Anda di halaman 1dari 2

Tulisan Dwimingguan KIMM November 2013

TRANSPORTASI UNTUK NEGARA MAJU

"Konsep transformasi di negara maju bukan ketika orang miskin bisa membeli mobil tetapi saat orang kaya mau mengendarai angkutan umum" Saya mengambil kata-kata tersebut dari seorang dosen yang selalu santai dalam berbicara tapi selalu sukses membuat para mahasiswanya tergelitik untuk memikirkannya lebih dalam. Banyak pertanyaan dan kesimpulan sederhana yang saya dapatkan pada kata-kata beliau Kenapa banyak sekali orang yang bercita-cita memiliki mobil? Padahal jelas-jelas BBM semakin langka. Kenapa angkutan di negeri kita tidak sehebat negara lain? Padahal negara kita merupakan negara yang menempati posisi ketiga sebagai negara terpadat di dunia. Kenapa angka kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya mencapai 117.949 kecelakaan yang disebabkan Human Error? Padahal sudah berbagai macam kebijakan dilakukan. Semakin saya pikirkan semakin banyak pertanyaan yang muncul. Kenapa kebijakan penggunaan sabuk pengaman tidak berlaku untuk para supir kendaraan umum? Dan kenapa kebijakan menggunakan helm tidak berlaku untuk penumpang ojeg? Jadi siapa yang mau naik kendaraan umum yang bahkan tingkat keamanannya tidak terjamin. Dan saya sendiri juga lebih memilih untuk memakai kendaraan pribadi. Tapi untung saja saya tidak bisa mengendarai mobil mau pun motor. Alasannya simpel bahkan konyol, saya tidak suka dengan bau bensin. Bagaimana saya mau mengendarai mobil atau motor jika kepala saya pusing? Meski harus bersusah payah dengan kesemerawutan angkutan umum. Saya tidak perlu terlalu memikirkan untuk membeli BBM jika berpergian meski secara tidak langsung saya juga penikmat BBM untuk transportasi meski secara tidak langsung mengantri di Pom Bensin. Ada satu kebijakan yang membuat saya atau mungkin beberapa dari kalian menggelengkan kepala. Mobil murah. Padahal sebelumnya terdapat kebijakan yang membuat semua rakyat Indonesia tergugah hatinya untuk mengkritisi. Harga BBM naik dan BSLM. Ketika ketuk palu sidang memutuskan bahwa BBM memang harus naik maka beberapa harga barang ikut menyesuaikan. Ketika harga BBM naik dan kemacetan dibeberapa kota besar sampai saat ini belum teratasi. Belum lagi para supir kendaraan umum yang bandel, berhentik

sembarangan tempat untuk menaik dan menurunkan penumpang, ugal-ugalan atau bahkan ngetem disembarang tempat. Bukan hanya supirnya saja yang bandel tapi penumpangnya juga sama memberhentikan angkutan umum tepat dibawah rambu-rambu dilarang berhenti. Setelahnya kebijakan menghebohkan mengenai mobil murah muncul. Ramah lingkungan, katanya. Tapi apa gunanya mobil ramah lingkungan ketika membutuhkan BBM yang semakin lama semakin langka. Jadi sebenarnya transportasi umum yang setiap hari kita jumpai itu untuk siapa? Untuk para kaum tak berpunya?

Berliani Azizah Administrasi Negara 2011 KIMM Angkatan II

Anda mungkin juga menyukai