1. Pendahuluan ..................................................................................................... 1
6. Daftar Pustaka................................................................................................ 17
SEJARAH PERADABAN DAN PEMIKIRAN
BANI UMAYYAH I
A. Pendahuluan
Sebagai bagian dari khazanah masa lalu, sejarah panjang perjalanan islam
telah membentuk suatu peradaban yang mengalami pasang surut. Hal ini
tampak dalam hadis Nabi yang menjelaskan tentang keadaan dan kondisi umat
islam, yang dalam hal ini Nabi cirikan dengan keadaan para penguasanya.
Setidaknya beliau membagi fase peradaban islam setelah beliau wafat dalam
empat fase. Fase pertama adalah fase dimana kepemimpinan kaum muslimin
dikelola oleh orang-orang yang mengacu pada cara (manhaj) kepemimpinan
nabi, yang adil dan mengangkat kewibawaan Islam. fase ini disepakati sudah
berlalu dengan para aktornya adalah khulafaa-ur-rasyidiin.
1
Tinjauan Kritis Terhadap Fase-Fase Peradaban Islam, Afzalurrahman
Assalam,http://WordPress.com
2
Dalam makalah ini kami membatasi diri dalam pembahasan dinasti Bani
Umayyah I, yang menjadi tonggak awal terbentuknya sistem monarkhi dalam
islam dan perkembangan peradaban di dunia islam.
Bani Umayyah merupakan anak turun dari Umayyah bin Abdul Syams,
yang merupakan salah satu dari suku Quraisy. Pada masa sebelum islam bani
Umayyah selalu bersaing dengan bani Hasyim yang juga termasuk suku
Quraisy. Pada masa itu, bani Umayyah memegang peranan penting dalam
masyarakat Mekah. Merekalah yang menguasai pemerintahan dan
perdagangan pada masa itu. Akan tetapi, ketika agama islam mulai
berkembang dan mendapatkan pengikut, mereka merasa bahwa kekuasaan dan
perekonomiannya menjadi terancam2. Sehingga pada waktu itu mereka sangat
memusuhi agama islam. Namun pada akhirnya, ketika islam menjadi kuat dan
dapat menguasai Mekah, mereka mulai menyerah dan bahkan mau memeluk
islam. Diantara mereka terdapat Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang dikemudian
hari menjadi pendiri dinasti Umayyah.
Kerajaan Bani Umayyah didirikan oleh Mu’awiyah Bin Abu Sufyan pada
tahun 41 H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132H/750
M. Muawiyah bin Abu Sufyan adalah seorang politisi handal dimana
pengalaman politiknya sebagai gubernur Syam pada masa khalifah Utsman
bin Affan cukup mengantar dirinya mampu mengambil alih kekuasaan dari
gegaman keluarga Ali bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Husein putra Ali bin
Thalib dapat dikalahkan oleh Umayyah.
2
Ensiklopedia Islam, dewan redaksi ensiklopedi islam, Ikhtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1994,
vol. V hlm.130
3
menyebutnya "Khalifah Allah" dalam pengertian "penguasa" yang diangkat
oleh Allah.
1. Dukungan yang kuat dari rakyat Syria dari keluarga Bani Umayyah.
2. Sebagai administrator, Muawiyah mampu berbuat secara bijak dalam
menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting.
3. Muawiyah memiliki kemampuan yang lebih sebagai negarawan sejati,
bahkan mencapai tingkat hilm sifat tertinggi yang dimiliki oleh para
pembesar Mekkah zaman dahulu, yang mana seorang manusia hilm seperti
Muawiyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan-
keputusan yang menentukan, meskipun ada tekanan dan intimidasi3.
Adapun raja-raja yang berkuasa pada dinasti Umayyah I ini berjumlah 14,
antara lain :
4
14. Marwan II bin Muhammad (127-133H/744-750M)
Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau
menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada
gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil
sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk,
kecuali Husein ibn Ali dan Abdullah ibn Zubair. Bersamaan dengan itu,
Syi’ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan
kembali. Perlawanan terhadab Bani Umayyah dimulai oleh Husein ibn Ali.
5
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd Al-Aziz (717-720 M)
hubungan pemerintah dengan golongan oposisi mulai membaik. Ketika
dinobatkan sebagai khalifah, Beliau menyatakan bahwa memperbaiki dan
meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada
menambah perluasannya. Ini berarti bahwa prioritas utama adalah
pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat,
dia berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah. Dia juga
memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai
dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan, kedudukan Mawali
disejajarkan dengan muslim Arab.
6
Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke
Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.
Perintah ini tentu saja memberikan sinyal awal bahwa kesetiaan terhadap
Yazid merupakan bentuk pengokohan terhadap sistem pemerintahan yang
turun temurun telah coba dibangun oleh Mu’awiyah. Tidak ada lagi suksesi
kepemimpinan berdasarkan asas musyawarah (syuro) dalam menentukan
seorang pemimpin baru. Mu’awiyah telah merubah model kekuasaan dengan
model kerajaan yang membenarkan regerisasi kekuasaan dengan cara
memberikan kepada putera mahkota. Orang-orang yang berada di luar garis
keturunan Mu’awiyah, secara substansial tidak memiliki ruang dan
kesempatan yang sama untuk memimpin pemerintah Umat Islam, karena
sistem dinasti hanya membenarkan satu kebenaran bahwa suksesi hanya bisa
diberikan kepada keturunan dalam dinasti tersebut5.
7
menangani banyaknya propinsi yang ada, maka khalifah ketika itu, Muawiyah
bin Abu Sofyan, mencoba menggabung beberapa wilayah menjadi satu
propinsi. Wilayah-wilayah ini terus berkembang sejalan dengan keberhasilan
program futuhat. Setiap gubernur memilih amir atas jajahan yang berada
dalam kekuasaannya, dan para amir tersebut bertanggung jawab langsung
kepada khalifah. Konsekuensinya, para amir berfungsi sebagai khalifah di
daerah. Nilai politis kebijakan ini adalah upaya sentralisasi wilayah
kekuasaan, mengingat potensi daerah-daerah tersebut dalam menopang
jalannya pemerintahan, baik dari sudut pandang ekonomi, maupun keamanan
dan pertahanan nasional. Pada masa Hisyam bin Abdul Malik, Gubernur
mempunyai wewenang penuh dalam hal administrasi politik dan militer dalam
propinsinya, namun penghasilan daerah ditangani oleh pejabat tertentu (sahib
al-kharaj) yang mempunyai tanggung jawab langsung pada khalifah.
Dari segi organisasi militer, pada masa dinasti ini bangsa arab telah
mencapai perkembangan yang cukup signifikan. Jumlah tentara ketika
pemerintahan berada dibawah kekuasan Muawiyah berjumlah 60.000 orang,
dengan anggaran sebesar 60 juta dirham. Setelah penaklukan Bizantium,
angkatan perang Umayyah didata dalam sebuah organisasi yang cukup besar.
Satu divisi terdiri dari 5 corp, dua corp untuk barisan depan, satu corp untuk
barisan tengah, dan dua corp lagi adalah untuk barisan belakang. Organisasi
ini masih terus berlangsung hingga akhir pemerintahan Marwan (II) bin
Muhammad. Ia menghapus organisasi ini dan mengenalkan susunan tentara
6
Dinasti Umayyah : Perkembangan Politik, Hermain El-Hermawan, Forum Kajian Islam
Strategis Sumatra Utara
8
yang disebut kurdus. Para tentara dilengkapi dengan senjata canggih pada
masa itu, seperti peluru yang digerakkan dengan roket.
Dari segi cara hidup, para khalifah Dinasti Umayyah telah meninggalkan
pola dan cara hidup Nabi Muhammad SAW dan Khulafa' Ar-Rasyidun.
Mereka menjaga jarak dengan masyarakat, dengan tinggal di istana yang
dikelilingi oleh para pengawal. Baitul mal yang selama masa pemerintahan
sebelumnya difungsikan sebagai dana swadaya masyarakat yang difungsikan
untuk kepentingan rakyat, pada masa Umayyah telah berubah fungsi. Kecuali
ketika dinasti Umayyah di bawah pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, kas
negara adalah milik penguasa dan keluarganya. Rakyat hanya wajib untuk
menyetor pajak tanpa mempunyai hak menanyakan penggunaannya. Pada
masa ini pajak Negara dialihkan menjadi harta pribadi para kholifah.
Pendapatan pajak diperoleh dari, pajak tanah, jizyah, zakat, cukai dan pajak
pembelian, upeti yang harus dibayar menurut perjanjian, seperlima ghonimah,
fai’, impor tambahan hasil bumi, hadiah festifal, dan upeti anak dari bangsa
barbar7.
9
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa
dalam pembangunan di berbagai bidang. Semasa bani Umayyah berkuasa,
banyak institusi politik dibentuk, misalnya undang-undang pemerintahan,
dewan menteri, lembaga sekretariat negara, jawatan pos dan giro serta
penasihat khusus di bidang politik. Dalam tatanan ekonomi dan keuangan juga
dibentuk jawatan ekspor dan impor, badan urusan logistik, lembaga sejenis
perbankan, dan badan pertanahan negara. Sedang dalam tatanan teknologi,
dinasti ini telah mampu menciptakan senjata-senjata perang yang canggih
pada masanya, sarana transportasi darat maupun laut, sistem pertanian
maupun pengairan8.
Kholifah Abd Al-Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang
dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang
tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Ia
juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan
dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi
pemerintahan Islam.
10
Selain melakukan perbaikan di berbagai bidang seperti yang telah
disebutkan di atas, dinasti Umayyah juga melakukan perubahan dalam
beberapa bidang, seperti :
a. Bidang sosial
9
Sistem Sosial Budaya dan Model Pemerintahan Pada Masa Bani Umayyah,
Imronfauzi.wordpress.com.
11
membentuk lembaga kehakiman. Lembaga kehakiman ini dikepalai oleh
seorang ketua Hakim (Qadli). Seorang hakim (Qadli) memutuskan perkara
dengan ijtihadnya. Para hakim menggali hukum berdasarkan Al-Qur’an
dan sunnah Nabi. Disamping itu kehakiman ini belum terpengaruh atau
dipengaruhi politik, sehingga para hakim dengan kekuasaan penuh berhak
memutuskan suatu perkara tanpa mendapat tekanan atau pengaruh suatu
golongan politik.
b. Bidang pendidikan
12
pendidikan yang dilaksanakan di mesjid terdiri dari dua tingkat yaitu:
tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah guru
belumlah ulama besar sedangkan pada tingkat tinggi gurunya adalah
ulama yang dalam ilmunya dan masyhur kealiman serta keahliannya.
Sedangkan Majelis sastra, merupakan balai pertemuan untuk membahas
masalah kesusasteraan dan juga sebagai tempat berdiskusi mengenai
urusan politik yang disiapkan oleh khalifah yang dihiasi dengan hiasan
yang indah dan hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama terkemuka.
c. Bidang seni
Pada masa Daulah Bani Umayyah ini bidang seni juga mengalami
perkembangan, terutama seni bahasa, seni suara, seni rupa, dan seni
bangunan (Arsitektur). Dalam bidang arsitektur, peranan kholifah daulah
Umayyah sangat menonjol. para kholifah sangat menyokong
perkembangan seni ini seperti menara yang diperkenalkan oleh
Mu’awiyah. Kubah as-sakhra di yerussalem yang dibangun oleh Abdul
Malik pada tahun 691, merupakan salah satu contoh hasil karya arsitek
muslim zaman permulaan yang paling cantik. Bangunan ini merupakan
masjid yang pertama kali ditutup dengan kubah. Pada sekitar abad VII
Walid ibn Abdul Malik membangun masjid agung di syiria berdasarkan
nama-nama penguasa dinasti umayyah. Dengan demikian, perkembangan
arsitektur mencapai puncaknya pada bentuk dan arsitektur masjid-masjid.
d. Ilmu pengetahuan
Pada masa dinasti ini, tepatnya pada paroh terakhir dinasti Umayyah, cabang-
cabang ilmu baru yang sebelumnya belum pernah diajarkan dalam dunia islam
mulai diajarkan seperti, tata bahasa, sejarah, geografi dan lain-lain. Pada masa
Umayyah, ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua macam, yaitu :
13
Islam), yang meliputi : ilmu thib, filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta
lainnya yang disalin dari Persia dan Romawi ;
Usaha yang tidak kalah pentingnya pada masa Dinasti Umayyah ini
dimulainya penterjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam Bahasa
Arab, seperti yang dilakukan oleh Khalid ibn Yazid ibn Mu'awiyah. Ia
merupakan seorang orator dan penyair yang berpikiran tajam. Ia pula
orang yang pertama kali menerjemahkan ilmu pengetahuan yunani ke
dalam bahasa arab, seperti astronomi, kedokteran dan kimia12. Bahkan, Ia
memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang kimia dan kedokteran serta
mengarang beberapa buku dalam bidang tersebut. Pada masa Umar ibn
Abdul Aziz, sekolah kedokteran yang pada awalnya berada di Alexandria
dipindahkan ke Antokia. Di bawah pemerintahannya karya yunani banyak
yang diterjemahkan ke dalam bahasa arab.
Pada masa ini pula ilmu tafsir dan tafsir al-qur’an mulai berkembang
dengan pesat. Ilmu tafsir memiliki letak yang strategis, disamping karena
faktor luasnya kawasan Islam ke beberapa daerah luar Arab yang
membawa konsekwensi lemahnya rasa seni sastra arab, juga karena
banyaknya yang masuk Islam. Hal ini menyebabkan pencemaran bahasa
Al Quran dan makna Al Quran yang digunakan untuk kepentingan
golongan tertentu. Pencemaran Al Quran juga disebabkan oleh faktor
intervensi yang didasarkan kepada kisah-kisah Israiliyyat. Karena tuntutan
untuk mempelajari dan menafsirkan al-qur'an itulah, dua jenis ilmu
11
Dinasti Bani Umayyah : (Perkembangan Politik, Gerakan Oposisi, Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Kejatuhan Dinasti), Mohammad Suhaidi RB
http://deemuhammad.blogspot.com
12
Ensiklopedia Islam vol. 5, dewan redaksi ensiklopedi islam, Ikhtiar Baru van Hoeve, Jakarta :
1994
14
pengetahuna yakni filologi dan leksikografi mendapatkan perhatian oleh
banyak orang13.
15
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti bani Umayyah menjadi
lemah, yaitu :
16
Abbas ibn Abd Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari
Bani Hasyim dan golongan Syi’ah, dan kaum mawali yang merasa dikelas
duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.
6. Kaum Mawali yang tidak mendapatkan posisi strategis di
pemerintahan turut menggerogoti kepemimpinan dinasti Mu'awiyah
7. Sikap antipati Ulama terhadap kehidupan mewah keluarga
kerajaan.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Ensiklopedia Islam, dewan redaksi ensiklopedi
islam, Ikhtiar Baru van Hoeve, Jakarta
2. Pertumbuhan Dan Perkembangan Budaya Arab
Pada Masa Dinasti Umayyah, Fadlil Munawwar Manshur, majalah
Humaniora Volum VI
3. Dinasti Umayyah : Perkembangan Politik, Hermain
El-Hermawan, Forum Kajian Islam Strategis Sumatra Utara
4. Artikel Khalifah Bani Umayyah (Masa Kemajuan
Islam) oleh: azwarti
5. Sistem Sosial Budaya dan Model Pemerintahan
Pada Masa Bani Umayyah, Imronfauzi.wordpress.com.htm
18