Anda di halaman 1dari 3

Berawal dari Hal-Hal Kecil untuk Indonesia Bebas Korupsi Septi Diah Prameswari / 210000041 Korupsi adalah masalah

yang serius, karena korupsi yang meluas dan tidak terkendali bisa menyebabkan bencana bagi Negara ini. Korupsi bisa menghancurkan Negara dan menyengsarakan rakyat. Rakyatlah yang harus membayar apa yang dinikmati oleh para koruptor tersebut. Koruptor mengambil hak rakyat. Koruptor mengambil kekayaan atau kesempatan yang seharusnya dapat dipergunakan untuk memakmurkan kehidupan rakyat. Bukan hanya pejabat Negara yang bisa melakukan perbuatan ini, tapi memang semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Pejabat selama ini menganggap dirinya sebagai penguasa (authorities), jarang yang menyadari perannya sebagai pelayan masyarakat (public servant/service provider). Budaya kekeluargaan (paternalistik) juga mengakibatkan turunnya kualitas pelayanan publik, karena menimbulkan kecenderungan untuk memberikan keistimewaan orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan pejabat yang bersangkutan. (Wahyudi Kumorotomo, 2005). Dampak korupsi begitu besar. Korupsi membuat mekanisme pasar tidak berjalan. Proteksi, monopoli dan oligopoli menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan distorsi pada distribusi barang dan jasa, dimana pengusaha yang mampu berkolaborasi dengan elit politik mendapat akses, konsesi dan kontrak-kontrak ekonomi dengan keuntungan besar. Persaingan usaha yang harus dimenangkan dengan praktik suap-menyuap mengakibatkan biaya produksi membengkak. Ongkos buruh ditekan serendah mungkin sebagai kompensasi biaya korupsi yang sudah dikeluarkan pelaku ekonomi. Menurut Abdullah Hehamahua, 2005 - dilihat dari motif terjadinya, korupsi dapat dibedakan: a. Korupsi karena kebutuhan, b. Korupsi karena ada peluang, c. Korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri, d. Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintah, e. Korupsi karena ingin menguasai negara. Karena itu, pemberantasan korupsi menjadi suatu tindakan yang sangat penting saat ini dan harus segera direlisasikan kepada siapa pun. Antikorupsi adalah kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan peluang bagi berkembangnya korupsi. Pencegahan yang dimaksud adalah

bagaimana meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan korupsi dan bagaimana menyelamatkan uang dan aset negara. Peluang bagi berkembangnya korupsi dapat dihilangkan dengan melakukan perbaikan sistem (sistem hukum, sistem kelembagaan) dan perbaikan manusia (moral, kesejahteraan). Secara sederhana, dalam pemberantasan korupsi ada 3 unsur pembentuk, yaitu pencegahan (antikorupsi/preventif), penindakan (kontrakorupsi/represif) dan peran masyarakat. Jadi, sangat penting bagi setiap warga Negara mulai dari yang muda sampai yang tua, dari anak-anak sampai kakek-nenek wajib meningkatkan kesadaran untuk tidak melakukan korupsi. Di sinilah pendidikan anti korupsi sangat penting untuk direalisasikan dan harusnya bukan hanya menjadi matakuliah wajib bagi setiap mahasiswa, tapi juga mata pelajaran wajib mulai dari tingkat pendidikan terbawah. Dalam arti sempit, korupsi diartikan sebagai tindakan yang menyeleweng dari ketentuanketentuan yang berlaku guna kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Di sini berarti korupsi bukan hanya merupakan penyelewengan yang merugikan Negara, tetapi apa pun bentuk penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan termasuk dalam tindakan korupsi. Misal, seorang anak dipercaya orang tuanya untuk membayar uang sekolah, dan ternyata uang pemberian orantuanya sisa tapi orang tua tidak mengetahuinya, jika anak itu menggunakan uang tersebut untuk kepentingan dirinya tanpa seijin orang tuanya maka tindakan tersebut masuk dalam kategori tindakan korupsi. Menurut saya, bahwa tindakan korupsi ini berawal dari kurangnya pendidikan kejujuran bagi setiap anak. Karena itu, kadang tindakan korupsi kecil tidak disadari oleh pihak yang melakukannya. Pendidikan kejujuran sangat pentin diterapkan pada setiap anak sejak dini. Misalnya saat anak menangis meminta sesuatu tapi orang tua tidak berniat untuk memberikannya maka kebiasaan orang tua adalah membohongi si anak tersebut dengan menawari sesuatu yang lain. Mungkin hal ini sepele, tapi jika hal ini sering dilakukan dan si anak telah bisa menyadari bahwa dia dibohongi, maka si anak tersebut pun akan membenarkan perbuatan itu dan secara sengaja atau tidak itu merupakan virus ketidakjujuran yang diterapkan orang tua. Sebagai bentuk pendidikan kejujuran, sebaiknya setiap orang tua tidak membiasakan berkata atau berbuat kebohongan di depan anak. Coba jelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada anak meski anak terkadang akan menangis atau marah, tapi itulah pendidikan kejujuran. Dengan

itu, maka anak pun akan terbiasa dengan kejujuran. Semua pendidikan kejujuran ini harus kita mulai dari diri sendiri dan mulai sekarang. Sebagai contoh, seperti yang saya lakukan dengan teman-teman di asrama. Ada kantin kejujuran di asrama, yang kita boleh makan kapan pun meski di asrama tidak ada orang sekali pun asalkan tetap di bayar sesuai yang di makan. Selain itu kita membiasakan untuk berkata jujur apa pun yang kita lakukan terhadap asrama. Hal ini saya terapkan di rumah. Dan saya berharap setiap orang bisa mencontoh apa yang telah kita lakukan. Karena pemberantasan korupsi tak terlepas dari tugas dan tanggung jawab kita sebagai warga Negara.

Anda mungkin juga menyukai