Anda di halaman 1dari 4

PENDIDIKAN SAFETY RIDING SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK KARAKTER BERKENDARA DI KALANGAN REMAJA

OLEH (XII. BAHASA) Luh Gede Arieska Dianthy (08) Ni Made Asri Listya (09) Fitri Astini ( ) Restu Maha aditya ( )

SMA NEGERI 2 KUTA Jl. Pura Dalem Kedonganan, Kabupaten Badung Agustus 2012

PENDIDIKAN SAFETY RIDING SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK KARAKTER BERKENDARA DI KALANGAN REMAJA

Era globalisasi menuntut masyarakat modern untuk mempunyai mobilitas yang tinggi. Mobilitas yang tinggi tersebut mendorong tingginya kepadatan lalu lintas, baik barang maupun manusia di seluruh dunia. Melihat perkembangan yang ada dari kepadatan lalu lintas tersebut, semakin banyak ditemukan fakta yang menunjukkan bahwa jalan raya justru menjadi ladang pembunuhan manusia modern. Sejak ditemukannya kendaraan bermotor lebih seabad lalu, diperkirakan sekitar 30 juta orang telah terbunuh akibat kecelakaan jalan. Angka tersebut merupakan peningkatan dari 880.000 korban kecelakaan tahun 1999, dan pada 2010 diperkirakan meningkat antara 1,1-1,2 juta, kemudian menjadi 1,3-1,4 juta per tahun pada tahun 2020. Pada periode yang sama terdapat fenomena yang menunjukkan bahwa kendaraan bermotor menjadi pembunuh dengan banyak korban melebihi keseluruhan korban perang termasuk dalam dua perang dunia. Korban kecelakaan jalan raya juga lebih banyak dibandingkan dengan korban kecelakaan angkutan udara, laut, danau, maupun kereta api (Azis, 2010). Menurut perkirakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2020 penyebab terbesar ketiga kematian adalah kecelakaan jalan raya, tepat di bawah penyakit jantung dan depresi. WHO mencatat bahwa 1 juta orang diseluruh dunia meninggal setiap tahunnya di jalan raya akibat kecelakaan, dimana 40% diantaranya berusia 25 tahun. Sementara itu, jutaan orang lainnya mengalami luka parah dan cacat fisik akibat kecelakaan. Angka kecelakaan di Indonesia menunjukkan trend peningkatan setiap tahunnya. Data Departemen Perhubungan RI menunjukkan bahwa tahun 2003 terdapat terdapat 13.399 kecelakaan lalu lintas di seluruh Indonesia, kemudiantahun 2004 terdapat 17.734 kecelakaan dan pada tahun 2005 terdapat 33.827 kasus kecelakaan dan 36% diantaranya (12.178 orang) meninggal dunia (Azis, 2011). Tingginya tingkat kecelakaan yang melibatkan remaja berumur di bawah 25 tahun menimbulkan banyak kekhawatiran. Pemerintah pun diminta untuk mengambil sikap. Pemerintah diharapkan dapat mengajarkan dan mensosialisasikan masalah keamanan di jalan ke anak-anak dan remaja melalui berbagai cara salah satunya adalah membuatkan sebuah kurikulum khusus yang mengajarkan tentang safety riding (Arya, 2010). Dengan masuknya pengetahuan tentang keamanan di jalan ke kurikulum sekolah diharapkankecelakaan-kecelakaan yang melibatkan penghuni jalan berusia di bawah 25 tahun dapat dikurangi. Di samping itu, peran keluarga juga sangatlah penting, keluarga seharusnya tidak harus memperbolehkan seorang anak yang belum cakap umur untuk membawa

kendaraan sendiri. Tingginya tingkat kecelakaan di kalangan remaja semakin menjadi sorotan, terlebih dalam beberapa bulan terakhir terjadi banyak sekali kecelakaan yang melibatkan remaja. SMA Negeri 2 Kuta merupakan salah satu sekolah menengah atas yang terletak di Kabupaten Badung dimana siswanya sebagian besar adalah remaja pengendara motor. Hal ini disebabkan karena SMA Negeri 2 Kuta terletak di sebelah timur By Pass Ngurah Rai sehingga tidak sedikit siswa menggunakan kendaraan bermotor untuk menuju ke sekolah. Di sisi lain jarak sekolah dari rumah ke sekolah juga cukup jauh. Dengan banyaknya siswa SMA Negeri 2 Kuta yang berangkat ke sekolah dengan menggunakan motor, maka diperlukan pengetahuan yang kompleks tentang tata cara berkendara yang baik dan benar. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil (Yudhi, 2011). Remaja menurut Santrock bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Pada masa inilah seseorang dapat dengan mudah menerima pengaruh positif dan pengaruh negatif. Oleh karena itu dibutuhkan banyak pengawasan dari keluarga maupun pihak sekolah yang berperan dilembaga pendidikan. Pendidikan Berkendara Manusia adalah adalah pelaku dalam kehidupan ini, dalam setiap gerak aktifias sudah pasti manusia lebih mengutamakan keselamatan dan kenyamanan. Dan semestinya pula prinsip dari keamanan dan kenyamanan itu terdapat pula pada akitifitas berkendaraan. Tetapi masyarakat seringkali melupakan peraturan dalam berkendara. Di dalam penerapan di lapangan, ada beberapa hal atau point penting yang harus diperhatikan oleh Bikers atau Pengendara dalam berkendara sebagaimana yang diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, antara lain seperti: kelengkapan kendaraan bermotor standar (sesuai BAB VII Bagian Keempat tentang Perlengkapan Kendaraan Bermotor) (Andrian, 2008).

1 Kaca spion wajib ada 2 (dua) buah di kiri dan kanan (sesuai BAB VII Bagian Kedua tentang Persyaratan Teknik dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor Pasal 48 Ayat 2 huruf a). 2 Lampu depan, lampu rem, riting kiri-kanan, klakson yang berfungsi (Sesuai BAB VII Bagian Kedua tentang Persyaratan Teknik dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor Pasal 48 Ayat 3 huruf f, BAB IX Paragraf 2 tentang Penggunaan Lampu Pasal 107 Ayat 2 dan Ketentuan Pidana sesuai BAB XX Pasal 285 ayat 1, dan Pasal 290). 3 STNK dan SIM selalu siap atau tidak expired (sesuai BAB VIII Paragraf 3 Pasal 80 huruf d). 4 Plat Nomor di depan dan belakang (sesuai BAB VII Bagian Ketujuh tentang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor Pasal 68 dan Pasal 70, BAB XIX Bagian Kedua Paragraf 1 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan Pasal 265 Ayat 1 huruf a, dan BAB XX tentang Ketentuan Pidana Pasal 280). 5 Memakai perlengkapan atau aksesoris safety riding yang relatif paling aman, antara lain: 1. Helmet (Pelindung Kepala) 2. Jaket 3. Celana 4. Sepatu 5. Sarung tangan 6. Knee protector (pelindung lutut), elbow protector (pelindung lengan/siku). 7. Rompi pelindung dada. 8. Penutup hidung

Anda mungkin juga menyukai