Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MIKRO DENGAN STATUS GIZI SISWA SD INPRES 2 PANNAMPU KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR

THE RELATIONSHIP OF NUTRIENT INTAKE WITH NUTRITIONAL STATUS OF PRIMARY SCHOOL STUDENTS INPRES 2 PANNAMPU TALLO DISTRICT MAKASSAR CITY

Muhammad Faisal * Saifuddin Sirajuddin * Ulfah Najamuddin *

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar

Alamat Korespondensi:
Muhammad Faisal Alamat : Jl.Perintis Kemerdekaan VII No. 55 B Telp :085255981256 Email : muhammad.faisal777@yahoo.com

ABSTRACT The growth of school-age children who depend on the provision of optimal nutrition with the right quality and quantity. This study aims to determine the relationship between micronutrient intake with nutritional status of primary school students Inpres 2 Pannampu Makassar. This study is an observational analytic study design with Cross Sectional located in SD Presidential Directive 2 Pannampu Tallo district of Makassar. Intake of micronutrients (vitamin A, Vitamin C, Vitamin D, iron, zinc, calcium and iodine) as an independent variable, and the nutritional status of students as the dependent variable. The entire student population of class IV and V SD and Instruction 2 Pannampu sample of 82 people drawn to the Proportional Random Sampling technique, the primary data in the form of characteristics, anthropometric and nutrient intake obtained by interview through a questionnaire and secondary data obtained from the data on the number of students the school administration. Data micronutrient intake and nutritional status were analyzed using bivariate analysis. These results indicate that there is a relationship between intake of vitamin A (p = 0.013) and zinc (p = 0.015) with indicators of nutritional status according to BMI / U and there is no association between intake of vitamin C (p = 0.820), vitamin D (p = 0.340), Fe (p = 0.382), iodine (p = 0.511) and Ca (p = 0.306) with indicators of nutritional status according to BMI / U. There is a relationship between vitamin D (p = 0.047), iodine (p = 0019) and Ca (p = 0.047) with indicators of nutritional status according to the TB / U and there is no association between intake Vitamina (p = 0.622), vitamin C (p = 0.412), Fe (p = 0.388) and zinc (p = 0.416) with indicators of nutritional status according to the TB / U. It is recommended to students in order to consume a varied diet that is deficient in micronutrients. Key words: Substance Micro Nutrition, School of Nutritional Status of children

ABSTRAK Pertumbuhan anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat gizi mikro dengan status gizi siswa SD Inpres 2 Pannampu Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain Cross Sectional yang berlokasi di SD Inpres 2 Pannampu Kecamatan Tallo Kota Makassar. Asupan zat gizi mikro (vitamin A, Vitamin C, Vitamin D, Fe, Zink, Kalsium dan Yodium) sebagai variable independen, serta status gizi siswa sebagai variable dependen. Populasi yaitu seluruh siswa kelas IV dan V SD Inpres 2 Pannampu dan sampel berjumlah 82 orang yang ditarik dengan teknik Proporsional Random Sampling, data primer berupa karakterisitik, antropometri dan asupan zat gizi diperoleh dengan cara wawancara melalui kuesioner dan data sekunder berupa data jumlah siswa diperoleh dari bagian administrasi di sekolah. Data asupan zat gizi mikro dan status gizi dianalisis menggunakan analisis bivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan vitamin A (p=0,013) dan Zink (p=0,015) dengan status gizi menurut indikator IMT/U serta tidak ada hubungan antara asupan vitamin C (p=0,820), vitamin D (p=0,340), Fe (p=0,382), yodium (p=0,511) dan Ca (p=0,306) dengan status gizi menurut indikator IMT/U. Ada hubungan antara vitamin D (p=0,047), yodium (p=0.019) dan Ca (p=0,047) dengan status gizi menurut indikator TB/U serta tidak ada hubungan antara asupan vitaminA (p=0,622), vitamin C (p=0,412), Fe (p=0,388) dan Zink (p=0,416) dengan status gizi menurut indikator TB/U. Disarankan kepada siswa agar mengkonsumsi makanan yang bervariasi sehingga tidak mengalami defisiensi zat gizi mikro. Kata Kunci : Zat Gizi Mikro, Status Gizi anak Sekolah

PENDAHULUAN Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak usia tersebut adalah generasi penerus bangsa. Pertumbuhan anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang benar. Dalam masa pertumbuhan tersebut pemberian nutrisi pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Banyak sekali masalah yang ditimbulkan dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ dan sistem tubuh anak1. Berdasarkan data SUSENAS yang diolah oleh Jahari (2000) 2 menunjukkan bahwa upaya yang telah dilakukan untuk memperbaiki pertumbuhan anak-anak Indonesia belum dapat dikatakan optimal. Angka gizi buruk ternyata masih fluktuatif dan keadaan terbaik, yakni prevalensinya paling rendah justru dicapai pada tahun 1989 yaitu 6,04%. Pada tahun 1999 jumlah anak dengan status gizi buruk adalah 7,76%. Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki sekolah, hal ini mengindikasikan adanya kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek dari tahun ke tahun menunjukkan tidak adanya perubahan yang berarti. Perubahan yang terjadi hanya sedikit sekali yaitu 39,8% pada tahun 1994 menjadi 36,1% pada tahun 1999. Data secara nasional tentang tinggi badan anak di 5 propinsi ditemukan prevalensi anak pendek di kota besar 43,9% dan di desa 51,3% dan secara total ditemukan prevalensi anak pendek 49,3%3. Menurut data riskesdas 2007 prevalensi kurus pada anak umur 6-14 tahun menurut jenis kelamin dan provinsi di Indonesia yaitu pada laki-laki sebesar 13,3% dan perempuan 10,9%. Sedangkan prevalensi BB lebih pada laki-laki 9,5% dan perempuan 6,4%. Sedangkan di Sulawesi Selatan prevalensi kurus pada laki-laki sebesar 15,5% dan perempuan 13,4%. Sedangkan prevalensi BB lebih pada laki-laki 7,4% dan perempuan 4,8%4.

Menurut data riskesdas 2010, status gizi umur 6-12 tahun (IMT/U) di Indonesia, yaitu prevalensi sangat kurus sebesar 4,6 %, kurus sebesar 7,6%, gemuk sebesar 9,2% dan normal sebesar 78,6%. Sedangkan di Sulawesi Selatan, prevalensi sangat kurus sebesar 4,2%, kurus sebesar 8,4%, gemuk sebesar 3,9% dan normal sebesar 83,5%. Sedangkan prevalensi (TB/U) di Indonesia yaitu, sangat pendek sebesar 15,1 %, pendek sebesar 20,5% dan normal sebesar 64,5%. Di Sulawesi Selatan, prevalensi sangat pendek sebesar 13,2 %, pendek sebesar 26,9% dan normal sebesar 59,9%. Sulawesi Selatan termasuk 20 provinsi dengan prevalensi kependekan di atas prevalensi kependekan nasional5. Berdasarkan penelitian Selly Wijayanti di SD kartasura pada tahun 20096 menunjukkan rata-rata sumbangan zat zat gizi mikro yaitu vitamin C 2,4 mg (4,8%), Yodium 10mg (68,9%), Calcium 55,8mg (3,5%), Fosfor 135,2mg (11,6%), Besi 1,29mg (6,09%), dan Zinc 1,29mg (9,5%). Pada penelitian yang dilakukan oleh Pramesti Inggrid di SD di kelurahan trangsan pada tahun 2011 bahwa rata-rata kontribusi gizi mikro pada sarapan pagi yaitu vitamin A (34,50%), zat besi (14,85%), dan zinc (13,54%). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2010, ditemukan gizi buruk 3,07% balita. Sementara balita yang gizi kurang sebanyak 14,54% balita. Kasus gizi buruk tertinggi di kota Makassar terdapat di Puskesmas Kalukubodoa Kecamatan Tallo dimana gizi buruk mencapai 8,5% dan gizi kurang 19,17%. Sedangkan kasus gizi buruk terendah di Kota Makassar terdapat di Puskesmas Tarakan Kecamatan Wajo dimana gizi buruk mencapai 1,71% dan gizi kurang 7,91%7. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan gizi mikro dengan status gizi pada anak kelas IV & V di SD Inpres 2 Pannampu Makassar.

BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres 2 Pannampu Kecamatan Tallo Kota Makassar. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena angka kejadian gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Kalukubodoa ini paling tinggi di Makassar. Hal ini dilihat berdasarkan data Dinkes Makassar 2010 dan Puskesmas Kalukubodoa pada tahun 2011. Desain dan Variabel Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional dengan desain Cross Sectional dengan variabel asupan zat gizi mikro (vitamin A, vitamin C, vitamin D, Fe, Zink, Yodium dan Klasium) sebagai variabel independen serta status gizi siswa sebagai variabel dependen. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan V SD Inpres 2 Panampu Kecamatan Tallo Kota Makassar sebanyak 104 siswa. Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan rumus Lemmeshow sehingga besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 82 sampel. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer berupa data karakteristik, asupan zat gizi dan pengukuran antropometri yang diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa. Data sekunder berupa Data jumlah siswa dari SD Inpres 2 Pannampu.

Analisis Data Analisis data yang dilakukan yaitu dengan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi mikro dengan status gizi siswa SD Inpres 2 Pannampu Kecamatan Tallo Kota Makassar dengan menggunakan tabel disertai dengan narasi. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 82 responden proporsi jenis kelamin terbesar adalah perempuan (56,1%) dan dapat diketahui bahwa dari 82 responden proporsi umur terbesar adalah pada kelompok umur 10 tahun (32,9%). Karakteristik Keluarga Responden Dari hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan ayah siswa yang terbanyak adalah SMP (41,5%) sedangkan proporsi terendah adalah yang tidak pernah sekolah (1,2%). Sedangkan untuk tingkat pendidikan ibu proporsi tertinggi adalah SMA (32,9%) sedangkan proporsi terendah adalah Universitas (1,2%). Pekerjaan ayah responden yang terbanyak adalah buruh harian sebanyak 20 orang (24,4%). Sedangkan yang terkecil adalah petani sebanyak 1 orang (1,2%). Dan dari Tabel 2 ini juga dapat diketahui bahwa pekerjaan ibu yang terbanyak adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 44 responden (53,7%) sedangkan yang terendah adalah pegawai swasta (1,2%). Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit yang Pernah Diderita Selama sebulan terakhir Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa penyakit batuk yang paling sering diderita oleh para siswa yaitu sebanyak 52 responden (63,4%) sedangkan yang penyakit yang paling tidak sering diderita adalah sembelit yaitu sebanya 10 responden (12,2%).

Status Gizi Siswa Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa status gizi siswa berdasarkan indikator TB/U yang paling banyak adalah tinggi badan normal yaiu sebanyak 49 siswa (59,8%). Sedangkan proporsi rendah adalah yang sangat pendek yaitu sebanyak 7 responden (8,5%) dan tidak ditemukannya anak yang tinggi. Status gizi siswa berdasarkan indikator IMT/U yang paling banyak adalah status gizi normal yaitu sebanyak 54 siswa (65,9%). Sedangkan proporsi rendah adalah yang sangat gemuk yaitu sebanyak 4 responden (4,9%). Asupan Zat Gizi Mikro Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden asupannya kurang terutama pada vitamin A, vitamin C, kalsium dan Zat besi di mana persentase kekurangannya di atas 50%. Tabulasi Silang antara Variabel Independen dan Dependen Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa tabulasi silang antara asupan zat gizi mikro dengan status gizi menurut indikator IMT/U dapat dilihat bahwa vitamin A dan Mineral Zink terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai p berturut-turut yaitu 0,013 dan 0,015. Sedangkan untuk viatmin C, vitamin D, Fe, kalsium dan yodium tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai p berturut-turut yaitu 0,820; 0,340; 0,382; 0,511 dan 0,306. Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa tabulasi silang antara asupan zat gizi mikro dengan status gizi menurut indikator TB/U dapat dilihat Vitamin D, yodium dan kalsium terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai p berturut-turut yaitu 0,047; 0,019; dan 0,047. Sedangkan untuk vitamin A, vitamin C, Fe dan Zink tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai p berturut- turut yaitu 0,622; 0,412; 0,388 dan 0,416.

PEMBAHASAN Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa ada hubungan antara vitamin A dengan status gizi menurut indikator IMT/U. Salah satu peran Vitamin A adalah berperan dalam pertumbuhan. Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, demikian pula terhadap pertumbuhan sel. Dengan melihat fungsi vitamin A maka adanya hubungan antara vitamin A dan status gizi menurut IMT/U disebabkan oleh fungsi vitamin A dalam sintesis protein. Dimana kita ketahui bahwa protein sendiri berfungsi dalam menjaga sel-sel tubuh. Berbeda dengan status gizi menurut indikator TB/U, dalam penelitian ini tidak ditemukannya hubungan yang signifikan dengan vitamin A. hal ini dikarenakan karena vitamin A berkaitan dengan metabolisme zat gizi makro. Secara teori, fungsi vitamin A ini tidak secara langsung berkaitan dengan pertumbuhan tulang8. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara vitamin C dengan status gizi menurut indikator IMT/U dan TB/U. Hal ini mungkin disebabkan karena fungsi vitamin C berperan dalam penyembuhan luka, patah tulang, pendarahan bawah kulit, dan pendarahan gusi. Dengan demikian menyebabkan tidak adanya hubungan asupan vitamin C terhadap status gizi IMT/U dan TB/U8. Vitamin D sendiri lebih banyak berperan dalam pembentukan tulang. Status gizi menurut IMT/U tidak hanya melibatkan tinggi badan tetapi juga berat badan sehingga ada kemungkinan tidak adanya hubungan yang signifikan berdasarkan statistik antara asupan vitamin D dan status gizi menurut IMT/U. Telah diuraikan sebelumnya bahwa vitamin D berkaitan erat dengan pertumbuhan tulang dan gigi. Status gizi berdasarkan TB/U menggunakan tinggi badan sebagai indikator yang berkaitan dengan pertumbuhan tulang. Dengan kata lain secara teori, zat gizi

mikro ini akan berhubungan dengan status gizi berdasakan TB/U. Hal ini sejalan dengan hasil yang peneliti peroleh dari uji statistiknya8. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Fe dengan status gizi menurut indikator IMT/U dan TB/U. Hal ini mungkin disebabkan karena fungsi Fe lebih berpengaruh pada perkembangan dibandingkan dengan pertumbuhan. Dengan adanya penelitian ini maka menjelaskan bahwa zat besi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap status gizi berdasarkan IMT/U dan TB/U8. Zinc terlibat dalam sejumlah besar metabolisme dalam tubuh. Sebagai contoh, Zn terlibat dalam keseimbangan asam basa, metabolisme asam amino, sintesa protein, sintesa asam nukleat, ketersediaan folat, penglihatan, system kekebalan tubuh, reproduksi, perkembangan dan berfungsinya system saraf. Lebih dari 200 enzim bergantung pada Zn, termasuk didalamnya carbonic anhydrase, alcohol dehidrogenase, alkaline phosphatase, RNA polymerase, DNA polymerase, nukleosida phosphorilase, protein kinase, seperoksida dismutase dan peroylpoly glutamat hydrolase. Dengan mengetahui fungsi zink ini maka sangat jelas pengaruh zink terhadap status gizi menurut IMT/U. Dengan melihat penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Zink sendiri berkaitan dengan metabolisme zat gizi makro. Secara teori, fungsi zink tidak secara langsung berkaitan dengan pertumbuhan tulang. Dengan demikian penelitian ini membuktikan bahwa zink tidak berhubungan secara signifikan terhadap status gizi berdasarkan TB/U8. Kalsium hampir sama halnya dengan vitamin D. Mineral ini kebanyakan berperan dalam pertumbuhan tulang dan gigi. Status gizi berdasarkan IMT/U sendiri tidak hanya menggunkan tinggi badan yang dipengaruhi oleh pertumbuhan tulang tetapi melibatkan berat badan yang berkaitan dengan massa otot, tulang, dan lemak secara keseluruhan. Sedangkan status gizi

berdasarkan TB/U menggunakan tinggi badan sebagai indikator yang berkaitan dengan pertumbuhan tulang. Dengan kata lain secara teori, zat gizi mikro ini akan berhubungan dengan status gizi berdasakan TB/U8. Iodium ada dalam tubuh dalam jumlah sangat sedikit, yaitu sebanyak kurang lebih 0,00004% dari berat badan atau 15-23 mg. sekitar 75% dari iodium ini ada di dalam kelenjar tiroid, yang digunakan untuk mensintesis hormone tiroksin, tetraiodotironin (T4), dan triiodotironin (T3). Hormone-hormon ini diperlukan unutk pertumbuhan normal, perkembangan fisik dan mental hewan dan manusia. Gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban. Sorang anak yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh abnormal dan IQ sekitar 20. Kretinisme dalam hal ini ditandai dengan bentuk tubuh yang abnormal seperti kerdil dan bermuka tua. Dengan secara teori, iodium berhubungan erat dengan kekerdilan yang ditandai denga tinggi badan yang pendek. Hal ini dapat memperkuat bahwa status gizi berdasarkan TB/U memiliki hubungan yang signifikan dengan yodium. Status gizi berdasarkan IMT/U sendiri merupakan perpaduan antara status gizi sekarang dan lampau, sedangkan kekurangan iodium akan Nampak dalam jangka waktu yang panjang. Ada kemungkinan bahwa penilaian asupan gizi makro ini tidak seratus persen menggambarkan asupan anak pada masa lampau sehingga asupan iodium yang dampaknya akan terlihat dalam waktu yang lama menjadi tidak berhubungan dengan status gizi berdasarkan IMT/U8. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa vitamin A (p = 0,013) dan Zink (p = 0,511) terdapat hubungan yang signifikan dengan status gizi menurut indikator IMT/U. Untuk vitamin D (p = 0,340), kalsium (p = 0,306) dan yodium (p = 0,019) terdapat hubungan yang signifikan dengan status gizi menurut

indikator TB/U. sedangkan vitamin C dan Fe tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan status gizi menurut indikator IMT/U dan TB/U. Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah Kepada anak Sekolah dasar, disarankan agar mengkonsumsi makanan yang bervariasi sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang sehingga tidak mengalami defisiensi zat gizi mikro dan diharapkan kepada para guru dan orang tua siswa agar lebih memperhatikan pola makan anak-anak di sekolah. Kepada pihak sekolah diharapkan agar memantau status gizi siswa melalui pengukuran antropometri secara rutin dan mengkonsultasikannya kepada petugas kesehatan terdekat. Kepada para petugas kesehatan, disarankan agar lebih meningkatkan program penyuluhan tentang gizi seimbang, khususnya kepada anak Sekolah Dasar. DAFTAR PUSTAKA 1. Judarwanto. Hubungan Pola Konsumsi Makanan Jajanan dengan Status Gizi dan Fungsi Kongnitif Anak Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah: Surakarta; 2006. 2. Khomsan, A. Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup, PT. Gramedia : Jakarta; 2004. 3. Jamaluddin. Efek Pemberian Makanan Tambahan dan Zink Pada Ibu Hamil Kurang Energi Terhadap Status Pertumbuhan Tinggi Badan Anak Usia 6 Tahun Di Kabupaten Takalar. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2008. 4. Riset Kesehatan Dasar 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan, RI 2008. 5. Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan, RI 2010. 6. Selly. Sumbangan Gizi Makro Dan Gizi Mikro Dari Jajanan Sekolah Terhadap Angka Kecukupan Gizi Anak Sekolah Di Sd Kartasura I. (Thesis). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2009. 7. Dinas Kesehatan Kota Makassar. Profil Status Gizi. Makassar: 2011. 8. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama; 2004.

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi (TB/U dan IMT/U) SD Inpres 2 Pannampu Makassar Status Gizi TB/U Sangat Pendek Pendek Normal Tinggi IMT/U Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Sangat Gemuk Sumber: Data Primer, 2012 N=82 7 26 49 0 12 12 54 0 4 %=100,0 8,5 31,7 59,8 0,0 14,6 14,6 65,9 0,0 4,9

Tabel 2 Hubungan antara Asupan Gizi Mikro dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U SD Inpres 2 Pannampu Makassar Status Gizi Berdasarkan Indikator IMT/U Total Sangat Sangat Gizi Mikro Kurus Normal Gemuk Kurus Gemuk n=12 % n=12 % n=54 % n=0 % n=4 % n=82 % Vitamin A Kurang 7 16,7 6 14,3 29 69,0 0 0,0 0 0,0 42 100 Cukup 2 10,5 1 5,3 12 63,2 0 0,0 4 21,1 19 100 Lebih 3 14,3 5 23,8 13 61,9 0 0,0 0 0,0 21 100 Vitamin C Kurang 11 15,5 11 15,5 45 63,4 0 0,0 4 5,6 71 100 Cukup 1 20,0 0 0,0 4 80,0 0 0,0 0 0,0 5 100 Lebih 0 0,0 1 16,7 5 83,3 0 0,0 0 0,0 6 100 Vitamin D Kurang 2 5,3 6 15,8 28 73,7 0 0,0 2 5,3 38 100 Cukup 2 28,6 0 0,0 5 71,4 0 0,0 0 0,0 7 100 Lebih 8 21,6 6 16,2 21 56,8 0 0,0 2 5,4 37 100 Zat Besi Kurang 10 18,2 6 10,9 36 65,5 0 0,0 3 5,5 55 100 Cukup 2 13,3 2 13,3 10 66,7 0 0,0 1 6,7 15 100 Lebih 0 0,0 4 33,3 8 66,7 0 0,0 0 0,0 12 100 Zink Kurang 7 19,4 6 16,7 23 63,9 0 0,0 0 0,0 36 100 Cukup 5 27,8 1 5,6 12 66,7 0 0,0 0 0,0 18 100 Lebih 0 0 5 17,9 19 67,9 0 0,0 4 14,3 28 100 Yodium Kurang 6 17,6 6 17,6 19 55,9 0 0,0 3 8,8 34 100 Cukup 5 17,2 3 10,3 20 69,0 0 0,0 1 3,4 29 100 Lebih 1 5,3 3 15,8 15 78,9 0 0,0 0 0,0 19 100 Kalsium Kurang 10 18,2 7 12,7 35 63,6 0 0,0 3 5,5 55 100 Cukup 0 0,0 0 0,0 6 85,7 0 0,0 1 14,3 7 100 Lebih 2 10,0 5 25,0 13 65,0 0 0,0 0 0,0 20 100 Sumber: Data Primer, 2012

0,013

0,820

0,340

0,382

0,015

0,511

0,306

Tabel 3 Hubungan antara Asupan Gizi Mikro dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U SD Inpres 2 Pannampu Makassar Tahun 2012 Status Gizi Berdasarkan Indikator TB/U Total Sangat Gizi Mikro Pendek Normal Tinggi Pendek n=7 % n=26 % n=49 % n=0 % n=82 % Vitamin A Kurang 3 7,1 15 35,7 24 57,1 0 0,0 42 100 Cukup 3 15,8 4 21,1 12 63,2 0 0,0 19 100 Lebih 1 4,8 7 33,3 13 61,9 0 0,0 21 100 Vitamin C Kurang 6 8,5 23 32,4 42 59,2 0 0,0 71 100 Cukup 1 20,0 0 0,0 4 80,0 0 0,0 5 100 Lebih 0 0,0 3 50,0 3 50,0 0 0,0 6 100 Vitamin D Kurang 5 13,2 9 23,7 24 63,2 0 0,0 38 100 Cukup 1 14,3 5 71,4 1 14,3 0 0,0 7 100 Lebih 1 2,7 12 32,4 24 64,9 0 0,0 37 100 Zat Besi Kurang 4 7,3 21 38,2 30 54,5 0 0,0 55 100 Cukup 1 6,7 3 20,0 11 73,3 0 0,0 15 100 Lebih 2 16,7 2 16,7 8 66,7 0 0,0 12 100 Zink Kurang 2 5,6 12 33,3 22 61,1 0 0,0 36 100 Cukup 1 5,6 8 44,4 9 50,0 0 0,0 18 100 Lebih 4 14,3 6 21,4 18 64,3 0 0,0 28 100 Yodium Kurang 3 8,8 4 11,8 27 79,4 0 0,0 34 100 Cukup 3 10,3 14 48,3 12 41,4 0 0,0 29 100 Lebih 1 5,3 8 42,1 10 52,6 0 0,0 19 100 Kalsium Kurang 5 9,1 21 38,2 29 52,7 0 0,0 55 100 Cukup 2 28,6 0 0,0 5 71,4 0 0,0 7 100 Lebih 0 0,0 5 25,0 15 75,0 0 0,0 20 100 Sumber: Data Primer, 2012

0,622

0,412

0,047

0,388

0,416

0,019

0,047

Anda mungkin juga menyukai