Anda di halaman 1dari 44

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian Sindrom Stevens-Johnson merupakan reaksi hipersensitivitas kompleks imun pada mukokutan yang paling sering disebabkan oleh obat-obatan dan lebih sedikit oleh infeksi. Sindrom Stevens-Johnson adalah kelainan yang ditandai dengan cepatnya perluasan ruam makula, sering dengan lesi target atipikal (datar, irreguler), dan keterlibatan lebih dari satu mukosa (rongga mulut, konjungtiva, dan genital) ( it!patrick, et al., 1"""# $amayanja, et al., %&&'). (enggunaan obat antibiotik, analgesik, antikonvulsan, antiinflamasi nonsteroid, allopurinol, dan kortikosteroid merupakan etiologi dari Sindrom Stevens-Johnson ()oujeau, 1""'). (ada penelitian *nan+oranich, et al, ( %&&'), $evirapine menyebabkan % pasien yang terinfeksi Imunodeficiency Virus (,-.) menderita Sindrom Stevens-Johnson. $evirapine adalah non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor yang digunakan dalam kombinasi dengan obat antiretroviral lain untuk pengobatan infeksi ,-.. Human Imunodeficiency Virus (,-.) merupakan retrovirus penyebab *-/S Human

(Acquired Immuno Deficiency Syndrome ) yaitu kondisi dari sekumpulan gejala akibat berkurangnya sel pertahanan tubuh yang disebabkan penekanan pada sel-sel limfosit 0 oleh ,-. (Samarayanake, et al., %&&%).

(ada tahun %&&% diperkirakan antara "&.&&&-11&.&&& orang di -ndonesia hidup dengan ,-.2*-/S, dari jumlah tersebut diperkirakan sebanyak 1&.&&& orang yang terinfeksi ,-.2*-/S membutuhkan terapi antiretroviral segera (/epkes )-, %&&3). 4bat-obatan anti-,-. menolong orang yang terinfeksi ,-. bertahan lebih lama dan hidup lebih sehat. 4bat-obatan antiretroviral harus diberikan dalam kombinasi, dan semua obat tersebut dapat menyebabkan efek samping yang negatif yaitu hepatotoksik, hiperglisemia, hiperlipidemia, laktik asidosis, lipodistrofi, osteonekrosis, osteoporosis, osteopenia, dan Sindrom StevensJohnson (Department of Health and Human Services, %&&5). 6elainan mukokutan seperti Sindrom Stevens-Johnson bisa muncul pertamatama di dalam mulut, dan tindakan dini dapat mencegah keterlibatan kulit lebih lanjut (7e+is, 1""5). /okter dan dokter gigi seringkali berdiskusi untuk mengevaluasi dan megobati ulserasi pada rongga mulut. /okter gigi umum dapat mengambil peran utama dalam mengidentifikasi pasien dengan ulser dalam rongga mulut yang disebabkan oleh obat dan memfasilitasi pengobatan dan pera+atan pasien (8ohen, et al., 1"""). 9erdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai prevalensi Sindrom Steven Johnson akibat penggunaan obat anriretroviral (*).) pada pasien ra+at inap di )S:( /r. ,asan Sadikin 9andung periode Januari-/esember %&&5.

1 1.2 Identifikasi Masalah 9erdasarkan latar belakang penelitian dapat dirumuskan masalah yaitu ;
1)

9erapa prevalensi Sindrom Stevens Johnson akibat antiretroviral (*).) pada pasien ra+at inap di )S:( /r. ,asan Sadikin 9andung periode Januari/esember %&&5.

%)

*). yang paling banyak menyebabkan Sindrom Stevens Johnson pada pasien ra+at inap di )S:( /r. ,asan Sadikin 9andung periode Januari/esember %&&5.

1.3 Tu uan Penelitian 0ujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai prevalensi Sindrom Steven-Johnson akibat obat antiretroviral (*).) pada pasien ra+at inap di )S:( /r. ,asan Sadikin 9andung periode Januari/esember %&&5. 1.! "egunaan Penelitian ,asil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi dokter umum maupun dokter spesialis mengenai prevalensi Sindrom StevenJohnson akibat antiretroviral serta sebagai pertimbangan dalam mencegah atau meminimalisir terjadinya reaksi alergi obat. 9agi dokter gigi, hasil penelitian ini diharapkan pula menambah ilmu pengetahuan mengenai prevalensi Sindrom Stevens-Johnson akibat

antiretroviral sehingga dapat menegakkan diagnosa serta bekerjasama dengan dokter umum untuk melakukan terapi yang tepat.

,asil penelitian ini juga merupakan upaya informatif bagi pasien bah+a reaksi alergi obat seperti Sindrom Steven-Johnson dapat terjadi akibat efek samping obat antiretroviral sehingga pasien dapat lebih berhati-hati dalam

mengkonsumsi obat. 1.# "erangka Pe$ikiran Sindrom Stevens-Johnson merupakan suatu kelainan mukokutan akut akibat reaksi hipersensitivitas dengan gejala klinis makula eritem, papula, vesikel, dan bula juga tedapat lesi pada % atau lebih membran mukosa disertai dengan gejala sistemik (<artodihardjo, 1""&# )oujeau, 1""'# )ose, %&&'). 9eberapa faktor sebagai pencetus Sindrom Stevens-Johnson antara lain obatobatan, bahan kimia, keganasan, dan infeksi. 4bat-obatan yang mencetuskan sindrom Stevens-Johnson yaitu antibiotik, antikonvulsan, antijamur, analgesik, sulfonilurea, allopurinol, dan kortikosteroid (7agayan, %&&'). <enurut <eechan and Seymour (%&&%), =faviren! dan nevirapine menyebabkan Sindrom Stevens-Johnson. $evirapine dan efaviren! merupakan obat antiretroviral golongan $$)0-. *ntiretroviral (*).) merupakan obat yang mela+an ,-. yang bekerja menekan replikasi ,-. dalam darah, sehingga mengendalikan infeksi ,-. serta melindungi sistem kekebalan dari kerusakan. >olongan *). yaitu $s)0- atau nucleoside reverse transcriptase inhibitor (abacavir, didanosine, stavudine, lamivudine, dan !idovudine), $t)0- atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor (tenofovir), $$)0- atau non nucleoside reverse transcriptase inhibitor (efaviren! dan nevirapine), dan (- atau protease inhibitor (nelfinavir, sa?uinavir, ritonavir, amprenavir, indinavir, dan lopinavir) (/epkes )-, %&&3).

' 1.% Met&d&l&gi Penelitian (enelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan mengumpulkan data dari catatan medis morbiditas pasien ra+at inap dengan kode -8/ 7'1.1 dan 7'1.%, dimana kode -8/ 7'1.1 adalah kode resmi dari @,4 untuk diagnosa bullous dan kode -8/ 7'1.% adalah resmi dari @,4 untuk diagnosa To ic !pidermal "ecrolysis di )S:( /r. ,asan Sadikin 9andung periode Januari/esember %&&5. 1.' (aktu dan L&kasi Penelitian (enelitian ini dilakukan di instalasi ra+at inap bagian -lmu 6esehatan 6ulit dan 6elamin serta bagian rekam medis )S:( /r. ,asan Sadikin 9andung pada bulan <aret sampai dengan bulan <ei %&&".

BAB II TIN)AUAN PU*TA"A

2.1 *indr&$ *te+en )&hns&n 2.1.1 Definisi Sindrom Stevens-Johnson adalah penyakit akut dan berat, terdiri dari erupsi kulit, kelainan mukosa dan lesi pada mata (Siregar, 1""A). Sedangkan menurut 7askaris (%&&&), Sindrom Stevens-Johnson atau eritema multiformis mayor adalah variasi eritema multiformis mukokutan yang lebih parah dengan ditandai keterlibatan membran mukosa. <enurut Sharma and Sethuraman (1""A), Sindrom Stevens-Johnson adalah bentuk penyakit mukokutan dengan tanda dan gejala sistemik yang dari ringan sampai berat berupa lesi target dengan bentuk yang tidak teratur, disertai makula, vesikel, bula dan purpura yang tersebar luas terutama pada rangka tubuh, terjadi pengelupasan epidermis kurang lebih 1& B dari area permukaan tubuh, serta melibatkan lebih dari satu membran mukosa. 6asus dengan pengelupasan epidermis antara 1&B sampai dengan 1&B disebut dengan overlap Stevens-#ohnson Syndrome-To ic !pidermal "ecrolysis $ SJS-0=$), sedangkan kasus dengan pengelupasan epidermis lebih dari 1&B disebut To ic !pidermal "ecrolysis (0=$) (9astuji>arin, et al., 1""1).

2.1.2 Eti&l&gi 0abel %.1 =tiologi Sindrom Stevens-Johnson


N& 1. Eti&l&gi -diopatik "eterangan 9anyak kasus Sindrom Stevens-Johnson yang tidak diketahui secara pasti etiologinya, diduga ,eferensi 8a +son, 1""3# 7askaris, %&&&# (arillo, et al., %&&'.

C
sebesar '&B etiologi Sindrom StevensJohnson adalah idiopatik. %. =rupsi alergi obat 6ebanyakan pasien memiliki ri+ayat secara sistemik menggunakan obat-obatan sebelum timbulnya gejala-gejala Sindrom StevensJohnson. =rupsi alergi obat secara sistemik adalah reaksi pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai pemberian obat. a. *ntibiotik >olonganakibat penisilin dan semisintetiknya, tetrasiklin, sulfonamid, sefalosporin, eritromisin, vankomisin. b. *ntikonvulsan 9arbiturat,fenitoin,hidantoin,karbama!epin, fenobarbital a.*ntiinflamasi 4ksikam,parasetamol,derivatsalisilat, pira!olon d.*ntirematik e. *ntituberkulosis f. *ntiretroviral g.*ntihiperglikemi h.6ortikosteroid i. *ntihelmintik j. *mebisid k.*ntiepilepsi l. *ntimalaria Smelik, %&&'# 7agayan, %&&'. 1. 9ahan-bahan kimia *lopurinol )ifampisin $evirapin Sulfonilurea >lukokortikoid <ebenda!ol <etronida!ol 7amotrigin 6inin, meflokuin, klorokuin

<ansjoer, dkk., %&&&.

)oujeau, 1""'# $oel, et al., %&&&# )ose, %&&'. )oujeau, 1""'# 7agayan, %&&'. .illar, et al., %&&1# )ose, %&&'.

>hislain and )oujeau, %&&' ritsch and Sidoroff, %&&&. agot, et al., %&&1. )oujeau, et al., 1""'. )oujeau, et al., 1""'. 0ong 8hen, et al., %&&1. 0ong 8hen, et al., %&&1. Shuen 7am, et al., %&&3 <ansjoer, dkk., %&&&

perak nitrit, trikloretilen, nikel, air raksa, arsenik, "-bromofluoren, trinitrotuen dan formaldehid

3. -nfeksi .illar, et al., %&&1# /unant, %&&%# Shuen 7am, et al., %&&3# 7agayan, %&&'# (arillo et al., %&&'. 7agayan, %&&'# (arillo, et al., %&&'.
7agayan, %&&'# (arillo, et al., %&&'. ,erpes Simpleks, HIV, %o sa&ie, orthomyDovirus, paramyDovirus, hepatitis 9, 'ympho(ranuloma venereum (7>.), )ic&ettsia sp, variola, !pstein-bar dan enterovirus b. -nfeksi bakteri <ycoplasma pneumonia, Streptokokus beta >rup *, tularemia yang disebabkan oleh *rancisella tularensis dan demam typhoid yang disebabkan oleh Salmonella sp c. -nfeksi jamur %occidioidomycosis oleh %occidioides immitis, histoplasmosis oleh Histoplasma capsulatum, dermathophytosis oleh Trichophyton sp, !pidermophyton sp dan +icrosporin sp. d. -nfeksi proto!oa Trichomonas (arillo, et al., %&&' Smelik, %&&%# 7agayan, %&&'# $eoplasma 6eganasan yang sering dihubungkan dengan (arillo, et al., %&&'). Sindrom Stevens-Johnson adalah beberapa varian karsinoma dan limfangioma 8hopra, et al., %&&3# Smelik, )eaksi pascavaksinasi pemberian vaksin dipteri, tiphoid, ,acillus %almette %&&'# )ose, %&&'# (arillo, %&&'. -uerin (98>), .ral /olio Vaccine (4(.), smallpo , antraks, tetanus dan campak

a. -nfeksi virus

'. '.

C. 5.

(enyakit kolagen aktor lain

lupus eritematosus sistemik >hislain and )oujeau, %&&'. sinar E, sinar matahari, cuaca, keadaan <ansjoer, dkk., %&&&. kehamilan, kontaktan, terapi radiasi dan alergi makanan

2.1.3 Insidensi dan Pre+alensi Sindrom Stevens-Johnson paling sering terjadi pada anak-anak dan orang de+asa muda,

jarang terjadi di ba+ah usia 1 tahun (Sularsito, dkk., 1"5A# Siregar, 1""A# <ansjoer, dkk., %&&&# Smelik, %&&'). <enurut (arillo, et al. (%&&'), rata-rata umur penderita adalah %&-3& tahun,

5 +alaupun pernah dilaporkan penderita anak berumur 1 bulan. ,asil penelitian oster, et al. (%&&') menyatakan bah+a rata-rata umur penderita Sindrom Stevens-Johnson adalah %'3C tahun. <enurut oster, et al. (%&&'), di Jerman dilaporkan insidensi Sindrom StevensJohnson sebesar 1,1 kasus tiap satu juta orang pertahun. 9erdasarkan jenis kelamin, perbandingan antara pria dan +anita pada penderita Sindrom Stevens-Johnson adalah %;1 (Sularsito, dkk., 1"5A# (arillo, et al., %&&'). /ata yang diperoleh berdasarkan penelitian oleh %ommittee Dru( Adverse )eaction +onitorin(, Directory for Dru( and *ood Administration, /epartemen 6esehatan )epublik -ndonesia pada tahun 1"51-1""' menyatakan selama periode tersebut terjadi %A3A kasus reaksi samping obat. /ari %A3A kasus, sebanyak 1',AB atau "3% kasus berupa erupsi kulit. Sindrom Stevens-Johnson dilaporkan terjadi pada 5,'CB dari kasus erupsi kulit atau sebesar 51 kasus (9udimulja dan Selamat, 1""5). /i bagian -lmu (enyakit 6ulit dan 6elamin, akultas 6edokteran :niversitas -ndonesia, insidensi Sindrom Stevens-

Johnson setiap tahun kira-kira terdapat 1& kasus, sindrom ini makin meningkat karena salah satu penyebabnya ialah alergi obat dan sekarang semua obat dapat diperoleh secara bebas (,am!ah, %&&%).

2.1.! Pat&fisi&l&gi (atogenesis Sindrom Stevens-Jonson sampai saat ini belum jelas namun sering dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas lambat tipe -. ( delayed-type hypersensitivity reactions) adalah reaksi yang dimediasi oleh 7imfosit 0 yang spesifik ( oster, et al., %&&'). Sindrom Stevens-Johnson merupakan reaksi imun sitotoksik dengan sasaran destruksi keratinosit. (embentukan imun ditandai dengan kelambatan antara paparan hingga permulaan penyakit (1 sampai 3' hari# rata-rata 13 hari). *ktivasi sel 0 (termasuk

8/3F dan 8/5F) telah

2.1.# -e ala "linis U$u$ " dilihat secara in vitro pada sel-sel darah perifer dari pasien dengan erupsi obat berlepuh (bullous dru( eruption)# adanya produksi yang tinggi dari interleukin-'. 6erusakan epidermis berdasarkan pada induksi apoptosis. 0erdapat ekspresi berlebih yang drastis dari 0$ G pada epidermis. 0$ G memainkan peranan penting dalam destruksi epidermis, dengan menginduksi apoptosis secara langsung atau dengan menarik sel-sel efektor sitotoksik atau keduanya ( it!patrick, 1"""# oster, et al., %&&'). *ntigen penyebab berupa hapten akan berikatan dengan karier yang dapat merangsang respons imun spesifik sehingga terbentuk kompleks imun beredar. ,apten atau karier tersebut dapat berupa faktor penyebab (misalnya virus, partikel obat atau metabolitnya) atau produk yang timbul akibat aktivitas faktor penyebab tersebut (struktur sel atau jaringan sel yang rusak dan terbebas akibat infeksi, inflamasi, atau proses metabolik). 6ompleks imun beredar dapat mengendap di daerah kulit dan mukosa, serta menimbulkan kerusakan jaringan akibat aktivasi komplemen dan reaksi inflamasi yang terjadi. 6erusakan jaringan dapat pula terjadi akibat aktivitas sel 0 serta mediator yang dihasilkannya. 6erusakan jaringan yang terlihat sebagai kelainan klinis lokal di kulit dan mukosa dapat pula disertai gejala sistemik akibat aktivitas mediator serta produk inflamasi lainnya. 9ila pemberian obat diteruskan dan gejaHa klinis membaik maka hubungan kausal dinyatakan negatif. 9ila obat yang diberikan lebih dari satu macam maka semua obat tersebut harus dicurigai mempunyai hubungan kausal. Sindrom Stevens-Johnson dapat muncul dengan episode tunggal namun dapat terjadi berulang dengan keadaan yang lebih buruk setelah paparan ulang terhadap obat-obatan penyebab ( it!patrick, 1"""# oster, et al., %&&').

1& Secara umum gejala klinis Sindrom Stevens-Johnson didahului gejala prodormal yang tidak spesifik seperti demam, malaise, batuk, sakit kepala, nyeri dada, diare, muntah dan artralgia. >ejala prodormal ini dapat berlangsung selama dua minggu dan bervariasi dari ringan sampai berat. (ada keadaan ringan kesadaran pasien baik, sedangkan dalam keadaan yang berat gejala-gejala menjadi lebih hebat, sehingga kesadaran pasien menurun bahkan sampai koma (Siregar, 1""A# <ansjoer, dkk., %&&&# 7anglais and <iller, %&&1).

2.1.% -e ala .ada "ulit 7esi kulit pada Sindrom Stevens-Johnson dapat timbul sebagai gejala a+al atau dapat juga terjadi sesudah gejala klinis di bagian tubuh lainnya. 7esi pada kulit umumnya bersifat asimetri dan ukuran lesi bervariasi dari kecil sampai besar. <ula-mula lesi kulit berupa erupsi yang bersifat multiformis yaitu eritema yang menyebar luas pada rangka tubuh. =ritema ini menyebar luas secara cepat dan biasanya mencapai maksimal dalam +aktu empat hari, bahkan seringkali hanya dalam hitungan jam. (ada kasus yang sedang, lesi timbul pada permukaan ekstensor badan, dorsal tangan dan kaki sedangkan pada kasus yang berat lesi menyebar luas pada +ajah, dada dan seluruh tubuh (>ambar %.1).

>ambar %.1 =ritema yang tersebar luas pada +ajah (/unne, %&&&).

11 =ritema akan menjadi vesikel dan bula yang kemudian pecah menjadi erosi, ekskoriasi, menjadi ulkus yang ditutupi pseudomembran atau eksudat bening. (seudomembran akan terlepas meninggalkan ulkus nekrosis, dan apabila terdapat perdarahan akan menjadi krusta yang umumnya ber+arna coklat gelap sampai kehitaman. .ariasi lain dari lesi kulit berupa purpura, urtikaria dan edema. Selain itu, adanya erupsi kulit dapat juga menimbulkan rasa gatal dan rasa terbakar ()oujeau and Stern, 1""3# =mond, et al., 1""'# 7agayan, %&&'# (arillo, et al., %&&').

2.1.' -e ala .ada Mata <anifestasi pada mata terjadi pada C&B pasien Sindrom Stevens-Johnson. 6elainan yang sering terjadi adalah konjungtivitis (>ambar %.%).

>ambar %.% 6onjungtivitis (8ohen, %&&&). Selain konjungtivitis, kelopak mata seringkali menunjukkan erupsi yang merata dengan krusta hemoragi pada garis tepi mata. (enderita Sindrom Stevens-Johnson yang parah, kelainan mata dapat berkembang menjadi konjungtivitis purulen, photophobia,

panophtalmintis, deformitas kelopak mata, uveitis anterior, iritis, simblefaron, iridosiklitis serta sindrom mata

1% kering, komplikasi lainnya dapat juga mengenai kornea berupa sikatriks kornea, ulserasi kornea, dan kekeruhan kornea. 9ila kelainan mata ini tidak segera diatasi maka dapat menyebabkan kebutaan (Shafer, 1"51# 7im and 8onstable, 1"5C# Sonis, et al., 1""'# <anjoer, dkk., %&&&# Smelik, %&&'# 7agayan, %&&').

2.1./ -e ala .ada -enital 7esi pada genital dapat menyebabkan uretritis, balanitis dan vulvovaginitis. 9alanitis adalah inflamasi pada glans penis (>ambar %.1).

>ambar %.1 9alanitis (8ohen, %&&1). :retritis merupakan peradangan pada uretra dengan gejala klasik berupa sekret uretra, peradangan meatus, rasa terbakar, gatal, dan sering buang air kecil. .ulvovaginitis adalah peradangan pada vagina yang biasanya melibatkan vulva dengan gejala-gejala berupa bertambahnya cairan vagina, iritasi vulva, gatal, bau yang tidak sedap, rasa tidak nyaman, dan gangguan buang air kecil. Sindrom Stevens-Johnson dapat pula menyerang anal berupa peradangan anal atau inflamed anal (Scopp, 1"C1# Sularsito, dkk., 1"5A# 7evene and 8alnan, 1"5"# 9ricker, et al., 1""3).

11

2.1.0 -e ala .ada ,&ngga Mulut 7esi oral mempunyai karakteristik yang lebih bervariasi daripada lesi kulit, seluruh permukaan oral dapat terlibat, namun lesi oral lebih cenderung banyak terjadi pada bibir, lidah palatum mole, palatum durum, mukosa pipi sedangkan pada gusi relatif jarang terjadi lesi ((indborg, 1""3# 7anglais and <iller, %&&1). 7esi oral didahului oleh makula, papula, segera diikuti oleh vesikel dan bula. :kuran vesikel maupun bula bervariasi dan mudah pecah dibandingkan lesi pada kulit. .esikel maupun bula terutama pada mukosa bibir mudah pecah karena gerakan lidah dan friksi pada +aktu mengunyah dan bicara, sehingga bentuk yang utuh jarang ditemukan pada +aktu pemeriksaan klinis intaoral. .esikel maupun bula yang mudah pecah selanjutnya menjadi erosi, kemudian mengalami ekskoriasi dan berbentuk ulkus. :lkus ditutupi oleh jaringan nekrotik yang ber+arna abu-abu putih atau eksudat abu-abu kuning menyerupai pseudomembran. Jaringan nekrotik mudah mengelupas sehingga

meninggalkan suatu ulkus yang berbentuk tidak teratur dengan tepi tidak jelas dan dasar tidak rata yang ber+arna kemerahan. *pabila terjadi trauma mekanik dan megalami perdarahan maka ulkus akan menjadi krusta ber+arna coklat sampai kehitaman. 6rusta kehitaman yang tebal dapat terlihat pada mukosa bibir dan seringkali lesi pada mukosa bibir meluas sampai tepi sebelah luar bibir dan sudut mulut (>ambar %.3) (Shafer, 1"51; (indborg, 1""3# =mond, et al., 1""'# 7askaris, %&&&# ,am!ah, %&&%# 7anglais and <iller, %&&1).

13

>ambar %.3 6rusta sanguinolenta pada bibir (/unne, %&&&). 2.1.11 Diagn&sa /iagnosa merupakan hal yang penting sehubungan dengan pera+atan yang akan dilakukan. /iagnosa sebaiknya dilakukan sedini mungkin agar pera+atan dapat segera dilakukan sehingga hasilnya akan lebih memuaskan dan prognosis yang buruk dari sindrom Stevens-Johnson dapat dihindarkan. (enegakkan diagnosis sulit dilakukan karena seringkali terdapat berbagai macam bentuk lesi yang timbul bersamaan atau bertahap. /iagnosa Sindrom Stevens-Johnson terutama berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang. 2.1.11.1 Ana$nesis *namnesis mempunyai peranan yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa penyakit. *namnesis diperoleh dari hasil +a+ancara antara dokter gigi dengan penderita atau keluarga penderita yang mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan. Seorang dokter gigi harus menguasai cara melakukan anamnesis yang baik sehingga dapat mengarahkan dan menganalisis ja+aban ja+aban pasien untuk memperoleh suatu kesimpulan yang merupakan penegakkan diagnosis dari sindrom Stevens-Johnson. *namnesis yang dilakukan meliputi keluhan utama, ri+ayat penyakit yang sedang dan pernah diderita baik penyakit umum maupun

1' penyakit gigi, ri+ayat penyakit keluarga, ri+ayat menggunakan obat secara sistemik, serta ri+ayat timbulnya erupsi kulit. 2.1.11.2 Pe$eriksaan "linis (emeriksaan klinis dapat dilakukan baik ekstra oral maupun intra oral. (emeriksaan klinis yang dilakukan oleh dokter gigi diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas. *da beberapa hal penting dalam pemeriksaan klinis yang dapat dijadikan bahan acuan dalam mendiagnosis sindrom Stevens-Johnson, yaitu (<ansjoer, dkk., %&&&# 7abre!e, et al., %&&&# agot, et al., %&&1# /unant, et al., %&&%# 8hopra, et al., %&&3# Shuen 7am, %&&3# Jones, et al., %&&3) ;
1)

/ia+ali oleh penyakit peradangan akut yang disertai gejala prodormal berupa demam, malaise, nyeri dada, diare, muntah dan artralgia.

%)

0iga gejala yang khas yaitu kelainan pada mulut berupa stomatitis, kelainan pada mata berupa konjungtivitis, kelainan pada genital berupa balanitis dan vulvovaginitis.

1)

6eadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk dan kesadaran penderita mulai dari sopor bahkan menurun sampai koma.

3)

9erhubungan dengan reaksi alergi terhadap obat tertentu secara sistemik, imunologi, atau kombinasinya.

')

<anifestasi oral biasanya timbul setelah erupsi kulit, tetapi adakalanya timbul mendahului erupsi kulit.

A)

(ada lesi kulit terdapat makula, vesikel atau bula, dapat disertai purpura yang tersebar luas pada tubuh.

C)

0erdapat pengelupasan epidermis seluas kurang dari 1&B area permukaan tubuh.

2.1.11.3 Pe$eriksaan Penun ang

1A (emeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan hemaglutinasi dengan mikroskop imunoflouresensi. (emeriksaan hemaglutinasi

bertujuan untuk memperlihatkan adanya komplemen dan antibodi -g > atau -g <. Selain itu, pemeriksaan histopatologis dengan biopsi membantu membedakan sindrom StevensJohnson dengan penyakit lainnya. ,asil pemeriksaan biopsi menunjukkan adanya bula subepidermal yang terdapat di ba+ah epidermis, adanya area perivaskuler yang diinfiltrasi oleh limfosit dan terdapat juga nekrosis sel epidermal (Siregar, 1""A# 7agayan, %&&'). (ada umumnya perubahan-perubahan terjadi pada bagian atas kulit berupa pelebaran atau dilatasi pembuluh darah superfisial yang dikelilingi oleh infiltrasi sel radang limfosit dari ringan sampai berat dan sejumlah sel radang yang lainnya seperti neutrofil, eosinofil, leukosit dan sel polimononuklear. Selanjutnya reaksi edematus meluas sampai epidermis, yang diikuti penetrasi sejumlah besar cairan edema sehingga menyebabkan pembentukan vakuola. 9atas antara dermis dan epidermis menjadi tidak jelas dan pada kahirnya pembentukan vakuola akan menyebabkan terjadinya vesikel. .esikel ditandai dengan adanya celah pada perbatasan antara dermis dan epidermis serta nekrosis sel epidermis bagian atas yang tebal dan padat. .esikel selanjutnya dapat membentuk bula yang berisi eksudat fibrinosa dan sejumlah besar sel radang. .esikel maupun bula dapat terjadi pada subepitel dan intraepitel (7askaris, %&&&# 8a+son, et al., %&&1# agot, et al., %&&1# oster, et al., %&&'). 2.1.11 Diagn&sa Banding /iagnosa banding dibuat karena sindrom Stevens-Johnson memiliki gambaran klinis yang bervariasi sehingga menimbulkan masalah dalam menentukan diagnosa yang tepat. (enyakit yang memiliki tanda-tanda klinis menyerupai sindrom Stevens-Johnson

antara lain ; 1) (hempigus vulgaris (Shafer, 1"51# Sularsito, dkk., 1"5A# 7ynch, et al., 1""3# Sonis, 1""') 1C
%)

0oDic =pidermal $ecrolysis (0=$) (7ynch, et al., 1""3# <ansjoer, dkk., %&&&# >hislain and )oujeau, %&&')

1)

Sindrom 9ehcet (7anglais and <iller, %&&1) (emphigoid bulosa (7anglais and <iller, %&&1) 7ichen planus tipe bula ((indborg, 1""3) =ksantem fiksum multiple generalisata (<ansjoer, dkk., %&&&)

3)

')

A)

2.1.12 Pr&gn&sa 0ingkat keparahan penyakit sangat mempengaruhi prognosa sindrom Stevens-Johnson. *pabila pera+atan dilakukan secara tepat dan seksama, maka prognosa sindrom StevensJohnson biasanya baik. <ortalitas sindrom Stevens-Johnson rata-rata sebesar '-1'B. *pabila membran mukosa terlibat antara lain pada orofaring, mata, genital dan anal memerlukan perhatian serta pera+atan yang seksama. (enderita sindrom Stevens-Johnson yang mempunyai komplikasi pada epitel trakheobronkial dan gastrointestinal menyebabkan morbiditas yang tinggi. (enderita dengan umur yang lebih tua, terjadi peningkatan persentase pengelupasan epidermis, peningkatan konsentrasi urea dan natrium dalam darah, dan keterlibatan organ vital akan memperburuk prognosa penyakit (>hislain and )oujeau, %&&'). (ada kasus sindrom Stevens-Johnson yang berat dapat terjadi keadaan yang fatal, +alaupun sudah diberikan pera+atan. 6eadaan fatal dapat disebabkan oleh komplikasi yang menyertainya yaitu sepsis ()oujeau and Stern, 1""3). <enurut ,am!ah (%&&%),

apabila terdapat purpura yang luas, leucopenia, keadaan umum yang buruk dan bronkopneumonia akan memperburuk prognosis. Sindrom Stevens-Johnson dapat terjadi rekuren dua atau tiga kalidalam setahun, kemudian dapat mereda secara spontan (8a+son, et al., 1""3).

15 *ngka spesifik kesakitan 0=$ yaitu S84)0=$, dengan meningkatnya kesakitan dan luasnya pengelupasan epidermal berhubungan dengan meningkatnya mortalitas Sindrom Stevens-Johnson sampai 0oksik =pidermal $ekrolisis dimana Sindrom Stevens-Johnson I 1&B (1-'B mortalitas), overlap SJS-0=$ 1&-1&B dan 0=$ J 1&B (%'-1'B mortalitas). C faktor risiko pada Sindrom Stevens-Johnson dan 0oksik =pidermal $ekrolisis yaitu (9astuji->arin, %&&&) ; :sia J 3& tahun

1)

%) 6eganasan
1)

0akikardia J1%&2menit (ermukaan pengelupasan epidermal pada permulaan J1&B :rea J %5 mg2dl

3)

')

A) >lukosa J %'% mg2d7


C)

9ikarbonat I %& mmol27

Setiap parameter diberikan 1 poin bila positif sehingga jumlah S84)0=$ tingkatannya &-C. <ortalitas berdasarkan nilai S84)0=$ ((arillo, %&&") yaitu ; S84)0=$ &-1, mortalitas J1.%B S84)0=$ %, mortalitas J1%.1B S84)0=$ 1, mortalitas J1'.1B S84)0=$ 3, mortalitas J'5.1B S84)0=$ ' atau lebih, mortalitas J"&B

2.1.13 Pera2atan *indr&$ *te+ens3)&hns&n 2.1.13.1 Pera2atan *e4ara U$u$

1" (era+atan sindrom Stevens-Johnson didasarkan atas tingkat keparahan penyakit dan pera+atan secara umum meliputi ;
1)

,a2at Ina. (enderita sindrom Stevens-Johnson yang mengalami masa kritis akibat

ketidakseimbangan cairan atau elektrolit tubuh, kesadaran penderita menurun, serta keadaan umum yang buruk, maka ra+at inap di rumah sakit sangat diperlukan. )a+at inap bertujuan agar dokter dapat memantau dan mengontrol setiap hari keadaan penderita (<ansjoer, dkk., %&&&# ,am!ah, %&&%# (erdoski, %&&1).
%)

Pre.arat "&rtik&ster&id (enggunaan preparat kortikosteroid merupakan tindakan life savin(. 6ortikosteroid yang

biasa digunakan berupa deksametason secara intravena dengan dosis permulaan 3-A D ' mg sehari. <asa kritis biasanya dapat segera diatasi dalam %-1 hari, dan apabila keadaan umum membaik dan tidak timbul lesi baru, sedangkan lesi lama mengalami involusi, maka dosis segera diturunkan ' mg secara cepat setiap hari. Setelah dosis mencapai ' mg sehari kemudian diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya prednison, yang diberikan dengan dosis %& mg sehari, kemudian diturunkan menjadi 1& mg pada hari berikutnya selanjutnya pemberian obat dihentikan. 7ama pengobatan preparat kortikosteroid kirakira berlangsung selama 1& hari. (enurunan dosis kortikosteroid sistemik harus dilakukan oleh setiap dokter karena kortikosteroid mempunyai efek samping yang besar bagi penderita (,am!ah, %&&%). (enggunaan preparat kortikosteroid harus di ba+ah penga+asan seorang ahli, mengingat kortikosteroid memiliki efek samping berupa supresi daya tahan tubuh dan menekan aktivitas korteks adrenal. 6ortikosteroid hanya mengurangi gejala, memperpendek durasi penyakit, dan tidak menyembuhkan penyakit secara total (Scopp, 1"C1).

%&
1)

Infus ,al yang perlu diperhatikan pada penderita adalah mengatur keseimbangan cairan atau

elektrolit tubuh, karena penderita sukar atau tidak dapat menelan makanan atau minuman akibat adanya lesi oral dan tenggorokan serta kesadaran penderita yang menurun. -nfus yang diberikan berupa glukosa 'B dan larutan /arro+. (<ansjoer, dkk., %&&&# ,am!ah, %&&%).
3)

56at Ana6&lik 4bat anabolik diberikan untuk menetralkan efek katabolik akibat penggunaan preparat

kortikosteroid. 4bat anabolik yang sering digunakan seperti nandrolon fenilpropionat dengan dosis %'-'& mg untuk de+asa dan dosis untuk anak tergantung berat badan (<ansjoer, dkk., %&&&).
')

"7l (enderita yang menggunakan kortikosteroid umumnya mengalami penurunan kalium

atau hipokalemia, maka diberikan 68l dengan dosis 1 D '&& mg sehari peroral (<ansjoer, dkk., %&&&# ,am!ah, %&&%# (erdoski, %&&1).

1)

Adenocorticotropichormon 8A7TH9 (enderita perlu diberikan A%TH untuk menghindari terjadinya supresi korteks kelenjar

adrenal akibat pemberian kortikosteroid. A%TH yang diberikan berupa A%TH sintetik dengan dosis 1 mg (Siregar, 1""A).
A)

Agen He$&statik

%1 *gen hemostatik terutama diberikan pada penderita disertai purpura yang luas. *gen hemostatik yang sering digunakan adalah vitamin 6 (Siregar, 1""A). 5) Diet /iet rendah garam dan tinggi protein merupakan pola diet yang dianjurkan kepada penderita. *kibat penggunaan preparat kortikosteroid dalam jangka +aktu lama, penderita mangalami retensi natrium dan kehilangan protein, dengan diet rendah garam dan tinggi protein diharapkan konsentrasi garam dan protein penderita dapat kembali normal. (enderita selain menjalani diet rendah garam dan tinggi protein, dapat juga diberikan makanan yang lunak atau cair, terutama pada penderita yang sukar menelan (,am!ah, %&&%). ") :ita$in .itamin yang diberikan berupa vitamin 9 kompleks dan vitamin 8. .itamin 9 kompleks diduga dapat memperpendek durasi penyakit. .itamin 8 diberikan dengan dosis '&& mg atau 1&&& mg sehari ditujukan terutama pada penderita dengan kasus purpura yang luas sehingga pemberian vitamin dapat membantu mengurangi permeabilitas kapiler (,am!ah, %&&1).

2.1.13.2 Pera2atan .ada "ulit 7esi kulit tidak memerlukan pengobatan yang spesifik, kebanyakan penderita merasa lebih nyaman jika lesi kulit diolesi dengan ointment berupa vaselin, polisporin, basitrasin. )asa nyeri seringkali timbul pada lesi kulit dikarenakan lesi seringkali melekat pada tempat tidur (7ando+, 1"51). 7esi kulit yang erosive dapat diatasi dengan memberikan sofratulle atau krim sulfadia!ine perak, larutan salin &,"B atau buro+. 6ompres dengan asam salisilat &,1B dapat diberikan untuk pera+atan lesi pada kulit

(Siregar, 1""A# <ansjoer, dkk., %&&&# ,am!ah, %&&&).

%%

2.1.13.3 Pera2atan .ada Mata (era+atan pada mata memerlukan kebersihan mata yang baik, kompres dengan larutan salin serta lubrikasi mata dengan air mata artificial dan ointment. (ada kasus yang kronis, suplemen air mata seringkali digunakan untuk mencegah terjadinya corneal ephithelial brea&do0n. *ntibiotik topikal dapat digunakan untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder. 6onsultasi dokter gigi dengan dokter spesialis mata sangat direkomendasikan dan sebaiknya dilakukan sedini mungkin agar kebutaan dapat dihindarkan (7agayan, %&&'). 2.1.13.! Pera2atan .ada -enital 7arutan salin dan petroleum berbentuk gel sering digunakan pada area genital penderita. (enderita sindrom Stevens-Johnson seringkali mengalami gangguan buang air kecil akibat uretritis, balanitis, atau vulvovaginitis, maka kateterisasi sangat diperlukan untuk memperlancar buang air kecil (7ando+, 1"51# 7agayan, %&&'). 2.1.13.# Pera2atan .ada ,&ngga Mulut )asa nyeri yang disebabkan lesi oral dapat dihilangkan dengan pemberian anestetik topikal dalam bentuk larutan atau salep yang mengandung lidokain %B. (enggunaan lidokain %B dengan cara mengoleskan secukupnya pada daerah lesi sampai merata dengan menggunakan cotton s0ab. 8ampuran '&B air dan hidrogen peroksida dapat digunakan untuk menyembuhkan jaringan nekrosis pada mukosa pipi. *ntijamur dan antibiotik dapat digunakan untuk mencegah superinfeksi. ,alloon dilatation kadang-

kadang diindikasikan untuk pera+atan esopha(eal strictures (Smelik, %&&'). 7esi pada mukosa bibir yang parah dapat diberikan pera+atan berupa kompres asam borat 1B (Siregar, 1""A). <enurut (erdoski (%&&1), lesi oral terutama pada bibir

%1 diobati dengan boraks-gliserin atau penggunaan triamsinolon asetonid. 0riamsinolon asetonid merupakan preparat kortikosteroid topikal. 6ortikosteroid yang biasa digunakan pada lesi oral adalah bentuk pasta. (emakaian pasta dianjurkan saat sebelum tidur karena lebih efektif. Sebelum dioleskan, daerah sekitar lesi harus dibersihkan terlebih dahulu kemudian dikeringkan menggunakan spons steril untuk mencegah melarutnya pasta oleh saliva. *pabila pasta larut oleh saliva, obat tidak dapat bekerja dengan optimum.)asa nyeri yang dialami penderita akibat adanya lesi oral menyebabkan penderita mengalami sukar menelan makanan atau minuman. *pabila penderita mampu minum secara peroral, maka penderita diijinkan makan makanan padat. (enderita tidak dapat menyikat gigi, maka diganti dengan obat kumur seperti sodium bikarbonat. 7esi pada mukosa bibir dapat diolesi dengan ointment berupa vaselin, polisporin, basitrasin yang digunakan untuk menjaga kelembaban bibir agar tidak melekat satu sama lain (7ando+, 1"51). 2.2 Antiretr&+iral 2.2.1 )enis Antiretr&+iral *ntiretroviral (*).) merupakan obat yang dapat mela+an ,-. karena dapat menekan replikasi ,-. dalam darah, sehingga dapat mengendalikan infeksi ,-. serta melindungi sistem kekebalan dari kerusakan. 0iga golongan *). yang umumnya dipakai, yaitu $)0- (nucleoside2 nucleotide reverse transcriptase inhibitor, atau analog nukleosida2nukleotida), $$)0- (non nucleoside reverse transcriptase inhibitor, atau penghambat non-nukleosida), dan (- ( protease inhibitor). 6etiga golongan ini bekerja dengan cara yang berbeda untuk menghambat replikasi ,-. dalam sel 8/3 (<c>ilvray, %&&C). 0abel %.% <acam 6elas 4bat *nti-)etroviral (<inistry of ,ealth <ala+i, %&&1). Ns,TI Kidovudine Nt,TI 0enofovir NN,TI $evirapine PI $elfinavir

(K/.)

(0/ )

($.()

($ .) %3

/idanosine (dd-) 7amivudine (108) Stavudine (d30) Kalcitabine (dd8) *bacavir (*98) 2.2.2 Indikasi Penggunaan Antiretr&+iral

=faviren! (= .)

Sa?uinavir (SL.) )itonavir ()0.) 7opinavir (7(.) -ndinavir (-/.) *mprenavir (*(.)

(enggunaan *). yang tepat sebaiknya mengikuti pedoman yang telah dikeluarkan oleh @,4. (edoman @,4 menjelaskan bah+a *)0 ( Antiretroviral Therapy) sebaiknya sudah dita+arkan pada orang yang terinfeksi ,-.2*-/S stadium 3, tanpa melihat jumlah 8/3-nya. *)0 sebaiknya diberikan bila jumlah 8/3I1'& sel2mm 1 pada orang yang terinfeksi ,-.2*-/S stadium 1, sedangkan orang yang terinfeksi ,-.2*-/S pada stadium 1 atau % sebaiknya dita+arkan *)0 bila jumlah 8/3I%&& sel2mm1. $amun yang paling penting adalah kesiapan orang yang terinfeksi ,-.2*-/S untuk memulai *)0. 9ila orang yang terinfeksi ,-.2*-/S belum siap, +alaupun telah sakit sebaiknya *)0 ditunda sampai 4/,* siap (<c>ilvray, %&&C).

2.2.3 ;ar$ak&kinetik dan ;ar$ak&dina$ik Antiretr&+iral 0abel %.1 Standar /osis 4bat *ntiretroviral (<inistry of ,ealth <ala+i, %&&1). Ns,TIs Kidovudine 1&& mg %D2hari /idanosine 3&& mg 1D2hari (%'& mg 1D2hari jika I A&6g) 7amivudine 1'& mg 1D2hari Stavudine 3& mg %D2hari (1& mg %D2hari jika I A&6g) Kalcitabine &.C' mg 1D2hari *bacavir 1&& mg %D2hari Nt,TI 0enofovir 1&& mg 1D2hari NN,TIs =faviren! A&& mg 1D2hari $evirapine %&& mg 1 D2hari untuk 13 hari, lalu %&& mg

%D2hari

PIs

$elfinavir Sa?uinavir 2ritonavir 7opinavir 2 ritonavir -ndinavir 2 ritonavir

1%'& mg %D2hari 1&&& mg 2 1&& mg %D2hari 3&& mg 2 1&& mg %D2hari 5&& mg 2 1&& mg %D2hari

%'

4bat yang termasuk dalam golongan $)0- dieliminir terutama melalui ginjal dan tidak berinteraksi dengan obat lain yang melalui sitokrom (-3'&. 4bat-obatan ini juga dapat dikombinasikan dengan obat dari golongan (- dan $$)0- tanpa dilakukan penyesuaian dosis. Mang termasuk dalam golongan obat ini adalah !idovudine (*K0), didanosine (//7), !alcitabine (dd8), stavudin (d30), lamivudine (108), abacavir (*98), tenofovir (0/ ), dan emtricitabine ( 08). Kidovudine (*K0, K/., )etrovir) memiliki efek samping anemia, netropenia, mual, muntah, rasa lemah, lelah, asidosis laktat. /engan dosis pemakaian %D1&& mg per hari obat ini tidak boleh dipakai bersama Stavudine (d30). Sedangkan stavudine (d30, Kerit) memiliki efek samping neuropati, lipoatrofi. /osis pemakaiannya berdasarkan berat badan. 9ila JA& kg maka dosisnya adalah %D3& mg per hari dan bila IA& kg adalah %D1& mg per hari. 7amivudine (108, =pivir, ,iviral) biasanya dapat ditoleransi baik dengan efek samping ringan. /osisnya adalah %D1'& mg per hari (/epkes )-, %&&3# /epartment of ,ealth and ,uman Services. %&&5). 4bat yang termasuk dalam golongan $$)0- adalah $evirapine ($.(), /elavirdine (/7.), =faviren! (= .). 4bat ini dapat menghambat atau menginduksi aktivitas sitokrom (-3'& di hati sehingga dapat berinteraksi dengan obat-obat lain yang melalui sitokrom (-3'&. 4bat ini memerlukan lebih, apabila akan dikombinasikan dengan *). lain. $evirapin akan menurunkan kadar -ndinavir dan Sa?uinavir. =faviren! akan menurunkan kadar plasma indinavir, lopinavir, sa?uinavir, amprenavir dan akan menaikkan

kadar plasma ritonavir dan nelvinavir. $evirapine dan efaviren! juga akan menurunkan plasma konsentrasi metadon sebesar '& persen sehingga

%A pemakaian bersama dengan kedua obat *). ini, harus berhati-hati terhadap gejala +ithdra+al serta membutuhkan dosis yang lebih tinggi (/epkes )-, %&&3# /epartment of ,ealth and ,uman Services. %&&5). $evirapine ($eviral) memiliki efek samping ruam karena alergi, Sindrom StevenJohnson, anafilaksis, meningkatnya S>402(0, menurunkan konsentrasi rifampisin dan ketokona!ol dalam darah. /osis yang digunakan adalah 1D%&& mg per hari untuk % minggu pertama, dan selanjutnya %D%&& mg per hari. =faviren! dimakan pada malam hari dengan dosis A&& mg per hari. =fek samping mengonsumsi obat ini adalah teratogenik, gejala sistem saraf pusat (di!!iness, sakit kepala ringan, mimpi buruk) yang akan hilang pada mingggu pertama pertama (/epkes )-, %&&3# /epartment of ,ealth and ,uman Services. %&&5). >olongan obat ketiga dari *). adalah (-, yang terdiri dari sa?uinavir (SL.), indinavir (-/.), ritonavir ()0.), nelvinafir ($ .), amprenavir (*(.), lopinavir26aletra (7(.2r), ata!anavir (*0.). 4bat-obatan ini menghambat 8M(1*3 sehingga harus berhati-hati jika digunakan bersama obat lain. >olongan obat ini memiliki kontraindiksi jika dipakai bersama dengan obat antiaritmia, hinotik-sedatif, dan derivat ergot serta menurunkan knsentrasi plasma lovastatin dan simvastatin secara umum (/epkes )-, %&&3# /epartment of ,ealth and ,uman Services. %&&5).

2.2.! ,eaksi *a$.ing Antiretr&+iral )eaksi simpang (adverse reaction) dari obat-obatan antiretroviral bervariasi dari ringan sampai berat. 9eberapa reaksi simpang yang umum yaitu (9alano, %&&%) ; 1) "ausea

%C *ntiretroviral yang biasa dihubungkan dengan nausea adalah Kidovudine (*K0, K/., )etrovir), /idanosine (dd-, .ideD), *bacavir (*98, Kiagen), semua protease inhibitor, 0enofovir N gas2bloatin( O flatulence.

%)

/iare *ntiretroviral yang paling sering menyebabkan diare antara lain ; dd- (tablet2 formula bubuk), *bacavir , $elfinavir, )itonavir, *mprenavir, dan 7opinavir. )uam *ntiretroviral yang biasa dihubungkan dengan ruam yaitu $evirapine, /elavirdine, dan *mprenavir. )uam juga terlihat pada *bacavir, 108, $elfinavir, dan =faviren!. *ati(ue *ntiretroviral yang dihubungkan dengan fati(ue adalah Kidovudine dan =faviren!. )eaksi samping obat antiretroviral pada rongga mulut antara lain (6almar, %&&A#

1)

%)

<eechan and Seymour, %&&%) ;

- Serostomia yaitu =faviren!. - (igmentasi yaitu Kidovudin. - (embengkakan bibir dan lidah yaitu Kidovudin. - (arestesi yaitu 7amivudin dan Kidovudin. - :lserasi mukosa yaitu Kidovudin. - >angguan indera pengecap yaitu =faviren!, dan Kidovudin. - Sindrom Stevens-Johnson yaitu =faviren!, dan $evirapine (>ambar %.').

%5

>ambar %.' Seorang bayi dengan sindrom Stevens-Johnson akibat $evirapine (Scheff, %&&3).

/epkes )-. %&&3. (edoman $asional 0erapi *ntiretroviral. *vailable at; http;22+++.ibase.info2itpc2-ndonesian2spirita2docs2(edoman-*)0-&3.pdf (diakses 1' ebruari %&&"). %" DA;TA, PU*TA"A *nan+oranich, J., et al. %&&'. -ncidence and risk factors for rash in 0hai patients randomi!ed to regimens +ith nevirapine, efaviren! or both drugs. =pidemiology and Social. *-/S; .olume 1" - -ssue % - p 15'-1"%. 9alano, 6. 9. %&&%. *dverse )eactions O *ntiretroviral 0herapy. *vailable at; http;22+++.ha+aii.edu2hivandaids2*dverse )eactions 4ct %&&%.ppt. (diakses % Juni %&&"). 9astuji->arin, et al. 1""1. 8linical 8lassification of 8ases of 0oDic =pidermal $ecrolysis, Stevens-Johnson Syndrome, and =rythema <ultiforme. *rch /ermatol 1%" (1) ; "%-"A. 9astuji->arin, S. %&&&. S84)0=$; a severity-of-illness score for toDic epidermal necrolysis. J -nvest /ermatol. 11';13"-'1. 9ricker, S.7.# ).(. 7anglais# 8.S. <iller. 1""3. 4ral /iagnosis, 4ral <edicine, and 0reatment (lanning. %nd ed. (hiladelpia; * @averly 8ompany. 9udimulja, :.# 7. S. Selamat. 1""5. =pidemiology of /rug =ruption and Skin 0esting +ith /rugs in -ndonesia. =nviron /ermatol '(Suppl %) ; A1-A5. 8a+son, ). *. 1""3. *tlas 9antu 6edokteran >igi (atologi. /iterjemahkan oleh Sherley. Jakarta; ,ipokrates. C'-CA. 8a+son, et al. %&&1. 4ral /isease 8linical and (athological 8orrelations. 1 th ed. 7ondon; <osby 8hopra, et al. %&&3. Stevens-Johnson Syndrome *fter -mmuni!ation +ith SmallpoD, *nthraD, and 0etanus .accines. <ayo 8lin (roc C" ; 11"1-11"A. 8ohen, 9. %&&&. Stevens-Johnson Syndrome. Johns ,opkins :niversity. *vailable at; http;22dermatlas.med.jhmi.edu2derm2display.cfmP-mage-/Q'3 (diakses % Juni %&&"). 8ohen, /.<., et al. 1""". )ecalcitrant 4ral :lcers 8aused by 8alsium 8hannel 9lockers ; /iagnosis and 0reatment 8onsiderations. J*/*. .ol. 11&. *merican /ental *ssociation. /epartment of ,ealth and ,uman Services. %&&5. >uidelines for 0he :se of *ntiretroviral *gents in ,-.-1--nfected *dults and *dolescents. *vailable at;

http;22+++.aidsinfo.nih.gov28ontent iles2*dultand*dolescent>7.pdf. (diakses " Juni %&&").

7anglais, ).(. and 8.S. <iller. %&&1. 8olor *tlas of 8ommon 4ral /isease. 9altimore <aryland :S*; 7ippincott @illiams O @ilkins. 1& /unant, et al. %&&%. 8orrelations 9et+een 8linical (atterns and 8auses of =rythema <ultiforme <ajus, Stevens-Johnson Syndrome, and 0oDic =pidermal $ecrolysis. *rch /ermatol 115 ; 1&1"-1&%3. /unne, . %&&&. $evirapine flesh-eater halted S* *ids 0rials. *vailable at; http;22+++.aidsmyth.addr.com2 viramune.htm (diakses " Juni %&&"). =mond, ).0./.# ,.*.6. )o+land, (. /. @elsby. 1""'. 8olour *tlas of -nfectious /iseases. 1th ed. 9arcelona; <osby-@olfe. agot, et al. %&&1. $evirapine and the )isk of Sevens-Johnson Syndrome or 0oDic =pidermal $ecrolysis. *-/S 1' (13). 1531-1535. oster, et al. %&&'. Stevens-Johnson Syndrome. *vailable at; http;22emedicine.medscape.com2article211"C3'&-overvie+ (diakses C *pril %&&").

it!patrick, 0.9., et al. 1""". it!patrickRs /ermatology in >eneral <edicine. 'th edition. 0he <c>ra+-,ill. ritsch, (. 4.# *. Sidoroff. %&&&. /rug -nduced Stevens-Johnson Syndrome2 0oDic =pidermal $ecrolysis. J 8lin /ematology *merican 1 (A) ; 13"-1A&. >hislain, (./.# J.8. )oujeau. %&&'. 0reatment of Severe /rug )eactions ; Stevens-Johnson Syndrome, 0oDic =pidermal $ecrolysis and ,ypersensitivity Syndrome. /ermatology 4nline Journal 5 (1) ; '. ,am!ah, <. %&&%. -lmu (enyakit 6ulit dan 6elamin. =disi '. Jakarta; akultas 6edokteran :niversitas -ndonesia. Jones, et al. %&&3. =arly /iagnosis -s 6ey in .ancomycin--nduced 7inear -g* 9ullous /ermatosis and Stevens-Johnson Syndrome. J*4* 1&3 ; 1'C-1A1. 7abre!e, et al. %&&&. /iagnosis, 8lassification, and <anagement of =rythema <ultiforme and Stevens-Johnson Syndrome. *rch /is 8hild 51 ; 13C-1'%. 7ando+, ). 6. 1"51. 6apita Selekta terapi /ermatologik. /iterjemahkan oleh (etrus *. Jakarta; 8. =>8. 7agayan, <. <. 8. %&&'. Stevens-Johnson Syndrome. *vailable at; http;22+++.ehealth.ph2indeD.php2latest-ehealth-ne+s2%5 (diakses 1 <ei %&&"). 7anglais, ).(., <iller, 8.S. 1""5. *tlas 9er+arna 6elainan )ongga <ulut yang 7a!im. *lih

9ahasa; 9udi Susetyo. Jakarta; ,ipokrates.

11

7askaris, >. %&&&. 8olour *tlas of 4ral /iseases in 8hildren and *dolescent. Stuttgart. 0hieme <edical (ublishers. 1C5. 7evene, >.<.# 8./. 8alnan. 1"5". *tlas 9er+arna /ermatology. /iterjemahkan oleh /rs. <ed. *dji /harma. Jakarta; (enerbit 9uku 6edokteran =>8. 7e+is, <.*.4. 1""5. 0injauan 6linis (enyakit <ulut. *lih bahasa oleh drg. =lly @iria+an. Jakarta; (enerbit 9uku 6edokteran @idya <edika. 7im, *.S.<.# -.J. 8onstable. 1"5C. 8olour *tlas of 4pthalmology. %nd. Singapore. 7ynch. 1""3. 9urketRs 4ral <edicine /iagnosis and 0reatment. " th ed. (hiladelphia; J. 9. 7ippincot 8o. %&-%%. <ansjoer, dkk. %&&&. 6apita Selekta 6edokteran. =disi ketiga Jilid %. Jakarta; (enerbit <edia *esculapius. 11A-115. <artodihardjo, S. dkk. 1""&. Sindroma Stevens-Johnson dalam *spek 6linis dan (atologi. Surabaya; akultas 6edokteran :niversitas *irlangga. <eechan, J.>.# Seymour ).*. %&&%. /rug /ictionary for /entistry. $e+ Mork; 4Dford :niversity (ress -nc. <inistry of ,ealth <ala+i. %&&1. 0reatment of *-/S >uidelines for 0he :se of *ntiretroviral 0herapy in <ala+i. 1st ed. *vailable at; http;22+++.+ho.int2hiv2*).guidelines.pdf (diakses " Juni %&&"). $amayanja, >.6, et al. %&&'. Stevens-Johnson Syndrome /ue to $evirapine. :ganda. <akarere <edical School. $oel, <. .., Sushma, S. >iudo. %&&&. 8utaneous *dverse /rug )eactions in ,ospitali!ed (atients in a 0ertiary 8are 8enter. J. (harmacol -ndian 1A (') ; %"%-%"'. (arillo, et al. %&&'. Stevens-Johnson Syndrome. *vailable at; http;22+++.e<edicine.com (diakses C *pril %&&") (arillo, S.J. %&&". Stevens-Johnson Syndrome; ollo+-up. (hiladelphia :niversity. *vailable at ; http;22emedicine.medscape.com2article2C'A'%1-follo+up (diakses % Juni %&&"). (erdoski. %&&1. Standar (elayanan <edik -lmu 6esehatan 6ulit dan 6elamin. Jakarta; (erdoski. 15-3&. (indborg, J. J. 1""3. *tlas (enyakit <ukosa <ulut. =disi keempat. Jakarta; 9ina )upa *ksara.

1% )ose, 7.8. %&&'. Stevens-Johnson Syndrome. *vailable at; http;22+++.'mcc.com2'mcc2ub2vie+2'-<inute-8linical 8onsult21 1A'A52all2StevensSJohnsonSSyndromeSSSJSSP?Qrose (diakses C *pril %&&").

)oujeau, J.8.# ).S. Stern. 1""3. Severe *dverse 8utaneous )eactions to /rugs. *rch /ermatol 111 (1") ; 1%C%-1%5'. )oujeau, et al. 1""'. <edication :se and the )isk of Stevens-Johnson Syndrome or 0oDic =pidermal $ecrolysis. $=J< 111 (%3) ; 1A&&-1A&5. Samarayanake, 7.(.# 9.<. Jones# 8. Scully. %&&%. =ssential <icrobiology for /entistry. %nd edition. -nggris; 8hurchill 7ivingstone. Scheff, 7. %&&3. 0he ,ouse 0hat *-/S 9uilt. $e+ Mork (ress. *vailable at; htt.<==222.altheal.&rg=t&>i4it?=h&use.ht$ (diakses " Juni %&&"). Scopp, -.@. 1"C1. 4ral <edicine a 8linical *pproach +ith 9asic Science 8orrelation. %nd ed. :S*.; 8. .. <osby 8ompany. Scully, 8. and S. (orter. %&&1. 4rofacial /isease. 7ondon; 8hurchill 7ivingstone. (p. 3'-3". Shafer, @.>. 1"51. * 0eDtbook of 4ral (athology. 3th ed. (hiladelphia; @. 9. Saunders 8ompany. Sharma, ..6.# >.>. Sethuraman. 1""A. *dverse 8utaneous )eaction to /rugs; an overvie+. J (ostgard <ed 3% (1); 1'-%%. Shuen 7am, et al. %&&3. 8linical 8haracteristic of 8hildhood =rythema <ultiforme, StevensJohnson Syndrome and 0oDic =pidermal $ecrolysis in 0ai+anese 8hildren. J <icrobiol -mmunol -nfect 1C; 1AA-1C&. Siregar, ).S. 1""A. *tlas 9er+arna Saripati (enyakit 6ulit. =disi %. Jakarta; =>8. ,al; 131-13%# 1A1-1A'. Smelik, <. %&&'. Stevens-Johnson Syndrome ; * 8ase Study. *vailable at; http;22Dnet.kp.org2permanentejournal2+inter&%2casestudy.html (diakses ' *pril %&&"). Sularsito, S.*.# ).@. Soebaryo# 6us+adji. 1"5A. /ermatologi (raktis. =disi pertama. Jakarta; (erkumpulan *hli /ermato-.enereologi -ndonesia. 0ong 8hen, et al. %&&1. 4utbreak of Stevens-Johnson Syndrome2 0oDic =pidermal necrolysis *ssociated +ith <evenda!ole and <etronida!ole :se among ilipino 7abores in 0ai+an. J (ublic ,ealth *merican "1 (1); 35"-3"%.

.illar, et al. %&&1. 8ase report ; (ositive (atch 0est +ith (henytoin in a 8ase of Stevens-Johnson Syndrome. J alergol -mmunol 8lin 1A ; 1C3-1CA.

11 @arren, 6.J., et al. 1""5. $evirapine-associated Stevens-Johnson syndrome. 0he 7ancet .ol. 1'1. :nited States ood and /rug *dministration, <aryland. *vailable at; http;22+++.altheal.org2pdf2nevirapine%.pdf (diakses 1& Juni %&&").

Anda mungkin juga menyukai