Anda di halaman 1dari 7

Pelat Fe-Clay Sebagai Katalis Heterogen Dalam Oksidasi Foto Fenton Fenol Sebagai Molekul Pemeriksa Untuk Pengolahan

Air
Abstrak Sebuah katalis heterogen fe-clay foto fenton dibuat dengan imobilisasi spesies besi pada permukaan Clay Alam Tunisia. Aktivitas katalis terstruktur ini diuji dalam degradasi fenol di bawah radiasi UV pada dua panjang gelombang yang berbeda (245 nm, radiasi UVC, dan 365 nm, radiasi UVA). Tingkat penyisihan fenol dari larutan berair selalu meningkat dengan adanya katalis fe-clay, bahkan di bawah kondisi gelap-fenton dan untuk kedua radiasi UV, 254 dan 365 nm. Menegaskan efisiensi system katalitik siap dalam proses fenton. Percobaan dilakukan pada suhu reaksi yang berbeda dengan adanya katalis Fe-plate. Aktivitas katalitik hampir tidak berubah / tetap setelah 5 siklus reaksi berturut-turut dengan menggunakan katalis Fe-plate yang sama. Stabilitas katalisator diuji dengan cara TEM - analisis EDX, yang menunjukkan bahwa katalis pelat baru ini merupakan pilihan menjanjikan sebagai katalis heterogen fenton untuk mineralisasi senyawa organik dalam air limbah. Pendahuluan Industri, pertanian, dan limbah domestik telah memberikan kontribusi pada kontaminasi sumber air dengan beberapa senyawa organik, yang seringkali beracun dan non-biodegradable (Jin et al, 2010;. Savage dan Diallo, 2005). Air limbah tersebut telah menjadi masalah mayor dalam sosial dan ekonomi sehingga sebagai standar kualitas kesehatan dan lingkungan modern, peraturan menjadi bertahap lebih ketat. Di antara senyawa yang terkandung dalam air limbah tersebut, fenol dianggap sebagai salah satu polutan yang paling beracun, berbahaya bagi kesehatan manusia dan kehidupan air (ATSDR, 2008;. Busca et al, 2008). Apalagi fenol diklasifikasikan sebagai agen yang bersifat teratogenik dan karsinogenik. Biodegradabilitas fenol hanya 90% di permukaan perairan setelah tujuh hari, dan toksisitas air dari fenol (LC50) adalah 12 mg L - 1 (Daphnia magna, 48 h). Di negara-negara Uni Eropa, konsentrasi maksimum fenol yang diperbolehkan dalam air minum adalah 0,5 mg L - 1 (Weber et al., 2008). Proses Fenton dan oksidasi foto-Fenton ramah lingkungan, karena keduanya tidak melibatkan penggunaan reagen kimia berbahaya. Selain metode tersebut mudah untuk ditangani dan dapat dioperasikan dengan menggunakan desain reaktor yang tidak rumit, reaksi Fenton Homogen telah dipertimbangkan dalam dekade terakhir sebagai salah satu dari jalan paling efisien untuk pengolahan air yang tercemar dengan rekalsitran bahan kimia (Bobu et al, 2006;. Chen et al, 2010;. Garrido-Ramirez et al, 2010;. Herney-Ramirez et al, 2011;.. Jin et al, 2010;Liotta et al, 2009;. Pera-Titus et al, 2004;.. Saracco et al, 2001; Wang, 2008). Proses Fenton didasarkan pada transfer elektron antara hidrogen peroksida dan logam homogen dalam larutan, umumnya besi (II) (Fe 2 +), mengakibatkan pembentukan radikal hidroksil (Pera-Titus et al, 2004; Wang, 2008) Oksidasi Fenton (i) Fe2- + H2O2 Fe3- + OH- + OH Ion Fe3- beregenerasi menjadi Fe2- dengan adanya H2O2 (ii) Fe3- + H2O2 Fe2- + HO2 + H+

Sayangnya, Reaksi (ii) sangat lambat. Untuk mempercepat reaksi oksidasi dilakukan inovasi dengan metode oksidasi foto fenton. Oksidasi Foto-Fenton H2O2 + UV OH + OH (fotolisis H2O2) 23Fe + H2O2 Fe + OH + OH (reaksi foto fenton) Namun, proses Fenton homogen memiliki kekurangan yang signifikan, untuk proses ini diperlukan hingga 50 - 80 ppm Fe dalam larutan. Hal ini sudah di atas batas yang ditetapkan oleh arahan Uni Eropa, yang memungkinkan kadar maksimum Fe sebesar 2 ppm dalam air yang diolah untuk dibuang langsung ke lingkungan (Walling, 1975). Karena persyaratan ini, penerapan pengolahan metode foto-fenton berskala besar mungkin mungkin menghasilkan sejumlah besar lumpur dalam langkah netralisasi akhir (Sabhi dan Kiwi, 2001). Dengan demikian, penggantia katalis homogeny dengan katalis logam aktif heterogen tersebut dapat dimasukkan sebagai alternatif yang menjanjikan. Katalis pendukung seperti zeolit sintetis dan alami, tanah liat dan berpilar tanah liat, polimer, silika, karbon atau resin telah dianggap sebagai kemungkinan yang mendukung katalis heterogen (Garrido-Ramirez et al, 2010;.. Liotta et al, 2009; Liu et al, 2009;.. Navalon et al, 2010;. Polaert et al, 2002; Santos et al, 2006;.. Zazo et al, 2006). Penelitian ini terfokus pada persiapan katalis heterogen foto fenton stabil dari Clay Alam Tunisia. Aktivitas katalis fe-clay plate ini diuji dalam degradasi foto-Fenton fenol, di bawah berbagai kondisi eksperimental, mempertimbangkanstabilitas pada sepanjang operasi waktu. Preparasi Preparasi Fe-plate Preparasi katalis diawalai dengan pemurnian lempung alam yang berasal dari Tunisia yang berperan sebagai raw material. Lempung dimurnikan degan cara mendispersikannya dalam 1 M NaCl dan diaduk pada suhu kamar selama 12 jam kemudian didekantasi atau disaring untuk menghilangkan supernatan (diulangi 3 kali). Setelah itu akan didapatkan partikel dengan ukuran sama sekitar 2 mikrometer. Na-Clay disentrifugasi dan dicuci dengan akuades. Setelah itu ditetesi AgNO3 untuk menghilangkan interferensi ion Cl pada lempung. Padatan yang didapatkan dikeringkan pada suhu 60 derajat celcius. Setelah dimurnikan, lempung dikombinasikan dengan air dan pasir dengan rasion pasir dengan lempung-Na 1:1. campuran dibentuk seperti adonan donat dengan diameter 7.8 cm dan tebal sekitar 4 cm kemudian dikeringkan pada suhu 25-30 derajat celcius. Setelah itu dikalsinasi dengan suhu 250 derajat celcius selama 4 jam. Untuk mengaktifkan situs aktif dalam plat, plat dicelupkan dalam larutan Fe(NO3)3 5g/L dan dipanaskan pada suhu 60 derajat celcius kemudian disimpan selama 2 jam dengan keadaan diaduk. Fe-Clay dikalsinasi lagi selama 4 jam dengan suhu 350 derajat celcius.

Karakterisasi XRD Tabel 1 Komposisi kimia Clay Alam Oxida (%) SiO2 Al2O3 CaO 48.2 22.3 6.7

Fe2O3 17.5

MgO 1.7

K2O 1.5

TiO2 1.1

SiO2/Al2O3 2.2

3.1. Karakterisasi katalis dan Clay alam Tabel 1 menunjukkan komposisi dari clay alam yang dianalisis dengan menggunakan XRF. Komposisi utama adalah silica, alumina, besi, dan kalsium. Banyaknya kandungan SiO2 adalah karena adanya kuarsa, sebagaimana terlihat oleh hasil analisis dg XRD (gambar). Pola powder XRD pada clay menunjukkan bahwa fase kristal utama adalah kuarsa (26,7 ), kaolinit (22,8 ) dan ilit (12,6 ). Setelah dikalsinasi, pada plat Fe- impregnated, fasa besi oksida (FeO) diamati terkait dengan fasa -Fe2O3 (hematite) dengan puncak difraksi muncul di 2 = 32,2, 35,7 dan 36,4 . Tetha (degree) Q: quartz An: anhydrid compouned(CaSO4) H: hematite D: dickite G: gluconite I: illite K: kaolinite

Karakterisasi IR

Spektra FTIR dari clay alam Karakterisasi dengan menggunakan alat FT-IR (IR,Digilab Excalibur FTS 3000 Spectrometer) dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang terkandung di dalam clay alam sebelum diembankan dengan Fe sebagai katalis Fe-clay. Spectra IR menunjukan adanya vibrasi pada : 3500 cm-1, (O-H) Streching 3000 cm-1, (Si-O) Streching 1428 cm-1, (CO32-) Streching diperkirakan untuk senyawa kalsit (CaCO3), dolomit (Ca,Mg(CO3), hal ini juga diperkuat dengan data XRF bahwa clay alam mengandung sejumlah senyawa seperti CaO dan MgO 472 cm-1, (Si-O-Mg) 533 cm-1, (Si-O-Al) Adanya vibrasi Si-O-Mg dan Si-O-Al ini mendukung teori sebelumnya bahwa kandungan utama clay adalah silikat dan alumina. Karakterisasi SEM SEM digunakan untuk mengamati permukaan objek solid dengan perbesaran 10-3.000.000 kali, resolusi 1-10 nm, dan depth of field 4-0,4 mm. SEM pada penelitian ini digunakan untuk melihat morfologi permukaan Clay plate sebelum dan setelah pengembanan Fe.

Gambar a. Merupakan struktur permukaan clay plate sebelum pengemanan Fe, c merupakan perbesarannya. Gambar b merupakan setelah diembankan Fe, dan d merupakan perbesarannya. Pada gambar tersebut terlihat perubahan yang nyata dalam morfologi bahan ketika sebelum penambahan dan setelah penambahan Fe. Pada gambar a terlihat struktur permukaannya lebih beraturan dan permukaannya tidak begitu tajam. Ketika di perbesar (gambar c) terlihat bahwa permukaannya datar dan terdapat gumpalan. Setelah dibebankan Fe (gambar b) permukaannya terlihat menjadi tidak beraturan dan berbentuk tajam/lancip. Ketika di perbesar (gambar d) terlihat pemisahaan partikel-partikel, penyelarasan materi dan berbentuk cross-linking.

Analisis TEM

Gambar 6. Hasil TEM untuk (a) dan (b) Clay plates; (c) Fe-clay plate; (d) Fe-clay plate setelah 5 siklus konsekutif oksidasi fenol Gambar 6(a) menunjukkan keberadaan dari berbagai macam konstituen dengan morfologi dan komposisi kimia yang berbeda. Gambar (b) menunjukkan partikel illite dekat agregat kristal magnetit. Gambar (c) menunjukkan morfologi clay setelah diemban dengan fe ( feclay plate). Sedangkan Gambar (d) menunjukkan morfologi Fe-clay plate setelah 5 siklus konsekutif oksidasi fenol. Dari data TEM tersebut dapat disimpulkan bahwa stabilitas katalis Fe-Clay adalah baik. Hal ini dibuktikan dengan persamaan morfologi yang terlihat dari Gambar (c) dan (d) dimana setelah degradasi (d) ternyata permukaan Fe-clay tidak banyak berubah ataupun termodifikasi dibandingkan dengan sebelum degradasi (c).

Spektra EDX (Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy) dari (e) clay plate; (f) Fe-clay plate Gambar. 6 (e) menjadi bukti adanya sejumlah kecil zat besi di dalam partikel. Selain itu, studi tentang katalis Fe-plate, yaitu Gambar. 6 (f), membuktikan bahwa.Spesies Fe secara efektif diendapkan pada permukaan tanah liat. Kesimpulan Suatu katalis Fe-Clay plate disusun dengan menggunakan tanah liat Tunisia sebagai bahan awal . Karakterisasi fisiko-kimia katalis dibuktikan dengan suksesnya imobilisasi Fe - aktif di fase matriks tanah liat . Aktivitas katalis ini diuji dalam oksidasi foto-fenton heterogen dari molekul pemeriksa : fenol dalam larutan air yang merupakan perwakilan dari kontaminan air. Penghilangan fenol dengan efisiensi 100 % dicapai setelah reaksi kurang lebih 60 menit dengan kehadiran katalis Fe-clay dan di bawah radiasi UV dari panjang gelombang 254 nm. Untuk kondisi reaksi yang setara, yaitu penambahan H2O2, radiasi UV dan panjang gelombang, dan setelah waktu reaksi, efisiensi penyisihan fenol terukur adalah lebih tinggi dengan adanya katalis Fe-Clay. Dengan kata lain, laju degradasi fenol lebih tinggi dengan adanya sistem katalis tersebut, yang membuktikan efisiensi Fenton sebagai katalis bahkan di bawah kondisi reaksi yang kurang menguntungkan. Keefektifan aktivitas katalis diamati setelah lima berturut-turut siklus reaksi dilakukan menggunakan katalis Fe-Clay yang sama. Pengamatan TEM, serta analisis EDX nya, membuktikan tidak ada modifikasi morfologi permukaan dan komposisi kimia yang terlihat pada siklus reaksi berturut-turut, menegaskan stabilitas yang baik dari katalis heterogen Fe-Clay .

Anda mungkin juga menyukai