manusia dan hewan secara oral dan inhalasi, yaitu fluor yang terkandung dalam air untuk minum dan pasta gigi untuk manusia yang langsung bisa menembus tulang dan merusak gigi, dan udara fluor yang dihirup oleh hewan menyebabkan banyak sekali penyakit yang menumpuk akibat biomagnifikasi fluor itu sendiri. Sebelumnya untuk fluor yang ada di sumur maupun yang berasal dari kran air mengalami biokonsentrasi dan bioakumulasi secara alami, tetapi untuk fluor yang terkandung dari pasta gigi merupakan fluor yang dibentuk secara kimiawi dan terbiomagnifikasi langsung oleh pemakai setelah melakukan pemakaian yang lama.

Efek Insidensi Fluorisis gigi di 10 desa India Tengah yang diteliti secara rinci, berkisar antara 22.6%-81.4% pada anak-anak dan 13.8%-70.7% pada orang dewasa, untuk lokasi yang sama, apabila kadar fluor ratarata dalam air diurut dari yang terkecil hingga yang terbesar adalah 1.4 hingga 9.7 ppm, semuanya diatas standar yang berlaku, sebesar 1 ppm. Selain Fluorosis gigi, ditemukan juga deformitas kerangka. Penelitian di Indonesia menunjukkan adanya Fluorosis gigi yang ditemukan sekitar gunung api. Di Segalaherang, Ciater, sekitar Gunung Tangkubanparahu didapat insiden Fluorosis anak sebesar 41.7% dan sekitar Gunung Ijen di Asembagus sebesar 100% (Suwondo, 1979). Ternyata hubungan statistik kadar F didalam air teh di Segalaherang yang mengandung F sebesar 22.47-2.89 ppm. Dalam penelitian yang sama, ditemukan pula bahwa fluorosis gigi anak mulai tampak pada intake F> 1 mg tiap hari (Indah, 1989). Keracunan Fluor akibat emisi F ke udara dari berbagai industri seringkali menyebabkan Fluorosis pada ternak. Apabila terjadi patah tulang pada ternak sapi misalnya, maka sapi tersebut terpaksa harus disembelih, karena tidak sanggup lagi berdiri. Keracunan Fluor demikian telah merugikan banyak peternak (Shupe, 1970). Fluorosis yang mengancam kesehatan ini memiliki efek akut dan kronis. Efek akut yang ada terjadi pada konsumsi air minum dari air sumur yang belum diuji di India Tengah, memiliki kadar fluor tinggi yaitu sekitar 38 ppm dan mengakibatkan kematian massal puluhan juta orang- karena menderita artritis parah. Kemudian terdapat efek kronis, yaitu retak panggul, kanker, infeltirasi, kerusakan otak, dan Alzheimer. Dari berbagai uji toksisitas yang telah dilakukan, banyak sekali fakta bahwa fluorida sangat

membahayakan pengguna. Penyakit retak panggul terjadi karena meminum air yang mengandung fluor yang mampu meningkatkan risiko retak panggul hingga dua kali lipat bagi pria dan wnaita lanjut usia hanya dengan 0.1 ppm kandungan fluor konsumsi tiap saat. Studi yang dilakukan National Cancer Institute Toxicological Program menemukan bahwa fluorida bisa digolongkan sebagai karsinogen, Kepala Kimiawan di National Cancer Institute AS, melaporkan setidaknya 40.000 kematian akibat kanker karena fluorida pada tahun 1988. Ilmuwan FDA (Food and Drug Administration) melaporkan adanya korelasi kuat antara penurunan tingkat fertiitas wanita dalam rentang usis 10-49 tahun dengan peningkatan level fluorida. Terakhir penelitian Varnier J A yang dilaporkan dalam Wall Street Journal menyebutkan bahwa fluorida menyebabkan kerusakan otak dan malfungsi koordinasi tubuh setelah termagnifikasi.

DAFTAR PUSTAKA Soemirat, Juli, dkk. 2005. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada Press. http://archive.kaskus.us/thread/4750338 http://bentengkehidupan.wordpress.com/tag/gigi-dan-mulut/ http://faraday1.wordpress.com/2009/12/09/bahaya-fluorida/ http://h3rdh33.multiply.com/journal/item/110 http://id.wikipedia.org/wiki/Fluor http://qibash.wordpress.com/2011/03/30/pasta-gigi-mengandung-fluoride-dan-bahayanya/ http://unikspesial.blogspot.com/2011/05/fakta-mengerikan-seputar-flouride.html

Anda mungkin juga menyukai