lebih, B. system Fungsional Sel. 1. Penelanan dan pencernaan oleh sel. Zat-zat dpat melewati membrane dengan cara : - difusi - transfor aktif melalui membrane - endositosis , yaitu mekanisme membrane menelan cairan ekstra sel dan isinya. Tdd : fagositosis dan pinositosis. Fagositosis penelanan partekil besar oleh sel seperti bakteri, partikel2 degenatif`dan jaringan. menelan sediit cairan ekstra sel dan senyawa yg larut Pinositosis dalam bentuk vesikel kecil. 2. Ekstrasi energi dari zat gizi. (fungsi mitokondria) menghasilkan dioksidasi Oksigen dan zat gizi masuk dalam sel energi yg digunakan untuk membentuk ATP. 1 ATP menghasilkan 8000 kalori. B. MODALITAS CIDERA SEL Sel selalu terpajan terhadap sel atau kondisi yang selalu berubah dan potensial terhadap rangsangan yang merusak akan bereaksi : - Beradaptasi, - Jejas / cidera reversible - Kematian Sebab-sebab Jejas, Kematian dan Adaptasi sel : 1. Hipoksia, akibat dari : - hilangnya perbekalan darah karena gangguan aliran darah serta - gangguan kardiorespirasi - Hilangnya kemampuan darah mengangkut oksigen. : anemia dan keracunan. Respon sel terhadap hipoksia tergantung pada tingkat keparahan hipoksia: sel-sel dapat menyesuaikan , terkena jejas, kematian. 2. Bahan kimia (termasuk obat-obatan) Bahan kimia menyebabkan perubahan pd beberapa fungsi sel : permiabelitas selaput, homeostatis osmosa, keutuhan enzim atau kofaktor Racun menyebabkan kerusakan hebat pd sel dan kematian individu. 3. Agen fisik - Traumamekanik, yg dpt merusak sel dan dapat menyebabkan pergeseran organisasi organel intra sel . - Suhu rendah. - ggn suplai darah. - vasokontriksi - membakar jaringan - Suhu tinggi - Tenaga radiasi, jejas akibat ionisasi langsung senyawa kimia yg ada di dalam sel atau karena ionisasi sel yg menghasilkan radikal panas yg secara sekunder bereaksi dgn komponen intra sel - Tenaga listrik, jika melewati tubuh akan menyebabkan : aritmi jantungluka bakar. Serta ggn jalur konduksi saraf
4. Agen mikrobiologi : Bakteri, virus, mikoplasma, klamidia , jamur dan protozoa. mengeluarkan eksotoksin merusak sel-sel penjamu. merangsang responBateri peradangan.atau mengeluarkan endotoksin immunologi yg merusak sel.Timbul reaksi hipersensitivitas tehadap agen Contoh penyakit : infeksi stafilokokus atau streptococcus, gonore, sifilis, kolera dll. setelah berada dalam sel, Virus virus akan mewariskan gen-gen pada sel baru dan DNA virus menyatu dgn DNA sel untuk mengambil alih fungsi sel. RNA virus akan mengontrol fungsi sel. Contoh penyakit : ensefalitis, , campak jerman, rubella, poliomyelitis, hepatitis , dll 5. Mekanisme Imun Reaksi imun sering dikenal sebagai penyebab kerusakan dan penyakit pada sel. Antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen. Antigen endogen ( missal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun. 6. Gangguan genetik Mutasi, dapat menyebabkan: mengurangi suatu enzim, kelangsugan hidup sel tidak sesuai, atau tanpa dampak yg diketahui. 7. Ketidakseimbangan Nutrisi - defisiensi protein-kalori - avitaminosis aterosklerosis, dan obesitas 8. Penuaan C. ADAPTASI SEL Betuk reaksi sel jaringan organ / system tubuh terhadap jejas : 1. retrogresif, jika terjadi proses kemunduran (degenerasi/ kembali kearah yang kurang kompleks). 2. Progresif, berkelanjutan berjaklan terus kearah yang lebih buruk untuk penyakit) 3. Adaptasi (penyesuaian) : atropi, hipertropi, hiperplasi, metaplasi Sel-sel menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan mikronya. 1. Atropi o Suatu pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah berkembang sempurna dengan ukuran normal. o Merupakan bentuk reaksi adaptasi. Bila jumlah sel yg terlibat cukup, seluruh jaringan dan alat tubuh berkurang atau mengalami atropi. o Sifat : - fisiologik misalnya aging seluruh bagian tubuh tampak mengecil secara bertahap - patologik (pasca peradangan), misal keadaan kurus kering akibat marasmus dan kwashiorkor, emasiasi / inanisi (menderita penyakit berat), melemahnya fungsi pencernaan atau hilangnya nafsu makan - umum atau local.penurunan aktivitas endokrin dan pengaruhnya atas target sel dan target organ. Penyebab atropi : - berkurangnya beban kerja - hilangnya persarafan
- berkuranhnya perbekalan darah - hilangnya rangsangan hormone 2. Hipertropi Yaitu peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran alat tubuh Ukuran sel jaringan atau organ yg menjadi lebih besar dari ukuran normalnya. Bersifat fisiologik dan patologik, umum atau lokal 3. Hiperplasia Dapat disebabkan oleh adanya stimulus atau keadaan kekurangan secret atau produksi sel terkai. Hanya dapat tetrjadi pada populasi sel labil ( dalam kehidupan ada siklus sel periodic, sel epidermis, sel darah) . atau sel stabil (dalam keadaan tertentu masih mampu berproliferasi, misalnya : sel hati sel epitel kelenjar. Tidak terjadi pada sel permanent (sel otot rangka, saraf danjantung) 5. Metaplasia Ialah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel matur jenis lain Misalnya sel epitel torak endoservik daerah perbatasan dgn epitel skuamosa, sel epitel bronchus perokok. 6. Displasia Sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa mereda dapat mengalami ganguan polarisasi pertumbuhan sel reserve, sehingga timbul keadaan yg disebut displasia. Ada 3 tahapan : ringan, sedang dan berat Jika jejas atau iritan dpt diatasi adaptasi dan displasia dapat normal kembali. 7. Degenarasi o Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang disertai perubahan morfologik, akibat jejas nin fatal pada sel. o Dalam sel jaringan terjadi : akumulasi cairan atau zat dalam sel atau Storage (penimbunan) sel dan perubahan morfologik terurama dlm sitoplasma menyebabkan organel sel mengembung/bengkak. - Ditemukan kerusakan reticulum endoplasma dan filament mitokondria - Jika hal ini berlanjut maka kemunduran akan terjadi pembengkakan vesikel , akan tampak vakaula intra sel ini disebut degenarasi vakuoler atau hidrofik o Kedua proses degenerasi tersebut masih reversible. o Reaksi sel terhadap jejas yang masih reversible disebut degenerasi o Reaksi sel terhadap jejas yang ireversible menuju kematian disebut nekrosis 8. Infiltrasi Bentuk retrogresi dgn penimbunan metabolit sistemik pada sel normal (tdk mengalami jejas langsung jika melampaui batas maka sel akan pecah.) akan ditanggulangi oleh system makrofag. D. SEL YANG DISERANG Pengaruh stimulus yang menyebabkan cidera sel pada sel : 1. Kerusakan biokimia, terjadi perubahan kimia dari salah satu reaksi metabolisme atau lebih di dalam sel 2. Kelainan fungsi, ( missal kegagalan kontraksi, sekresi sel atau lainnya) kelainan dan kerusakan biokimia pada sel mengakibatkan Cidera fungsi. Tetapi tidak semua, jika sel banyak cidera, memiliki cadangan yg cukup sel tidak akan mengalami gangguan fungsi yg berarti. 3. Perubahan morfologis sel.yg menyertai kelainan biokimia dan kelainan fungsi.
Tetapi saat ini masih ditemukan sel secara fungsional terganggu namun secara morfologis tidak memberikan petunjuk adanya kerusakan. 4. Pengurangan massa atau penyusutan Pengurangan ukuran sel jaringan atau organ disebut atropi.lebih kecil dari normal. F. PERUBAHAN MORFOLOGI PADA SEL YG CIDERA SUBLETAL. perubahan morfologis pada Sel cidera Perubahan pada sel cidera sub letal bersifat reversible. Yaitu jika rangsangan dihentikan, maka sel kematian akan kembali sehat. Tetapi sebaliknya jika tidak dihentikan sel. Perubahan sub letal pada sel disebut degenerasi atau perubahan degeneratif. Perubahan degeneratif cenderung melibatkan sitoplasma sel, sedangkan nucleus mempertahankan integritas sel selama sel tdk mengalami cidera letal. Bentuk perubahan degeneratif sel : 1. pembengkakan sel 2. Penimbunan lipid intra sel
DEGENERASI DAN NEKROTIK SEL a. degenerisi dan infiltrasi b. nekrosis/kematian sel - perubahan morfologi pada nekrosis - perkembangan jaringan nekrotik - ganggren c. kematian somatic dan perubahan post morfem. REAKSI SEL TERHADAP JEJAS A. Sel Yg Diserang Pengaruh stimulus penyebab cidera sel terhadap sel : 1. Kerusakan biokimia, terjadi perubahan kimia dari salah satu reaksi metabolisme atau lebih di dalam sel 2. Kelainan fungsi, ( missal kegagalan kontraksi, sekresi sel atau lainnya) 3. Perubahan morfologis sel.yg menyertai kelainan biokimia dan kelainan fungsi. Tetapi saat ini masih ditemukan sel secara fungsional terganggu namun secara morfologis tidak memberikan petunjuk adanya kerusakan. 8. Pengurangan massa atau penyusutan Pengurangan ukuran sel jaringan atau organ disebut atropi.lebih kecil dari normal. Bentuk reaksi sel jaringan organ / system tubuh terhadap jejas : berdasarkan perubahan fungsi atau struktur sel : 1. retrogresif, jika terjadi proses kemunduran (degenerasi/ kembali kearah yang kurang kompleks). 2. Progresif, (berkelanjutan, berjalan terus keadaan yang lebih buruk untuk penyakit) 3. Adaptasi (penyesuaian) : atropi, hipertropi, hiperplasi, metaplasi B. Morfologi Jejas: 1. Pada jejas reversible : - Membran sel menggelembung - Pembengkakan umum (sitoplasma)
- Penggumpalan kromatin inti - Autofagi oleh lisosom - Penggumpalan partikel intramembran - Pembengkakan ER - Kebocoran ribosom - Pembengkakan mitokondria - Pemadatan kecil-kecil pada mitokondria 2. Pada jejas irreversible - Kelainan (defek) membrane sel - Gambaran myelin pada membrane sel - Inti mengalami : piknosis atau kariolisis atau karioreksis - Lisosom pecah dan autolisis - Lisis ER - Pembengkakan mitokondria menurun - pemadatan besar pada mitokondria. Degenerasi Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraselular yang disertai perubahan morfologik akibat jejas non fatal pada sel. Reaksi sel terhadap jejas yang masih reversible Pada degenerasi terjadi proses: Penimbunan (storage) atau akumulasi cairan atau zat dalam organel sel. Secara mikroskopik akan tampak : - Pembengkakan sel, jika sel tidak mampu mempertahankan homeostatis ion dan cairan. - Perubahan berlemak ( terutama pada sel-sel yg terlibat dan tergantung pd metabolisme lemak : hepatosit dan sel-sel miokardium) Bentuk perubahan degeneratif sel : 1. Pembengkakan sel 2. Penimbunan lipid intra sel Perubahan degeneratif cenderung melibatkan sitoplasma sel, sedangkan nucleus mempertahankan integritas sel selama sel tdk mengalami cidera letal. Infiltrasi Bentuk retrogresi dgn penimbunan metabolit sistemik pada sel normal (tdk mengalami jejas langsung seperti pd degenerasi). Dalam keadaan normal zat metabolit (glukosa, lipid, asam amino) berada dal sitoplasma, jika zat metabolit tersebut melampaui batas maka sel akan pecah. Nekrosis/kematian sel Sebuah atau sekelompok sel atau jaringan mati pada hospes yang hidup. Merupakan kematian sel local. Perubahan morfologi sebagai akibat tindakan degradasi progresif oleh enzim-enzim sel yg terjejas letal. Jika cedera cukup hebat maka sel akan mencapai sel tidak lagi mampu mengkompensasi
dansuatu titik point of no renturn sel mati.tidak dapat melangsungkan metabolisme Dua proses penting yg menunjukan perubahan nekrosis : yaitu : a. Digestif enzimatik sel, baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel mati) atau heterolysis ( enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan sering meninggalkan cacat jaringan yg diisi oleh leukosit imigran dan menimbulkan abses. b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan denaturasi protein struktur dan protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel sehingga untuk sementara morfologi sel dipertahankan. Dua bentuk nekrosis Jika proses digestif enzimatik sellebih menyolok pada sel nekrotik akan terjadi nekrosis lekuefaktif. Jika denaturasi protein lebih menyolok akan terjadi nekrosis koagulatif c. Perubahan yg terjadi pada jaringan yg mati. Perubahan sel dan jaringan nekrotik Perubahan morfologis pada sel nekrosis. : 1. Piknosis inti sel menyusut (selnya disebut piknotik) : gumpalan kecil yg hiperkromatik, dan batasnya tidak teratur dan warnanya gelap. 2. Karioreksis: inti sel hancur, serta terdapat pecahan2 zat kromatin di sitoplasma. 3. Kariolisis : sel hilang Penampilan morfologis jaringan nekrotik: 1. Nekrosis Koagulatif ( pada nekrosis akibat hilangnya suplai darah): Jika enzim litik sel mati dihambat oleh keadaan local maka sel nekrotik akan mempertahankan bentuknyselam beberapaa paling sering dijumpai. waktu. Contoh : pada infark miokardium 2. Nekrosis liquefaktiva: jaringan nekrotik sedikit demi sedikit mencair oleh enzim. Sering terjadi pada otak yang nekrotik Contoh pada sel mati hipoksia pada susunan saraf pusat. 3. Nekrosis kaseosa, Sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahan-pecahan sel nya tetap ada selam betahun-tahun. . missal pada tuberculosis. 4. Nekrosis lemak , akibat trauma langsung pd jaringan lemak. Perkembangan Jaringan Nekrotik Nekrosis : timbul respon peradangan jaringan , jaringan nekrotik hancur dan hilang. Proses perbaikan dgn regenerasi sel-sel yg hilang atau dgn pembentukan jaringan parut Akibat nekrosis 1. Kehilangan fungsi : missal :deficit neurologis penyebaran2. Menjadi fous infeksi, medium pembiakan mikroorganisme tertentu 3. Perubahan2 sistemik tertentu : demam, leukositosis 4. pengeluaran enzim-enzim yg dikandungnya ke dalam darah akibat sel mati dan peningkatan permiabelitas membhran. Kepustakaan : 1. Pringgoutomu, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi I (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto. 2. Robbins, 1995 Buku Ajar Patologi I, Edisi 4. Jakarta. EGC 3. Price SA dan Wilson LM, 1995 Patofisiologi, Konsep Klinik Proses- Proses Penyakit, Jakarta.
Susunan jaringan /populasi berbagai organ tubuh , tdd : a. Parenkim, yaitu polpulasi sel organ tubuh yg berdeferensiasi menjadi unsure penting. b. Stroma , yaitu jaringan yg merupakan zat dasar yang bersifat sebagai penyangka (kerangka) c. Matrik, yaitu substansi interseluler dalam jaringan organ. Berdasarkan fungsi, sel digolongkan sbb: a. Sel epitel b. Sel jaringan penghubung Prekursor sel jaringan penghubung yaitu ; fibroblast yg dapat bereferensiasi menjadi sel mesenkim jenis lain seperti sel lemak, sel otot polos, sel tulang dan sel tulang rawan. Sel darah juga beasal dari jaringan penghubung yg berada dlm jaringan myeloid sum-sum tulang. c. Sel jaringan otot d. Sel jaringan saraf. Posted by reyanqyut at 9:00 PM