Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN TUTORIAL

TFC (Therapeutic Feeding Centre) PASIEN GIZI BURUK DI PUSKESMAS KECAMATAN KELAPA GADING
Oleh : Mutiara Rachel, S.Ked Rizki Ovianti, S.Ked Bunga Kartika Yunus, S.Ked Raditya Rezha Yanoura, S.Ked Tika Nurfadilah, S.Ked Andi Rizky Fatir, S.Ked Novandra, S.Ked Pembimbing: dr. Lidia Christina 2010730074 2010730093 2007730134 2010730086 2010730106 2010730122 2010730150

KEPANITERAAN KLINIK STASE IKAKOM I PUSKESMAS KECAMATAN KELAPA GADING

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNya sehingga Laporan Tutorial yang berjudul TFC Pasien Gizi Buruk di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading dapat diselesaikan. Laporan Tutorial ini disusun untuk meningkatkan pengetahuan dan memenuhi tugas pada kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas I (IKAKOM I) di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara. Terima kasih penyusun ucapkan kepada : 1. dr. Lidia Cristina sebagai pembimbing, yang telah membimbing kami selama menyusun laporan ini. 2. Ibu Helmi Kepala Gizi Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading, yang telah membimbing kami dalam menyusun laporan ini 3. Ibu Eni, Poli Gizi Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading 4. Pasein TFC yang telah koperatif selama pengambilan data dalam tutorial ini. Dalam pelaksanaannya, penyusunan Laporan Tutorial ini tidak semua dapat di kerjakan dengan sebaik-baiknya. Hal ini mungkin dapat menjadi pembelajaran buat penulis ke depannya. Semoga informasi yang dimuat dalam Laporan Tutorial ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian kepada masyarakat. Kami menyadari Laporan Tutorial ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami memerlukan saran maupun kritik yang membangun guna penyempurnaannya.

Jakarta, 5 April 2014 Penulis,

Dokter Muda
i

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR............................................................................................... i DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II RIWAYAT PASIEN THERAPEUTIC FEEDING CENTER/ TFC 3 A. Identitas Pasien ................................................................................. 3 B. Riwayat Penyakit dan Pemeriksaan Fisik ........................................ 3 C. Pengkajian Keperawatan .................................................................. 4 D. Gizi/ Nutrisi ...................................................................................... 7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 17 A. Gizi Buruk ...................................................................................... 17 B. Pneumonia ....................................................................................... 28 C. Tuberkulosis Paru .......................................................................... 29 D. Hernia Inguinalis ............................................................................ 29

BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 32

LAMPIRAN

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Gizi buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein (KEP) dalam makanan sehari-hari. (Admin, 2008). Di Indonesia masalah gizi khususnya pada balita, menjadi masalah besar karena berkaitan erat dengan indikator kesehatan umum seperti tingginya angka kesakitan serta angka kematian bayi dan balita lebih jauh lagi, kerawanan gizi dapat mengancam kualitas sumber daya manusia di masa mendatang (Ypha, 2007). Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang sangat

pesat, Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Sebagian besar anak di dunia 80% yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zat gizi, terlebih zat gizi mikro (Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ). Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh.

Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi buruk (Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : RinekaCipta). Dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ. Penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademi di sekolah (Yetty, 2005). Menurut data Dinas Kesehatan RI pada tahun 2007 di Indonesia terdapat 8% balita mengalami gizi buruk, di Jawa Timur 2.6% balita mengalami gizi buruk,di kabupaten Kediri 0,8 % balita mengalami gizi buruk, menurut data dari Puskesmas dari 2767 balita di wilayahnya terdapat 19 balita mengalami gizi buruk atau sekitar 0,7%. 1

B.

Tujuan Tutorial 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan mempelajari perkembangan status gizi pasien gizi kurang. 2. Tujuan Khusus a. b. c. d. e. f. Mengetahui penyebab gizi buruk Mengetahui pengaruh tingkat ekonomi terhadap kemampuan daya beli yang mempengaruhi asupan makanan. Mengetahui pengaruh tingkat kesehatan keluarga dengan besarnya angka kejadian gizi buruk. Mengetahui faktor resiko terjadinya gizi buruk. Mengikuti perkembangan status gizi pasien gizi buruk dengan adanya intervrensi gizi. Mempelajari tanda-tanda vital dan keluhan penyakit penyerta pada pasien gizi buruk.

BAB II RIWAYAT PASIEN THERAPEUTIC FEEDING CENTER/ TFC


A. FOLLOW UP PASIEN 1. Identitas Pasien a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. Nama pasien Jenis Kelamin Usia Nama Ayah/ Ibu Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu Alamat Agama Suku Bangsa Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu : An. L K : Perempuan : 31 bulan : Tn. B I/ Ny.A : Pedagang : Ibu rumah tangga : Kodamar : Islam : Jawa : SD : SLTA

2. Riwayat Penyakit Dan Pemeriksaan Fisik Anamnesis Dilakukan Alloanamnesis kepada ibu pasien pada tanggal 4 April 2014, a. Keluhan Utama :

Susah makan, berat badan tidak naik dalam 4 bulan terakhir. b. Perjalanan Penyakit :

Sebelum masuk puskesmas os dibawa ke posyiandu dikarenakan demam, batuk, pilek, dan tidak masuk makan. Ketika ditimbang berat os adalah 8 kg, kemudian dirujuk ke puskesmas di Kec. Kelapa Gading. Saat di puskesmas ibu dari os, mengeluh anaknya batuk selama 2 hari, disertai sesak, serta tidak terdapat peningkatan berat badan sejak 4 bulan, lalu dari pihak medis diberi obat namun tidak membaik. Ibu OS melakukan kunjungan ulangan seminggu setelah kunjungan pertama, ibu OS juga mengeluhkan OS tampak sakit ketika melakukan BAK pada usia 24 bulan, pada selang satu bulan teraba benjolan pada pangkal paha kiri. BAB OS keras, pada saat mengedan, benjolan tersebut tampak lebih jelas. Selanjutnya puskesmas melakukan tindakan nebulizer dan memberi 3

obat kembali, dan dilakukan rawat inap di TFC Pusesmas Kecamatan Kelapa Gading. Pasien adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Diketahui kakak pertama dari OS memiliki berat badan yang rendah dan diketahui ada flek pada paru dan pernah dilakukan tes mantoux ketika usia 6 bulan, hasil tes mantoux tidak diketahui oleh ibu OS, kemudian dilakukan pengobatan selama 6 bulan. Ayah OS pernah mendapatkan pengobatan selama 6 bulan, dan seorang perokok aktif. Dalam sehari ayah OS sehari menghabiskan satu bungkus rokok. OS lahir pada usia kehamilan 32 minggu, dengan berat badal lahir sebesar 2200 gram. OS minum ASI hingga sekarang. Sebelum pindah ke Jakarta OSdiketahui memiliki berat badan sebesar 7 kg, dan ketika di Jakarta diketahu ada kenaikan berat badan menjadi 8 kg. Perekonomian keluarga OS termasuk dalam kategori penghasilan rendah, ayah OS adalah pedagang dan ibu OS adalah seorang ibu rumah tangga. OS diketahui baru tinggal di Jakarta selama 10 bulan, menghuni rumah kontrakan dengan keadaan yang tidak memenuhi beberapa kriteria rumah sehat. c. d. Penyakit lain/ alergi Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terdapat alergi :

Bapak ada riwayat batuk dengan pengobatan selama 6 bulan dan dikatan sembuh. Anak pertama pernah tes mantuk dan dilakukan pengobatan selama 6 bulan. Anak pertama pernah mengalami berat badan rendah dan mempunyai flax pada paru.

e.

Riwayat Imunisasi

Sesuai PPI (Program Pelaksanaan Imunisasi), dan tepat waktu. No 1 2 Umur Bayi < 7 hari 1 bulan Umur Bayi Hepatitis B (HB) 0 BCG Polio 1 3 2 bulan DPT-HB-Hib1 Polio 2 4 3 bulan DPT-HB-Hib 2 Polio 3 5 4 bulan DPT-HB-Hin 3 Polio 4 6 9 bulan Campak

f. Riwayat Kebutuhan Sehari-hari a. Nutrisi (Makan/ Minum) Makanan yang disukai Makanan yang tidak disukai Kebiasaan saat makan Keluhan ketika sakit b. Eliminasi (BAB/ BAK) BAK : : Nugget, bubur ayam, sayur sop : Makanan lunak : Saat makan, diajak jalan-jalan : Nafsu makan kurang : : Terlihat terasa nyeri dan terdapat benjolan didaerah suprapubis BAB : BAB keras, dan terlihat tonjolan pada saat mengedan pada suprapubis c. Pola Istirahat/Tidur d. Pola Aktifitas/ Bermain e. Ling. rumah (safety issues) Ukuran Rumah 9x2 m2 Pertukaran udara/ Ventilasi kurang Sinar matahari kurang g. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran Lahir pada 8 bulan (premature) 5 : : Tidak ada permasalahan : Tidak ada permasalahan : Pengontrak

Berat Badan Lahir 2.200 gram (BBLR)

Pemeriksaan Umum 4 April 2014 a. Keadaan umum pasien b. Nadi c. Pernapasan d. BB e. TB f. Suhu : Compos mentis, sakit ringan : 134 x/ menit : 58 x/ menit : 8,0 Kg : 80 cm : 36,2 oC

Pemeriksaan Fisik a. Kepala :

Ubun-ubun tertutup, tidak tampak adanya trauma, rambut kering, tipis, dan kemerahan b. Mata 1) Conjungtiva anemis 2) Sklera ikterus 3) Mata Cekung c. Telinga d. Hidung Septum nasal Mukosa nasal Palpasi sinus : : Ananemis dextra-sinistra : Anikterik dextra-sinistra : Kedua mata cekung : Inspeksi tampak sedikit serumen : : tidak deviasi, tidak perforasi : tidak adanya pembengkakan dan kemerahan. : frontalis dan maxilaris tidak ada nyeri tekan. :

e. Tenggorokan

tidak terlihat adanya kemerahan dan vaskularisasi pada uvula. f. Gigi-mulut Bibir Mukosa oral Gigi Lidah g. Leher : : pucat, tidak sianosis, mukosa lembab. : stomatitis : incisifus (8), caninus (4), premolar (4) : tidak hiperemis, papilla lidah normal. :

Terdapat pembesaran KGB pada daerah preauricular, benjolan teraba lunak sebesar kacang hijau, mobile, permukaan halus. 6

h. Paru-paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi paru i. Jantung Inpeksi Auskultasi Perkusi j. Abdomen

: : tidak terlihat retraksi dada, kedua dada simetris : vocal premitus kedua lapang paru sama. : sonor kedua lapang paru : terdengar ronkhi dan wheezing kedua lapang

: : Iktuskordis tidak tampak : Tidak ada bising tambahan (murmur, gallop) : OS kurang koperatif :

Timpani seluruh kuadran perut, Peristaltik usus 14 kali/ menit, bising usus normal k. Extremenitas l. Genitalia : Atrofi otot :

Terdapat benjolan pada suprapubis senistra, sebesar kacang tanah, mobile, lunak, licin, terdengar bising usus pada benjolan. h. Diagnosa Banding Gizi Buruk dengan Bronkopnemonia Gizi Buruk dengan TB Paru i. Pengobatan Bisolvon 5 ml/ 3 kali/ hari Cotrimoxazole 3sdt (240mg/5ml) Vit B Complex Vit C Preparat Fe Puyer (Paracetamol, GG, CTM) j. Diet Makanan lunak k. Pemeriksaan Penunjang a. Gula darah b. Hemoglobin c. Ro Thorax : 105 mmol/L : 10,6 g/I : Kesan Bronkopnemonia

KARTU MONITORING BERAT BADAN


8.7 8.6 8.5 8.4 8.3 8.2 8.1 8 7.9 7.8 7.7

Series 1

PENGUKURAN SUHU
PAGI SIANG MALAM

36.6 36.6 36.7

36.7 36.6 36.6

36.7 36.6 36.7

36.7 36.6 36.6

36.6 36.6 36.6

36.6 36.5 36.5

36.6 36.6 36.5

3. GIZI/ NUTRISI 1. Catatan Pola Makan ( Recall pola makan harian pasien) CATATAN POLA MAKAN Tidak Setiap Seminggu No Bahan Makanan Pernah Hari Sekali 1 Nasi v 2 Jagung v 3 Mie 8 Sebulan Sekali

Jarang

36.5 36.5 36.5

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Roti Biskuit/Roti Kentang Singkong/ubi Tempe/tahu Oncom Kacang Kering Ayam Daging Sapi Daging Awet Bakso Ikan Basah Ikan Asin Udang Segar Telur Ayam Sayuran Hijau Sayur Kacangan Sayur Tomat Sayur Lain Pisang Pepya Jeruk Buah Segar Lain Buah Awet Susu Segar Susu Kental Tepung Susu Tepung Susu Es Krim Keju Minyak Goreng Kelapa/Santan Margarine The Manis/Gula Kua Basah Sirop Minuman Botol

v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v

2. Pemberian Cairan/ Makanan pasien selama di TFC No Tanggal PEMBERAN CAIRAN/ MAKANAN Jam Makanan 9 Jumlah

29/03/2014

30/03/2014

31/03/2014

01/04/2014

02/04/2014

6:30 7:30 9:30 7:12 12:00 13:00 15:30 16:00 17:30 19:30 21:30 23:30 1:30 3:30 5:30 6:30 7:30 11:00 11:45 14:00 17:00 17:30 20:00 23:00 2:00 5:00 7:00 8:00 8:30 10:00 11:00 12:00 17:00 18:00 23:00 13:00 14:30 16:00 24:00. 4:00 6:00 6:30

Bubur Nasi Susu F75 Susu F75 Susu F75 Nasi Tim Susu F75 Susu F75 Nasi Lunak Susu F75 Susu F75 Susu F75 Susu F75 Susu F75 Susu F75 Susu F75 Bubur ayam Susu F75 Susu F75 Nasi Lunak Susu F75 Susu F75 Nasi Lunak Susu F75 Susu F75 Susu F75 Susu F75 Nasi Lunak Susu F75 Susu F75 Jus Strawberry Susu F75 Nasi lunak Nasi lunak Susu F75 Susu F75 Susu F75 Susu F75 Susu F75 Susu F75 Susu F75 Susu F100 Bubur Ayam 10

0,5 porsi 55 ml 65 ml 35 ml 0,5 porsi 65 ml 65 ml 0,5 porsi 65 ml 40 ml 55 ml Tidak mau minum 40 ml 40 ml 35 ml 1 porsi 35 ml 80 ml 0,5 porsi 90 ml 80 ml 5 sdm 40 ml Tidak mau minum Tidak mau minum 80 ml 1 porsi 80 ml 110 ml 100 ml 70 ml 0,5 porsi 0,5 porsi 60 ml 80 ml 120 ml 120 ml 90 ml Tidak mau minum Tidak mau minum 100 ml 3/4 porsi

03/04/2014

04/04/2014

9:00 10:00 13:00 13:00 13:30 17:30 18:00 20:30 6:15 6:35 8:30 13:00 13:00 13:20 19:00 20:00 6:00 6:30

Jus Alpukat Susu F100 Nasi lunak Tahu Susu F100 Nasi Lunak Susu F100 Susu F100 Susu F100 Nasi Lunak Susu F100 Nasi Lunak Sup Jagung Manis Susu F100 Susu F100 Susu F100 Susu F100 Bubur Ayam

50 ml 70 ml 3 sdm 0,5 potong 70 ml 70 ml 0,5 porsi 80 ml 70 ml 0,5 porsi 100 ml 3 sdm Kuah saja 100 ml 90 ml 30 ml 100 ml 1 porsi

3. Ringkasan Pemberian Susu Formula Tanggal Maret 2014 F 75 29 30 31 55 40 80 65 40 80 35 35 110 65 35 100 65 80 70 65 90 60 40 80 0 55 40 0 445 440 500 1 80 120 120 90 0 0 0 0 410 April 2014 F100 2 3 100 70 50 100 70 100 70 90 70 0 80 0 0 0 0 0 440 360 4 30 100 0 0 0 0 0 0 130

Pemberian dalam ml

Total Harian

4. Hasil Pemeriksaan dan Tindakan pada Anak Gizi Buruk a. Tanda Bahaya dan Tanda Penting Tanggal 28 Maret 2014 TANDA BAHAYA & TANDA PENTING Rejatan (ada) Letargis (tidak sadar) KONDISI I Tidak ada Tidak ada 11 II Tidak ada Tidak ada III Tidak ada Tidak ada IV Tidak ada Tidak ada V Tidak ada Tidak ada

Muntah/Diare/ Dehidrasi

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

b. Perawatan Lanjutan pada Fase Stabilisasi 1) Tanggal 29 Maret 2014 Anamnesis Lanjutan Demam (-) Batuk (-) Pilek (-) Nafsu makan membaik Rambut tipis dan kering Pemeriksaan Fisik 8 kg 80 cm 36,4 C 104 kali/menit 38 kali/menit Simetris, Mengi (+), Dada Ronki kasar (+) Perut Bising usus normal Otot Atrofi Jaringan Lunak Pemeriksaan Mata TAK Pemeriksaan Kulit TAK Pemeriksaan THT TAK BB TB Suhu Nadi RR Tindakan Vitamin A Asam Folat Multivitamin tanpa Fe Pengobatan Penyakit Penyulit Stimulasi 2) Tanggal 30 Maret 2014 Anamnesis Lanjutan Demam (-) Batuk (-) Pilek (-) Nafsu makan membaik Rambut tipis dan kering Pemeriksaan Fisik BB 8 kg TB 80 cm Suhu 36,0 C Nadi 90 kali/menit RR 28 kali/menit Simetris, Mengi (+), Dada Ronki kasar (+) Perut Bising usus normal Otot Atrofi Jaringan Lunak Pemeriksaan Mata TAK Pemeriksaan Kulit TAK Pemeriksaan THT TAK 12 Tidak diberi Tidak diberi Biolisin (5 ml/ 1 kali) Tidak diberi Tidak diberi

Tindakan Vitamin A Asam Folat Multivitamin tanpa Fe Pengobatan Penyakit Penyulit Stimulasi 3) Tanggal 31 Maret 2014 Anamnesis Lanjutan Demam (-) Batuk (-) Pilek (-) Nafsu makan membaik Rambut tipis dan kering Pemeriksaan Fisik BB 8 kg TB 80 cm Suhu 36,3 C Nadi 80 kali/menit RR 20 kali/menit Simetris, Mengi (+), Dada Ronki kasar (+) Perut Bising usus normal Otot Atrofi Jaringan Lunak Pemeriksaan Mata TAK Pemeriksaan Kulit TAK Pemeriksaan THT TAK Tidak diberi Tidak diberi Biolisin (5 ml/ 1 kali) Tidak diberi Tidak diberi

Tindakan Vitamin A Asam Folat Multivitamin tanpa Fe Pengobatan Penyakit Penyulit Stimulasi c. Perawatan Lanjutan pada Fase Transisi 1) Tanggal 4 April 2014 BB TB Nadi RR Suhu TB/U BB/U Pemeriksaan 8.3 kg 80 cm 88 kali/menit 36 kali/menit 36.2 C < -3 SD < -3 SD 13 Tidak diberi Tidak diberi Biolisin (5 ml/ 1 kali) Tidak diberi Tidak diberi

Sangat Pendek Sangat Kurus

BB/TB Minus 3 SD - < -2 SD

Kurus (Gizi Kurang)

Makanan Tumbuh Kejar Multivitamin tanpa Fe Stimulasi Pengobatan penyakit penyulit

Tindakan : Tidak diberi : Biolisin : Tidak diberi : Tidak diberi

Makanan Tumbuh Kejar 6:00 Makanan Bubur 1 porsi

9:00 Bubur 1/2 porsi

Monitoring Pemberian F100 Waktu Pemberian F100 2) Tanggal 8 April 2014 Pemeriksaan BB 8.2 kg TB 80 cm Nadi 101 kali/menit RR 47 kali/menit Suhu 37, 4 C TB/U < -3 SD BB/U < -3 SD Minus 3 SD - < -2 BB/TB SD 6:00 120 Interval Monitoring 9:00 15:30 18:00 80 110 150

Sangat Pendek Sangat Kurus Kurus (Gizi Kurang)

Tindakan Makanan Tumbuh Kejar : Tidak diberi Multivitamin tanpa Fe : Biolisin Stimulasi : Tidak diberi Pengobatan penyakit penyulit : Cotrimoxazole 3sdt (240mg/5ml) Vit B Complex Vit C Fe Puyer (Paracetamol, GG, CTM) 14

Makanan Tumbuh Kejar 7:30 Makanan Nasi Lunak 1/2 porsi Telur Dadar 1/2 porsi Monitoring Pemberian F100 Waktu Pemberian F100 d. Planing 1) 2) 3) Melanjutkan pemberian Susu F100.

12:00 Nasi Lunak 1/4 porsi Bola Daging 1 butir

Interval Monitoring 6:00 9:00 10:30 13:30 110ml 90ml 100ml 20ml

Memonitoring penyakit pemberat gizi buruk. Mengatur pola diet dengan tepat agar asupan sesuai kebutuhan kalori tumbuh kejar per hari terpenuhi.

5. Nilai Tukar Asupan Diet Tgl/ Waktu 29/4/2014 6,30 7,30 9,30 Asupan Yang diberikan Bubur F-75 F-75 Jumlah yang dikonsumsi 1/2 Porsi 55 ml 65 ml Total Kal 87,5 55 65 207,5 Karb (gr) 20 Prot (gr) 2 Lemak (gr)

20

30/4/2014 6,30 7,30 11,00 12,00

14,00 16,00 17,00 17,30 19,00 20,00

Bubur Telur Dadar F-75 F-75 Nasi Lunak Lele Masak Kering F-75 Jus Jambu F-75 Nasi Lunak F-75 Nasi Lunak F-75

3/4 Porsi 1/4 Porsi 100 ml 80 ml 1/2 Porsi 1/2 potong 90 ml 1/2 gelas 80 ml 1/2 Porsi 40 ml 1 Porsi 80 ml Total 15

132 18,7 100 80 87,5 50 90 25 80 87,5 40 175 80 1046

30

3 1,75

1,25

20

2 7 2

6 20 40 116 2 4 19,75 3,25

31/3/2014 06,00 12,00

16,00

Bubur Telur Dadar Nasi Lunak Bola Daging Sop telur puyuh Jus Jambu Nasi Lunak Bola Daging Sop telur puyuh Jus Jambu

3/4 Porsi 3/4 Porsi 1/2 Porsi 2 butir 2 butir 1/2 gelas 1/2 Porsi 2 butir 2 butir 1/2 gelas Total

132 18,7 87,5 150 37,5 25 87,5 150 37,5 25 750,7

30 20

3 1,75 2 14 3,5

1,25 10 2,5

6 20

2 14 3,5

10 2,5 26,25

6 82

43,75

04/04/2014 06,00 F-100 Bubur 09,00 F-100 Bubur 15,30 F-100 18,00 F-100

120 ml 1 Porsi 80 ml 1/2 Porsi 110 ml 150 ml Total

110 175 80 87,5 110 150 712,5

40 20

4 2

60

04/08/2014 06,00 F-100 07,30 Nasi Lunak Telur Dadar 09,00 F-100 10,30 F-100 12,00 Nasi Lunak Bola Daging 13,30 F-100

110 ml 1/2 Porsi 1/2 Porsi 90 ml 100 ml 1/4 Porsi 1 butir 20 ml Total

110 87,5 37,5 90 100 44 75 20 564

20

2 3,5

10

1 7 13,5

5 10

30

16

BAB III TINJAUAN PUSTAKA


A. Gizi Buruk Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua- duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut. 1. Klasifikasi Gizi Buruk Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmuskwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda. a. Marasmus Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. 17

Berikut adalah gejala pada marasmus adalah: 1) Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit 2) 3) 4) 5) Wajah seperti orang tua Iga gambang dan perut cekung Otot paha mengendor (baggy pant) Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar b. Kwashiorkor Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh 1) 2) Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam. 3) 4) 5) Wajah membulat dan sembab Pandangan mata anak sayu Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam. 6) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas c. Marasmik-Kwashiorkor Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala

klinik kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula.

18

2.

Patofisiologi gizi buruk Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin. Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di hepar. Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, kwashiorkor tidak tidak ke intrasel, karena pada penderita

ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium.

Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik. 19

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga

berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut : a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer. b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital. c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic

hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab maramus yang lain disingkirkan h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang kurang akan menimbulkan marasmus i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk

timbulnya marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang 20 terutama gastroenteritis akan

menyebabkan anak jatuh dalam marasmus. 3. Dampak Gizi Buruk Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara, di samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem, karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan memporak porandakan sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi. Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik akibatnya anak tidak dapat catch up dan mengejar ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya. Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance anak, akibat kondisi stunting (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya dan perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi patal karena otak adalah salah satu aset yang vital bagi anak. Beberapa terhadap penelitian menjelaskan, anak dampak anak jangka menjadi pendek apatis, gizi buruk

perkembangan

adalah

mengalami

gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi anak. 4. Faktor Penyebab Gizi Buruk Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :

21

a.

Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.

b.

Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik maupun gizinya. Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan yang

kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat-zat gizi ensensial, yang bisa disebabkan oleh: asupan yang kurang karena makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi), penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi oleh tubuh, dan kehilangan zat-zat gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan, gagal ginjal atau keringat yang berlebihan 5. Tata Laksana Utama Balita Gizi Buruk di Rumah Sakit Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi. Tatalaksana ini digunakan baik pada penderita kwashiorkor, marasmus maupun marasmik-kwarshiorkor. a. Tahap Penyesuaian Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien menerima makanan hingga ia mampu menerima diet tinggi energi dan tingi protein 22

(TETP). Tahap penyesuaian ini dapat berlangsung singkat, selama 1-2 minggu atau lebih lama, bergantung pada kemampuan pasien untuk

menerima dan mencerna makanan. Jika berat badan pasien kurang dari 7 kg, makanan yang diberikan berupa makanan bayi. Makanan utama adalah formula yang dimodifikasi. Contoh: susu rendah laktosa +2,5-5% glukosa +2% tepung. Secara berangsur ditambahkan makanan lumat dan makanan lembek. Bila ada, berikan ASI. Jika berat badan pasien 7 kg atau lebih, makanan diberikan seperti makanan untuk anak di atas 1 tahun. Pemberian makanan dimulai dengan makanan cair, kemudian makanan lunak dan makanan biasa, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) 2) 3) Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan sehari. Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari. Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara

bertahap dengan keenceran 1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing tahap selama 2-3 hari. Untuk meningkatkan energi ditambahkan 5% glukosa, dan 4) Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali sehari tiap 2-3 jam. Bila konsumsi per-oral tidak mencukupi, perlu diberi

tambahan makanan lewat pipa (per-sonde). b. Tahap Penyembuhan Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah baik, secara berangsur, tiap 1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan hingga konsumsi mencapai 150-200 kkal/kg berat badan sehari dan 2-5 gram protein/kg berat badan sehari. c. Tahap Lanjutan Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah dibiasakan memperoleh makanan biasa yang bukan merupakan diet TETP. Kepada orang tua hendaknya diberikan penyuluhan kesehatan dan gizi, khususnya tentang mengatur makanan, memilih bahan makanan, dan mengolahnya sesuai dengan kemampuan daya belinya. Suplementasi zat gizi yang mungkin diperlukan adalah : 23

1)

Glukosa biasanya secara intravena diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia.

2) 3)

KCl, sesuai dengan kebutuhan, diberikan bila ada hipokalemia. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila terdapat hipomagnesimia.

4)

Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000 SI peroral atau 100.000 SI secara intra muskuler. Bila terdapat xeroftalmia, vitamin A diberikan dengan dosis total 50.000 SI/kg berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.

5)

Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-oral. Zat besi (Fe) dan asam folat diberikan bila terdapat anemia yang biasanya menyertai KKP berat.

6.

Komplikasi Penyakit Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal. Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut

berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan kematian. Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita

KEP, khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga 24

mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa. 7. Perubahan Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu. Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk: a. Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut,

maupun kronis, tumbuh kembang dan kesehatan b. c. 8. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan.

Penilaian status gizi secara Antropometri Penilaian status gizi terbagi atas penilaian secara langsung dan penilaian secara tidak langsung. Adapun penilaian secara langsung dibagi menjadi empat penilaian adalah antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung terbagi atas tiga adalah survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. a. Penilaian secara langsung 1) Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). a) Indeks berat badan menurut umur (BB/U) Merupakan 25 pengukuran antropometri yang sering

digunakan sebagai indikator dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan gizi terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif misalnya terhadap terserang perubahan infeksi, keadaan kurang yang mendadak, makan dan

nafsu

menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. BB/U lebih menggambarkan status gizi sekarang. Berat badan yang bersifat labil, menyebabkan indeks ini lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current Nutritional Status) b) Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) Indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status ekonomi. c) Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. 2) Penilaian Secara Tidak Langsung a. b. c. 9. Terapi Penyakit Dalam proses pengobatan anak balita gizi buruk terdapat tiga fase yaitu fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi. Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit ada 10 langkah penting yaitu: a. b. c. d. e. f. g. Atasi/cegah hipoglikemi Atasi/cegah hiportemia Atasi/cegah dehidrasi Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit Obati/cegah infeksi Mulai pemberian makanan Fasilitas tumbuh-kejar (catch up growth) 26 survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi

h. i. j.

Koreksi defisiensi nutrient mikro Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh

Prinsip-prinsip yang harus ditekankan dalam pemberian makanan terapi gizi adalah : 1) Makanan untuk pemulihan gizi adalah makanan padat energy yang diperkaya dengan vitamin dan mineral. 2) Makanan untuk pemulihan Gizi diberikan kepadana anak gizi buruk selama masa pemulihan. 3) Makanan untuk pemulihan gizi dapat berupa: F100, makanan/gizi siap saji dan maanan local. (Makanan local dengan bentuk mulai dari makanan bentuk cair, lumat, lembik, padat.) 4) Bahan dasar utama Makanan untuk Pemulihan Gizi dalam formula F100 dan makanan gizi siap saji adalah minyak, susu, tepung, gula, kacangkacangan dan sumber hewani. Kandungan lemak sebagai sumber energy sebesar 30-60% dari toal kalori. 5) Makanan local dengan kalori 200 kkal/lg B per hari, yang diperoleh dari lemak 30-60% dari total energy, protein 4-6g/kg BB per hari. 6) Apabila akan menggunakan makanan lokal tidak dilakukan secara tunggal (makanan lokal saja) tetapi harus dikombinasikan dengan mkanan formula. Kemudian pemberianya pun harus bertahap yaitu : 1. Anak gizi buruk dengan tanda klinis diberikan secara bertahap : Fase Rehabilitasi 150 kkal/kg BB per hari, yang diberikan 5-7 kali pemberian/hari. Diberikan selama satu minggu dalama bentuk makanan cair (Formula 100). Fase rehabilitasi lanjutan 200-220 kkal/kg BB per hari yang diberikan 5-7 kali pemberian/hari (Formula 100). 2. Anak gizi buruk tanpa tanda klinis langsung diberikan fase rehabilitasi lanjutan 200-220 kkal/kg BB per hari yang diberikan 5-7 kali pemberian/hari (Formula 100).

27

B.

Pneumonia Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacammacam seperti kuman (bakteri, virus, jamur) dan benda asing 1. Tanda dan Gejala a. b. c. d. e. f. g. h. i. Mendadak panas tinggi (demam) Nyeri kepala atau dada Batuk Sesak napas Napas cuping hidung Bibir dan kuku kebiruan Perut kembung Penurunan nafsu makan Jika terdapat gejala-gejala tersebut segera periksa ke dokter

(puskesmas/rumah sakit)

2.

Penularan a. b. c. d. Doplet infection (infeksi tetes) melalui percikan mucus atau saliva. Makanan dan minuman yang terkontaminasi Peralatan pernapasan yang terkontaminasi Penggunaan alat bantu pernapasan secara bersama-sama

3.

Pencegahan Pneumonia a. Menghindari dari paparan asap rokok, polusi udara, dan tempat keramain yang berpotensi penularan b. c. d. Hati-hati dan waspada apabila kontak dengan penderita ISPA Membiasakan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan kalori yang cukup Segera berobat jika anda mendapati atau mengalami panas, batuk, pilek terlebih jika disertai suara serak, sesak napas e. Periksakan kembali jika dalam 2 hari belum menampakan perbaikan dan segera kerumah sakit/puskemas jika kondisi memburuk

28

C.

Tuberkulosis Paru 1. Mycobacterium tuberculosis a. b. c. d. e. 2. Batang (p: 1-4/um, t: 0,3-0,6/um) Dinding : as.lemak (lipid), peptidolikan, arabinomannan Dormant Hidup sitoplasma makrofag Aerob O2

Gejala dan Tanda a. b. c. d. e. Demam Batuk/batuk berdarah Sesak napas Nyeri dada Malaise : keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, badan kurus atau berat badan menurun. f. g. h. i. Rongki basah kasar / nyaring Apex paru perkusi redup Kavitas perkusi hipersonor Efusi pleura ada bagian dada yang tertinggal

3.

Cara Penularan M. Tuberculosis lingkungan sangat padat (inhalasi basil) droplet nuclei : - menetap di udara bebas 1-2 jam tergantung ada nya sinar UV - ventilasi buruk & kelembapan, gelap bertahan berhari-hari atau berbulanbulan M. Bovis susu yang kurang disterilkan dengan baik, terkontaminasi

D.

Hernia Inguinalis 1. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas: a. b. Hernia kongenital : terjadi sejak lahir karena kelainan bawaan Hernia yang didapat : karena dipicu berbagai factor Keadaan ini timbul biasanya pada golongan menengah kebawah dimana gizi yang buruk dapat mempengaruhi perkembangan otot perut, insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2%.

29

2.

Diagnosis a. Benjolan timbul didaerah inguinal pada wakti pasien mengedan. Benjolan menghilang setelah pasien tidak mengedan lagi b. Pada pemeriksaan : pada bayi terlihat benjolan dilipat paha, sampai skrotum pada waktu menangis c. Untuk diagnosis hernia tidak diperlukan pemeriksaan diameter anulus inguinlais d. Isi hernia yang dapat masuk kembali ke rongga peritoneal disebut sebagai hernia inguinalis reponibilis

30

BAB IV KESIMPULAN
Banyak penyebab timbulnya gizi buruk pada anak, dengan mengetahui faktor penyebab gizi buruk tersebut, dapat dieliminasi faktor penyebabnya dengan penatalaksanaan yang baik. Pada pasien TFC telah mengalami peningkatan berat badan secara bertahap, pada tanggal 7 April 2014 terdapat peningkatan suhu tubuh pasien, dan hasil penimbangan berat badan pasien mengalami penurunan berat badan. Sehingga sangat lah penting untuk menjaga kesehatan dari pasien, agar tujuan dari perbaikan gizi pasien tercapai. Monitoring yang lebih rutin dilakukan dalam mengevaluasi asupan dan pemberian obat yang diberikan sangatlah penting. Membuat jadwal harian pasien dapat dilakukan untuk ketepatan dalam pemberian asupan, pemberian obat dan waktu istirahat yang cukup.

31

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 2007. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. Diakses tanggal 6 April 2014 Aritonang, Evawany. 2000. Kurang Energi Protein (Protein Energy Malnutrition). http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmgizi-evewany.pdf Depkes RI. 2011. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Nelson, WE.2007. Malnutrition.In Nelson WE.(ed) Mitchel Nelson Text Book of Pediactrics 5thed. WB Saunders Co. Philadelphia & London. Supariasa, dkk 2002. Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V Jakarta: Interna Publishing; 2010. h. 2230-8. DEPKES. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku I. Jakarta: 2006

32

LAMPIRAN
Keadaan Rumah Pasien

33

34

ALUR PEMERIKSAAN ANAK GIZI BURUK

Pemeriksaan Klinis, BB/PB, LiLA di Poskesdes/Pustu/Polindes/Puskesmas

Anak dengan satu atau lebih tanda berikut : Terlihat Sangat Kurus Edema pada seluruh tubuh BB/PB atau BB/TB < -3 SD LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan) dan salah satu atau lebih dari tandatanda komplikasi medis berikut : anoreksia pneumonia berat anemia berat dehidrasi berat demam sangat tinggi penurunan kesadaran

satu lebih : kurus pada / kaki cm usia 6-59 bulan <-3SD anak

satu atau : kurus atau BB/TB < - 3SD cm usia 6-59 baik medis

Bila LILA > 11,5 cm < 12,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan) (BB/TB < -2 SD s.d -3 SD) tidak ada edema dan

baik medis

nafsu makan baik klinis baik

Gizi buruk Dengan Komplikasi

Gizi buruk Tanpa Komplikasi

Gizi kurang

Rawat Inap di RS/Pusk

Jalan 35

PMT Pemulihan

KLINIS

ANTROPOMETRI (BB/TB-PB) *)

Gizi Buruk

Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh Tampak kurus Tampak sehat Tampak gemuk

< -3 SD **)

Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

- 3 SD - 2 SD > 2 SD

< - 2 SD 2 SD

Penentuan status gizi secara Klinis dan Antropometri (BB/TB-PB)


*) Tabel BB/TB-PB dapat dilihat pada halaman 26 - 29 **) Mungkin BB/TB-PB > -3 SD bila terdapat edema berat (seluruh tubuh)

Anda mungkin juga menyukai